Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AKHLAK KEPADA LINGKUNGAN II


DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD SHALEH, S.Pd.I.,M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 12
ARDIANSYAH
ABDURAHMAN KHAERI

PRODI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL GAZALI BARRU
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan

kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan

hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akidah

Akhlak II” mengenai Akhlak terhadap lingkungan .

Makalah Akidah Akhlak II disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata

kuliah di STAI Al-Gazali Barru. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini

dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Akidah Akhlak II.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak selaku

perwakilan dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga

mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses

penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi

kesempurnaan makalah ini.

Barru, 14 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A.Latar Belakang..........................................................................................1
B.Rumusan Masalah.....................................................................................2
C.Tujuan Penulisan.......................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Bagaimana perkembangan teknologi sebagai sebuah keniscayaan.........4


B. Kemajuan teknologi informasi dan degradasi moral generasi muda.......6
C. menyiasati kemajuan teknologi informasi terhadap degradasi moral
generasi muda………………………………………………………………8

BAB III PENUTUP.............................................................................................12

A.Kesimpulan.............................................................................................12
B.Saran........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tak dapat dihindari dalam kehidupan

manusia, karena keberadaannyaa selalu sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahun. Hal itu disampaikan Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail

(LBM) PBNU Mahbub Ma’afi dalam kegiatan Ngaji Teknologi di Perpustakaan

PBNU Jakarta, Rabu (28/3). Ia menyampaikan, dalam Al-Qur’an tidak terdapat

larangan untuk menggunakan teknologi. Inna Allaha la yughayyiru mă biqoumin

hatta yughayyirû mâ bi-anfusihim. “Ini sebenarnya secara sekilas merupakan

perintah dalam Al-Qur’an untuk menggunakan teknologi agar kehidupan kita

lebih baik,” ujar Mahbub. Di samping itu, lanjutnya, perlu dipahami bahwa

teknologi terkadang memiliki dua sisi, baik sisi positif maupun negatif, tergantung

bagaimana seseorang memanfaatkannya. Dan Al-Qur’an dalam hal ini akan selalu

menerima selama teknologi itu dapat mengarahkan pada hal-hal kebaikan.

“Selama membawa pada kebaikan, maka no problem,” terangnya. Banyaknya

hajat manusia mengakibatkan perkembangan teknologi semakin pesat, sehingga

timbul berbagai masalah yang berpengaruh dalam persoalan-persoalan fiqih. Ia

mencontohkan, adanya komunikasi online, jual beli online, hingga jual beli saham

secera online merupakan sesuatu yang dimunculkan oleh perkembangan

teknologi. Yang kemudian muncullah berbagai pandangan oleh para ulama

mengenai hukumnya. “Sekarang banyak yang bertukar sapa melalui media sosial,

apakah hal tersebut sudah dihukumi sebagai silaturrahim, kan kalau silaturrahim

4
yang kita pahami adalah secara fisik, apakah itu pahalanya sama atau tidak? Nah

di sini dapat kita dilihat dampak dari teknologi yang begitu besar adalah adanya

implikasi yang serius dalam suatu hukum,” paparnya. Merujuk dari kaidah

taghayyuril ahkam bi taghayyuril azminati wa al amkinah, Mahbub menjelaskan,

hukum selalu berubah sesuai dengan perubahan ruang dan waktu. “Kalau dalam

konteks teknologi, saya akan mengatakan bahwa hukum itu sesuai dengan

perkembangan teknologi yang ada,” uangkapnya. (Nuri Farikhatin/Fathoni)

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat kami rumuskan permasalahan

yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Apa pandangan islam tentang perkembangan teknologi ?

