Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Riset Mahasiswa Manajemen (JRMM)

ISSN: 2337-56XX. Volume: xx, Nomer: xx

PENGARUH STRESS KERJA TERHADAP BURNOUT SERTA


IMPLIKASINYA PADA KINERJA KARYAWAN DI
PT. KURNIA ANGGUN UNIT II MOJOKERTO
Sugianto
(Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNIKAMA)
e-mail : sugianto_mm2@yahoo.co.id
Dianawati Suryaningtyas
Sugeng Haryanto
(Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNIKAMA)

ABSTRAK : Setiap perusahaan dalam segala jenis usahanya baik itu perusahaan besar
maupun perusahaan kecil mempunyai tujuan yang bermacam-macam. Walaupun tujuan jangka
panjang perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan bisa didapat antara lain
dengan cara meningkatkan kinerja karyawan. Kinerja yang baik/tinggi dapat membantu
perusahaan memperoleh keuntungan, sebaliknya bila kinerja turun dapat merugikan perusahaan.
Oleh karenanya kinerja karyawan perlu memperoleh perhatian antara lain dengan jalan
melaksanakan kajian berkaitan dengan variabel stress kerja dan burnout. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh stress kerja terhadap burnout serta implikasinya pada kinerja
karyawan. Penelitian ini dilakukan pada PT Kurnia Anggun Unit II Mojokerto. Jumlah sampel
yang ditetapkan adalah sebanyak 50 responden dengan pengambilan sampel menggunakan
sampling jenuh atau sensus. Pengukuran dalam kuesioner menggunakan skala Likert. Analisis
data statistik dipergunakan untuk: a) menguji instrumen penelitian, melalui Uji Validitas dan Uji
Reliabilitas; b) melakukan uji asumsi klasik; c) Analisis statistik deskriptif, mempergunakan
Distribusi Frekuensi, dan; d) Analisis statistik mempergunakan Analisis Jalur (Path Analysis).
dengan bantuan progran SPSS 20. Hasil pengujian terhadap hipotesis, menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh positif signifikan secara langsung antara stress kerja terhadap burnout
karyawan. Burnout berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dari hasil
Analisis Jalur menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan secara langsung stress kerja
terhadap kinerja karyawan karyawan. Burnout memediasi secara negatif dan signifikan antara
stress kerja terhadap kinerja karyawan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi stress kerja maka akan semakin tinggi pula burnout, semakin tinggi burnout karyawan
maka akan semakin rendah kinerja karyawan, semakin tinggi stress kerja karyawan maka akan
semakin rendah kinerja karyawan. Peningkatan burnout karyawan yang disebakan stress kerja
akan menurunkan kinerja karyawan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi perusahaan atau pihak manajemen perusahaan untuk mengetahui
pengendalikan tingkat stress kerja karyawan supaya tercipta kinerja yang lebih baik.

Kata kunci: stres kerja, burnout, kinerja


PENDAHULUAN
Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur dalam organisasi yang mempunyai
peran penting, dimana maju mundurnya suatu organisasi tergantung pada peran yang dijalankan
oleh orang–orang yang ada di dalamnya. Setiap perusahaan dalam segala jenis usahanya baik itu
perusahaan besar maupun perusahaan kecil mempunyai tujuan yang bermacam-macam. Walaupun
tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan bisa didapat
antara lain dengan cara meningkatkan kinerja karyawan. Meningkatkannya kinerja yang tinggi dari
hasil suatu pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan.
Karyawan sebagai salah satu elemen utama dari perusahaan diharapkan mempunyai
kinerja tinggi. Sebab dengan kinerja tinggi dapat meningkatkan produktivitas karyawan sehingga
perusahaan dapat memenuhi permintaan pasaran. Kinerja yang baik/tinggi dapat membantu
perusahaan memperoleh keuntungan, sebaliknya bila kinerja turun dapat merugikan perusahaan.

http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id Hal | 1
Jurnal Riset Mahasiswa Manajemen (JRMM)
ISSN: 2337-56XX. Volume: xx, Nomer: xx

