Anda di halaman 1dari 15

ACC by : DAFFA

Rancangan Peraturan Daerah 09/06/23

Tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum di Kabupaten


Sumenep

Yang Dibina Oleh Ibu Cindy Monique, S.H


DIKERJAKAN OLEH :
Muhammad Davin Rakhmatullah (202110110311256)
Moh. Syaifa Abidillah (202110110311417)
Achmad Qodri Romadhon Homzah Ansthaka Putra (202110110311256)
Yolanda Fajar Kurniasari (202110110311452)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan petunjuk dan karunia-Nya dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Sumenep tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum. Dengan rasa rendah
hati, kami mengakui keagungan dan kebijaksanaan-Nya yang senantiasa membimbing
langkah-langkah kami dalam mewujudkan kebaikan dan keadilan dalam tatanan masyarakat.
Dalam rangka menjaga ketertiban dan keselamatan lalu lintas di wilayah kami, dengan ini
kami menghadirkan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep tentang Bermain
Sepatu Roda di Jalanan Umum. Raperda ini bertujuan untuk melindungi integritas dan fungsi
jalan serta mencegah terjadinya kerusakan dan gangguan yang mungkin ditimbulkan oleh
aktivitas bermain sepatu roda di jalanan umum.
Dalam penyusunan Raperda ini, kami telah mempertimbangkan berbagai aspek
termasuk pertimbangan keamanan, keselamatan, serta kepentingan masyarakat secara umum.
Kami juga telah melakukan kajian yang mendalam tentang keberlanjutan aktivitas bermain
sepatu roda di jalan umum dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
Raperda ini akan memberikan kerangka hukum yang jelas dan tegas mengenai
larangan bermain sepatu roda di jalan umum, serta sanksi yang sesuai untuk pelanggaran
yang terjadi. Selain itu, Raperda juga akan mengatur mengenai ruang-ruang yang diizinkan
untuk bermain sepatu roda, seperti taman, tempat rekreasi, atau area khusus yang telah
ditentukan.
Kami berharap dengan disahkannya Raperda ini, akan tercipta lingkungan yang lebih
aman dan nyaman bagi semua pengguna jalan. Kami mengajak seluruh pihak untuk
mendukung implementasi Raperda ini dan turut serta dalam menjaga keselamatan lalu lintas
serta menjaga kelestarian infrastruktur jalan yang ada.
Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan partisipasi dari semua pihak
dalam menyusun Raperda tentang Bermain Sepatu Roda di Kabupaten Sumenep. Semoga
Raperda ini dapat memberikan kontribusi yang positif dalam meningkatkan keamanan dan
keselamatan lalu lintas di wilayah kami.

Malang, 8 Juni 2023

Tim Penyusun
Kata Pengantar....................................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................................5
C. Tujuan Dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik............................................ 5
D. Metode....................................................................................................................... 7
BAB II. KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS....................................................8
A. Kajian Teoritis........................................................................................................... 8
B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip.....................................................................................13
C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang Ada, Serta Permasalahan ya
ng Dihadapi ............................................................................................................16
D. Kajian Terhadap Implikasi Pengaturan................................................................... 17
BAB III. EVALUASI DAN ANALISA PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN....................................................................................................................... 19
1. UU No.22 Tahun 2009 Pasal 122 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkuta
n................................................................................................................. 19
2. Undang-Undang No.22 tahun 2009 Pasal 299 tentang Lalu Lintas dan Angkuta
n................................................................................................................. 20
3. Undang-Undang No 22 tahun 2009 Pasal 274 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan................................................................................................................. 20

