Anda di halaman 1dari 2

1.

NORMA HUKUM

- perintah, larangan, perizinan, pembebasan

BERLAKU KELUAR

- norma hanya ditujukan kepada rakyat baik dalam hubungan antar sesamanya maupun antara
rakyat dan pemerintah.

- Norma yang mengatur bagian atau organisasi pemerintahan dianggap bukan norma
sebenarnya.

BERSIFAT UMUM DALAM ARTI LUAS

- Perbedaan norma umum dan individual dapat dilihat dari addresat antara norma abstrak atau
konkret.

CARA BERPERILAKU

TIDAK BERLAKU SURUT

TIDAK BERTENTANGAN DENGAN ASAS ASAS HUKUM YANG UMUM

TIDAK BERTENTANGAN DENGAN KESUSILAAN

2. Teori Hans Nawiasky mengatakan suatu norma hukum dari negara manapun selalu berlapis-
lapis dan berjenjang jenjang. Norma yang di bawah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma
yanglebih tinggi, norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar pada suatu norma
yang tertinggi yang disebut Norma Dasar. Norma huku suatu negara juga berkelompok-kelompok,
dan pengelompokan norma hukum dalam suatu negara itu terdiri atas 4kelompok besar yaitu:

Kelompok I : Staatsfundamentalnorm (Norma Fundamental Negara)

Kelompok II : Staatsgrundgesetz (Aturan Dasar/Aturan Pokok Negara)

Kelompok III : Formell Gesetz (Undang-Undang ”Formal”)

Kelompok IV : Verordnung & Autonome Satzung (Aturan pelaksana/Aturanotonom).

Tap MPRS Nomor : XX/MPRS/1966 mengkonstruksi jenis dan hierarki peraturan per undang-
undangan sebagai berikut :

a. Undang-Undang Dasar 1945

b. Ketetapan MPR/MPRS

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

d. Peraturan Pemerintah

e. Keputusan Presiden

f. Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya seperti Peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dll.

Tap MPRS nomor XX/MPRS/1966 berlaku selama 34 tahun karena keberadaannya sangat dijaga
oleh pemerintahan order baru walaupun di dalamnya terdapat banyak kelemahan. Hal ini terjadi
untuk menjaga situasi politik pada saat itu dan hierarkhi peraturan PerUUan menurut Tap. MPRS
No. XX tahun1966 dikaitkan dengan 4 kelompok peraturan dari Hans Nawiasky.

3. Menurut Tap MPR Nomor : III/MPR/ 2000, jenis dan hierarki peraturan perundang undangan
adalah :

a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945

b. Ketetapan MPR/MPRS

c. Undang-Undang

d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

e. Peraturan Pemerintah

f. Keputusan Presiden

g. Peraturan Daerah.

Tap MPR Nomor : III/MPR/ 2000 memiliki kaitan dengan teori Hans Nawiasky karena norma
hukum saling berkaitan dan membentukk suatu hierarki dan dalam hierarki tersebut norma hukum
yang lebih tinggi akan menguasai norma hukum yang lebih rendah.

4. Diantara keempat ketentuan yang mengatur tentang sumber tertib hukum, hanya Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2004 yang tidak mencantumkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat sebagai salah satu sumber tertib hukum dengan alasan bahwa Majelis Permusyawaratan
Rakyat bukan lagi lembaga tertinggi Negara.

Peraturan perundang-undangan (hukum tertulis) disusun dalam satu tingkatan yang disebut
hierarki peraturan perundang-undangan. Maksudnya adalah peraturan perundang-undangan lebih
tinggi berlaku, bersumber dan berdasar pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
lagi, dan seterusnya sampai pada peraturan perundang-undangan yang paling tinggi
tingkatannya. Konsekuensinya, setiap peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak
boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.yang lebih rendah
tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

5. Pada undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 ditegaskan pada Pasal 2 ayat (1) bahwa pancasila
merupakan sumber segala sumber hukum Negara. Ditempatkannya pancasila sebagai sumber
dari segala sumber shukum Negara adalah sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasas
Negara RI Tahun 1945 alinea keempat, yaitu bahwa:

a. Negara berketuhanan yang Maha Esa

b. Kemanusiaan yang adil dan beradap

c. Persatuan Indonesia

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikma kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan,


dan

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Menempatkan pancasila sebagai dasar dan sebagai ideologi Negara serta sekaligus sebagai
dasar loso s Negara sehingga setiap materi muatan Peraturan Perundang-Undangan tidak boleh
bertentang dengan nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila dan mengarah ke teori hans
nawiasky bahwa norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu
hierarki (tata susunan), dalam arti suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan
berdasar pada norma yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar
pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya.

RATANA CHANDRIKA

20210401446
fi
fi

Anda mungkin juga menyukai