Oleh karenanya kinerja karyawan perlu memperoleh perhatian antara lain dengan jalan
melaksanakan kajian berkaitan dengan variabel stress kerja dan burnout.
Sejalan dengan kondisi tersebut, maka PT. Kurnia Anggun Furniture sebagai salah satu
perusahaan swasta nasional di Indonesia yang bergerak dalam sektor furniture dituntut untuk
meningkatkan kemampuan dalam menghadapi persaingan, salah satunya adalah dengan
memperhatikan faktor tenaga kerja. PT. Kurnia Anggun secara tetap memproduksi stock sebanyak
5525 sampai dengan 6701 Unit furniture setiap bulannya, kebanyakan produk furniturenya berupa
rak, lemari, dan meja dan terbagi-bagi lagi kedalam beberapa varian.
Seperti hasil analisis yang dilakukan pada beberapa karyawan perusahaan PT. Kurnia
Anggun Unit II yang berada di Kabupaten Mojokerto yang dilakukan dengan wawancara dan
observasi ditemukan bahwa, berdasarkan interview yang dilakukan bahwa karyawan merasakan
kebosanan dan burnout terhadap pekerjaan yang dirasa monoton karena melakukan rutinitas yang
sama, merasa kurang nyaman berada di tempat kerja karena kurang cocok berinteraksi rekan kerja
sehingga sering berselisih paham, tidak adanya penghargaan ataupun umpan balik yang positif lain
dari atasan atas pekerjaan yang dilakukan, karyawan jenuh karena karir yang tidak berkembang
sehingga prestasi kerja mereka menjadi berkurang dan malas untuk datang bekerja, karyawan
mengeluhkan bagian tubuh yang selalu sakit karena terlalu lama duduk dalam posisi yang sama
saat bekerja dan tekanan pekerjaan yang tinggi, khususnya pada karyawan staff mengalami sakit
kepala dan kelelahan pada mata. Hal ini didukung dengan observasi yang dilakukan oleh penulis,
beberapa karyawan terlihat sesekali memijat bagian pelipis kepala dan ujung hidung serta
mereganggakan bagian punggung dan kaki saat duduk, karyawan juga selalu memperhatikan jam
dinding menjelang jam pulang.
Menurut Lorenz (1997) yang diperkuat oleh pendapat Amelia dan Zulkarnaen (2005)
mengatakan berdasarkan survey bahwa 68% dari pekerja dilaporkan merasakan burnout ditempat
kerjanya. Burnout dan stress merupakan suatu hal yang berbeda. Burnout lebih dari pada stress.
Burnout pada dasarnya bukan gejala dari stress kerja, tetapi merupakan hasil dari stress kerja yang
tidak dapat dikendalikan dan merupakan suatu keadaan yang serius.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dalam penelitian ini
ingin meneliti “Pengaruh Stress Kerja Terhadap Burnout Serta Implikasinya Pada Kinerja
Karyawan di PT. Kurnia Anggun Unit II Mojokerto”. Agar lebih jelasnya, tujuan penelitian ini
disusun sebagai berikut: 1) Untuk menguji pengaruh stress kerja terhadap burnout karyawan di PT.
Kurnia Anggun Unit II. 2) Untuk menguji pengaruh burnout terhadap kinerja karyawan di PT.
Kurnia Anggun Unit II. 3) Untuk menguji pengaruh stress kerja terhadap kinerja karyawan di PT.
Kurnia Anggun Unit II. 4)Untuk menguji stress kerja berpengaruh secara tidak langsung terhadap
kinerja karyawan melalui burnout di PT. Kurnia Anggun Unit II.

LANDASAN TEORI
Kinerja Karyawan
Menurut Fahmi. (2010:2) “kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik
organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu
periode waktu”. Sedangkan menurut Moeheriono (2010) mengartikan kinerja atau performance
sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan/ kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan
strategis suatu organisasi.
Berdasarkan pengertian kinerja dari beberapa pengertian ahli manajemen bisa diatrik
kesimpulan kinerja adalah sebagai hasil fungsi pekerjaan / kegiatan seseorang atau kelompok
dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisai
dalam periode waktu tertentu sehingga tujuan dari organisasi/perusahaan dapat tercapai.
Pendapat Prawirosentono (dalam Sutrisno, 2010:176) faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan adalah sebagai berikut:

http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id Hal | 2
Jurnal Riset Mahasiswa Manajemen (JRMM)
ISSN: 2337-56XX. Volume: xx, Nomer: xx