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah "berolahraga" sesungguhnya bukan terjemahan langsung dari sebutan" Sport"
yang berasal dari bahasa inggris. Berolahraga berasal dari bahasa jawa" Olah" yang berarti
berlatih ataupun melaksanakan aktivitas, serta" Raga" yang berarti raga ataupun jasmani. Dari
perspektif elite kompetitif, berolahraga dimaksud selaku kegiatan yang mengaitkan power
serta skil, kompetisi, strategi, serta ataupun keberuntungan yang dicoba dalam rangka
mencapai kesenangan, kepuasan ataupun keuntungan individu semacam duit dalam wujud
aktivitas yang terorganisir. Jadi, berolahraga didefinisikan selaku segalah kegiatan raga yang
dicoba dengan terencana serta sistematis buat mendesak, membina, serta meningkatkan
kemampuan jasmani, rohani, serta sosial. Dengan batas tersebut, aktivitas raga semacam
berjalan ke pasar, bersepeda ke tempat kerja, mencangkul di sawah, serta sebagainya yang
memanglah tidak disengaja buat meningkatkan kemampuan jasmani, rohani, serta sosial
bukan termasuk olahraga1.
Sepatu roda awalnya dipatenkan di Belgia pada tahun 1760 oleh seseorang penemu
bernama John Joseph Merlin. Sepatu roda yang ia buat tidak jauh beda dengan ice skate,
dilengkapi dengan roda yang berbaris seperti blade pada ice skate pada biasanya. Kalo saat
ini sih sepatu roda dengan tipe itu diberi nama sepatu roda inline. Sayangnya, sepatu roda ini
susah buat dikendalikan. Terlebih lagi, sepatu ini tidak memiliki rem sehingga tidak dapat
menyudahi kala digerakkan.
Pada tahun 1863, James Plimpton membuat temuan terbaru di bidang sepatu roda. Ia
menciptakan tata cara terkini sepatu roda dengan 4 roda yang disusun menyamai letak roda
pada mobil. Keunggulan sepatu roda kepunyaan James merupakan sepatu roda ini dilengkapi
dengan sumbu yang dapat mempermudah seorang mengatur gerakannya. Desainnya ini
membuat sepatu roda terus menjadi diketahui apalagi ke segala penjuru Eropa. Sampai dikala
ini, desain kepunyaan Plimpton ini masih digunakan sampai saat ini.
Sampai pada tahun 1942, dibentuklah organisasi sepatu roda bertaraf internasional
yang bernama Federation De Roller Skating. Sehabis dibentuknya organisasi tersebut, mulai
banyak kompetisi sepatu roda yang apalagi bertaraf internasional. Sayangnya, sampai dikala
ini sepatu roda belum masuk ke dalam gelaran Olimpiade. Walaupun begitu, sepatu roda
masih pernah masuk ke dalam gelaran Olimpiade Masa Panas 2012 kemudian.
Peminat sepatu roda di Kabupaten Sumenep memiliki peminat yang cukup tinggi,
.Kabupaten Sumenep belum menydiakan lintasan khusus pengguna sepatu roda, sehingga
para pengguna sepatu roda menggunakan trotoar dan jalan umum yang menyebabkan pejalan

1
Solissa, Jonas. Buku Ajar Sosiologi Olahraga. 2023. hal 2
kaki dan kendaraan umum terganggu. Oleh karena itu para pengguna sepatu roda
memerlukan fasilitas khusus untuk bermain sepatu roda.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengumpulan dan inventarisasi permasalahan berkaitan dengan
Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum di Kabupaten Sumenep, maka didapatkan Daftar Inv
entarisasi Masalah (DIM) sebagai berikut:
a) Apa yang menyebabkan Kabupaten Sumenep belum memiliki peraturan mengenai
Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum?
b) Apa saja dampak dari sisi positif dan negatif dengan adanya raperda di Kabupaten
Sumenep Malang tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum?
c) Apa yang menjadi pertimbangan filosofis, sosiologis, dan yuridis mengenai pembentukan
raperda tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum?

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik


Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukaan diatas maka penyusunan
naskah akademik ini bertujuan untuk:
a) Mendapatkan jawaban atas permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Sum
enep tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum
b) Menemukan dampak positif dan negatif dengan adanya raperda di Kabupaten Sumenep
tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum
c) Menentukan Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup Materi Muatan Peraturan
Daerah Kabupaten Sumenep tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum
Kegunaan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep
tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum adalah:
a) Sebagai acuan atau referensi dan juga merupakan dokumen resmi yang menyatu dengan k
onsep Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan dalam pembahasan penetapan Peratura
n Daerah
b) Sebagai pertanggungjawaban secara yuridis mengenai konsepsi dan kemanfaatan dari pen
etapan Penetapan Peraturan Daerah
c) Sebagai sumber data dalam menemukan solusi atas Bermain Sepatu Roda di Jalanan
Umum di Kabupaten Sumenep
d) Mempermudah perumusan asas, tujuan serta inti materi muatan Rancangan Peraturan Dae
rah
e) Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Daerah dan masyarakat Kabupaten Sumene
p mengenai urgensi pengaturan masalah Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum

