Anda di halaman 1dari 3

Taktik Perang Supit Urang Jenderal

Sudirman yang Melegenda

Kamis, 16 Desember 2021 - 08:57 WIB

views: 13.716

Taktik perang Supit Urang telah melambungkan nama Soedirman sebagai salah
jenderal militer ahli strategi masa itu. Foto/ist

AAA

JAKARTA - Kemenangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dalam pertempuran


Ambarawa pada 15 Desember 1945 melawan tentara Sekutu begitu membanggakan.
Bukan hanya tercatat sebagai kemenangan pertama dalam perang kemerdekaan,
pertempuran Ambarawa membawa nama militer Indonesia mendunia.
Pasukan sekutu yang gagah perkasa lengkap dengan senjata dan alutsista modern,
tumbang oleh pasukan TKR, organisasi militer yang baru saja dibentuk dengan senjata
ala kadarnya. Dua hal yang kemudian dikenal dan dikenang dunia adalah sosok
Sudirman dan taktik perang Supit Urang yang diperkenalkannya.

Taktik supit urang tersebut adalah teknik penyerangan dari dua sisi yang bertujuan
membuat musuh terperangkap. Taktik ini dijalankan Sudirman yang kala itu sebagai
Komandan Divisi V Banyumas berpangkat kolonel.

Baca juga: Mengenang Palagan Ambarawa, Pertempuran yang Menginspirasi TNI


AD

Setelah gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, Sudirman yang merasa sangat kehilangan
salah satu perwira terbaiknya langsung mengambil alih komando pasukan. Sudirman
memerintahkan pasukannya melakukan pengepungan dan pembatasan dari dua sisi
posisi pasukan Sekutu.

Pada 11 Desember 1945, Sudirman menggelar rapat dengan para pimpinan sektor
TKR. Di dalam rapat itulah, Sudirman mulai memperkenalkan taktik perang yang
memang baru saat itu, yaitu Supit Urang. Ini dilakukan dengan cepat, cerdik, dan
serentak. Untuk menggunakan taktik ini, Sudirman menggunakan empat kelompok
pasukan.

Keesokan harinya serangan dimulai. Tepat pukul 04.30 pagi, serangan diawali oleh
pasukan pemukul dari arah Selatan dan Barat ke arah Timur menuju Semarang.
Gerakan pasukan pemukul lalu diikuti pasukan penembak karaben dengan tujuan
menjepit musuh dari kanan dan kiri, seperti seekor udang menjepit mangsa.
Selanjutnya, supit bertemu di bagian luar Ambarawa ke arah Semarang.

Dengan taktik ini, TKR berhasil memutus komunikasi pasukan Sekutu terputus dan
membuat Sekutu benar-benar terkurung. Setelah bertempur selama kurang lebih 4 hari,
pada 15 Desember 1945 TKR berhasil merebut Ambarawa dan pasukan Sekutu
mundur ke Semarang.

Baca juga: Perjalanan Berliku Jenderal Soedirman, dari Guru hingga Panglima
Besar

Kemenangan TKR di Ambarawa melambungkan nama Sudirman yang dianggap


menunjukkan kelas tertinggi sebagai pemimpin di tengah keterbatasan. Berkat
kemenangan ini pula, pangkat Kolonel Sudirman pun dinaikkan menjadi Jenderal oleh
Presiden Soekarno.

”Kolonel Soedirman telah menunjukkan dan membuktikan kualitas sebagai pemimpin


yang mampu membawa kemenangan luar biasa di tengah keterbatasan, kekurangan
dan ketidakterampilan para prajuritnya dalam menghadapi tentara sekutu yang serba
modern, profesional, berpengalaman dan sebagai pemenang dalam Perang Dunia II.
Pemimpin yang sangat berani, mampu menempatkan diri pada posisi apapun baik
sebagai Komandan, Guru, Pelatih, Bapak, Teman seperjuangan yang selalu dekat
dengan anak buah, kerelaan, ketulusan dan keikhlasan berkorban demi kemerdekaan
Indonesia dan keteladanan-keteladanan lainnya mampu melahirkan taktik “Supit Urang”
yang telah berhasil menghancurkan dan merebut benteng terkuat di Ambarawa,
kemenangan yang sangat monumental,” tulis Mayjen TNI Wuryanto dalam artikel
berjudul Palagan Ambarawa Peletak Dasar Nilai Kejuangan TNI dari Tantangan Global,
dikutip Kamis (15/12/2021)

Anda mungkin juga menyukai