1. Efektifitas dan efisiensi


Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik buruknya kinerja diukur
oleh efektivitas dan efisiensi. Masalahnya adalah bagaimana proses terjadinya efisiensi dan
efektivitas organisasi. Dikatakan efektif bila mencapai tujuan, dikatakan efisien bila hal itu
memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan, terlepas apakah efektif atau tidak.
2. Otoritas dan tanggung jawab
Dalam organisasi yang baik wewenang dan tanggung jawab telah didelegasikan dengan baik,
tanpa adanya tumpang tindih tugas. Masing-masing karyawan yang ada dalam organisasi
mengetahui apa yang tmenjadi haknya dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
3. Disiplin
Secara umum, disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri
karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan dan hormat
terhadap perjanjian yang dibuat antara perusahaan dan karyawan. Dengan demikian, bila
peraturan atau ketetapan yang ada dalam perusahaan itu diabaikan atau sering dilanggar, maka
karyawan mempunyai disiplin yang buruk. Sebaliknya, bila karyawan tunduk pada ketetapan
perusahaan, menggambarkan adanya kondisi disiplin yang baik.
4. Inisiatif
Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk ide untuk
merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Setiap inisiatif sebaiknya
mendapat perhatian atau tanggapan positif dari atasan, kalau memang dia atasan yang baik.
Menurut Bernardin dan Russel (dalam Sutrisno, 2010:179) adalah tentang enam
kinerja premier yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja yaitu:
1. Quality. Merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati
kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.
2. Quantity. Merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, unit, dan siklus
kegiatan yang dilakukan.
3. Timelines. Merupakansejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki,
dengan memperhatikan koordinasi output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan orang
lain.
4. Cost efectiveness. Merupakan tingkat sejauh mana penggunaan sumber daya organisasi
(manusia, keuangan, teknologi, dan material) dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi
atau pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber daya.
5. Need for supervision. Merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat melaksanakan
suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah
tindakan yang kurang diinginkan.
6. Interpersonal impact. Merupakan tingkat sejauh mana pegawai memelihara harga diri, nama
baik, dan kerja sama di antara rekan kerja dan bawahan.
Stress Kerja
Menurut Luthans (2006), stress diartikan sebagai interaksi individu dengan lingkungan,
tetapi kemudian diperinci lagi menjadi respon adaptif yang dihubungkan oleh perbedaan individu
dan atau proses psikologi yang merupakan konsekuensi tindakan, situasi, atau kejadian eksternal
(lingkungan) yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik secara berlebihan pada

http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id Hal | 3
Jurnal Riset Mahasiswa Manajemen (JRMM)
ISSN: 2337-56XX. Volume: xx, Nomer: xx

seseorang. Alves (2005) menyatakan bahwa stres kerja dapat didefinisikan sebagai respon fisik
dan emosional yang terjadi ketika kemampuan dan sumber daya karyawan tidak dapat diatasi
dengan tuntutan dan kebutuhan dari pekerjaan mereka. Stres kerja dapat digambarkan sebagai rasa
tidak nyaman yang dirasakan oleh individu yang kemampuan dan sumber daya mereka tidak dapat
diatasi dengan tuntutan,
Menurut Sunyoto (2001), mengelompokkan faktor-faktor penyebab stress dalam
pekerjaan yaitu sebagai berikut:
1. Faktor – faktor instrinsik dalam pekerjaan
Faktor – faktor instrinsik dalam pekerjaan meliputi tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan
fisik berupa bising, vibrasi (getaran), higene. Sedangkan tuntutan tugas mencakup kerja shift
atau kerja malam. Kerja shift merupakan sumber stress utama bagi para pekerja di ruang rawat
inap. Faktor intrinsik dalam pekerjaan yang kedua yaitu beban kerja. Beban kerja berlebih dan
beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stress. Selanjutnya peran terhadap risiko dan
bahaya yang dikaitkan dengan jabatan tertentu merupakan sumber stress. Makin besar
kesadaran akan bahaya dalam pekerjaannya makin besar depresi dan kecemasan pada perawat.
2. Peran individu dalam organisasi
Setiap perawat mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan –
aturan yang ada dan sesuai yang diharapkan atasannya. Namun perawat tidak selalu berhasil
memainkan perannya sehingga timbul: konflik peran dan ketaksaan peran. Ketaksaan peran
dirasakan jika seseorang perawat tidak memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan
tugasnya atau tidak mengerti atau tidak merealisasikan harapan – harapan yang berkaitan
dengan peran tertentu.
3. Pengembangan karir
Pengembangan karir merupakan pembangkit stress potensial yang mencakup ketidakpastian
pekerjaan, promosi berlebih dan promosi yang kurang.
4. Hubungan dalam pekerjaan
Harus hidup dengan orang lain merupakan salah satu aspek dari kehidupan yang penuh stress.
Hubungan yang baik antar anggota dari satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama
dalam kesehatan individu dan organisasi.
5. Kepuasan dan iklim organisasi
Kepuasan dam ketidakpastian kerja berkaitan dengan penilaian dari struktur dan iklim
organisasi. Faktor stress yang ditemui terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlibat
atau berperan serta dalam organisasi.
6. Tuntutan dari luar organisasi atau pekerjaan
Kategori pembangkit stress potensial ini mencakup segala unsur kehidupan seorang yang dapat
berinteraksi dengan peristiwa – peristiwa kehidupan dan kerja didalam satu organisasi dan
dengan demikian memberikan tekanan pada individu.
7. Ciri individu
Stress ditentukan oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya. Individu yang
berpikiran positif tidak rentan akan stress.
Burnout
Cook dan Coffey (1997) mendefinisikan burnout adalah "Burnout is a feeling of
exhaustion that develops when an individual simultaneously experiences too much pressure and
too few sources of satisfaction". Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa burnout adalah