D. Metode Penelitian
Metode Penelitan yang digunakan dalam penelitian utuk merumuskan Naskah
Akademik ini merupakan penelitian Yuridis Normatif ataupun Penelitian Hukum Doktrinal
ialah penelitian hukum yang mempergunakan sumber informasi sekunder. Informasi
sekunder yakni informasi yang diperoleh dari bahan teks bukan diperoleh langsung dari
lapangan. Informasi sekunder terdiri dari bahan hukum primer yakni bahan- bahan hukum
yang berbentuk peraturan perundang- undangan. Bahan hukum sekunder yakni bahan hukum
yang menolong menganalisis bahan hukum primer semacam buku- buku literatur hukum,
serta sebagainya. Pula bisa digunakan buat pengumpulan informasi sesuatu metode
pengumpulan informasi dari bahan hukum tertier buat membagikan uraian maupun petunjuk
tentang bahan- bahan hukum sekunder. Bahan hukum tertier merupakan bahan hukum yang
membagikan petunjuk ataupun uraian terhadap bahan hukum premier serta sekunder,
semacam kamus (hukum), ensiklopedia. Ada pula Tata cara Analisis Informasi yang hendak
digunakan dalam penelitian buat menyusun sesuatu Naskah Akademik tentang Bermain
Sepatu roda di Jalanan Universal butuh dimulai dengan memilah sekumpulan informasi yang
relevan ataupun yang irelevan bersumber pada korelasi dengan fokus penelitian tentang
Bermain Sepatu roda di Jalanan Universal. Informasi yang relevan hendak dianalisis secara
normatif kualitatif.

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. KAJIAN TEORITIS
Olahraga dari berbagai cabang di seluruh dunia telah mengalami banyak
perkembangan ditambah lagi dengan adanya globalisasi dari awal manusia mengenal
olahraga sampai di jaman modern seperti saat ini. Menurut Ajun Khamdani (2010:1) olahraga
(sport) berasal dari bahasa Latin, disportare atau deportare, kata deportare berarti
penyenangan, pemeliharaan, atau penghiburan untuk bergembira, arti kata tersebut olahraga2
Olahraga yang ada karena perkembangan zaman adalah Sepatu Roda. Salah satu
faktor cepatnya pertumbuhan permainan Sepatu Roda di Indonesia, karena pemain bebas
mengekspresikan gerakan atau trik dalam bermain Sepatu Roda, ini alasan Sepatu Roda
digemari oleh golongan muda sampai remaja. Remaja yang identik dengan kebebasan dan
penuh semangat dalam mengekspresikan diri tanpa perlu menjadi orang lain.
Sehubungan dengan banyaknya peminat Sepatu Roda di Indonesia, Komite Olahraga
Nasional Indonesia (IKONI) membentuk asosiasi untuk olahraga Sepatu Roda. Organisasi ini
diberi nama Persatuan Olahraga Sepatu Roda (PORSEROSI). Dengan adanya PORSEROSI
ini Sepatu Roda di Indonesia diterima dan diakui. PORSEROSI tidak hanya mewadahi
olahraga Sepatu Roda tetapi juga sepatu roda dan ice skating, dikarenakan ketiga olahraga ini
memiliki kemiripan dan dilihat dari sejarahnya memiliki keterkaitan.3

B. KAJIAN TERHADAP ASAS/PRINSIP YANG TERKAIT DENGAN


PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
Analisis terhadap asas-asas yang dipergunakan dalam penyusunan naskah akademik adalah :
1) Asas tujuan yang jelas
Tujuan penyusunan Naskah Akademik ini adalah mengkaji dan meneliti secara akade
mik pokok pokok materi yang akan dirumuskan dalam Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Sumenep tentang Bermain sepatu roda di jalanan umum.
2) Asas perlunya pengaturan
Penyusunan Naskah Akademik ini sebagai pelaksanaan dari aspirasi dan keresahan m
asyarakat yang mengharapkan pengaturan mengenai permainan sepatu roda di Kabup
aten sumenep di atur dalam suatu peraturan yang mengikat semua pihak terkait.
3) Asas dapat dilaksanakan
Naskah Akademik ini nantinya akan dilanjutkan menjadi Rancangan Peraturan Daera
h yang setelah dilakukan pembahasan dan pengesahan oleh DPRD dan Pemerintah Ka
bupaten Sumenep akan menjadi Peraturan Darah tentang Bermain Sepatu Roda di
jalan Umum di Kabupaten Sumenep.
4) Asas consensus atau asas keseimbangan

