Anda di halaman 1dari 15

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Melinda Dwi Maghfiroh


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jember
e-mail : dwimelinda88@gmail.com

Abstrak :
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki suatu dasar negara yang disebut dengan
Pancasila. Pancasila sendiri dirumuskan oleh beberapa pendiri negara atau The Founding Fathers
dengan pengesahan yang dilaksanakan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 menetapkan Pancasila sebagai dasar negara
yang terlampir pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penggunaan Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia adalah sebagai pedoman, dasar
nasional, dan pembimbing perilaku masyarakat nasional. Dari adanya hal tersebut maka pada
dasarnya Pancasila merupakan suatu dasar atau batin dari bangsa Indonesia yang telah
mempersatukan masyarakat Indonesia yang memiliki sifat yang prural. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa Pancasila merupakan suatu batin dari NKRI yang mengintegrasi masyarakat Indonesia serta
sebagai kebutuhan yang memang diperlukan bagi banga Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Kata Kunci ; Pancasila, norma dasar, dasar negara dan dasar pemersatu, pedoman perilaku
bangsa Indonesia
Abstract :
The Unitary State of the Republic of Indonesia has a state basis called Pancasila. Pancasila
itself was formulated by several founding fathers or The Founding Fathers with ratification carried
out by the Preparatory Committee for Indonesian Independence (PPKI). Independent Indonesia on
August 17, 1945 established Pancasila as the basis of the state which was attached to the Preamble to
the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. The use of Pancasila in the life of Indonesian
society is as a guideline, national basis, and guide the behavior of the national community. From this
existence, Pancasila is basically a basis or spirit of the Indonesian nation which has united
Indonesian people who have a prural nature. It can be concluded that Pancasila is an inner part of
the Unitary State of the Republic of Indonesia which integrates Indonesian society and is a necessary
need for the nation of Indonesia in the life of the nation and state.Keywords; Pancasila, basic norms,
state basis and unifying basis, code of conduct of the Indonesian nation
Pendahuluan

Sekelompok masyarakat terkadang masih kebingungan dalam memprioritaskan


kepentingan bangsa ataupun negara, dan dalam beberapa kasus terdapat masyarakat yang
masih menyepelekan antara keduanya. Dalam hal ini Negara dapat diartikan sebagai suatu
organisasi dengan suatu wilayah yang memegang kekuasaan terhadap persekutuan hidup
manusia sedangkan bangsa merupakan suatu persekutuan yang ada didalam negara tersebut.
Dalam menjalankan suatu konsep kenegaraan, suatu negara dituntut untuk memiliki suatu
identitas nasional mereka masing-masing. Dengan adanya identitas nasional tersebut maka
suatu negara dikatakan memiliki kepribadian yang membedakannya dengan negara lain.
Indonesia sendiri memiliki identitas nasional yang berupa Pancasila yang pada dasarnya juga
digunakan sebagai dasar negara, falsafah, pemersatu bangsa, dan sebagai ideologi Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang pada dasarnya memiliki sifat majemuk dan prural.
Kemajemukan masyarakat Indonesia terjadi melalui banyak peristiwa bersejarah yang sangat
kompleks dimulai dari berkembangnya Hindu Buddha hingga penyebaran Islam di
Nusantara. Dari adanya beberapa perbedaan tersebut maka diperlukan suatu identitas sebagai
dasar agar bangsa Indonesia senantiasa memiliki suatu pedoman untuk Bersatu dan berjalan
bersama dalam rangka mencapai tujuan negara. Dengan adanya beberapa penjelasan tersebut,
dalam artikel ini penulis akan membahas tentang pendalaman dari nilai-nilai Pancasila agar
pemahaman terhadap Pancasila dapat berkembang.