http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id Hal | 4
Jurnal Riset Mahasiswa Manajemen (JRMM)
ISSN: 2337-56XX. Volume: xx, Nomer: xx

kelelahan yang timbul pada individu sebagai akibat adanya tekanan yang terusmenerus dan
rendahnya kepuasan kerja. Lebih dari 18 % dari pemilik bisnis, manager, pengusaha, dan seorang
pekerja teknik di suatu negara mengalami burnout (Cook & Coffey, 1997).
Burnout didefinisikan sebagai kondisi dimana individu mengalami kelelahan fisik,
sinisme (depersonalization), kelelahan mental, berkurangnya kemampuan untuk menyelesaikan
masalah (reduced personal accomplishment) dan kelelahan emosional (emotional exhausted) yang
terjadi karena stress diderita dalam jangka waktu yang cukup lama di dalam situasi yang menuntut
keterlibatan emosional yang tinggi, burnout juga bukan merupakan sebuah penyakit melainkan
hasil dari sebuah reaksi sebagai akibat dari harapan dan tujuan yang tidak realistic dengan
perubahan (situasi) yang ada (Maslach, Schaufeli & Leiter, (2001)).
Maslach dkk (2001) mengungkapkan burnout merupakan suatu sindrom psikologis yang
terdiri dari tiga aspek, yaitu :
1. Emotional exhaustion, yaitu adanya keterlibatan emosi yang menyebabkan energi dan sumber-
sumber dirinya terkuras oleh satu pekerjaan, ditandai oleh terkurasnya tenaga, mudah letih,
jenuh, mudah tersinggung, sedih, tertekan, merasa terjebak dalam pekerjaan, perkembangan
emosi yang negatif yang dapat menimbulkan sikap yang negatif terhadap diri sendiri, pekerjaan
dan orang lain serta perusahaan.
2. Depersonalization, yaitu sikap dan perasaan yang negatif terhadap klien atau orang-orang
disekitar, ditandai dengan adanya kecenderungan individu menjauhi lingkungan pekerjaanya,
apatis dan merasa kurang dipedulikan oleh lingkungan pekerjaan dan orang-orang yang terlibat
dalam pekerjaannya.
3. Low of personal accomplishment, yaitu penilaian diri negatif dan perasaan tidak puas dengan
performa pekerjaan, dimana individu tersebut menilai rendah kemampuan diri sendiri,
kecenderungan mengalami ketidakpuasan terhadap hasil kerjanya, merasa tidak pernah
melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain dalam pekerjaaannya,
merasa tidak mampu untuk mencapai suatu prestasi atau tujuan dalam pekerjaannya.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan melalui survey ke lokasi di PT. Kurnia Anggun unit II
Mojokerto. Dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang variabel yang diteliti yaitu
pengaruh stress kerja terhadap burnout serta implikasinya pada kinerja karyawan di PT. Kurnia
Anggun Unit II Mojokerto. Seluruh data yang diperoleh akan diproses dan diolah dengan suatu
analisa kuantitatif.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi terbatas, dengan sumber
populasi karyawan staff PT. Kurnia Anggun Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto. Sampel
yang diambil dalam penelitian ini adalah semua populasi yang berjumlah 50 orang dengan
menggunakan sampling jenuh atau sensus yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi yang dijadikan sampel memiliki homogenitas (sumber data yang dimiliki sifat
yang sama). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala Likers.
Teknik Analisis Data

