Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

taufiq, hidayah serta pertolongan-Nya kami dapat menyusun makalah ini

dengan dan dapat selesai tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga

selalu tercurahkan kepada Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, keluarganya,

para sahabatnya serta tabi’it-tabi’inya.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari jauh dari

kesempurnaan baik dalam penempatan kata, ejaan, maupun cara

penyusunannya. Untuk itu, penyusun sangat mengharap kritik dan saran

untuk perbaikan pada kesempatan yang akan datang.

Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan ilmu,

informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk

mengembangkan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita

semua.

 Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

Barru, 16 Maret 2023

                                                                                    

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................3

C. Tujuan ........................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4

A. Pengertian Akidah......................................................................................................4

B. Pengertian Islam Kontemporer...................................................................................5

C. Pandangan Islam Terhadap Ramalan BMKG............................................................6

D. Pandangan Islam Terhadap Ramalan Zodiak..............................................................8

E. Pandangan Islam Terhadap Ramalan Paranormal....................................................12

BAB III PENUTUP.....................................................................................................13

A. Kesimpulan...............................................................................................................15

B. Saran ......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai sebuah agama, Islam diyakini oleh pemeluknya sebagai agama

yang mengatur masalah aqidah dan syariah. Aqidah berbicara masalah

keimanan, sedang syariah berbicara tentang semua bentuk ketentuan atau

hukum, baik yang berhubungan antara manusia dengan Tuhannya,

hubungannya dengan sesama, hubungannya dengan alam dan

hubungannya dengan kehidupan.

Masalah aqidah merupakan konsentrasi terpenting yang ditekankan

dalam dakwah Nabi Saw. Selama bertahun-tahun berada di Mekah, tidak

jarang beliau mendapat berbagai celaan bahkan siksaan dari orang-orang

musyrik saat mempromosikan keyakinan ketuhanan (tauhid) ini. Dan

selama bertahun-tahun itu pula, masih saja banyak orang yang

membangkang dan menolak aqidah yang diajarkan Nabi. Berkaca pada

perjuangan Nabi yang begitu berat dalam mendakwahkan aqidah, bisa

dikatakan bahwa persoalan aqidah adalah persoalan krusial yang harus

terus-menerus diperjuangkan dan ditanamkan kepada umat agar mereka

bebas dari kepercayaan-kepercayaan yang menyimpang. Atau dengan kata

lain, mendakwahkan kepada aqidah yang benar tidak berhenti pada masa

Nabi saja, sebaliknya bahwa umat beliau harus terus memperjuangkannya

sampai kelak akhir zaman. Selain aqidah, masalah akhlak juga sangat

ditekankan oleh Nabi dalam dakwahnya. Akhlak di sini dapat dipahami

1
sebagai sekumpulan etika Islam yang harus dijunjung oleh setiap Muslim

baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Sama seperti aqidah,

pentingnya internalisasi nilai-nilai akhlak harus terus diupayakan bagi

semua orang agar Islam sebagai rahmatan lil alamin dapat benar-benar

terwujudkan dalam realitas.

Seperti disebutkan di atas bahwa mendakwahkan aqidah dan

akhlak yang Islami merupakan suatu keniscayaan. Dan ini merupakan

perjuangan yang menuntut adanya keseriusan dari semua pihak. Paling

tidak ada beberapa hal yang dapat dijadikan alasan kenapa penanaman

aqidah yang benar dan akhlak yang Islami sangat penting untuk terus

diperjuangkan dan upayakan bahkan sampai saat ini. Pertama, realitas

kehidupan sekarang menunjukkan diakui atau tidak bahwa aqidah

masyarakat mengalami kedangkalan. Atau dengan kata lain, bahwa aqidah

masyarakat kurang kokoh. Era modern dengan segala pernik profanitas

dan hedonismenya tampaknya sangat mempengaruhi hal di atas. Ini bisa

dilihat dari tayangan media, baik elektronik maupun cetak, yang dengan

derasnya menayangkan liputan-liputan yang jauh dari nilai-nilai Islami.

Mereka seolah lupa bahwa selain tujuan ekonomis, ada tujuan etis yang

perlu diperjuangkan.

2
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian akidah?