2
Ace.2006. Speed & light : Indonesia sepatu rodaing. Jakarta : Gramedia

3
Jannah, Miftahul. Serba Serbi Sepatu Roda Untuk Pemula.2018 . Bab 2
Dalam penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Bermain
Sepatu Roda di jalan Umum di Kabupaten Sumenep dilakukan melalui kajian literatur
e, observasi, analisis situasi, sosialisasi, sinkronisasi dan harmonisasi sesuai kerangka
penyusunan peraturan daerah.
5) Asas terminology dan sistematika yang benar
Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep ten
tang Bermain Sepatu Roda di jalan Umum di Kabupaten Sumenep memakai terminol
ogy berdasarkan literature dan ketentuan ketentuan yang dapat dipertanggungjawabka
n.
6) Asas mudah dikenali atau dapat dimengerti
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Bermain Sepatu Roda di
jalan Umum di Kabupaten Sumenep ini disusun dengan bahasa yang dapat dimengerti
oleh masyarakat dan dapat difahami dengan baik, dengan mengutamakan bahasa yang
diupayakan tidak akan di tafsirkan secara berbeda beda.
7) Asas perlakuan yang sama dalam hukum
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep tentang
Bermain Sepatu Roda di jalan Umum di Kabupaten Sumenep nantinya akan berlaku b
agi seluruh masyarakat Kabupaten Sumenep.
8) Asas kepastian hukum dan asas pelaksanaan hukum
Naskah Akademik ini yang merupakan hasil penelitian sebagai dasar penyusunan Ran
cangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep tentang Bermain Sepatu Roda di jalan
Umum di Kabupaten Sumenep diharapkan sampai disahkan menjadi Peraturan Daera
h yang kemudian diundangkan pada Lembaran Daerah Kabupaten Sumenep untuk di t
aati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Kabupaten Sumenep, serta dapat di eva
luasi pelaksanaannya secara berkala.

C. PRAKTEK PENYELENGGARAAN, KONDISI YANG ADA SERTA


PERMASALAHAN YANG DIHADAPI OLEH MASYARAKAT
Adapun Das Sollen dariadanya Raperda ini yakni dengan banyaknya peminat sepatu r
oda di Kabupaten Sumenep yang seharusnya diiringi dengan pembangunan fasilitas tempat b
ermain sepatu roda seperti Skatepark agar para pengguna sepatu roda bisa bermain ditempat y
ang telah disediakan dan tidak menggangu khalayak umum. Adapun fakta yang berbanding y
akni Das Sein dari adanya Raperda ini yang berupa semakin banyaknya pengguna sepatu rod
a yang berada di Kabupaten Sumenep dan perkembangan olahraga sepatu roda di Kabupaten
Sumenep juga tergolong pesat. Hal ini berbanding terbalik dengan kurangnya fasilitas tempat
bagi pengguna sepatu roda. Pengguna sepatu roda biasanya bermain di Taman Bunga alun-al
un Kabupaten Sumenep yang juga ramai pejalan kaki yang mengunjungi Taman Bunga. Sehi
ngga pemain sepatu roda memilih jalanan umum untuk bermain, karena tempat di Taman Bu
nga sangatlah terbatas. Jika bermain di jalanan jumum, selain mengganggu pengandara, hal in
i juga berbahaya bagi para pengguna sepatu roda yang masih dikalangan anak-anak maupun r
emaja.
Terdapat beberapa gangguan dan hambatan dalam mengurangi jumlah pengguna sepat
u roda yang bermain di jalan umum di Kabupaten Sumenep. Beberapa gangguan dan hambata
n tersebut antara lain yakni banyaknya pengguna sepatu roda dengan fasilitas tempat yang tid
ak memadai, kesadaran individu atas pentingnya tidak mengganggu kenyamanan pejalan dan
pengendara di jalanan umum, dan tidak adanya pengaturan secara konkrit mengenai larangan
untuk tidak bermain sepatu roda di jalanan umum di Kabupaten Sumenep.