Untuk keakuratan dalam analisis data digunakan alat bantu penghitungan software statistik
SPSS version 20.0. Adapun analisis yang dilakukan yaitu uji instrumen penelitian meliputi uji
validitas dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik antara lain Uji Normalitas, Uji Linieritas, Uji
Multikolonieritas dan Uji Heteroskedastisitas. Analisis statistik deskriptif yang dipergunakan
adalah Distribusi Frekuensi. Hasil analisis deskriptif berguna untuk mendukung interpretasi
terhadap hasil analisis statistik inferensial. Metode analisis jalur (path analysis) yang sebelumnya
dilakukan model pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor
berdasarkan indikator-indikatornya

http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id Hal | 5
Jurnal Riset Mahasiswa Manajemen (JRMM)
ISSN: 2337-56XX. Volume: xx, Nomer: xx

Gambar 1. Analisis Jalur

PEMBAHASAN
Uji Instrumen
Dari hasil pengujian validitas item kuesioner menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan
dalam setiap Variabel X, Y1, dan variabel Y2 berada dibawah 0.05. nilai korelasi di atas 0,3
sebagai nilai batas suatu item kuesioner penelitian dikatakan dapat digunakan (dapat diterima).
Sehingga dapat dikatakan bahwa item angket Variabel valid dan dapat digunakan untuk mengukur
variabel yang diteliti. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai alpha cronbach variabel X
sebesar 0,818 , nilai alpha cronbach variabel Y1 sebesar 0.796, nilai alpha cronbach variabel Y2
sebesar 0,790 , yang kesemuanya lebih besar dari 0,6 sehingga instrumen yang digunakan
dinyatakan reliabel.
Uji Asumsi Klasik
Dari hasil pengujian asumsi klasik diketahui pada uji normalitas bahwa sebaran data
menyebar dan mengikuti arah garis diagonal dapat disimpulkan data mempunyai distribusi normal.
Hasil uji linieritas menghasilkan nilai F hitung kurang dari F tabel dan nilai taraf signifikansi lebih
besar dari 0,05 dapat disimpulkan seluruh hubungan antar variabel bersifat linier. Hasil uji
multikolinieritas mengasilkan nilai VIF tidak lebih bari 10 yaitu 1,130 sehingga variable terbebas
dari adanya multikoliniearitas. Hasil uji heteroskedastisitas menghasilkan titik-titik menyebar
diatas atau dibawah atau disekitar angka 0 (nol) dapat disimpulkan data tidak terdapat
heteroskedastisitas.
Pengujian Model (Path Analysis)
Untuk menguji hipotesis satu, dua dan tiga dalam penelitian ini dilakukan dengan model
regresi linear. Untuk menguji hipotesis keempat dilakukan analisis regresi linear berganda dengan
kinerja karyawan sebagai variabel dependen dan stress kerja dan burnout sebagai variabel
independen. Hasil dari pengujian pengaruh langsung variabel stress kerja terhadap burnout
diperoleh nilai koefisien beta (P1) sebesar 0,339 dengan menujukan nilai t hitung sebesar 2,500
dan niali probabilitas sebesar 0,000 lebih besar dibandingkan taraf signifikansi 5% atau 0,05. Nilai
R square sebesar 0,115 yang artinya 11,5 % variasi perubahan variabel dependen burnout dapat
dijelaskan oleh variabel independen stress kerja, sisanya 88,5 % dipengaruh oleh variabel lain
yang tidak diikutsertakan dalam model. Nilai koefisien jalur diluar model (e1) sebesar 0,941.
Hasil dari pengujian pengaruh langsung variabel burnout terhadap kinerja karyawan
diperoleh nilai koefisien beta (P2) sebesar -0,576 dengan menujukan nilai t hitung sebesar -4,878
dan niali probabilitas sebesar 0,000 lebih besar dibandingkan taraf signifikansi 5% atau 0,05. Nilai
R square sebesar 0,331 yang artinya 33,1 % variasi perubahan variabel dependen kinerja karyawan
dapat dijelaskan oleh variabel independen burnout, sisanya 66,9 % dipengaruh oleh variabel lain
yang tidak di uji didalam model. Hasil dari pengujian pengaruh langsung variabel stress kerja
terhadap kinerja karyawan diperoleh nilai koefisien beta (P3) sebesar -0,655 dengan menujukan
nilai t hitung sebesar -6,003 dan niali probabilitas sebesar 0,000 lebih besar dibandingkan taraf
signifikansi 5% atau 0,05. Nilai R square sebesar 0,429 yang artinya 42,9 % variasi perubahan
variabel dependen kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh variabel independen stress kerja, sisanya
57,1 % dipengaruh oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam model.
Hasil dari pengujian pengaruh tidak langsung variabel stress kerja terhadap kinerja
karyawan melalui burnout diperoleh nilai koefisien beta (P4) sebesar -0,222 yang memiliki arti
bahwa pengaruh tidak langsung stres kerja terhadap kinerja melalui burnout karyawan di PT.