2. Bagaimana pengertian islam kontemporer?

3. Bagaimana pandangan islam terhadap ramalan BMKG?

4. Bagaimana pandangan islam terhadap ramalan zodiak?

5. Bagaimana pandangan islam terhadap ramalan

paranormal?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian akidah.

2. Untuk mengetahui pengertian islam kontemporer.

3. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap ramalan

BMKG.

4. Untuk mengetahui padangan islam terhadap ramalan

zodiak.

5. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap ramalan

paranormal.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah

Kata ‘aqidah berasal dari kata bahasa arab. Secara

bahasa, aqidah berarti sesuatu yang mengikat. Kata ini, sering juga disebut

dengan ’aqa’id, yaitu kata plural (jama’) dari ’aqidah yang artinya simpulan.

Kata lain yang serupa adalah i’tiqad, mempunyai arti kepercayaan. Menurut

Sayyid Sabiq, tauhid atau al-‘aqidah al-islamiyyah adalah suatu sistem

kepercayaan Islam yang mencakup didalamnya keyakinan kepada Allah dengan

jalan memahami nama-nama dan sifat-sifatNya, keyakinan terhadap malaikat,

ruh, setan, iblis dan makhluk-makhluk gaib lainnya, kepercayaan terhadap

Nabi-nabi, Kitab-kitab Suci serta hal-hal eskatologis lainnya, seperti Hari

Kebangkitan (al-ba’ts), hari kiamat/hari akhir (yaum al-qiyamah/yaum al-

akhir), surga, neraka, syafa’at, jembatan gaib (al-shirath al-mustaqim), dan

sebagainya.1

Aqidah adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala

keraguan. Atau dengan kata lain Aqidah adalah suatu perkara yang harus

dibenarkan dalam hati sehingga melahirkan jiwa yang tenang dan mantap serta

tidak dipengaruhi keraguan dan meyakini dengan penuh keyakinan bahwa apa

yang menjadi rukun Iman umat islam benar Mutlaq meyakini keberadaannya.

B. Pengetian Islam Kontemporer


1
Mahrus, ”modul Akidah”, (Jakarta : 2012) h. 9
4
Kata islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam) dan M (mim)

yang berarti dasar “selamat”. Sedangkan kontemporer artinya dari masa atau waktu

ke waktu. Jadi menurut bahasa islam kontemporer berarti agama yang diajarkan

pada masa lampau dan berkembang hingga sekarang.

Menurut istilah, islam kontemporer adalah gagasan untuk mengkaji islam

sebagai nilai alternatif baik dalam perspektif interpretasi, tekstualmaupun kajian

kontekstual mengenai kemampuanislam memberikan solusi baru kepada teman-

teman disemua kehidupan masa lampau hingga sekarang.2

Penyimpangan dari aqidah yang benar adalah kehancuran dan kesesatan.

Karena aqidah yang benar merupakan motivator utama bagi amal yang bermanfaat.

Tanpa aqidah yang benar seseorang akan menjadi mangsa bagi persangkaan dan

keragu-raguan yang lama-kelamaan mungkin menumpuk dan menghalangi dari

pandangan yang benar terhadap jalan hidup kebahagiaan, sehingga hidupnya terasa

sempit lalu ia ingin terbebas dari kesempitan tersebut dengan menyudahi hidup,

sekali pun dengan bunuh diri, sebagaimana yang terjadi pada banyak orang yang

telah kehilangan hidayah aqidah yang benar sehingga muncul fenomena-fenomena

terkait akidah dengan percaya pada misalnya ramalan-ramalan

Masyarakat yang tidak dipimpin oleh aqidah yang benar merupakan

masyarat yang tidak memiliki prinsip-prinsip hidup bahagia, sekali pun mereka

bergelimang materi tetapi terkadang justru sering menyeret mereka pada

kehancuran, sebagaimana yang kita lihat pada masyarakat jahiliyah.