2. Bagaimana menyiasati perkembangan teknologi dalam pendidikan islam

3. Bagaimana menyiasati kemajuan teknologi informasi terhadap degradasi

moral generasi muda ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap kemajuan Teknologi

2. Untuk mengetahui cara cara menyiasati perkembangan teknologi dalam

pendidikan islam

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam mencegah Degradasi

moral pemuda di tengah perkembangan teknologi.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pandangan islam terhadap kemajuan teknologi

Teknologi secara harfiah berarti ilmu tentang teknik. Ia merupakan aplikasi

dari sintesis sains atau natural sciencies dengan teknik. Sains adalah hasil

penelitian empirik berupa observasi dan eksperimen yang dirumuskan dengan

bantuan akal pikiran. Sedangkan teknologi adalah aplikasi atau cara-cara

penerapan sains dalam realitas kehidupan melalui eksperimen dan kegiatan

piloting selama bertahun-tahun. Dengan demikian teknologi adalah hasil

peneletian terapan. Penelitian model seperti biaya memerlukan ketekunan, waktu

dan biaya yang tinggi. Oleh sebab itu yang akan menguasai perkembangan

teknologi adalah bangsa-bangsa yang memiliki etos kerja keilmuan yang tinggi

serta anggaran yang besar. Itulah sebabnya, negara-negara yang melahirkan dan

mengembangkan teknologi adalah negara-negara yang sudah maju.  Amerika,

Jepang, Korea,  Finlandia, dan China, misalnya termasuk negara yang melahirkan

berbagai teknologi digital yang sangat dinamis, karena bangsa-bangsa tersebut di

samping memiliki modal, juga memiliki modal etos kerja dan ketekunan di atas

rata-rata bangsa lain

Di Indonesia sumber daya manusia tidak sebanding dengan perkembangan

teknologi yang ada. Walaupun perkembangan teknologi telah membawa bangsa

ini memasuki era baru pendidikan, akan tetapi permasalahan yang ada itu

berakibat pada ketidakmampuan untuk menuju goal pendidikan. Kelemahan anak

bangsa dalam memanfaatkan teknologi sebanding dengan lemahnya pendidikan.

7
Hal ini didukung oleh banyaknya sekolah atau lembaga pendidikan yang masih

belum mampu menciptakan miliu belajar yang baik. Keterbatasan sarana dan pra-

sarana pun menjadi alasan buruknya pendidikan di Negeri ini.

Globalisasi adalah salah satu akibat dari kemajuan teknologi. Derasnya

informasi yang masuk membawa dampak negatif kepada masyarakat. Disinilah

peran agama menjadi sangat penting. Sebagai pengendali sikap dan tingkah laku,

ia tidak boleh dilepaskan dari kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi yang tidak

diimbangi dengan agama akan sia-sia, bahkan ia dapat menjadi bumerang yang

dapat menyerang balik.

Agama Islam memandang teknologi sebagai sesuatu yang sangat penting.

Dalam surah Al-mujadalah ayat 11 yang artinya “….Allah akan mengangkat

orang-orang yang beriman diantara kamu sekalian dan yang berilmu beberapa

derajat.” Islam menegaskan betapa mulianya orang berilmu atau yang

mengetahui teknologi. Maka merupakan suatu hal yang keliru ketika ada beberapa

golongan yang menuduh Islam adalah agama yang jadul, agama yang ketinggalan

zaman. Karena faktanya, dalam ajarannya Islam memerintahkan ummatnya untuk

belajar.

Dalam surah al-‘Alaq ayat 1-5, kalimat “baca” adalah terminologi yang

dengannya Allah SWT. perintahkan Hamba-Nya untuk belajar dan melakukan

riset terhadap teknologi yang ada. Kita sebagai umat Islam tidak diperkenankan

untuk melepaskan diri dari teknologi, dan menganggapnya sesuatu yang bid’ah,

karena dengannya-lah kita dapat menghadapi tantangan zaman yang ada. Apalagi

tanpa adanya Agama teknologi dapat merusak sistem tatanan kehidupan.