http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id Hal | 6
Jurnal Riset Mahasiswa Manajemen (JRMM)
ISSN: 2337-56XX. Volume: xx, Nomer: xx

Kurnia Anggun adalah sebesar -0,222 atau -22,2 persen. Nilai adjusted R2 sebesar 0,570 artinya
bahwa sebesar 57 % variasi perubahan variabel kinerja dapat dijelaskan oleh variabel
independennya (stress kerja) dan variabel mediasinya (burnout). Sisanya sebesar 43 % dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Nilai koefisien jalur diluar model
(e2) sebesar 0,656.
Berdasarkan Summary dan Koefisein jalur maka dapat diketahui besarnya pengaruh
langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total antar variabel. Perhitungan pengaruh antar
variabel adalah sebagai berikut.

1. Pengaruh Langsung
Pengaruh langsung variabel Stres Kerja terhadap variabel Burnout dapat dilihat dari nilai beta
atau standardized coefficient adalah 0,339. Pengaruh langsung variabel Burnout terhadap
variabel Kinerja dapat dilihat dari nilai beta atau standardized coefficient adalah -0,576.
Pengaruh langsung variabel Stres Kekrja terhadap variabel Kinerja dapat dilihat dari nilai
beta atau standardized coefficient adalah -0,655.
2. Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh variabel Stres Kerja terhadap variabel Kinerja melalui variabel Burnout karyawan
di PT. Kurnia Anggu Unit II Mojokerto sebesar -0,222. Nilai sebesar -0,222 memiliki arti
bahwa pengaruh tidak langsung Stres Kerja terhadap Kinerja melalui Burnout karyawan di
PT. Kurnia Anggun adalah sebesar -0,222 atau - 22,2 persen.
3. Pengaruh Total
Pengaruh total diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus pengaruh
langsung dijumlah pengaruh tidak langsung sebesar -0,798. Nilai sebesar -0,798 memiliki
arti bahwa pengaruh total Stres Kerja terhadap Burnout dan Kinerja karyawan di PT. Kurnia
Anggun adalah sebesar -0,798 atau -78,8 persen.
Selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan terhadap validitas model dengan mengunakan
koefisien determinasi total. Hasil Koefisien Detereminasi total sebesar 0,619. Berdasarkan hasil
perhitungan rumus koefisien determinasi total maka diperoleh bahwa keragaman data yang didapat
dijelaskan oleh model adalah sebessar 61,9 persen atau dengan kata lain informasi yang
terkandung dalam data sebesar 61,9 persen dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya yaitu
38,1 persen dijelaskan oleh variabel lain (tidak terdapat dalam model) dan error.

Gambar . 2
Validasi Model Gambar Jalur Akhir
Pengaruh Stress Kerja terhadap Burnout
Variabel stress kerja dibentuk oleh enam indikator yaitu perilaku pribadi, dukungan
sosial, konflik peran, lingkungan buruk, beban kerja dan situasi rumah serta pekerjaan

http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id Hal | 7
Jurnal Riset Mahasiswa Manajemen (JRMM)
ISSN: 2337-56XX. Volume: xx, Nomer: xx

