Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Khotbah adalah kegiatan yang menyatu dalam kehidupan bergereja 
dan dipakai sebagai sarana untuk memelihara iman warga gereja agar
senantiasa tetap setia kepada keyakinan keselamatan di dalam Tuhan Yesus
Kristus. Kita mengamati bahwa selain Majelis, warga awam juga sering
ditunjuk untuk mengemban tugas ini. Oleh karena berbagai sebab dan
keadaan maka pengkhotbah dalam kehidupan jemaat tidak semua
mempunyai dasar-dasar ilmu teologi atau ilmu khotbah.

Dengan minimnya pengetahuan dasar tersebut maka pengkhotbah bisa
terjebak oleh bahaya-bahaya dalam berkhotbah. Misalnya rasa putus asa
dan perasaan tertekan oleh karena kurang percaya diri dalam melaksanakan 
tugas dan mengenai apa yang disampaikan dalam khotbah. Atau lebih
berbahaya lagi jikalau pengkhotbah terlalu percaya diri akan khotbahnya
sehingga kebenaran Allah menjadi tertutup oleh pemikiran-pemikiran
yang disampaikan. Untuk menghindari hal itu ada baiknya pengkhotbah
menyadari bahwa dia hanyalah alat untuk memberitakan tentang kebenaran
dan kemuliaan Allah, sehingga tidak akan terjadi pergerseran tujuan
Perlu diingat juga Firman Tuhan dalam Yakobus 3:1; “Janganlah banyak
orang diantara kamu mau menjadi guru, sebab kita tahu, bahwa sebagai guru
kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat”. Hal tersebut untuk
mengingatkan supaya sesorang selalu rendah hati ketika memberitakan
Firman Allah.

Namun selain ada bahaya dalam khotbah, khotbah juga memiliki
kemuliaan tersendiri bagi orang yang mengemban tugas ini. Kemuliaan
khotbah terjadi pada manusia yang dalam segala ketidakpatuhan dan
kebodohannya dapat dipakai untuk berkhotbah memberitakan kabar baik

1
dari Allah  di dalam Kristus Yesus, dipakai Allah menjadi alat  keselamatan
bagi manusia.

Dengan demikian sangat penting bagi setiap pengkhotbah untuk
mengetahui tentang seluk beluk khotbah dan syarat-syarat seorang
pengkhotbah agar supaya bahaya dalam khotbah dapat dihindarkan. Namun
yang lebih penting adalah pengkhotbah ketika dia berdiri di
mimbar mengemban amanat Allah melalui majelis gereja, ia memahami
dan yakin dengan apa yang dilakukannya, yaitu berkhotbah adalah suatu
pekerjaan yang mulia.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas di dalam makalah “Mengapa


Khotbah Penting Bagi Jemaat” tertuang dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut:

1.2.1 Apakah khotbah itu?

1.2.2 Siapa dan bagaimana seorang pengkhotbah?

1.2.3 Apa makna khotbah dalam kehidupan jemaat?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Apakah Khotbah itu?

Secara umum khotbah diartikan sebagai sebuah aktifitas yang didalam
nya seseorang memberitakan kabar kesukaan kepada sesamanya. Lebih
jelasnya, khotbah adalah memberitakan kabar kesukaan atau Injil perihal
kebenaran Allah bahwa Allah telah menyelamatkan manusia. Kalau
pembicaraan lebih focus pada pengarang ternama, perkara politik, dan
pokok yang hangat maka hal semacam ini dinamakan hanya pidato saja,
karena hanya merupakan hasil pemikiran si pembicara sehingga hal
semacam ini sekali-kali tidak boleh dinamakan berkhotbah. Yang berhak
diberi gelar kehormatan sebagai pengkhotbah Injil adalah mereka yang
berbicara perihal kebenaran Allah.

Dari hal diatas kita ketahui bahwa pusat dari khotbah adalah
kebenaran Allah, bukan berpusat pada diri si pengkhotbah, dia hanya
sebagai pemberita saja (alat). Khotbah didasarkan pada Injil Allah dan
ditujukan untuk kebaikan orang lain.

