Anda di halaman 1dari 3

Memanfaatkan Sampah Dapur Untuk Pupuk Tanaman

Jika kita memiliki tanaman, maka perlu dilakukan perawatan, baik pemupukan maupun
pengendalian hama dan penyakit. Kita dapat memanfaatkan sampah dapur organik untuk
menyuburkan tanaman. Sampah organik sering disebut sampah basah yang dapat terurai secara
alami. Artinya bahan sampah tersebut dapat membusuk tanpa didaur ulang. Ada 9 jenis sampah
dapur untuk menyuburkan tanaman, antara lain sebagai berikut :

1. Ampas kopi
Keasaman ampas kopi yang relatif lebih rendah, yakni 6.9 hingga 6.2, sehingga ramah untuk
diaplikasikan pada tanaman. Ampas kopi juga mengandung senyawa fosfor, potasium,
magnesium, dan sedikit tembaga. Hanya dengan mencampur ampas kopi dengan tanah dan
mengaduknya dengan sekop hinga tercampur rata. Untuk mencegah hama, menabur bubuk kopi
di sekitar tanaman akan mencegah datangnya bekicot, siput, dan hewan pemakan daun lainnya
yang bertubuh lunak.

2. Ampas teh
Kandungan ampas teh memiliki kandungan Nitrogen (N) yang mudah diserap oleh tanaman.
Ampas teh sisa seduhan yang sudah tak dipakai bisa langsung disiramkan pada tanaman.

3. Ampas kelapa
Ampas kelapa memiliki kandungan protein dan lemak kasar yang cukup tinggi untuk
menyuburkan tanaman. Terbarkan sisa ampas kelapa di sekitar tanaman buah. Lakukan secara
rutin sebanyak dua minggu sekali, tanaman buah atau tanaman bunga akan semakin lebat dan
subur.

4. Cangkang telur
Cangkang telur memiliki kandungan kalsium karbonat sebesar 90 persen. Kandungan kalsium
juga berfungsi untuk menguatkan tanaman, merangsang pertumbuhan akar, mempertebal dinding
sel dan pembentukan biji. Cangkang telur juga ampuh melawan sejumlah hama pada tanaman
seperti siput, dan lalat. Cara pengaplikasiannya adalah remas kasar cangkang telur lalu taburkan
di sekeliling tanaman.

5. Kulit bawang
Bawang merah maupun bawah putih mengandung unsur hara Kalium (K), Magnesium (Mg),
Fosfor (P), dan Besi (Fe) yang dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman. Kulit bawang
juga bisa digunakan untuk Zat Perangsang Tumbuh (ZPT) karena mengandung hormon auksin
dan giberelin. Kandungan senyawa acetogenin di dalam kulit bawang dapat menjadikannya
sebagai pestisida nabati. Sebab, senyawa tersebut bisa mengganggu organ pencernaan hama
serangga yang menyerang tanaman.
6. Kulit pisang
Kandungan kalium pada kulit pisang kering, yaitu sekitar 42 persen yang berfungsi untuk
meningkatkan pembungaan dan juga menguatkan perakaran tanaman. Nutrisi kulit pisang yang
lain seperti magnesium dan fosfor juga berperan penting dalam perkembangan tanaman.

7. Potongan sayuran hijau


Sayur hijau memiliki kandungan nitrogen (N) yang sangat tinggi dan dibutuhkan tanaman pada
perkembangan fase vegetatif.

8. Air cucian beras


Air cucian beras mengandung 90 persen karbohidrat berupa pati serta vitamin, mineral dan
protein. Dari struktur mikrobiologi, air beras mempunyai keanekaragaman bakteri antagonis,
artinya bisa melawan bakteri jahat atau patogen, serta dapat menginvasi sel telur hama kutu-
kutuan menjadi pecah sebelum waktunya.

9. Nasi sisa
Manfaat nasi sisa untuk tanaman antara lain menyediakan unsur hara makro dan mikro, memacu
pertumbuhan vegetatif dan perkembangan tanaman, mengatasi dan mengendalikan serangan
hama, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit terutama yang idebabkan oleh
jamur, dan meningkatkan aktivitas bakteri tanah yang menguntungkan tanaman.

Oleh karena itu diperlukan pengolahan yang tepat agar jumlah penumpukan sampah
dapat dikurangi, salah satunya dengan mengolah kembali sampah dapur menjadi POC (Pupuk
Organik Cair). Cara membuat POC juga terbilang sederhana dan menggunakan bahan baku yang
mudah diperoleh. Berikut cara pembuatan POC untuk wadah kapasitas 1 liter:

Alat :
 Wadah plastik kedap udara kapasitas 1 liter (ukuran sesuai kebutuhan)
 Timbangan digital
 Pisau
 Talenan
 Kain kasa/saringan

Bahan :
 500 gram sampah dapur, seperti sisa sayuran, buah-buahan, nasi basi, tulang ikan, daging
busuk, cangkang telur, dll.
Note: Saat mengumpulkan sampah dapur, pastikan sampah dipisahkan dan dibuatkan
tempat khusus agar tidak tercampur dengan sampah lainnya.
 500 ml air bersih
Note: Tidak direkomendasikan menggunakan air PAM. Air bisa diganti atau ditambahkan
dengan air cucian beras atau air kelapa.
 3 tutup botol molase (tetes tebu) atau 30-50 gram gula merah/gula aren
 1 tutup botol EM4 atau dekomposer yang tersedia di pasaran.
*Jika sampah dapur Anda melimpah dan ingin membuat dengan skala lebih banyak, takaran
bahannya bisa disesuaikan.

Cara Membuat :
1. Siapkan semua alat dan bahan
2. Bersihkan semua bahan organik yang akan diolah
3. Cacah semua bahan organik menjadi ukuran kecil kira-kira 1-2 cm, kemudian masukan ke
dalam wadah
Note: Pencacahan bahan-bahan organik ini bertujuan untuk mempermudah penguraian
bahan saat dilakukan fermentasi.
4. Larutkan 500 ml air, 3 tutup botol molase/30-50 gram gula merah, dan 1 tutup botol EM4,
lalu aduk hingga merata
5. Tambahkan larutan tersebut ke dalam wadah berisi bahan-bahan organik, lalu aduk kembali
sampai tercampur rata
Note: Sisakan minimal 1/3 ruang udara pada wadah penyimpanan.
6. Tutup rapat dan simpan wadah di tempat kering dan sejuk dengan suhu dalam rumah selama
14 hari
7. Buka wadah setiap hari untuk mengeluarkan gas sisa fermentasi, lalu aduk dan tutup kembali
sampai rapat
8. Setelah 14 hari, pisahkan cairan pupuk dan ampasnya. Proses ini bisa dilakukan dengan
penyaringan menggunakan kain kasa atau saringan.

Anda mungkin juga menyukai