C. Pandangan Islam Terhadap Ramalan BMKG

2
Wahid Abdul, Muchsin Bashori, “pendidikan islam kontemporer”, ( Jakarta : 2009) h. 9
5
Meramal atau memprediksi cuaca atau gempa yang dilakukan oleh

BMKG (BadanMeteorologi Klimatologi dan Geofisika) adalah aktivitas

ilmiah yang berdasarkan padaanalisa dan input piranti teknologi yang dap

at dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Tidak ada yang salah dalam hal

ini. Sama dengan akvitias ilmiah seorang dokter atau tabib  atau s i n s h e

dalam "meramal" penyakit pasiennya dan memberi resep obat

b e r d a s a r k a n "prediksi"nya tersebut.Dalam agama kegiatan ilmiah itu

tidak hanya dibolehkan tapi juga dianjurkan dalam Islam.S e h i n g g a ,

prediksi dan perakiraan cuaca yang biasa dilakukan oleh

B a d a n   Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau badan-badan

lainnya yang sejenis bukanlah termasuk ilmu ghaib, tetapi hal itu

merupakan penelitian ilmiah tentang keadaan cuaca, a n g i n , a w a n

dan sejenisnya.Penelitian ilmiah modern tentang masalah

t e r s e b u t mengisyaratkan bahwa indikasi kebenaran cuaca bisa mencapai

90% apabila masih sehariatau dua hari, namun apabila sudah mencapai lebih

dari dua hari maka indikasi kebenarannyamenurun seperti 60% untuk kebenaran

prakiraan cuaca dalam waktu lima hari lagi. Apabila masalahnya demikian,

maka kita dapat memahami bahwa prakiraan tersebuthanya dapat diperoleh

melalui hasil penelitian tentang seluk beluk cuaca. Contoh sederhana dalam

kehidupan kita sehari-hari yaitu apabila kita melihat awan di langit

mendung gelap,gemuruh, petir menyambar, maka kita dapat memprediksikan

bahwa itu pertanda hujan akanturun. Sejenis itulah yang dipelajari oleh BMKG.

Semua prakiraan ini hukumnya boleh-boleh saja dalam pandangan sya'i.Namun

6
perlu diperhatikan dua hal penting berikut; Pertama adalah harus

diyakini bahwa prediksi cuaca tersebut tergantung kepada kehendak

Allah, karena betapa banyakprakiraan cuaca di berbagai negara dan

kota yang meleset dari perkiraannya. Dahulu, diberitakan oleh Ibnul

'Ammad al-Hanbali dalam Syadzarat Adz-Dzahab 2/199 tentang

peristiwa tahun 289 H: "Pada tahun tersebut, manusia shalat Ashar pada hari

Arafah denganpakaian musim panas, kemudian angin bertiup kencang, cuaca

menjadi sangat dingin, hinggamereka harus menghangatkan badan dengan

api dan airpun menjadi salju". Hal yang keduaadalah prediksi cuaca seperti

ini bukanlah termasuk ilmu ghaib sedikitpun, karena dasarnyaadalah

penelitian ilmiah seperti yang telah dijelaskan diatas, hasil suatu

penelitian kadang b e n a r d a n k a d a n g s a l a h . O l e h k a r e n a i t u , m a k a

t i d a k b o l e h b a g i s e o r a n g p u n u n t u k memastikannya, baik yang

memberikan informasi maupun yang menerima informasi. Prakiraan

cuaca hanyalah sekedar sebagai prakiraan dan jaga-jaga saja, yang sangat

berguna untuk keperluan manusia dalam bidang transportasi, pertanian,

perkebunan, nelayan dan sebagainya.

Jadi tidak ada kontradiksi antara fenomena prediksi cuaca dengan ayat

Al-Quran surah Luqman ayat 34 yang berbunyi

Lٌ L‫ ْف‬Lَ‫ ن‬L‫ ى‬L‫ ِر‬L‫ ْد‬Lَ‫ ت‬L‫ ا‬L‫ َم‬L‫ َو‬Lۖ L‫م‬Lِ L‫ ا‬L‫ َح‬L‫ر‬Lْ ‫َأْل‬L‫ ٱ‬L‫ ى‬Lِ‫ ف‬L‫ ا‬L‫ َم‬L‫ ُم‬Lَ‫ ل‬L‫ ْع‬Lَ‫ ي‬L‫ َو‬L‫ث‬
L‫ ا‬L‫ َذ‬L‫ ا‬L‫ َّم‬L‫س‬ Lَ L‫ ْي‬L‫ َغ‬L‫ ْل‬L‫ ٱ‬L‫ ُل‬L‫ ِّز‬Lَ‫ ن‬Lُ‫ ي‬L‫ َو‬L‫ ِة‬L‫ َع‬L‫ ا‬LَّL‫س‬L‫ل‬L‫ ٱ‬L‫ ُم‬L‫ ْل‬L‫ ِع‬L‫ۥ‬Lُ‫ ه‬L‫ َد‬L‫ ن‬L‫ ِع‬Lَ ‫هَّلل‬L‫ ٱ‬L‫ِإ َّن‬

