NA123 - RAPERDA Tentang Bermain Sepatu Roda Di Jalan Umum - Kelas 4E - Kelompok 3 - Asistensi Daffa
NA123 - RAPERDA Tentang Bermain Sepatu Roda Di Jalan Umum - Kelas 4E - Kelompok 3 - Asistensi Daffa
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan petunjuk dan karunia-Nya dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Sumenep tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum. Dengan rasa rendah
hati, kami mengakui keagungan dan kebijaksanaan-Nya yang senantiasa membimbing
langkah-langkah kami dalam mewujudkan kebaikan dan keadilan dalam tatanan masyarakat.
Dalam rangka menjaga ketertiban dan keselamatan lalu lintas di wilayah kami, dengan ini
kami menghadirkan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep tentang Bermain
Sepatu Roda di Jalanan Umum. Raperda ini bertujuan untuk melindungi integritas dan fungsi
jalan serta mencegah terjadinya kerusakan dan gangguan yang mungkin ditimbulkan oleh
aktivitas bermain sepatu roda di jalanan umum.
Dalam penyusunan Raperda ini, kami telah mempertimbangkan berbagai aspek
termasuk pertimbangan keamanan, keselamatan, serta kepentingan masyarakat secara umum.
Kami juga telah melakukan kajian yang mendalam tentang keberlanjutan aktivitas bermain
sepatu roda di jalan umum dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
Raperda ini akan memberikan kerangka hukum yang jelas dan tegas mengenai
larangan bermain sepatu roda di jalan umum, serta sanksi yang sesuai untuk pelanggaran
yang terjadi. Selain itu, Raperda juga akan mengatur mengenai ruang-ruang yang diizinkan
untuk bermain sepatu roda, seperti taman, tempat rekreasi, atau area khusus yang telah
ditentukan.
Kami berharap dengan disahkannya Raperda ini, akan tercipta lingkungan yang lebih
aman dan nyaman bagi semua pengguna jalan. Kami mengajak seluruh pihak untuk
mendukung implementasi Raperda ini dan turut serta dalam menjaga keselamatan lalu lintas
serta menjaga kelestarian infrastruktur jalan yang ada.
Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan partisipasi dari semua pihak
dalam menyusun Raperda tentang Bermain Sepatu Roda di Kabupaten Sumenep. Semoga
Raperda ini dapat memberikan kontribusi yang positif dalam meningkatkan keamanan dan
keselamatan lalu lintas di wilayah kami.
Tim Penyusun
Kata Pengantar....................................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................................5
C. Tujuan Dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik............................................ 5
D. Metode....................................................................................................................... 7
BAB II. KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS....................................................8
A. Kajian Teoritis........................................................................................................... 8
B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip.....................................................................................13
C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang Ada, Serta Permasalahan ya
ng Dihadapi ............................................................................................................16
D. Kajian Terhadap Implikasi Pengaturan................................................................... 17
BAB III. EVALUASI DAN ANALISA PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN....................................................................................................................... 19
1. UU No.22 Tahun 2009 Pasal 122 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkuta
n................................................................................................................. 19
2. Undang-Undang No.22 tahun 2009 Pasal 299 tentang Lalu Lintas dan Angkuta
n................................................................................................................. 20
3. Undang-Undang No 22 tahun 2009 Pasal 274 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan................................................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah "berolahraga" sesungguhnya bukan terjemahan langsung dari sebutan" Sport"
yang berasal dari bahasa inggris. Berolahraga berasal dari bahasa jawa" Olah" yang berarti
berlatih ataupun melaksanakan aktivitas, serta" Raga" yang berarti raga ataupun jasmani. Dari
perspektif elite kompetitif, berolahraga dimaksud selaku kegiatan yang mengaitkan power
serta skil, kompetisi, strategi, serta ataupun keberuntungan yang dicoba dalam rangka
mencapai kesenangan, kepuasan ataupun keuntungan individu semacam duit dalam wujud
aktivitas yang terorganisir. Jadi, berolahraga didefinisikan selaku segalah kegiatan raga yang
dicoba dengan terencana serta sistematis buat mendesak, membina, serta meningkatkan
kemampuan jasmani, rohani, serta sosial. Dengan batas tersebut, aktivitas raga semacam
berjalan ke pasar, bersepeda ke tempat kerja, mencangkul di sawah, serta sebagainya yang
memanglah tidak disengaja buat meningkatkan kemampuan jasmani, rohani, serta sosial
bukan termasuk olahraga1.