D. IMPLIKASI PENERAPAN SISTEM BARU TERHADAP ASPEK KEHIDUPAN


MASYARAKAT DAN KEUANGAN NEGARA
Dengan adanya Rancangan Peraturan Daerah tentang Bermain Sepatu Roda Di Jalana
n Umum Di Kabupaten Sumenep akan berdampak terhadap kehidupan masyarakat di Kabupa
ten Sumenep dimana peraturan daerah merupakan salah satu wujud adanya inisiatif daerah da
lam mengatur urusan pemerintahan daerah. Peratuan Daerah merupakan instrumen yang strat
egis dalam mencapai tujuan desentralisasi dan adanya otonomi.
Dalam konteks otonomi daerah, Desentralisasi bertujuan untuk meningkatkan kemam
puan pemerintah daerah dalam menyediakan public goods and services dan untuk meningkat
kan efisiensi dan efektifitas. Kemudian peranan pembentukan perataturan daerah di Kabupate
n Sumenep yang Pertama, Peratuan Daerah sebagai suatu terobosan kebijakan dalam melaksa
nakan otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab. Pada fungsi ini Peraturan Daerah se
bagai sarana hukum merupakan alat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah da
n tugas pembantuan. Kedua, Peraturan Daerah merupakan pelaksana peraturan perundang-un
dangan yang lebih tinggi. Sehingga pembangunan ekonomi di daerah harus tunduk pada asas
tata urutan peraturan perundang-undangan yang sudah ada. Ketiga, penangkap dan penyalur a
spirasi masyarakat daerah.
Peraturan Daerah merupakan sarana penyaluran kondisi khusus daerah dalam konteks
dimensi ekonomi, sosial, politik dan budaya. Keempat, sebagai alat transformasi perubahan d
aerah. Dalam fungsi ini, Peraturan Daerah turut menentukan keberhasilan pemerintahan dan p
embangunan daerah. Kelima, harmonisator berbagai kepentingan. Peraturan Daerah merupak
an produk perundang-undangan yang mempertemukan berbagai kepentingan. Melihat begitu
pentingnya Peraturan Daerah ini maka Pembentukan Peraturan Daerah di Kabupaten Sumene
p harus segera dilaksanakan.
Dengan diberlakukannya peraturan tersebut secara langsung akan berimplikasi
terhadap beban keuangan daerah karena hal ini akan menambah pendapatan daerah dari hasil
pembayaran area parkir dan adanya pembayaran sewa lahan bagi PKL yang tentuya hal
tersebut akan menambah pendapatan daerah. Dengan adanya Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Sumenep tentang Bermain Sepatu roda Di Jalanan Umum Di Kabupaten Sumenep
ini maka muncul kewajiban bagi pemerintah utuk melakukan sosialisasi, agar isi Rancangan
Peraturan Daerah ini dapat diketahui secara luas yang pada akhirnya akan memudahkan
penerapan materi dan dalam pelaksanaanya dapat berjalan secara maksimal sesuai dengan
apa yang telah direncanakan. Pemerintah daerah perlu menyediakan dana untuk kegiatan
sosialisasi mengenai adanya Rancangan Peraturan Daerah tentang Bermain Sepatu roda Di
Jalanan Umum Di Kabupaten Sumenep ini agar menunjang proses pelaksaan Rancangan
Peraturan yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Sumenep kemudian sosialisasinya akan dilaksanakan oleh dinas ataupun instansi terkait
kepada masyarakat.