L‫ ٌر‬L‫ ي‬Lِ‫ ب‬L‫ َخ‬L‫ ٌم‬L‫ ي‬Lِ‫ ل‬L‫ َع‬Lَ ‫هَّلل‬L‫ ٱ‬L‫ ِإ َّن‬Lۚ L‫ت‬
Lُ L‫ و‬L‫ ُم‬Lَ‫ ت‬L‫ض‬ LٌLۢ L‫ ْف‬Lَ‫ ن‬L‫ ى‬L‫ ِر‬L‫ ْد‬Lَ‫ ت‬L‫ ا‬L‫ َم‬L‫ َو‬Lۖ L‫ ا‬L‫ ًد‬L‫ َغ‬L‫ب‬
ٍ L‫ر‬Lْ ‫ َأ‬LِّL‫ َأ ى‬Lِ‫ ب‬L‫س‬ Lُ L‫ ِس‬L‫ ْك‬Lَ‫ت‬

7
Terjemahan: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah

pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang

menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam

rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui

(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan

tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana

dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

Maha Mengenal.” 3

Terkait dengan ayat diatas, Allah telah menjelaskan bahwa

tidak ada satupun yang mengetahui kapan akan terjadi kiamat

kecuali Allah. Seperti hari kiamat, Allah juga memberikan tanda-

tanda kapan akan turun hujan walaupun diketahui tanda-tandanya,

akan tetapi berkaitan dengan tepat dan pastinya kapan turunnya

hujan, dimana, berapa kadarnya dan kapan berhentinya hanya

Allah yang tahu.

D. Pandangan Islam Terhadap Ramalan Zodiak

Ribuan tahun yang lalu, ketika manusia yang masih hidup pada zaman

jahiliyah melihat ke angkasa, mereka mulai bertanya tentang apa yang mereka

lihat disana. Dengan kerangka berpikir yang masih mempercayai tahayul,

mereka melihat angkasa sebagai sesuatu yang menakjubkan. Mereka

beranggapan hal-hal yang aneh terjadi di sana, seperti kemunculan komet,

gerhana dan lain sebagainya, bagi mereka hal itu merupakan isyarat akan
3
Kementrian Agama RI ALMUMAYYAZ Al-qur’an Tajwid Warna Transliterasi Per Kata
Terjemah Per Kata. Bekasi : Cipta Bagus Segera 2014. h. 414
8
terjadinya malapetaka, seperti kematian, kehancuran, wabah penyakit,

kekeringan dan banjir di bumi4. Mereka percaya bahwa bintang-bintang dan

benda-benda langit adalah dewa-dewa yang mempengaruhi bumi dan isinya.

Merekapun beranggapan bahwa dengan mantera para dukun atau peramal dapat

bermohon kepada dewa bintang-bintang itu agar mempercepat datangnya

sesuatu yang diharapkan atau menghindarkan sesuatu yang mencelakakan5.

Kepercayaan akan hal-hal semacam ini terus berkembang dan masih ada sampai

sekarang, yang lebih dikenal dengan nama ramalan bintang.