8
Lebih jauh lagi, Islam dengan seluruh nilai dan ajarannya adalah satu komponen

yang sangat penting untuk menjadi penyeimbang kemajuan teknologi. Maka nilai

dan ajaran ini harus ditanamkan kepada anak bangsa semenjak dini. Salah satu

caranya adalah dengan tidak melupakan pendidikan Islam di sekolah-sekolah dan

masyarakat. Gencarnya gerakan Islamization of knowledge, banyaknya

iklan/ajakan untuk hidup beragama, banyaknya kegiatan keagamaan, menjadi

contoh penerapan pendidikan Islam dalam kehidupan.

Pada akhirnya, agama Islam tidak boleh dipisahkan dari kemajuan

teknologi. Karena melalui kajian-kajiannya kita dapat membatasi diri dari

ganasnya globalisasi sebagai akibat dati pesatnya kemajuan teknologi. Teknologi

yang tidak diimbangi dengan pendidikan Islam akan menjadi salah satu penyebab

hancurnya sebuah peradaban.

B. Bagaimana menyiasati perkembangan teknologi dalam pendidikan islam

Berbagai usaha dapat dilakukan, dimulai dari pendidikan anak oleh orang

tuanya. Kemudian, melatih self-censor. Di rumah, orang tua bisa melakukan

kontrol akses dengan penggunaan perangkat jaringan internet yang dapat dilihat

secara terbuka (tidak melalui wifi), agar seluruh keluarga bisa mengetahui konten

apa yang diakses anak-anak. Penggunaan wifi bisa menyebabkan anak membuka

konten informasi dalam internet secara tertutup (di kamar), yang tidak dapat

dikontrol. Kemudian ketika anak di sekolah harus ada pengawasan dalam hal

akses informasi, termasuk membatasi anak tidak menggunakan smartphone.

Pemerintah pun juga perlu terus melakukan upaya-upaya mengontrol konten

negatif dengan kebijakan sensor.

9
Dampak negatif ini perlu disaring atau bahkan diblokir meski hal ini tidak

bisa dilakukan seluruhnya. Pada saat ini, negara/pemerintah sudah mengeluarkan

kebijakan pemantauan dan sensor terhadap konten negatif, yang dilakukan oleh

Kementerian Komunikasi dan Informasi, sejalan dengan UU Nomor 11/2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Namun demikian, tetap saja ada

konten negatif ini ada yang lolos.

Dalam tingkat tertentu usaha-usaha pemerintah melakukan sensor atau

pemblokiran itu sudah menunjukkan hasilnya. Memang, sangat sulit upaya-upaya

ini mencapai hasil yang sempurna. Meski demikian, upaya-upaya ini tetap perlu

dilakukan. UU ITE juga sangat penting dan diperlukan untuk mengurangi dampak

negatif. Peraturan ini bisa menjadikan pengguna juga memiliki kontrol untuk

menggunggah maupun posting hal-hal yang tidak baik. Persoalan keterbukaan

informasi ini merupakan tantangan di dunia modern yang harus dihadapi.

Di samping sensor yang dilakukan oleh negara/pemerintah, harus pula ada

mekanisme self-censor agar warga masyarakat, terutama anak-anak dan remaja,

pintar dalam memilah informasi yang benar dan sehat. Self-censor ini harus

diajarkan dimulai sejak usia dini, dan dalam hal ini peran orang tua menjadi

sangat penting.

Ulama/tokoh agama berperan dalam pendidikan moral/akhlak bagi umat.

Ulama/tokoh agama perlu menyampaikan persoalan-persoalan yang sedang ada

pada era saat ini, dari berbagai aspek, termasuk yang positif dan yang negatif dari

keterbukaan informasi ini. Oleh karena itu, mau tidak mau ulama/tokoh agama

harus mengikuti perkembangan zaman, terutama perkembangan teknologi dan

10
dampaknya bagi kehidupan masyarakat. Ulama/tokoh agama perlu menjelaskan

persoalan ini yang dikuatkan dengan dalil-dalil, baik yang berasal dari teks suci

(naqli) maupun dalil-dalil secara rasional dan ilmiah (aqli). Masyarakat saat ini

memang memanfaatkan teknologi informasi tetapi dari sisi lain harus ada kontrol

agar tidak terjadi degradasi moral, terutama pengaruh yang harus dicegah adalah

adanya kebebasan seks dan mabuk serta narkoba.