2.2 Siapa dan Bagaimana Seorang Pengkhotbah Itu

Berkhotbah itu suatu tugas yang mulia karena menghantarkan Firman
Allah, oleh karena itu siapakah yang patut memangku jabatan yang
demikian? Untuk tugas yang mulia tersebut maka perlu kekhususan bagi
sesorang yang akan menyampaikan Firman Allah atau berkhotbah.
Pengkhotbah adalah orang yang dikhususkan oleh Allah untuk melakukan
pemberitaan Injil, pengkhotbah adalah orang yang menerima kebenaran
dari Allah  dan menyampaikan kebenaran itu kepada orang lain. Beberapa
hal yang berkaitan dengan pengkhotbah;

3
a. Dipanggil oleh Majelis Gereja
Seorang pengkhotbah adalah orang yang dipanggil dan diberi
mandat untuk menyampaikan kabar kesukaan melalui mimbar gereja.
Mereka tidak bisa dengan kehendak sendiri berkhotbah di mimbar
gereja. Pendeta, Penatua, Diaken, atau warga gereja untuk menjadi
pengkhotbah atas dasar panggilan dan diberi mandat oleh majelis.
Sebagaimana Yeremia dan Paulus dipanggil Allah untuk menyampaikan
kabar kesukaan. Jabatan tangan atau cara yang dilakukan sebelum dan
sesudah pelayanan firman adalah suatu tanda dari penugasan majelis
terhadap pengkhotbah.

b. Berbakti kepada Allah dan Terbuka Terhadap Sesama


Pengkhotbah akan dapat menyampaikan dan melakukan khotbah 
dengan baik jikalau dalam diri pengkhotbah tersebut ada keterbukaan
terhadap Allah dan sesama. Terbuka terhadap Allah bahwa ia sungguh-
sungguh bergaul dan berbakti dengan Allah sehingga memahami apa
yang dikehendaki Allah melalui FirmanNya, kemudian dengan mantap
pengkhotbah dapat menyampaikannya kepada orang lain melalui
khotbah. Selain itu pengkhotbah haruslah orang yang mempunyai sikap
terbuka terhadap sesamannya dalam arti dia mau bergaul dan mau
menerima segala bentuk kritikan yang berguna untuk saling membangun
Keterbukaan terhadap Allah dan sesama sangat menolong pengkhotbah
agar supaya khotbahnya menjadi bermakna, bagi dirinya sendiri maupun
bagi orang lain.

c. Menjadi Dirinya sendiri


Beberapa pengkhotbah oleh karena berkeinginan menjadi
pengkhotbah yang tenar maka mereka meniru gaya para pengkhotbah
yang sudah tersohor. Namun usaha belum tentu berhasil, justru
kegagalan yang mereka dapat sebab mereka bertindak tidak sesuai
dengan kepribadian mereka sendiri, maka jadilah gaya yang dibuat-buat
dan ahkirnya justru salah dan menjadi tertawaan orang. Pengkhotbah

4
yang demikian itu sama halnya dengan kera yang suka meniru, dan
tabiat suka meniru tersebut yang akhirnya mencelakakan dirinya. Karena 
itu pengkhotbah harus sadar bahwa sifat-sifat pribadi yang dimiliki
masing-masing pengkhotbah adalah perlengkapan karunia Allah dan itu
yang layak sebagai alat menyampaikan kabar kesukaan. Pengkhotbah
haruslah orang yang menjadi dirinya sendiri, dengan kekurangan dan
potensi diri mereka. Dengan demikian pengkhotbah mampu
menyampaikan kabar kesukaan dengan penuh percaya diri.

2.3 Makna Khotbah Dalam Kehidupan Jemaat

Dalam Alkitab kita, kata khotbah jarang sekali dipakai, lebih banyak
dipakai kata “memberitakan Injil atau mengajar” untuk menunjukkan
maksud itu. (Mat.28:16-20, Mark.3:14-15, I Kor.1:17, dll). Khotbah atau
pemberitaan Injil,  Perjanjian Baru memakai berpuluh kata, namun beberapa 
kata yang penting diantaranya adalah; kerugma (memproklamasikan,
mengumumkan), euanggelion (memberitakan kabar kesukaan), marturia
(bersaksi, memberi kesaksian), didaskalia (mengajar), propeteia
(bernubuat). Berpijak pada kata-kata yang dipakai untuk menunjuk pada
arti pemberitaan firman atau khotbah maka berikut kita dapat mengambil
makna dari hal khotbah untuk pendewasaan dan pembangunan kehidupan
jemaat.