Pembahasan

A. Esensi pancasila sebagai dasar negara

Esensi berasal dari kata essence yang menurut kamus Longman diartikan sebagai
“the most basic and important quality of something,” sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) esensi merupakan kata benda yang artinya hakikat; inti; hal yang pokok
Contoh pemanfaatannya antara lain: Esensi perselisihan antara kedua negara itu perbedaan
cara pandang, dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi merupakan suatu hal
yang mendasar, pokok, hakikat, dan inti dari segala sesuatu sesuai dengan pemanfaatan serta
konteks kalimatnya.

Pancasila sendiri memiliki esensi dialamnya yang pada dasarnya harus tetap
ditanamkan dalam diri bangsa Indonesia. Beberapa permasalahan yang muncul pada masa
kini dapat dihubungkan dengan pudarnya nilai-nilai atau esensi dari Pancasila dalam jati diri
bangsa Indonesia itu sendiri. Faktor lain yang menyebabkan permasalahan ini terjadi adalah
adanya pengaruh dari luar, baik dari ideologi lain maupun dari luar negeri, yang
mempengaruhi pemahaman dan penanaman Pancasila sebagai jati diri masyarakat atau
bangsa Indonesia. Beberapa pengaruh tersebut dapat disamakan atau disetarakan dengan
adanya penjajahan tetapi tidak melalui peperangan melainkan melalui penjajahan ideologi
suatu bangsa yang memengaruhi bangsa tersebut agar terpecah belah dan tidak Bersatu
kembali. Teknik penjajahan yang seperti inilah yang menjadikan esensi dari Pancasila harus
ditanamkan dalam diri masyarakat Indonesia agar Indonesia tetap Bersatu dan tidak
terpengaruh oleh pihak lain serta tidak terpecah belah menjadi beberapa bagian. Beberapa
penerapan esensi Pancasila sebagai dasar negara adalah sebagai berikut:

1. Sila pertama
“Ketuhanan yang Maha Esa,” yang memiliki pengertian bahwasanya seluruh
bangsa Indonesia diberikan kebebasan dalam memilih, menjalankan, dan
mempercayai suatu keagamaan yang pada dasarnya telah diakui dalam Undang-
Undang Indonesia dengan syarat bahwa umat beragama tidak mengganggu dan
mencela agama lain serta tidak melanggar norma dalam masyarakat.
2. Sila kedua
“Kemanusiaan yang adil dan beradab,” yang memiliki penjelasan bahwa pada
dasarnya seluruh masyarakat Indonesia memiliki kesetaraan derajat sebagai manusia
yang dengan keras melanggar adanya perbudakan karena perbudakan sama sekali
tidak mencerminkan suatu nilai kemanusiaan itu sendiri.
3. Sila ketiga
“Persatuan Indonesia” memberikan penjelasan bahwa kepentingan negara
lebih diutamakan diatas kepentingan pribadi, golongan, maupun individu tertentu.
Dari adanya penjelasan tersebut maka sila ke-3 ini dapat diimplementasikan dengan
adanya penerapan yang tidak mengedepankan atau menunjukkan sifat etnosentrisme
yang memiliki penjelasan bahwa suatu individu lebih mengedepankan budaya sendiri
dengan menganggap remeh kebudayaan lainnya. Hal tersebut yang tidak
diperbolehkan dengan adanya sila ke-3 ini yang memberikan penjelasan bahwa
seluruh masyarakat Indonesia diharuskan untuk Bersatu dan mejadi satu untuk
mencapai suatu tujuan bersama.
4. Sila keempat
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan
atau perwakilan” dengan pengertian bahwa dalam mengambil suatu keputusan dalam
suatu permasalahan diwajibkan untuk melaksanakan permusyawaratan secara
bijaksana dengan manfaat agar tercapainya tujuan dari masyarakat serta tidak
memberatkan beberapa golongan tertentu. Hal ini dapat diimplementasikan dalam
setiap kejadian yang memerlukan ketetapan didalamnya, sebagai contoh penetapan
suatu undang-undang dalam suatu periode tertentu. Hal tersebut tentunya
dimusyarawahkan demi kepentingan seluruh banga Indonesia dan dilaksanakan oleh
perwakilan dari masyarakat.
5. Sila kelima
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” memberikan penjelasan
bahwa segala sesuatu yang ditetapkan dalam konteks kebangsaan dan kenegaraan
harus didasari oleh prinsip keadilan bagi seluruh masyarakat tanpa membeda bedakan
ras, suku, budaya, dan agama manapun. Konsep ini dapat diimplementasikan dengan
adanya ketetapan pendidikan minimal 9 tahun yang dilaksanakan tanpa membedakan
ras, suku, agama, dan budaya dari masyarakat demi terciptanya pertumbuhan tingkat
pendidikan di Indonesia.