BAB III
EVALUASI DAN ANALISA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Pada bagian ini akan membahas beberapa Pertauran Daerah yang terkait dengan perat
uran perundang-undangan yang ada di Indonesia, maka Peraturan Daerah harus di terapkan
sesuai dengan peraturan yang berlaku pada daerah tersebut. Untuk mengatasi permasalahan di
atas mengenai larangan bermain sepatu roda di jalan raya. Gambaran umum dalam
permasalahan diatas mengenai peraturan perundang-undangan yang disebutkan, maka dapat
merumuskan Rancangan Peraturan Daerah Kota Malang tentang larangan bermain sepatu
roda di jalan raya. Adapun rincian Undang-undang yang terkait dengan permasalahan
tersebut:

1. UU No.22 Tahun 2009 Pasal 122 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
(1) Pengendara Kendaraan Tidak Bermotor dilarang:
a. dengan sengaja membiarkan kendaraannya ditarik oleh Kendaraan Bermotor
dengan kecepatan yang dapat membahayakan keselamatan;
b. mengangkut atau menarik benda yang dapat merintangi atau membahayakan
Pengguna Jalan lain; dan/atau
c. menggunakan jalur jalan Kendaraan Bermotor jika telah disediakan jalur jalan
khusus bagi Kendaraan Tidak Bermotor.
Dalam pasal diatas menyatakan dalam butir (a) bahwa pengguna sepatu roda
tidak boleh membiarkan dengan sengaja membiarkan kendaraannya ditarik oleh
kendaraan bermotor karena akan membahayakan keselamatan masing-masing
terutama si pengguna sepatu roda.
Dalam butir (b) Bahwa jelas kegiatan roller skate sangat membahayakan
keselamatan baik pengguna jalan ataupun pemain roller skate tersebut. Karena
dilakukan di jalan raya yang dipergunakan untuk lalu lintas publik, sangat
memprioritaskan keselamatan bagi seluruh pengguna jalannya
Dalam butir (c) bahwa perlunya fasilitas khusus yang mendukung bagi sepatu
roda. Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum dan untuk
kepentingan umum, jika di kaitkan dengan permasalahan diatas dengan pasal
tersebut maka kegunaan yang benar untuk jalan umum itu sendiri adalah untuk
transportasi umum bukan untuk bermain sepatu roda. oleh karena itu, pemerintah
setidaknya menyediakan tempat untuk bermain sepatu roda atau dapat di sebut
dengan skatepark /inline skate.
Secara analisis, Didalam Raperda Tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan
Umum, tidak ada ketentuan yang bertentangan dengan Pasal 122 ayat 1 UU No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan. Pasal tersebut melarang pengendara
kendaraan tidak bermotor melakukan beberapa tindakan yang dapat membahayakan
keselamatan dan merintangi pengguna jalan lain. Di dalam Raperda Tentang
bermain sepatu roda di jalanan Umum mempertimbangkan faktor keselamatan dan
penghambatan lalu lintas, Serta memaksimalkan penggunaan fasilitas khusus
sehingga tidak ada konflik langsung dengan peraturan tersebut.
Dalam hal hubungan vertikal, Raperda yang mengatur tentang Bermain Sepatu
Roda di Jalanan Umum dapat memberikan penjelasan dan pengaturan yang lebih
rinci sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah setempat. Raperda dapat
menetapkan batasan-batasan, sanksi, dan tindakan yang harus diambil terkait
larangan tersebut. Asalkan Raperda tetap sejalan dengan prinsip-prinsip umum yang
ada dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan, maka
hubungan secara vertikal dapat terjaga.
Dalam hal hubungan horizontal, Raperda dapat menjadi pedoman dan panduan
bagi pemerintah daerah dalam mengatur bermain sepatu roda di jalan. Raperda dapat
mengatur secara spesifik mengenai berbain sepatu roda di jalanan umum tersebut
dan memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk melakukan penegakan
hukum dan pengawasan terhadap aktivitas tersebut. Namun, perlu diperhatikan
bahwa Raperda harus tetap konsisten dengan peraturan nasional yang berlaku,
termasuk UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan.
UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan memiliki beberapa
kekurangan yang dapat menjadi dasar untuk menyusun Raperda tentang bermain
sepatu roda di jalanan umum. Beberapa kekurangan yang ada dalam UU tersebut
adalah:
1. Tidak secara spesifik mengatur tentang bermain sepatu roda di jalanan umum: UU
No. 22 Tahun 2009 tidak memiliki ketentuan yang khusus mengenai aktivitas
bermain sepatu roda di jalanan umum. Kekurangan ini membuat sulitnya
penerapan dan penegakan hukum terkait aktivitas tersebut.
2. Kurangnya sanksi yang memadai: UU No. 22 Tahun 2009 mungkin tidak
memberikan sanksi yang cukup tegas atau memadai terhadap pelanggaran terkait
bermain sepatu roda di jalanan umum. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya
efektivitas dalam mencegah dan menanggulangi aktivitas tersebut.
3. Kurangnya pengaturan terkait infrastruktur: UU tersebut tidak secara tegas
mengatur tentang penyediaan infrastruktur yang memadai untuk mendukung
kegiatan bermain sepatu roda di jalanan umum. Hal ini dapat menyebabkan
ketidakjelasan mengenai jalur yang diperuntukkan bagi pengguna sepatu roda
dan berpotensi menyebabkan konflik dengan pengguna jalan lainnya.
4. Kurangnya kejelasan mengenai perlindungan keselamatan: UU No. 22 Tahun
2009 mungkin tidak memberikan pengaturan yang cukup jelas mengenai
perlindungan keselamatan bagi pengguna sepatu roda di jalanan umum.
Kekurangan ini dapat membahayakan keselamatan para pengguna sepatu roda
dan pengguna jalan lainnya.
Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan kekurangan-kekurangan tersebut,
disarankan untuk menyusun Raperda yang dapat mengisi kekosongan hukum dan
mengatasi kekurangan yang ada dalam UU No. 22 Tahun 2009. Raperda tersebut
dapat mengatur dengan lebih spesifik mengenai bermain sepatu roda di jalanan
umum, memberikan sanksi yang memadai, mengatur infrastruktur yang sesuai, dan
menegaskan perlindungan keselamatan bagi pengguna sepatu roda dan pengguna
jalan lainnya.