Perhitungan ramalan bintang didasarkan pada rasi bintang, yaitu sekumpulan

bintang yang terletak berdekatan, membentuk suatu pola yang dinamai dengan

zodiak. Menurut perhitungan zodiak, satu tahun ada dua belas bintang, yang

masing-masing bintang itu mempunyai pengaruh pada karakteristik dan nasib

seseorang, seperti cara berpikirnya, sikapnya, perbuatannya, bahkan pada nasib

baik buruknya. Ramalan bintang atau zodiak biasa digambarkan untuk

mengetahui keadaan seseorang dalam janga waktu 1 minggu atau sebulan

mendatang bahkan setahun kedepan.6

Cara memperoleh ramalan bintang di zaman sekarang ini tidak perlu susah

payah sampai ke rumah tukang ramal. Setiap orang disuguhkan cara mudah

untuk membaca ramalan bintang. Banyak surat kabar atau majalah yang

membuka rubrik khusus untuk membicarakan apa yang ditunggu-tunggu banyak

orang mengenai nasib baik atau nasib buruk yang akan menimpa mereka hari itu

4
Robin Kerrod, “Bengkel Ilmu Astronomi”, (Erlangga, 2005), h. 6
5
M. Quraish Shihab, “Mistik, Seks, dan Ibadah”, (Jakarta: Republika, 2005) cet. II, h. 58
6
Efendi Zarkasi, ”Khutbah Jumat Aktual”, (Jakarta: Gema Insani, 2008), cet. VI, h.30
9
atau keesokan harinya. Rubrik seperti itu biasanya diberi judul “Nasib Anda

Hari Ini”, “Apa Kata Horoskop Anda dan bintang anda”, dan lain-lainnya 7.

Bahkan yang lebih mudah lagi pada era modern ini yaitu melalui internet yang

bisa diakses kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja.

Begitu besar pengaruh ramalan bintang dalam kehidupan manusia bahkan

telah menyusup di kalangan kaum muslimin. Contohnya ialah banyak kaum

muslimin yang lebih tahu dan hafal bintang zodiaknya dibandingkan dengan

bulan hijriah kelahirannya. Penyebab banyaknya kaum muslim yang percaya

dan menggantungkan nasibnya kepada ramalan bintang dikarenakan dia tidak

memahami bahwa sesungguhnya Allah Yang Maha Mengetahui akan nasib baik

dan buruk seseorang. Manusia diciptakan oleh Allah swt.. Karena itu, tidak satu

pun manusia yang mengetahui secara pasti akan nasib dirinya, melainkan hanya

Allah yang menciptakan manusia itu. Seseorang yang mempercayai ramalan

bintang, secara langsung maupun tidak langsung menyatakan bahwa ada zat

selain Allah yang mengetahui perkara gaib. Padahal Allah telah menegaskan

dalam Al-Qur`an bahwa tidak ada yang mengetahui perkara yang gaib kecuali

Dia. Terkait dengan ini Allah Swt. Berfirman dalam surah An-Naml ayat:65

َ‫ْب ِإاَّل ٱهَّلل ُ ۚ َو َما يَ ْش ُعرُونَ َأيَّانَ يُ ْب َعثُون‬


َ ‫ض ْٱل َغي‬
ِ ْ‫ت َوٱَأْلر‬
ِ ‫قُل اَّل يَ ْعلَ ُم َمن فِى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬

Terjemahan: “Katakanlah: "tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang

mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak

mengetahui bila mereka akan dibangkitkan”.8

7
Yusuf Qardhawi, ”Fatwa-Fatwa Kontemporer 2”, (Jakarta: Gema Insani, 2008), cet. V, h.
241-242
8
Kementrian Agama RI ALMUMAYYAZ Al-qur’an Tajwid Warna Transliterasi Per Kata
Terjemah Per Kata. Bekasi : Cipta Bagus Segera 2014. h. 383
10
Terkait dengan ayat diatas, Allah menjelaskan bahwa tidak ada

seseorangpun yang mengetahui perkara yang gaib baik di langit maupun di bumi

selain Allah Swt.

Penyebab lain seseorang percaya dan menggantungkan nasibnya kepada

ramalan bintang ialah kerena ia tidak menyadari bahwa percaya dan

menggantungkan nasib kepada ramalan bintang merupakan bagian dari

perbuatan syirik (menyekutukan Allah), karena beriman kepada takdir Allah

merupakan salah satu rukun iman yang keenam. Jika ada seseorang yang

mengingkari ketentuan Allah serta percaya kepada ketentuan ramalan bintang,

berarti telah rusak imannya dan telah menyekutukan Allah, sedangkan orang

yang menyekutukan Allah termasuk orang yang melakukan dosa besar, yang

tidak akan diampuni kecuali dengan cara bertobat. Coba saja kita bayangkan,

bagaimana mungkin ratusan juta orang yang berzodiak Leo atau Capricorn di

seluruh dunia menghadapi kejadian yang sama dalam hidupnya pada hari atau

minggu yang sama. Selain itu di setiap majalah yang mencantumkan rubrik

“Ramalan Bintang” mempunyai ramalan yang berbeda-beda. Ini membuktikan

bahwa ramalan atau prediksi tersebut tidak bisa dijadikan pegangan serta

sandaran untuk menjalani hidup, karena ramalan tersebut dibuat oleh manusia.