B. Urgensi pancasila sebagai dasar negara

Salah satu penjelasan tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dijelaskan
oleh Ir. Soekarno yang merupakan Presiden pertama Republik Indonesia. Beliau menjelaskan
bahwa “Pancasila pada dasarnya merupakan Weltanschauung dengan penjelasan bahwa pada
dasarnya Pancasila telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia bahkan
sebelum Pancasila dirumuskan dan disepakati sebagai filsafat negara yang dimanfaatkan oleh
bangsa Indonesia untuk Bersatu dan mengusir penjajah.”

Untuk mendalami pemahaman mengenai urgensi dari Pancasila dilaksanakan dengan


dua penekatan yaitu pendekatan instusional dan pendekatan sumber daya manusia.
Pendekatan institusional dapat diimplementasikan dengan melaksanakan suatu konsep
kenegaraan dengan didasari oleh nilai-nilai Pancasila dengan tujuan terwujudnya cita-cita
bangsa dan terpenuhinya kepentingan nasional. Pendekatan sumber daya manusia terbagi
menjadi dua aspek yaitu pemimpin dan rakyat yang dipimpinnya. Bagi para pemimpin
diperlukan adanya penerapan Pancasila sebagai dasar negara agar masyarakat yang dipimpin
senantiasa memiliki pedoman dan identitas nasional yang jelas dan telah disepakati oleh
seluruh masyarakat Indonesia.
Urgensi dari Pancasila itu sendiri diperlukan oleh masyarakat Indonesia dalam
mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi. Apabila implementasi dari urgensi Pancasila
dapat dilaksanakan maka tujuan dan cita-cita bangsa akan tercapai. Salah satu implementasi
bagi pemerintah adalah menjalankan suatu pemerintahan dengan konsep good governance
yang nantinya akan memajukan perkembangan suatu negara dalam aspek pemerintahan. Di
sisi lain, masyarakat yang melaksanakan suatu kegiatan usaha juga dianjurkan untuk
memperhatikan Pancasila dalam implementasinya agar tidak melaksanakan adanya Free
Fight Liberalism agar tidak terjadi adanya monopoli perdagangan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat karena dalam konsep Pancasila terdpat konsep keadilan dan
kemanusiaan. Apabila seluruh urgensi dari Pancasila diimplementasikan dengan baik serta
ditanamkan dalam hati Nurani masyarakat Indonesia maka tujuan yang telah dicita-citakan
oleh seluruh masyarakat Indonesia akan segera tercapai dan terwujud.

C. Hubungan pancasila dengan proklamasi kemerdekaan RI

Esensi Pancasila pada dasarnya telah tumbuh dan berkembang dalam jiwa bangsa
Indonesia bahkan sebelum proklamasi kemerdekaan dikumandangkan. Seperti perkataan Ir.
Soekarno diatas bahwasanya Pancasila merupakan Weltanschauung yang telah tumbuh dalam
jiwa bangsa Indonesia melalui kerohanian dan filsafat dasar. Sedangkan proklamasi
kemerdekaan merupakan puncak atau buah dari hasil perjuangan bangsa Indonesia melawan
penjajahan yang telah didasari oleh semangat Perjuangan Pancasila dengan nilai-nilai yang
telah terkandung dan berkembang dalam jiwa masyarakat Indonesia.