Sepatu roda awalnya dipatenkan di Belgia pada tahun 1760 oleh seseorang penemu
bernama John Joseph Merlin. Sepatu roda yang ia buat tidak jauh beda dengan ice skate,
dilengkapi dengan roda yang berbaris seperti blade pada ice skate pada biasanya. Kalo saat
ini sih sepatu roda dengan tipe itu diberi nama sepatu roda inline. Sayangnya, sepatu roda ini
susah buat dikendalikan. Terlebih lagi, sepatu ini tidak memiliki rem sehingga tidak dapat
menyudahi kala digerakkan.
Pada tahun 1863, James Plimpton membuat temuan terbaru di bidang sepatu roda. Ia
menciptakan tata cara terkini sepatu roda dengan 4 roda yang disusun menyamai letak roda
pada mobil. Keunggulan sepatu roda kepunyaan James merupakan sepatu roda ini dilengkapi
dengan sumbu yang dapat mempermudah seorang mengatur gerakannya. Desainnya ini
membuat sepatu roda terus menjadi diketahui apalagi ke segala penjuru Eropa. Sampai dikala
ini, desain kepunyaan Plimpton ini masih digunakan sampai saat ini.
Sampai pada tahun 1942, dibentuklah organisasi sepatu roda bertaraf internasional
yang bernama Federation De Roller Skating. Sehabis dibentuknya organisasi tersebut, mulai
banyak kompetisi sepatu roda yang apalagi bertaraf internasional. Sayangnya, sampai dikala
ini sepatu roda belum masuk ke dalam gelaran Olimpiade. Walaupun begitu, sepatu roda
masih pernah masuk ke dalam gelaran Olimpiade Masa Panas 2012 kemudian.
Peminat sepatu roda di Kabupaten Sumenep memiliki peminat yang cukup tinggi,
.Kabupaten Sumenep belum menydiakan lintasan khusus pengguna sepatu roda, sehingga
para pengguna sepatu roda menggunakan trotoar dan jalan umum yang menyebabkan pejalan
1
Solissa, Jonas. Buku Ajar Sosiologi Olahraga. 2023. hal 2
kaki dan kendaraan umum terganggu. Oleh karena itu para pengguna sepatu roda
memerlukan fasilitas khusus untuk bermain sepatu roda.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengumpulan dan inventarisasi permasalahan berkaitan dengan
Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum di Kabupaten Sumenep, maka didapatkan Daftar Inv
entarisasi Masalah (DIM) sebagai berikut:
a) Apa yang menyebabkan Kabupaten Sumenep belum memiliki peraturan mengenai
Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum?
b) Apa saja dampak dari sisi positif dan negatif dengan adanya raperda di Kabupaten
Sumenep Malang tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum?
c) Apa yang menjadi pertimbangan filosofis, sosiologis, dan yuridis mengenai pembentukan
raperda tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum?
D. Metode Penelitian
Metode Penelitan yang digunakan dalam penelitian utuk merumuskan Naskah
Akademik ini merupakan penelitian Yuridis Normatif ataupun Penelitian Hukum Doktrinal
ialah penelitian hukum yang mempergunakan sumber informasi sekunder. Informasi
sekunder yakni informasi yang diperoleh dari bahan teks bukan diperoleh langsung dari
lapangan. Informasi sekunder terdiri dari bahan hukum primer yakni bahan- bahan hukum
yang berbentuk peraturan perundang- undangan. Bahan hukum sekunder yakni bahan hukum
yang menolong menganalisis bahan hukum primer semacam buku- buku literatur hukum,
serta sebagainya. Pula bisa digunakan buat pengumpulan informasi sesuatu metode
pengumpulan informasi dari bahan hukum tertier buat membagikan uraian maupun petunjuk
tentang bahan- bahan hukum sekunder. Bahan hukum tertier merupakan bahan hukum yang
membagikan petunjuk ataupun uraian terhadap bahan hukum premier serta sekunder,
semacam kamus (hukum), ensiklopedia. Ada pula Tata cara Analisis Informasi yang hendak
digunakan dalam penelitian buat menyusun sesuatu Naskah Akademik tentang Bermain
Sepatu roda di Jalanan Universal butuh dimulai dengan memilah sekumpulan informasi yang
relevan ataupun yang irelevan bersumber pada korelasi dengan fokus penelitian tentang
Bermain Sepatu roda di Jalanan Universal. Informasi yang relevan hendak dianalisis secara
normatif kualitatif.
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. KAJIAN TEORITIS
Olahraga dari berbagai cabang di seluruh dunia telah mengalami banyak
perkembangan ditambah lagi dengan adanya globalisasi dari awal manusia mengenal
olahraga sampai di jaman modern seperti saat ini. Menurut Ajun Khamdani (2010:1) olahraga
(sport) berasal dari bahasa Latin, disportare atau deportare, kata deportare berarti
penyenangan, pemeliharaan, atau penghiburan untuk bergembira, arti kata tersebut olahraga2
Olahraga yang ada karena perkembangan zaman adalah Sepatu Roda. Salah satu
faktor cepatnya pertumbuhan permainan Sepatu Roda di Indonesia, karena pemain bebas
mengekspresikan gerakan atau trik dalam bermain Sepatu Roda, ini alasan Sepatu Roda
digemari oleh golongan muda sampai remaja. Remaja yang identik dengan kebebasan dan
penuh semangat dalam mengekspresikan diri tanpa perlu menjadi orang lain.
