Anda di halaman 1dari 1

Ibnu Hajar Sang Pemberontak dari Kalimantan Selatan

Perombakan anggota TNI kali ini benar-benar tidak masuk akal dan membuat Ibnu Hajar
naik pitam. Bagaimana tidak, TNI dihuni dan dipimpin oleh orang-orang Belanda mantan KNIL
yang pernah menjadi musuh Indonesia sendiri. Sedangkan Ibnu Hajar dan kawan-kawan
dikembalikan ke masyarakat dengan alibi tidak memenuhi syarat untuk masuk menjadi bagian
dari TNI.

Ibnu Hajar sebagai orang terpandang di masyarakat berusaha mencari jalan tengah atas
ketidakadilan itu. Banyak kawan-kawan gerilyawan lain berharap besar kepadanya. Karena ini
adalah momen penting dimana kedaulatan penuh sedang berada di tangan Indonesia, mengapa
pemerintah pusat malah membiarkan musuh dalam selimut berkeliaran dalam kandang sendiri.
Selain itu, Ibu Hajar dan kawan-kawan seolah dianggap remeh dan perjuangan mereka seakan
tidak berarti. Bahkan sebagian mereka tidak diakui sebagai veteran.

Akhirnya, Ibnu Hajar menyusun rencana untuk membentuk suatu organisasi yang
mengakomodasi para pejuang asli bangsa ini namun diabaikan dalam negeri sendiri, khususnya
pejuang di Kalimantan Selatan. Ibnu Hajar dengan tanpa rasa takut membentuk suatu organisasi
bernama laskar Kesatuan Rakyat yang Tertindas. Jelas saja, pemerintah pusat langsung merasa
tidak nyaman dengan keberadaan KRYT. Apalagi dengan penyerangan yang mulai digencarkan
Ibnu Hajar melalui KRYT terhadap pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan. Namun,
Ibnu Hajar tidak peduli, dia merasa ini juga bukan salahnya. Pemerintah pusatlah yang pertama
kali mencari masalah dengan kebijakan penataan anggota TNI yang tidak adil.

Aksi Ibnu Hajar yang semakin menjadi membuat pemerintah berusaha mengambil
langkah awal dengan jalan perdamaian. Pemerintah Republik Indonesia memberikan kesempatan
untuk Ibnu Hadjar menghentikan aksi pemberntakannya secara baik-baik. Awalnya, Ibnu Hajar
mengalah sehingga dia menyerahkan dirinya. Tetapi Ibnu Hadjar melarikan diri lagi dan
melanjutkan pemberontakannya. Akibatnya, pemerintah memutuskan untuk mengambil tindakan
tegas dengan menggempur Ibnu Hadjar beserta pasukannya. TNI tidak hanya diam dan langsung
membentuk beberapa operasi militer hanya untuk menumpas pasukan Ibnu Hadjar dan mencoba
menangkapnya yang terus melarikan diri. Hingga akhirnya pengadilan militer memvonis
hukuman mati dan Ibnu Hadjar meninggal dunia pada 22 Maret 1965.

Akibat penyuaraan Ibnu Hajar setelah dikecewakan dan tidak dihargai perjuangannya
oleh pusat waktu itu dengan melawan dan dianggap memberontak oleh Negara membuatnya
terkenang sebagai pemberontak. Padahal, nasionalisme Ibnu Hajar begitu tinggi dan turut
bergerak di medan pertempuran memperjuangkan bangsa dari penjajah maupun diplomasi
politik. Bahkan, Ibnu Hadjar juga pernah menghadiri rapat umum Konfrontasi Malaysia di
Banjarmasin, dan mengatakan “Apabila negara menghendakinya, ia bersedia mengabdi kepada
Republik di mana pun juga dibutuhkan”.

Anda mungkin juga menyukai