2. Undang-Undang No.22 tahun 2009 Pasal 299


Setiap orang yang mengendarai Kendaraan Tidak Bermotor yang dengan
sengaja berpegang pada Kendaraan Bermotor untuk ditarik, menarik benda-benda
yang dapat membahayakan Pengguna Jalan lain, dan/atau menggunakan jalur jalan
kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 122 huruf a, huruf b, atau huruf c
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau denda paling
banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
Dalam pasal di atas menjelaskan bahwa jalan umum itu tidak rata, jika
seseorang memegang/menarik kendaraan bermotor saat motor itu bergerak dapat
membahayakan pengguna jalan khususnya para pengguna kendaaran roda 2 maupun
roda 4. Bermain sepatu roda di trotoar dan jalan yang tidak rata rawan menyebabkan
para pemain sepatu roda tidak seimbangan yang bisa membahayakan diri sendiri
maupun orang disekitarnya.
Pasal 299 UU No. 22 Tahun 2009 melarang pengendara kendaraan tidak
bermotor untuk dengan sengaja berpegang pada kendaraan bermotor untuk ditarik,
menarik benda-benda yang dapat membahayakan pengguna jalan lain, serta
menggunakan jalur jalan yang seharusnya hanya digunakan oleh kendaraan bermotor.
Larangan ini menunjukkan kepentingan untuk menjaga keselamatan pengguna jalan
dan mencegah potensi bahaya yang dapat ditimbulkan.
Raperda tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum memiliki tujuan
yang serupa, yaitu melindungi keselamatan pengguna jalan dan mencegah terjadinya
potensi bahaya akibat bermain sepatu roda di jalan. Raperda tersebut akan mengatur
secara spesifik larangan bermain sepatu roda di jalan umum dan memberikan sanksi
yang sesuai terhadap pelanggarannya.
Secara vertikal, Raperda tersebut akan berada di tingkat peraturan daerah yang
lebih spesifik dibandingkan dengan UU No. 22 Tahun 2009. Raperda dapat
memberikan penjabaran lebih lanjut tentang larangan bermain sepatu roda di jalan,
termasuk definisi yang lebih jelas, area atau ruas jalan tertentu yang terlarang, serta
sanksi yang lebih tegas sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah tersebut.
Secara horizontal, Raperda tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum dapat
melengkapi dan mendukung implementasi Pasal 299 UU No. 22 Tahun 2009. Dengan
adanya raperda ini, akan ada aturan yang lebih khusus dan terfokus untuk mengatur
larangan bermain sepatu roda di jalan, sehingga penegakan hukum dapat dilakukan
secara efektif dan lebih mudah.
Meskipun Pasal 299 UU No. 22 Tahun 2009 memberikan larangan terhadap
tindakan-tindakan yang dapat membahayakan pengguna jalan, namun belum secara
spesifik mengatur tentang bermain sepatu roda di jalanan Umum. Kekurangan ini
dapat menghambat penegakan hukum terkait aktivitas bermain sepatu roda yang dapat
membahayakan keselamatan pengguna jalan.
Dengan menyusun dan mensahkan Raperda tentang Bermain Sepatu Roda di
Jalanan Umum, kekurangan tersebut dapat diatasi. Raperda akan memberikan
kerangka hukum yang lebih spesifik dan jelas, termasuk definisi yang lebih rinci
tentang bermain sepatu roda di jalan, larangan yang lebih tegas, serta sanksi yang
sesuai. Hal ini akan membantu meningkatkan kesadaran dan keselamatan pengguna
jalan serta memudahkan