Sehubungan dengan banyaknya peminat Sepatu Roda di Indonesia, Komite Olahraga
Nasional Indonesia (IKONI) membentuk asosiasi untuk olahraga Sepatu Roda. Organisasi ini
diberi nama Persatuan Olahraga Sepatu Roda (PORSEROSI). Dengan adanya PORSEROSI
ini Sepatu Roda di Indonesia diterima dan diakui. PORSEROSI tidak hanya mewadahi
olahraga Sepatu Roda tetapi juga sepatu roda dan ice skating, dikarenakan ketiga olahraga ini
memiliki kemiripan dan dilihat dari sejarahnya memiliki keterkaitan.3
2
Ace.2006. Speed & light : Indonesia sepatu rodaing. Jakarta : Gramedia
3
Jannah, Miftahul. Serba Serbi Sepatu Roda Untuk Pemula.2018 . Bab 2
Dalam penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Bermain
Sepatu Roda di jalan Umum di Kabupaten Sumenep dilakukan melalui kajian literatur
e, observasi, analisis situasi, sosialisasi, sinkronisasi dan harmonisasi sesuai kerangka
penyusunan peraturan daerah.
5) Asas terminology dan sistematika yang benar
Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep ten
tang Bermain Sepatu Roda di jalan Umum di Kabupaten Sumenep memakai terminol
ogy berdasarkan literature dan ketentuan ketentuan yang dapat dipertanggungjawabka
n.
6) Asas mudah dikenali atau dapat dimengerti
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Bermain Sepatu Roda di
jalan Umum di Kabupaten Sumenep ini disusun dengan bahasa yang dapat dimengerti
oleh masyarakat dan dapat difahami dengan baik, dengan mengutamakan bahasa yang
diupayakan tidak akan di tafsirkan secara berbeda beda.
7) Asas perlakuan yang sama dalam hukum
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep tentang
Bermain Sepatu Roda di jalan Umum di Kabupaten Sumenep nantinya akan berlaku b
agi seluruh masyarakat Kabupaten Sumenep.
8) Asas kepastian hukum dan asas pelaksanaan hukum
Naskah Akademik ini yang merupakan hasil penelitian sebagai dasar penyusunan Ran
cangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep tentang Bermain Sepatu Roda di jalan
Umum di Kabupaten Sumenep diharapkan sampai disahkan menjadi Peraturan Daera
h yang kemudian diundangkan pada Lembaran Daerah Kabupaten Sumenep untuk di t
aati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Kabupaten Sumenep, serta dapat di eva
luasi pelaksanaannya secara berkala.
BAB III
EVALUASI DAN ANALISA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
Pada bagian ini akan membahas beberapa Pertauran Daerah yang terkait dengan perat
uran perundang-undangan yang ada di Indonesia, maka Peraturan Daerah harus di terapkan
sesuai dengan peraturan yang berlaku pada daerah tersebut. Untuk mengatasi permasalahan di
atas mengenai larangan bermain sepatu roda di jalan raya. Gambaran umum dalam
permasalahan diatas mengenai peraturan perundang-undangan yang disebutkan, maka dapat
merumuskan Rancangan Peraturan Daerah Kota Malang tentang larangan bermain sepatu
roda di jalan raya. Adapun rincian Undang-undang yang terkait dengan permasalahan
tersebut:
1. UU No.22 Tahun 2009 Pasal 122 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
(1) Pengendara Kendaraan Tidak Bermotor dilarang:
a. dengan sengaja membiarkan kendaraannya ditarik oleh Kendaraan Bermotor
dengan kecepatan yang dapat membahayakan keselamatan;
b. mengangkut atau menarik benda yang dapat merintangi atau membahayakan
Pengguna Jalan lain; dan/atau
c. menggunakan jalur jalan Kendaraan Bermotor jika telah disediakan jalur jalan
khusus bagi Kendaraan Tidak Bermotor.
Dalam pasal diatas menyatakan dalam butir (a) bahwa pengguna sepatu roda
tidak boleh membiarkan dengan sengaja membiarkan kendaraannya ditarik oleh
kendaraan bermotor karena akan membahayakan keselamatan masing-masing
terutama si pengguna sepatu roda.