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perjuangan bangsa Indonesia
telah didasari oleh nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan peristiwa proklamasi
kemerdekaan merupakan suatu puncak dari perjuangan sekaligus memberikan penegasan
terhadap nilai-nilai dari Pancasila itu sendiri. Nilai Pancasila yang sebelumnya diinjak-injak,
tidak dihargai, dan dilecehkan kemudian ditegaskan dan diangkat derajatnya melalui
peristiwa proklamasi kemerdekaan.

Kejadian yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 ini sekaligus menandakan
lepasnya nilai-nilai Pancasila dari penjajahan serta dapat dipertegas kembali bahwa Pancasila
merupakan pandangan hidup, filsafah, dan pedoman hidup bagi bangsa Indonesia dalam
menjalankan suatu sistem kenegaraan. Hal ini juga tidak dapat terlepas dari besarnya
keinginan dan kemauan dari bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan dengan suatu
kesatuan dan perjuangan yang begitu berat. Dari perjuangan ini juga telah tercermin suatu
nilai dari Pancasila yaitu persatuan dan kesatuan yang telah dilaksanakan untuk mencapai
suatu tujuan yaitu merdeka.
D. Hubungan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945

Pada dasarnya UUD 1945 dan seluruh aturan dan norma dasar di Indonesia didasari
oleh adanya filsafat dari nilai-nilai Pancasila. Hal tersebutlah yang kemudian menegaskan
bahwasanya Pancasila merupakan dasar dan pedoman bagi bangsa Indonesia. Dari hal itu
pula terdapat hubungan antara Pancasila dengan UUD 1945 yang dibagi menjadi dua, antara
lain:

A. Hubungan formal

Pancasila ditetapkan sebagai norma dasar dari hukum posited dengan


penempatannya dalam pembukaan UUD 1945. Dengan adanya hal tersebut maka
tata cara kehidupan dan ketatanegaraan tidak hanya mengacu pada aturan sosial
ekonomi dan politik saja tetapi juga mengacu pada keseluruhan asas yang melekat
pada norma tersebut. Asas yang dijelaskan antara lain asas religious, kultural atau
kebudayaan, dan asas kenegaraan yang memiliki hubungan dengan Pancasila
didalamnya.

B. Hubungan material

Selain hubungan formal seperti yang dijelaskan diatas, Pancasila dengan UUD 1945
juga memiliki hubungan material yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Apabila mengacu pada hirarki kemerdekaan Indonesia, pada dasarnya


BPUPKI merumuskan dasar filsafat Pancasila dan kemudian Pembukaan
UUD 1945. Dengan hal tersebut maka pembukaan UUD 1945 merupakan
tertib hukum dengan kekuasaan tertinggi dan tertib hukum tersebut
berdasarkan atau didasari oleh adanya Pancasila.
2. Selain hukum tertulis yang tertuang pada UUD 1945, Indoneisa juga
menerapkan suatu hukum dasar yang tidak tertulis. Dalam UUD 1945 hukum
ini juga dijelaskan bahwa hukum tidak tertulis merupakan suatu kebiasaan
atau aturan yang mendasar mengenai ketatanegaraan yang memang telah
tertanam pada setiap insan manusia yang biasa disebut dengan konvensi atau
kebiasaan ketatanegaraan.

E. Penjabaran Pancasila dalam pasal-pasal UUD NKRI 1945

1. Ketuhanan Yang Maha Esa Pasal 28E


Ayat 1 “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.” Ayat 2
“Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.”
Pasal 29
Ayat 1 “negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa.”
Ayat 2 “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Pasal 27(1) “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.” Pasal 28 “kemerdekaan berserikat dan berkumpulmengeluarkan pendapat
dengan lisan maupun tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”
Pasal 30(1) “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikutserta dalam usaha pertahanan
dan keamanan Negara.”
Pasal 31(2) “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pemerintah wajib
membiayainya.” Pasal 1 “kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut
undang-undang.”
3. Persatuan Indonesia
Pasal 32(2) “negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional.”
Pasal 35 “bendera negara Indonesia ialah sang merah putih.”
Pasal 36(A) “lambang negara ialah garuda pancasila dan semboyannya adalah bhineka
tunggal ika.”
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan Pasal 37(3) “untuk mengubah pasal UUD, sidang MPR
dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.”
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Pasal 34(1) “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.”
Pasal 34(2) “negara mengembangkan sistem jaminan”
F. Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan

Beberapa Implementasi dari Pancasila dalam rangka merumuskan kebijakan


diklasifikasikan menjadi beberapa bidang, antara lain:

1. Bidang politik
Dalam bidang politik, tujuan dari implementasi Pancasila didalamnya adalah untuk
merealisasikan atau mewujudkan suatu tujuan dengan dasar harkat dan martabat manusia
sebagai mahluk hidup. Hal tersebut pula didasari dengan kenyataan bahwa manusialah
yang memiliki andil yang krusial dalam berjalannya suatu sistem tatanegara dengan
sumber atau dasar yang berupa Hak Asasi Manusia (HAM). Hal tersebut merupakan
suatu wujud atau implementasi dari harkat dan martabat manusia yang pada dasarnya
melekat pada seorang individu sejak mereka lahir ke dunia ini.
“ Dalam sistem politik, negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber
pada hakikat manusia sebagai individu-makhluk sosial yang berperan sebagai rakyat.
Maka kekuasaan negara harus berdasarkan pada asal mula dari rakyat untuk rakyat.
Contoh yang dapat kita ingat dimasa lalu adalah pada masa Soekarno. Pada zaman itu,
sudah terdapat kesadaran politik untuk membangun bangsa ini dengan hanya melibatkan
3 komponen penting saja, meliputi Nasionalisme, Agama, dan Komunis (NASAKOM).
Tetapi prakarsa ini akhirnya menimbulkan kecemburuan dari pihak militer yang berujung
pada pelengseran Soekarno dari kekuasaannya. Hal itu menandakan bahwa dalam rangka
membangun bangsa ini tidak boleh dilakukan oleh beberapa kelompok saja, melainkan
seluruh rakyat Indonesia juga yang memiliki peran yang sangat penting dalam
membangun bangsa ini. “

“ Implementasi asas kedaulatan rakyat dalam sistem politik Indonesia, baik pada sektor
suprastruktur (lembaga politik negara) maupun infrastruktur politik (lembaga
kemasyarakatan negara), dibatasi oleh konstitusi. Hal inilah yang menjadi hakikat dari
konstitusionalisme, yang menempatkan wewenang semua komponen dalam sistem politik
diatur dan dibatasi oleh UUD, dengan maksud agar tidak terjadi penyalahgunaan
kekuasaan oleh siapapun. Dengan demikian, pejabat publik akan terhindar dari perilaku
sewenang-wenang dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan publik, dan
sektor masyarakat pun akan terhindar dari perbuatan anarkis dalam memperjuangkan
haknya. “

2. Bidang ekonomi
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Indonesia dihadapkan oleh dua sistem
perekonomian yang ekstrem yaitu sistem ekonomi sosialis dan sistem ekonomi kapitalis
yang pada dasarnya kedua sistem ekonomi ini memiliki blok mereka sendiri dan memang
menyebarkan pahamnya kepada seluruh dunia. Namun, Indonesia tidak menggunakan
kedua sistem ekonomi tersebut karena merasa tidak sesuai dengan keadaan di Indonesia
dan kemudia mencari suatu sistem perekonomian yang cocok diterapkan atau
diimplementasikan di Indonesia.
Sistem yang dicari dan ditemukan oleh para pendiri bangsa atau The Founding
Fathers adalah sistem perekonomian dengan basis kerakyatan. Sistem perekonomian
yang sedemikian rupa memberikan mandate kepada masyarakat Indonesia dengan konsep
pembangunan yang didasarkan oleh masyarakat atau rakyat dengan pemerintah sebagai
pengawas yang juga ikut mengintervensi jalannya perekonomian.
“ Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dalam bidang ekonomi mengidealisasikan
terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan
ekonomi nasional harus bertumpu kepada asas-asas keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan peran perseorangan, perusahaan swasta, badan usaha milik negara, dalam
implementasi kebijakan ekonomi. Selain itu, negara juga harus mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah termasuk
fakir miskin dan anak terlantar, sesuai dengan martabat kemanusiaan sebagaimana
diamanatkan Pasal 34 ayat (1) sampai dengan ayat (4) UUD 1945 “