menunjukkan adanya stress kerja yang dialami karyawan pada PT. Kurnia Anggun Unit II yang
menyebabkan karyawan over-extended ke titik ekstrim (burnout).
Hasil analisis data secara statistik membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan
secara langsung antara stress kerja terhadap burnout yang ditunjukkan dengan nilai standardized
direct effect sebesar 0,339. Penelitian ini menemukan pengaruh signifikan secara langsung antara
stress kerja terhadap burnout karyawan. Ini berarti bahwa semakin tinggi stress kerja yang dialami
oleh karyawan pada PT. Kurnia Anggun Unit II maka akan menyebabkan semakin meningkatnya
burnout. Demikian sebaliknya, apabila semakin rendah stress kerja yang dialami oleh karyawan
pada PT. Kurnia Anggun Unit II maka akan menyebabkan semakin menurunnya burnout.
Hal ini relevan dengan hasil penelitian Khusniyah (2014) yang meneliti karyawan di CV.
Ina Karya Jaya Klaten. Hasil penelitian menyebutkan bahwa korelasi antara stress kerja dengan
burnout adalah signifikan (probabilitas adalah 0,000 yang jauh di bawah 0,05) sehingga Ho
ditolak, yang berarti adanya hubungan signifikan antara stres kerja dengan burnout karyawan.
Pengaruh Burnout terhadap Kinerja
Variabel burnout dibentuk oleh tiga indikator yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi,
serta Low personal accomplishment menunjukkan adanya Burnout yang dialami karyawan pada
PT. Kurnia Anggun Unit II yang menyebabkan turunnya Kinerja.
Hasil analisis data secara statistik membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan
secara langsung antara burnout terhadap kinerja yang ditunjukkan dengan nilai standardized direct
effect sebesar -0,576. Penelitian ini menemukan pengaruh negatif dan signifikan secara langsung
antara burnout terhadap kinerja karyawan. Ini berarti bahwa semakin tinggi burnout yang dialami
oleh karyawan pada PT. Kurnia Anggun Unit II maka akan menyebabkan semakin menurunnya
kinerja. Demikian sebaliknya, apabila semakin rendah burnout yang dialami oleh karyawan pada
PT. Kurnia Anggun Unit II maka akan menyebabkan semakin meningkatnya Kinerja.
Hal ini relevan dengan hasil penelitian Hastuti (2012) yang meneliti subjek karyawan PT.
Tiga Manunggal Synthetic Industries (PT. TIMATEX). Hasil penelitian menyatakan ada
hubungan negatif yang sangat signifikan antara burnout dengan kinerja pada karyawan, dengan P
= 0,009 (>0,05) dan nilai standardized regression weights loading factor sebesar=-0,087 dan nilai
thitung (critical ratio)=-2,620. Hasil ini membuktikan hipotesis 2 yaitu burnout berpengaruh
terhadap kinerja karyawan. Hasil koefisien jalur menjelaskan adanya hubungan berbanding
terbalik antara variabel burnout. terhadap kinerja karyawan. Hal ini berarti semakin tinggi burnout
maka semakin rendah nilai kinerja perawat dan sebaliknya.
Pengaruh Stress Kerja terhadap Kinerja
Variabel kinerja dibentuk oleh enam indikator yaitu kualitas , kuantitas, waktu, hasil,
pengawasan dan inisiatif menunjukkan adanya kinerja yang menurun yang dialami karyawan pada
PT. Kurnia Anggun Unit II yang disebabkan oleh stress kerja.
Hasil analisis data secara statistik membuktikan bahwa terdapat pengaruh negatif dan
signifikan secara langsung antara stress kerja terhadap kinerja yang ditunjukkan dengan nilai
standardized direct effect sebesar -0,655. Penelitian ini menemukan pengaruh signifikan secara
langsung antara stres kerja terhadap kinerja karyawan. Ini berarti bahwa semakin tinggi stres kerja
yang dialami oleh karyawan pada PT. Kurnia Anggun Unit II maka akan menyebabkan semakin
menurunnya kinerja. Demikian sebaliknya, apabila semakin rendah stress kerja yang dialami oleh
karyawan pada PT. Kurnia Anggun Unit II maka akan menyebabkan semakin meningkatnya
Kinerja.
Hal ini relevan dengan hasil penelitian Kusuma (2015) yang meneliti pengaruh stress
kerja dan kualitas kehidupan kerja terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan non medis
RSUD Ibnu Sina Gresik. Hasil uji t menunjukkan bahwa stress kerja secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja di RSUD Ibnu Sina Gresik. Pengaruh stres kerja

http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id Hal | 8
Jurnal Riset Mahasiswa Manajemen (JRMM)
ISSN: 2337-56XX. Volume: xx, Nomer: xx

terhadap kinerja adalah negatif, artinya bahwa ketika stres kerja rendah maka kinerja tinggi, dan
demikian pula sebaliknya.
Pengaruh Stress Kerja secara tidak langsung terhadap Kinerja Karyawan melalui Burnout
Hasil pengujian hipotesis diatas menunjukkan bahwa “adanya pengaruh stress kerja
secara tidak langsung terhadap kinerja karyawan melalui burnout”. Hasil uji secara simultan
menunjukan bahwa variabel stress kerja berpengaruh secara tidak langsung dan signifikan
terhadap kinerja karyawan melalui burnout. Dengan demikian, disimpulkan burnout memperkuat
hubungan pengaruh yang terjadi antara stress kerja secara tidak langsung dengan kinerja
karyawan.
Bukti penelitian ini dikuatkan dengan hasil penelitian Casmiati (2013) yang menunjukkan
bahwa job demand dengan moderasi burnout memiliki pengaruh yang signifiakan terhadap kinerja
karyawan RS. Banyumanik, artinya Peningkatan burnout karyawan yang disebabkan job demand
akan menurunkan kinerja karyawan.

Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian tentang pengaruh stress kerja terhadap burnout serta
implikasinya pada kinerja karyawan di PT. Kurnia Anggun Unit II dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Stress kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap burnout. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi stress kerja maka akan semakin tinggi pula burnout karyawan di PT.
Kurnia Anggun Unit II.
2. Burnout berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi burnout karyawan maka akan semakin rendah kinerja
karyawan pada perusahaan.di PT. Kurnia Anggun Unit II.
3. Stress kerja berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi stress kerja karyawan maka akan semakin rendah kinerja
karyawan pada perusahaan.di PT. Kurnia Anggun Unit II.
4. Burnout memediasi pengaruh stress kerja terhadap kinerja karyawan negatif dan signifikan
pada burnout. Peningkatan burnout karyawan yang disebabkan stress kerja akan menurunkan
kinerja karyawan di PT. Kurnia Anggun Unit II.

Saran
Dari hasil penelitian, analisis data, pembahasan dan kesimpulan yang telah diambil, maka
dapat dikemukakan saran kepada pihak manajemen perusahaan perlu mengetahui pengendalikan
tingkat stress kerja karyawan supaya tercipta kinerja yang lebih baik. Bagi penelitian mendatang
hendaknya sampel dan daerah penelitian lebih diperluas lagi, yaitu tidak terbatas pada karyawan
PT. Kurnia Anggun Unit II atau di wilayah Kabupaten Mojokerto, namun dilakukan survey pada
lebih dari satu perusahaan, sehingga tingkat generalisasinya lebih baik. Bagi penelitian mendatang
hendaknya instrumen penelitian lebih diperdalam dan dikembangkan lagi sehingga kemampuan
mengukurnya lebih baik. Karena pada dasarnya masih banyak faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kinerja karyawan.

DAFTAR PUSTAKA
Alves, S. 2005. A study of occupational stress, scope of practice, and collaboration in nurse
anesthetists practicing in anesthesia care team settings. AANA journal, vol. 73. No 6, pg.
443.

Amelia, R., dan Zulkarnaen. 2005. Konsep Diri dan Tingkat Burnout pada Karyawan yang
Bekerja di Instansi Pelayanan Masyarakat. Jurnal psikologika. Tahun X. no. 19.

http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id Hal | 9
Jurnal Riset Mahasiswa Manajemen (JRMM)
ISSN: 2337-56XX. Volume: xx, Nomer: xx

Casmiati,Azis Fathoni. 2013. Pengaruh Job Demand dan Kecerdasan Emosional Terhadap
Kinerja dengan Burnout sebagai Variabel Moberating pada Karyawan Rumah Sakit
Banyumanik Semarang.Semarang: Universitas Pandanaran Semarang. Jurnal.

Cook & Coffey. (1997). Management and organizational behavior. Library of Congress Cataloging
- in Publication Data. Second Edition.

Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Kinerja. Bandung: CV.Alfabeta.

Hastuti, Erna Yuni. 2012. Hubungan antara Kecenderungan Burnout dengan Kinerjs pada
Karyawan. Surakarta: Universitas Muhammadiaya Surakarta. Jurnal.

Khusniyah, Nur Andita. 2014. Hubungan Stres Kerja Dengan Burnout Pada Karyawan CV. Ina
Karya Klaten, Surakarta: Universitas Muhammadiya Surakarta. Jurnal.

Kusuma, Putri Cahya. 2015. Pengaruh Stress Kerja dan Kualitas Kehidupan Kerja terhadap
Kepuasan Kerja dan KInerja Karyaan Non Medis RSUD Ibnu Sina Gresik. Malang:
Universitas Brawijaya. Jurnal.

Luthans, Fred. 2006. Organizational Behavior. Ninth edition. New York: McGraw Hill.
Maslach, C., Schaufeli, W.B., & Leiter, M.P. 2001. Job burnout. Annual Review of Psychology.
Vol. 52, Hal. 397–422.

Moeheriono. 2010. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor:Penerbit. Ghalia Indonesia.

Sunyoto , Anshar Munandar. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Sutrisno, Edy. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenada Media.

http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id Hal | 10

Anda mungkin juga menyukai