a. Sebagai kepatuhan utusan terhadap pengutus

Di dalam pemberitaan firman atau khotbah terdapat unsur
mengutus dan diutus. Pengkhotbah berdiri di mimbar diyakini sebagai
utusan Allah yang dipercaya menyampaikan kabar kesukaan,
sedangkan pihak yang mengutus adalah Tuhan Allah melalui Majelis
gereja sebagai wakilNya di bumi. Sebagai utusan (pengkhotbah) yang
menyampaikan kabar kesukaan dengan penuh rasa tanggung jawab
telah menunjukkan kepatuhannya kepada pengutus, yaitu patuh pada
Tuhan. Sebagai pengkhotbah (walau ada perbedaan) ia berdiri sejajar

5
dengan utusan-utusan  Allah yang lain: dengan nabi-nabi dan rasul-
rasul. Seseorang yang memberitakan kabar kesukaan adalah orang yang
diutus, sebagaimana dikatakan Rasul Paulus dalam I Kor 1:14,
“Bagaimanakah kita dapat mengabarkan Injil, kalau kita tidak diutus?”.

Oleh karena itu jemaat harus menyadari bahwa ketika
berhadapan dengan pengkhotbah mereka berhadapat dengan utusan
Allah. Jemaat harus memahami bahwa pengkhotbah diutus Allah untuk
menyampaikan kabar kesukaan dari Sang Pengutus, yaitu Tuhan Allah 
sendiri. Jemaat harus dapat melihat isi atau pesan dari kabar yang
disampaikan oleh pengkhotbah, bukan terpaku pada pribadi atau
kemampuan pengkhotbah. Dengan demikian jemaat juga menjadi
jemaat yang patuh pada Allah oleh karena mau mendengar
pengkhotbah. Jemaat terhindar dari sikap menilai kemampuan dan
kelayakan pengkhotbah serta mampu menangkap pesan dan maksud
Allah yang disampaikan oleh pengkhotbah sebagai utusan Allah.

b. Sebagai pengikat antara Jemaat dengan Firman Allah

Khotbah dalam kehidupan jemaat juga dimaksudkan untuk
mengikat jemaat dengan Firman Allah agar semakin bertumbuh dalam
iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Untuk menjadi jemaat yang
demikian maka pembangunan jemaat melalui khotbah atau pemberitaan
firman harus bersumber dari Alkitab atau Firman Allah.

Maksud Tuhan memberikan Alkitab kepada jemaat ialah supaya
dipergunakan sebagai sumber pemberitaan, sebab Alkitab mengandung
isi amanat Tuhan Allah yang harus diberitakan kepada jemaatNya.
Alkitab adalah satu-satunya sumber pemberitaan pengkhotbah,
ia tidak boleh menyimpang atau melepaskan diri dari Alkitab, khotbah
terikat erat dengan Alkitab.

Dengan demikian khotbah mempunyai makna dan tempat yang
sangat penting dalam membangun dan mendewasakan jemaat. Jemaat

6
dapat dibangun dan dewasa dalam iman dan perbuatan jikalau mereka
tumbuh dan berkembang hanya oleh dasar dan ikatan dengan Alkitab
Firman Allah.

c. Sebagai pengingat kepada Anugerah Allah

Khotbah harus dapat menunjukkan kepada jemaat bahwa
anugerah Allah menjadi pusat dari kehidupan Kristen. Isi khotbah harus
dapat mengingatkan jemaat untuk memahami bahwa begitu besar
perbuatan-perbuatan Allah yang dilakukan untuk keselamatan
manusia. Manusia berdosa telah memperoleh pengampunan dari Tuhan
Yang Maha Kasih, karena itu khotbah tidak boleh menempatkan dosa
dan hukuman sebagai pokok paling penting dalam khotbah yang
disampaikan kepada jemaat.

Khotbah dalam kehidupan jemaat mempunyai peran penting
dalam membentuk pribadi-pribadi yang penuh ucapan syukur melalui
bentuk-bentuk nyata hidupnya. Sebab dengan mengingat dan
mendasarkan hidup pada anugerah Allah, anggota jemaat bersedia
untuk bertobat, meninggalkan dosanya dan hidup sesuai dengan status
mereka sebagai orang-orang tebusan Allah, penerima dan pewaris
Kerajaan Allah.

d. Memelihara dan membangun iman jemaat

Walaupun pada kelompok ini mereka sudah percaya dan
dibaptis tetapi oleh karena berbagai-bagai masalah penggodaan dan
kelemahan manusiawinya mereka tidak bertumbuh dalam iman. Oleh
karena itu khotbah kepada orang yang sudah percaya (jemaat)
diantaranya adalah; menumbuhkan iman jemaat agar timbul kekuatan
untuk bertobat berpaling pada Tuhan, meneguhkan dan membangun
iman supaya iman yang sudah tumbuh semakin berkembang dan
berbuah tumbuh semakin berkembang dan berbuah, dan
mempertahankan iman dari godaan-godaan (dari diri sendiri,

7
lingkungan yang menolak iman Kristen serta pengajaran sesat)
yang mengancam ikatan  iman jemaat dengan Tuhan Yesus.