3. Bidang sosial budaya


Mari kita ingat perumpamaan tentang sapu lidi. Beberapa tongkat yang disatukan dan
kemudian diikat di pangkalnya, dapat digunakan untuk membersihkan, bukan hanya satu
batang. Filosofi di balik perumpamaan tersebut adalah dasar bagi masyarakat yang
dibangun di atas nilai persatuan dan kesatuan. Padahal, kemerdekaan Indonesia terwujud
karena persatuan dan kesatuan bangsa.
Padahal, bangsa Indonesia memiliki karakter hidup gotong royong seperti yang
disampaikan Bung Karno dalam pidatonya pada 1 Juni 1945. Namun, rasa persatuan dan
kesatuan bangsa ini telah tergerus oleh tantangan globalisasi yang dipenuhi. dengan nilai-
nilai individualistis dan materialistis. Jika tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin
jati diri bangsa akan semakin terancam. Sehingga dalam mengatasi permasalahan
tersebut, kita harus mengangkat nilai-nilai pancasila yang merupakan nilai dasar bangsa
Indonesia. Ditinjau dari segi etika pancasila pada hakekatnya humanis, artinya nilai-nilai
pancasila didasarkan pada nilai-nilai yang bersumber dari harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang berbudaya.
Sila kedua dari Pancasila yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”
memiliki makna bahwasanya Pancasila merupakan suatu dasar dalam pengembangan
sosial budaya untuk mendorong manusia dalam melaksanakan beberapa hal dibawah:
a) universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan struktur dan
b) transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia dan kebebasan
spiritual
Dengan adanya hal tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
perkembangan dan pertumbuhan sosial budaya harus senantiasa dikembangan dan
dilestarikan dengan tidak menghapus nilai gotong-royong didalamnya. Nilai gotong-
royong inilah yang merupakan suatu identitas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang
memiliki nilai yang positif untuk senantiasa dilaksanakan baik pada masa kini dan pada
masa depan.
4. Bidang Hankam
Salah satu dari beberapa tujuan atau cita-cita bangsa Indonesia adalah “Melindungi
segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia” yang tertuang pada
pembukaan UUD 1945. Dengan adanya tujuan dan cita-cita tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan bahwasanya implementasi Pancasila dalam pertahanan dan keamanan
memiliki andil yang cukup besar didalamnya.
“ Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan landasan moralitas pertahanan
dan keamanan negara. Dengan demikian pertahanan dan keamanan Negara harus
didasarkan pada tujuan untuk menjamin harkat dan martabat manusia. Terutama secara
detail jaminan hak asasi manusia bagi setiap manusia. Pertahanan dan keamanan bukan
untuk kekuasaan karena jika itu dilakukan, pasti akan melanggar hak asasi manusia. “