Inilah yang ditolak oleh Islam. Bintang-bintang itu tidak lain hanyalah sebagian

makhluk Allah di dalam alam semesta yang luas terbentang ini, ada yang tinggi

dan ada yang rendah, ada yang terang dan ada yang redup, berkilauan di langit

angkasa. Dengan jaraknya yang sangat jauh terlihat berdekatan dan membentuk

pola yang disebut dengan rasi bintang. Tidak ada hubungannya dengan nasib

11
manusia di bumi. Pada dasarnya seluruh makhluk yang diciptakan Allah di alam

ini ialah untuk kemaslahatan manusia, begitu pula hikmah di balik penciptaan

bintang. Bintang yang Allah ciptakan bukanlah media untuk menentukan nasib

seseorang ataupun kejadian yang terjadi di muka bumi.

E. Pandangan Islam Terhadap Ramalan Paranormal

Paranormal adalah orang yang mengaku mengetahui perkara

ghaib. Hukum perbuatannya itu murtad atau kafir, karena telah mensyirikkan

Allah Swt. Selain itu juga telah mendustakan dan mengingkari Al-Quran dan

As-Sunnah. Nama lain dari paranormal adalah dukun, peramal, “orang pintar”,

ahli sihir, dan ahli nujum. Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin,

Al-Kahi (dukun)  adalah seseorang yang memberitahukan perkara ghaib yang

akan terjadi di kemudian hari, seperti ia berkata, “Akan terjadi begini dan begitu

pada hari ini dan itu.” Atau ia berkata pada seseorang, “Kamu akan bahagia pada

hari ini dan itu atau kamu akan ditimpa musibah begini pada hari ini dan itu,”

atau yang semisalnya.

Dewasa ini, fenomena mendatangi parnormal atau dukun sudah sering kita

jumpai di dalam masyarakat. Kepercayaan sebahagian besar masyarakat

terhadap ramalan ghaib  telah mengakar dan menjamur. Tak terbatas pada orang

awam dan primitif saja, namun juga artis, pengusaha, pejabat, bahkan orang

akademiki dan terdidik pun ikut-ikutan.

Parahnya lagi, ada sebahagian orang yang dianggap "paham agama" dan

dianggap "ustadz", "ulama", "teungku", atau "kyai" percaya kepada ramalan

ghaib,  bahkan justru menjadi aktor utama dalam masalah ini sebagai peranormal

12
dan dukun. Tentu saja perilaku oknum-oknum ini telah menyimpang dari syariat

dan meresahkan umat Islam.

Motifnya pun beragam; karena sakit parah, ingin mendapatkan pangkat

dan jabatan, ingin cepat kaya, mendapatkan jodoh, mencelakakan orang atau

menghindari dari gangguan orang lain dan sebagainya.

Sebahagian besar masyarakat kita yang tidak berpegang teguh kepada

aqidah Islam yang benar, selalu menjadikan paranormal dan dukun sebagai

tempat bertanya, mengadu, mencurahkan keluh kesah, bersandar dan meminta

pertolongan. Untuk itu, mereka rela mengeluarkan sejumlah uang yang tidak

sedikit, bahkan ada yang rela menggadaikan kehormatannya.

Maka tidak mengherankan bila iklan praktek ramalan yang dilakukan

oleh paranormal dan dukun menghiasi surat kabar dan televisi selama ini.

Praktek ini dianggap sebagai bisnis yang sangat menggiurkan dan

menguntungkan.  Bahkan praktek ramalan nasib berdasarkan tanggal lahir dan

rasi bintangnya seperti aquarius, pisces dan sebagainya yang menghiasi kolom

khusus di majalah dan surat kabar sangat diminati oleh masyarakat.

Ironisnya, fenomena seperti ini dibiarkan, tanpa tindakan tegas dari

pemerintah untuk mempidanakan pelakunya. Padahal, berbagai kasus penipuan

dan pemerkosaan akibat ulah paranormal dan dukun banyak terjadi. Bahkan,

praktek ini jelas merusak aqidah dan menyesatkan ummat Islam. Maraknya

kepercayaan masyarakat kepada paranormal dan dukun ini menunjukkan bahwa

kondisi iman dan aqidah sebagian ummat Islam di Indonesia pada saat ini berada

pada “titik nadir” yang sangat kritis dan mengkhawatirkan.