3. Undang-Undang No 22 tahun 2009 Pasal 274 ayat 1


Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan kerusakan dan/atau
gangguan fungsi Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah)
Dengan adanya ketentuan pasal tersebut pemerintah juga mempunyai wewenang
untuk mengendalikan penggunaan jalanan dan fasilitas umum yang benar di setiap
wilayah, agar tidak ada penyalahgunaan dalam hal tersebut. Jika terdapat
penyalahgunaan fungsi tersebut sehingga menyebabkan kerusakan pada fasilitas
jalanan umum maka dapat dikenakan sanksi sebagaimana yang sudah disebutkan pada
pasal tersebut.
Pasal 274 ayat 1 UU No. 22 Tahun 2009 mengatur tentang pidana bagi orang
yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan kerusakan dan/atau gangguan fungsi
jalan. Raperda tentang Bermain Sepatu Roda di Jalanan Umum bertujuan untuk
melindungi jalan dan mencegah kerusakan atau gangguan fungsi jalan akibat bermain
sepatu roda di area yang tidak diperuntukkan. Dalam hal ini, raperda tersebut tidak
bertentangan dengan pasal tersebut karena sama-sama mengatur larangan yang
berkaitan dengan penggunaan jalan dan perlindungan infrastruktur jalan.
Secara vertikal, Raperda tersebut akan berada di tingkat peraturan daerah yang
lebih spesifik dibandingkan dengan Pasal 274 ayat 1 UU No. 22 Tahun 2009. Raperda
dapat memberikan penjabaran lebih lanjut tentang bermain sepatu roda di jalanan
umum, termasuk definisi yang lebih jelas, area atau ruas jalan tertentu yang terlarang
untuk bermain sepatu roda, serta sanksi yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik daerah tersebut.
Secara horizontal, Raperda tentang Larangan Bermain Sepatu Roda di Jalan dapat
melengkapi dan mendukung implementasi Pasal 274 ayat 1 UU No. 22 Tahun 2009.
Dengan adanya raperda ini, akan ada aturan yang lebih khusus dan terfokus untuk
mengatur larangan bermain sepatu roda di jalan, sehingga penegakan hukum dapat
dilakukan secara efektif dan lebih mudah.
Meskipun Pasal 274 ayat 1 UU No. 22 Tahun 2009 memberikan larangan
terhadap perbuatan yang mengakibatkan kerusakan dan/atau gangguan fungsi jalan,
namun belum secara spesifik mengatur tentang bermain sepatu roda di jalanan umum.
Kekurangan ini dapat menghambat penegakan hukum terkait aktivitas bermain sepatu
roda yang dapat merusak jalan atau mengganggu fungsi jalan.
Dengan menyusun dan mengesahkan Raperda tentang Bermain Sepatu Roda di
Jalanan Umum, kekurangan tersebut dapat diatasi. Raperda akan memberikan
kerangka hukum yang lebih spesifik dan jelas, termasuk definisi yang lebih rinci
tentang bermain sepatu roda di jalanan umum, larangan yang lebih tegas, serta sanksi
yang sesuai. Hal ini akan membantu meningkatkan kesadaran dan keselamatan
pengguna jalan serta memudahkan penegakan hukum terhadap pelanggaran yang
terkait dengan bermain sepatu roda di jalan.

Anda mungkin juga menyukai