“ Demikian pula pertahanan dan keamanan negara tidak ditujukan kepada kelompok
atau pihak tertentu yang dapat menyebabkan negara menjadi otoriter dan totaliter. Oleh
karena itu, pertahanan dan keamanan negara harus dibangun berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Pertahanan dan keamanan negara harus dilandasi oleh tujuan
untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
(sila I dan II) Pertahanan dan keamanan negara harus didasarkan pada tujuan untuk
kemaslahatan warga negara semua bangsa sebagai warga negara (sila III) Pertahanan dan
keamanan harus menjamin dasar-dasar persamaan dan kebebasan manusia (sila IV) dan
terakhir pertahanan dan keamanan harus ditujukan untuk mewujudkan keadilan dalam
kehidupan masyarakat (perwujudan keadilan sosial) sehingga Negara benar-benar
menjalankan konsep ketatanegaraannya sebagai negara hukum dan bukan negara yang
didasari oleh kekuasaan perorangan semata. “

“ Dan juga dalam UUD 1945 telah membahas tentang keamanan dan ketertiban Negara
yang tertuang dalam Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1) (2), (3) (4) dan ayat (5) UUD
1945. Berdasarkan uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa kelangsungan hidup
bangsa dan negara ini bukan hanya menjadi tanggung jawab TNI dan POLRI, tetapi
merupakan kewajiban seluruh warga negara. Karena kita memiliki negara ini, kita
memiliki kewajiban untuk melindunginya. “

Kesimpulan

Pancasila sendiri memiliki esensi dialamnya yang pada dasarnya harus tetap
ditanamkan dalam diri bangsa Indonesia. Beberapa permasalahan yang muncul pada masa
kini dapat dihubungkan dengan pudarnya nilai-nilai atau esensi dari Pancasila dalam jati diri
bangsa Indonesia itu sendiri. Faktor lain yang menyebabkan permasalahan ini terjadi adalah
adanya pengaruh dari luar, baik dari ideologi lain maupun dari luar negeri, yang
mempengaruhi pemahaman dan penanaman Pancasila sebagai jati diri masyarakat atau
bangsa Indonesia. Beberapa pengaruh tersebut dapat disamakan atau disetarakan dengan
adanya penjajahan tetapi tidak melalui peperangan melainkan melalui penjajahan ideologi
suatu bangsa yang memengaruhi bangsa tersebut agar terpecah belah dan tidak Bersatu
kembali.

Salah satu penjelasan tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dijelaskan
oleh Ir. Soekarno yang merupakan Presiden pertama Republik Indonesia. Beliau menjelaskan
bahwa “Pancasila pada dasarnya merupakan Weltanschauung dengan penjelasan bahwa pada
dasarnya Pancasila telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia bahkan
sebelum Pancasila dirumuskan dan disepakati sebagai filsafat negara yang dimanfaatkan oleh
bangsa Indonesia untuk Bersatu dan mengusir penjajah.”

Esensi Pancasila pada dasarnya telah tumbuh dan berkembang dalam jiwa bangsa
Indonesia bahkan sebelum proklamasi kemerdekaan dikumandangkan. Seperti perkataan Ir.
Soekarno diatas bahwasanya Pancasila merupakan Weltanschauung yang telah tumbuh dalam
jiwa bangsa Indonesia melalui kerohanian dan filsafat dasar. Sedangkan proklamasi
kemerdekaan merupakan puncak atau buah dari hasil perjuangan bangsa Indonesia melawan
penjajahan yang telah didasari oleh semangat Perjuangan Pancasila dengan nilai-nilai yang
telah terkandung dan berkembang dalam jiwa masyarakat Indonesia.

Dalam implementasinya, Pancasila memang memberikan andil yang cukup besar


sebagai pedoman serta suatu dasar dan identitas dari negara itu sendiri. Pedoman ini
diimplementasikan dalam berbagai macam bidang antara lain bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, serta pertahanan dan keamanan. Beberapa bidang ini didasari oleh implementasi dari
Pancasila agar terdapat keselarasan antara dasar negara dan Implementasinya.

Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/35271528/
MAKALAH_PENDIDIKAN_PANCASILA_ESENSI_DAN_URGENSI_PANCASILA_SE
BAGAI_DASAR_NEGARA
Lampiran hasil turnitin :

Anda mungkin juga menyukai