13
Mendatangi maupun mempercayai tukang ramal, tukang sihir, dukun dan

ahli nujum adalah termasuk dosa besar. Oleh karena itu, seorang muslim

dilarang keras mendatangi mereka.  Jika seseorang mendatangi mereka, lalu

bertanya sesuatu kepadanya, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh

hari, sebagaimana sabda Rasulullah,“Barangsiapa mendatangi ‘arraf

(peramal) lalu dia bertanya kepadanya tentang sesuatu lalu dia mempercayai

apa yang dikatakannya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh

hari”. (HR. Muslim).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kata ‘aqidah berasal dari kata bahasa arab. Secara bahasa, aqidah berarti

sesuatu yang mengikat. Kata ini, sering juga disebut dengan ’aqa’id,

yaitu kata plural (jama’) dari ’aqidah yang artinya simpulan. Kata lain

yang serupa adalah i’tiqad, mempunyai arti kepercayaan.

2. Islam kontemporer adalah gagasan untuk mengkaji islam sebagai nilai

alternatif baik dalam perspektif interpretasi, tekstualmaupun kajian


14
kontekstual mengenai kemampuanislam memberikan solusi baru kepada

teman-teman disemua kehidupan masa lampau hingga sekarang.

3. . Dalam agama kegiatan ilmiah itu tidak hanya dibolehkan tapi

juga dianjurkan dalam Islam.S e h i n g g a , p r e d i k s i d a n

perakiraan cuaca yang biasa dilakukan oleh

B a d a n Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau badan-badan

lainnya yang sejenis bukanlahtermasuk ilmu ghaib, tetapi hal

itu merupakan penelitian ilmiah tentang keadaan cuaca, a n g i n ,

awan dan sejenisnya.

4. Begitu besar pengaruh ramalan bintang dalam kehidupan manusia

bahkan telah menyusup di kalangan kaum muslimin. Contohnya ialah

banyak kaum muslimin yang lebih tahu dan hafal bintang zodiaknya

dibandingkan dengan bulan hijriah kelahirannya. Penyebab banyaknya

kaum muslim yang percaya dan menggantungkan nasibnya kepada

ramalan bintang dikarenakan dia tidak memahami bahwa sesungguhnya

Allah Yang Maha Mengetahui akan nasib baik dan buruk seseorang.

Manusia diciptakan oleh Allah swt.. Karena itu, tidak satu pun manusia

yang mengetahui secara pasti akan nasib dirinya, melainkan hanya Allah

yang menciptakan manusia itu.

5. Dewasa ini, fenomena mendatangi parnormal atau dukun sudah sering

kita jumpai di dalam masyarakat. Kepercayaan sebahagian besar

masyarakat terhadap ramalan ghaib  telah mengakar dan menjamur. Tak

15
terbatas pada orang awam dan primitif saja, namun juga artis, pengusaha,

pejabat, bahkan orang akademiki dan terdidik pun ikut-ikutan.

B. Saran

Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas

masih memiliki banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Mahrus, ”modul Akidah”, (Jakarta : 2012) h. 9

Wahid Abdul, Muchsin Bashori, “pendidikan islam kontemporer”, ( Jakarta :


2009) h. 9

Kementrian Agama RI ALMUMAYYAZ Al-qur’an Tajwid Warna Transliterasi


Per Kata Terjemah Per Kata. Bekasi : Cipta Bagus Segera 2014.

M. Quraish Shihab, “Mistik, Seks, dan Ibadah”, (Jakarta: Republika, 2005) cet. II,
h. 58
16
Efendi Zarkasi, ”Khutbah Jumat Aktual”, (Jakarta: Gema Insani, 2008), cet. VI,
h.30

Yusuf Qardhawi, “Fatwa-Fatwa Kontemporer 2”, (Jakarta: Gema Insani, 2008),


cet. V, h. 241-242

Robin Kerrod, “Bengkel Ilmu Astronomi”, (Erlangga, 2005), h. 6

17

Anda mungkin juga menyukai