Dalam butir (b) Bahwa jelas kegiatan roller skate sangat membahayakan
keselamatan baik pengguna jalan ataupun pemain roller skate tersebut. Karena
dilakukan di jalan raya yang dipergunakan untuk lalu lintas publik, sangat
memprioritaskan keselamatan bagi seluruh pengguna jalannya
Dalam butir (c) bahwa perlunya fasilitas khusus yang mendukung bagi sepatu
roda. Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum dan untuk
kepentingan umum, jika di kaitkan dengan permasalahan diatas dengan pasal
tersebut maka kegunaan yang benar untuk jalan umum itu sendiri adalah untuk
transportasi umum bukan untuk bermain sepatu roda. oleh karena itu, pemerintah
setidaknya menyediakan tempat untuk bermain sepatu roda atau dapat di sebut
dengan skatepark /inline skate.
Secara analisis, Didalam Raperda Tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan
Umum, tidak ada ketentuan yang bertentangan dengan Pasal 122 ayat 1 UU No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan. Pasal tersebut melarang pengendara
kendaraan tidak bermotor melakukan beberapa tindakan yang dapat membahayakan
keselamatan dan merintangi pengguna jalan lain. Di dalam Raperda Tentang
bermain sepatu roda di jalanan Umum mempertimbangkan faktor keselamatan dan
penghambatan lalu lintas, Serta memaksimalkan penggunaan fasilitas khusus
sehingga tidak ada konflik langsung dengan peraturan tersebut.
Dalam hal hubungan vertikal, Raperda yang mengatur tentang Bermain Sepatu
Roda di Jalanan Umum dapat memberikan penjelasan dan pengaturan yang lebih
rinci sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah setempat. Raperda dapat
menetapkan batasan-batasan, sanksi, dan tindakan yang harus diambil terkait
larangan tersebut. Asalkan Raperda tetap sejalan dengan prinsip-prinsip umum yang
ada dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan, maka
hubungan secara vertikal dapat terjaga.
Dalam hal hubungan horizontal, Raperda dapat menjadi pedoman dan panduan
bagi pemerintah daerah dalam mengatur bermain sepatu roda di jalan. Raperda dapat
mengatur secara spesifik mengenai berbain sepatu roda di jalanan umum tersebut
dan memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk melakukan penegakan
hukum dan pengawasan terhadap aktivitas tersebut. Namun, perlu diperhatikan
bahwa Raperda harus tetap konsisten dengan peraturan nasional yang berlaku,
termasuk UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan.
UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan memiliki beberapa
kekurangan yang dapat menjadi dasar untuk menyusun Raperda tentang bermain
sepatu roda di jalanan umum. Beberapa kekurangan yang ada dalam UU tersebut
adalah:
1. Tidak secara spesifik mengatur tentang bermain sepatu roda di jalanan umum: UU
No. 22 Tahun 2009 tidak memiliki ketentuan yang khusus mengenai aktivitas
bermain sepatu roda di jalanan umum. Kekurangan ini membuat sulitnya
penerapan dan penegakan hukum terkait aktivitas tersebut.
2. Kurangnya sanksi yang memadai: UU No. 22 Tahun 2009 mungkin tidak
memberikan sanksi yang cukup tegas atau memadai terhadap pelanggaran terkait
bermain sepatu roda di jalanan umum. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya
efektivitas dalam mencegah dan menanggulangi aktivitas tersebut.
3. Kurangnya pengaturan terkait infrastruktur: UU tersebut tidak secara tegas
mengatur tentang penyediaan infrastruktur yang memadai untuk mendukung
kegiatan bermain sepatu roda di jalanan umum. Hal ini dapat menyebabkan
ketidakjelasan mengenai jalur yang diperuntukkan bagi pengguna sepatu roda
dan berpotensi menyebabkan konflik dengan pengguna jalan lainnya.
4. Kurangnya kejelasan mengenai perlindungan keselamatan: UU No. 22 Tahun
2009 mungkin tidak memberikan pengaturan yang cukup jelas mengenai
perlindungan keselamatan bagi pengguna sepatu roda di jalanan umum.
Kekurangan ini dapat membahayakan keselamatan para pengguna sepatu roda
dan pengguna jalan lainnya.
Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan kekurangan-kekurangan tersebut,
disarankan untuk menyusun Raperda yang dapat mengisi kekosongan hukum dan
mengatasi kekurangan yang ada dalam UU No. 22 Tahun 2009. Raperda tersebut
dapat mengatur dengan lebih spesifik mengenai bermain sepatu roda di jalanan
umum, memberikan sanksi yang memadai, mengatur infrastruktur yang sesuai, dan
menegaskan perlindungan keselamatan bagi pengguna sepatu roda dan pengguna
jalan lainnya.