Pemberitaan Injil dimaksudkan untuk pembangunan dan
kedewasaan jemaat dapat kita tilik melalui apa yang dikatakan oleh
Paulus kepada Timotius dalam surat 2 Timotius 3:16: “Segala tulisan
yang diilhamkan  Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan  kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran.”
kebenaran”. Dengan demikian pengkhotbah dan jemaat harus memaha
mi bahwa khotbah mempunyai peran yang sangat penting bagi pemelih
araan dan kedewasaan iman jemaat sehingga masing-masing bisa
menyiapkan diri dengan sungguh.

e. Memanggil manusia kepada pertobatan dan keselamatan

Kita meyakini bahwa seseorang yang telah menerima Tuhan Ye
sus sebagai Juru Selamat telah mendapatkan keselamatan kekal, pun
jemaat Kristus sudah mendapatkan keselamatan. Namun jangan sampai
anugerah dan status tersebut menjadikan seorang egois, menganggap
keselamatan menjadi milik pribadi atau kelompok. Keselamatan yang
dari Tuhan Yesus adalah keselamatan yang universal, diperuntukkan
bagi siapapun juga. Pada kenyataannya, di sekitar kita masih banyak
orang yang belum mendengar dan menerima kabar kesukaan dan
keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Oleh karena itu pemberitaan Injil melalui khotbah juga
bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk
mendengar kabar kesukaan tersebut dan pada akhirnya merek
kesukaan tersebut dan pada akhirnya mereka menjadi percaya dan
diselamatkan. Pengkhotbah tidak taat sepenuhnya kepada Tuhannya kal
auia hanya mengucapkan khotbah di mimbar saja, hanya kepada merek
a yang sudah dibaptis saja, dengan melalaikan mereka yang diluar.  Jadi
untuk menjadi pengkhotbah yang taat sepenuhnya kepada Tuhan ia

8
harus mengingat mereka yang belum percaya agar melalui khotbah dan
kehidupannya mereka terpanggil untuk percaya, bertobat dan menerima
keselamatan yang sejati dari Tuhan Yesus Kristus.

Khotbah yang baik dan bermakna hayati sebagai kabar kesukaan 
kepada setiap manusia di seluruh dunia. Ruang lingkup khotbah adalah
dunia, khotbah harus mampu melampaui batas tembok-tembok gereja,
mampu masuk ke setiap bagian lorong-lorong dunia. Dengan khotbah
yang demikian maka maksud berita kesukaan menjadi genap yakni
memanggil setiap orang untuk percaya, bertobat, dan menerima
keselamatan didalam Tuhan Yesus Kristus.

Hal tersebut kita pahami sebagai tugas panggilan gereja dalam
hal kesaksian. Adapun bentuk dan metode khotbah kepada mereka yang
belum percaya lebih lanjut dibahas oleh bidang misiologia.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Khotbah adalah kegiatan memberitakan kabar kesukaan atau Injil


perihal kebenaran Allah bahwa Allah telah menyelamatkan manusia.

3.1.2 Pengkhotbah adalah orang yang dikhususkan oleh Allah untuk


melakukan pemberitaan Injil dan ia adalah orang yang menerima
kebenaran dari Allah dan menyampaikan kebenaran itu kepada
orang lain.

3.1.3 Adapun seorang pengkhotbah yang baik adalah orang yang dipanggil
oleh Majelis Gereja, berbakti kepada Allah dan terbuka kepada
sesama dan dapat menjadi dirinya sendiri.

3.1.4 Makna khotbah dalam kehidupan jemaat diantaranya sebagai


kepatuhan utusan terhadap yang diutus, sebagai pengikat antara
Jemaat dengan Firman Allah, sebagai pengingat akan Anugerah Allah,
memelihara serta membangun iman jemaat, dan untuk memanggil
manusia kepada pertobatan dan keselamatan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Makna Khotbah dalam Kehidupan Gerejawi. Jakarta.


http://www.bajupendeta.com/pembinaan/makna-khotbah-dalam-
kehidupan-gerejawi/, 2016. Diakses 01 Desember 2018.

11

Anda mungkin juga menyukai