C. Bagaimana menyiasati kemajuan teknologi informasi terhadap degradasi

moral generasi muda ?

Degradasi moral dalam konteks masyarakat Indonesia, yang dikenal

religius, tidak hanya terbatas yang membahayakan secara langsung orang lain,

misalnya tindak kekerasan, penipuan, korupsi, dan lain-lain. Degradasi moral juga

mencakup perilaku yang merugikan diri sendiri meski tidak secara langsung

merugikan orang lain, misalnya kebebasan seks maupun mabuk-mabukan (yang

bukan di tempat umum).

Indonesia dikenal bukan hanya negara yang sangat indah, namun juga dikenal

dengan negara yang sangat ramah dan bermoral. Namun tawuran pelajar, bullying, kasus

korupsi, perampokan, narkoba, seks bebas, pelecehan seksual, pembunuhan, kasus

mutilasi, dan lain sebagainya yang terjadi saat ini membuat anggapan itu semuanya sirna

seketika. Memang tidak dapat dipungkiri dalam suatu kehidupan pasti ada problematika.

Namun hal tersebut menandakan masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami gejala

degradasi moral. Degradasi moral yang terjadi dibangsa ini melanda berbagai lini

masyarakat, salah satunya yang sering terjadi pada sektor remaja. Generasi muda

tentunya memiliki peranan sangat penting bagi suatu bangsa. Karana dipundaknya lah

nasib bangsa kedepannya digantungkan. Namun pada kenytaanya kondisi saat ini banyak

11
remaja atau generasi muda yang bersikap amoral dan tetntunya jauh dari harapan para

pendiri bangsa ini.

Degradasi berarti kemunduran, kemerosotan atau penurunan dari suatu hal

sedangkan moral adalah akhlak atau budi pekerti menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jika kita interpretasikan keduanya maka degradasi moral merupakan

suatu fenomena adanya kemerosotan atas budi pekerti seseorang maupun

sekelompok orang. Menurut Lickona (2013) ada 10 indikasi gejala penurunan

moral yang perlu mendapatkan perhatian agar berubah ke arah yang lebih baik; 1)

Kekerasan dan tindakan anarki, 2) Pencurian, 3) Tindakan Curang, 4) Pengabaian

terhadap aturan yang berlaku, 5) Tawuran antar siswa, 6) Ketidaktoleran, 7)

Penggunaan bahasa yang tidak baik, 8) Kematangan seksual yang terlalu dini dan

penyimpangannya, 9) Sikap perusakan diri, 10) Penyalahgunaan Narkoba.

Tentunya ada aspek yang melatar belakangi maraknya degradasi moral

pada generasi muda saat ini. Ada dua poin penting yang dirasa cukup berperan

dalam hal tersebut, yaitu; keluarga/orang tua dan lingkungan (baik di dalam

maupun di luar sekolah). Keluarga dinilai sebagai faktor yang paling dominan

dalam meletakkan dasar bagi perkembangan moral/akhlaq, karena sebagai

madrasah pertama bagi remaja. Namun pada kenytaannya banyak para orang tua

yang kurang paham tentang perannya tersebut.  Para orang tua beranggapan

bahwa pendidikan bagi anak-anaknya cukup pada rana sekolah saja dan hal yang

jadi sorotan utama orang tua kepada anaknya hanyalah persoalan nilai raport.

Ketika bagus dipuji dan ketika buruk dimarahi, tanpa menanyakan pemahaman

anaknya berkenaan dengan mata pelajaran tersebut. Secara tidak langsung orang

12
tua mengejarkan bahwa hasil lebih penting dari pada proses. Maka dari itu

pentingnya membangun komunikasi antara orang tua dan anak.

Selain itu banyak orang tua siswa yang tidak sepenuhnya mendukung

pengajaran yang ada di sekolah. Banyak orang tua siswa yang melaporkan para

guru yang memberi sanksi fisik kepada anaknya. Hal tersebut membuat para guru

takut untuk memberi sanksi kepada siswa yang bersalah, sehingga banyak murid

yang berani kepada gurunya. Kurangnya pengawasan oleh orang tua terhadap

pergaulan anak juga dapat menyebabkan merosotnya moral anak tersebut.

Lingkungan sekolah dianggap berperan penting dalam pembentukan moral

siswa. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan sekunder, yang secara secara

sistematis melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka

membantu siswa supaya mampu mengembangkan potensinya, baik berkenaan

dengan aspek moral, spiritual, intlektual

Emosional, maupun sosial. Maka dari itu peran sekolah terbilang cukup

besar ditambah lagi hampir sepertiga waktu siswa dihabiskan di sekolah.

Kebanyakan orang tua juga menganggap dunia pendidikan sudah cukup

memberikan muatan-muatan moral pada anak-anaknya. Namun kondisi dunia

Pendidikan saat ini dirasa belum mampu sepenuhnya untuk membentuk moral

siswanya. Kebanyakan para pendidik dalam mengajar hanya gugur kewajiban saja

dalam mengajar. Para siswa lebih ditonjolkan dalam hal intlektual saja dan

mngesampingkan pendidikan moral. Contoh kasus yang sering terjadi adalah

Ketika ujian nasional (UN) mata pelajaran yang diujikan hanya mata pelajaran

umum saja, mata pelajaran yang menyangkut aspek moral/akhlak diabaikan.

13
Sehingga para siswa beranggapan bahwa intlektualitas/kepintaran siswa jauh lebih

penting dibandingkan moral siswa tersebut. Hal tersebutnya harusnya dikaji ulang

oleh para pemangku kebijakan.

Degradasi moral pada remaja Indonesia dapat diperbaiki apabila kedua lini

tersebut menjalankan perannya dengan baik dan penuh kesadaran dalam hal

mendidik remaja saat ini. Alangkah lebih baiknya juga apabila kedua lini tersebut

dapat berkolaborasi, bekerja sama, dan saling mendukung demi terciptanya

generasi yang bermoral/berakhlaq mulia.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Globalisasi adalah salah satu akibat dari kemajuan teknologi. Derasnya

informasi yang masuk membawa dampak negatif kepada masyarakat. Disinilah

peran agama menjadi sangat penting. Sebagai pengendali sikap dan tingkah

laku, ia tidak boleh dilepaskan dari kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi

yang tidak diimbangi dengan agama akan sia-sia, bahkan ia dapat menjadi

bumerang yang dapat menyerang balik.

Ada dua poin penting yang dirasa cukup berperan menanggulangi

degradasi moral generasi muda tersebut, yaitu; keluarga/orang tua dan

lingkungan (baik di dalam maupun di luar sekolah). Keluarga dinilai sebagai

faktor yang paling dominan dalam meletakkan dasar bagi perkembangan

moral/akhlaq, karena sebagai madrasah pertama bagi remaja.

B. Saran

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali

kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus

memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat

dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran tentang pembahasan makalah di atas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, N, Pembentukan karakter melalui pendidikan agama Islam. Al-Ulum


.
Aji, S. D, Etnosains dalam membentuk kemampuan berpikir kritis dan kerja
ilmiah siswa. (Seminar Nasional Pendidikan Fisika

Amal, Taufik Adnan, Islam dan Tantangan Modernitas, Studi Atas Pemikiran
Hukum Fazlur Rahman, (Cet. VI ; Bandung :
Mizan, 1996)

.
Hasibuan, N, Peran Islam dalam perkembangan teknologi pendidikan.
(LOGARITMA: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan dan Sains,
2014).

Ilmi, Z, Islam Sebagai Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi, (LENTERA, 2012)

Majid, Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2012)

16

Anda mungkin juga menyukai