Makalah Kin
Makalah Kin
Disusun Oleh :
Reza Safaatin Aisyah
Nurul izati
Syukur Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan
hidayah yang dianugerahkan-NYa kepada kita semua, terutama kepada kami,sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah KIN
dengan Tema “Sejarah berdiri dan berkembangnya kerajaan islam di jawa
dan implikasinya penyebaran agama islam di nusantara’’.
Adapun penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis dan berdasarkan
metode-metode yang ada, agar mudah dipelajari dan dipahami sehingga dapat
menambah wawasan pemikiran para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya adanya kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari para pembaca agar
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah berdiri dan berkembangNy kerajaan islam di jawa dan implikasinya
penyebaran agama islam di nusantara Kehadiran dan penyebaran islam di pesisir utara
pulau jawa dapat di buktikan berdasarkan data arkeologis dan dari sumber - sumber
maupun mubaligh muslim melalui kota - kota yang sejak semula sudah berfungsi
( gresik ) terdapat nisan kubur yang memuat nama fatimah binti maimunah bin
hibatuloh ( wafat 475 H /1019 ) kemudian di gresik terdapat makam maulana malik
perkirakan bekas pusat kerajaan maja pahit, terdapat sejumlah nisan kubur muslim yang
Berita perang dari cina yang di tulis ma-huan dan sekitar th 1433M dan berita portugis
kehadiran para pedagang dan ulama di kota pelabuhan pesisir utara jawa timur, jawa
Babad seperti babad tanah jawi, Babad Sengkala, Babad Tjerbon, Hikayat Hasanudin
Purwaka Caruban Nagari, dan lainya seperti halnya H. j. de Graap dan Th. 5.Th
pigeaud, di gunakan untuk h.s koirogerafi kerajaan islam di jawa, sangt membantu baik
untuk masa islami sasi maupun untuk masa perkembanganya. islamisasi yang terjadi di
benerapa kota pesisir utara jawa dari bagian timur sampai ke barat lambat laun
menyebabkan manutnya kerajaan islam, berturut dari demak ke arah barat muncul dari
cerebon dan banten , Dan dari demak ke arah pedalaman muncul kerajaan panjang dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Untuk mengetahui tentang sejarah kerajaan Demak, Pajang, Mataram, Cirebon dan
Banten. Selain itu, juga sebagai pengetahuan tentang perkembangan ajaran Islam di
Jawa.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kerajaan Demak
yang subur, dan semula adalah sebuah kampung yang dalam babad lokal di sebut
pimpinan Raden patah yang kehadirannya di tempat tersebut atas petunjuk seorang wali
bernma sunan Rahmat / sunan ampel. Raden patah ialah seorang putra Brawijaya dan
ibunya putri cina ( cempa). ketika Raden patah masih dalam kandungan ibunya oleh
lahir.1 tempat itu kemudian tumbuh dan berkembang sebagai pusat kerajaan islam
pertama-tama di pulau jawa sejak ahir abad ke- 15 M, mungkin sejak lenyapnya ibu
kota kerajaan maja pait di daerah Trowulan oleh wangsa Girindra, wardahana dari
sirna hilang kertaning Bhuni (1400 saka) . mungkin angka th ini dapat di kaitkan pula
dengan candra sengkala memet yang di gambarkan sebagai bulus pada dinding mihrab
masjid agung demak yang dapat di artikan th 1491 saka / 1479 M. 2 Berdasarkan berita
Tome pires ( 1512- 1515 ) Demak di beritakan merupakan kota besar dengan jumlah
rumah +8.00 / 14.000. yang di maksud Tome pires dengan Batara vigiaya jelas
Brawijaya lebih kurang setengah abad sudah meninggalkan pusat kerajaan maja pahit
1
Graff, H.J. de-Th. G. Pigeaud, Ibid., hlm. 41
2
Ichsan Syamlawi, dkk., Keistimewaan Masjid Agung Demak, CV Saudara Salatiga, 1983, hlm. 18
dan pindah ke baha atau kediri yang ahirnya jatuh pada th 1526 kepada kerajaan islam
demak.3
Raja demak yang kedua dalam babad di kenal dengan nama pangeran sabrang
lor meskipun pemerintahanya sebentar. Dalam berita Tome pires di kenal seorang yang
dengan ormadanya dari jepara yang berfungsi sebagai pelabuhan kerajaan Demak.4 H. j
de Graaf berpendapat bahwa raja ke 2 kerajaan demak seperti di sebut Tome pires ilah
pate Rodim Sr. dan teman seperjuangan pate zaenal dari Gersik.5
Raja ke 3 kerajaan demak ialah pangeran atau sultan Trengana yang pad waktu Tome
pires ke demak yang di sebut Pate Rondim jr. ( muda ) . ia meluaskan kekuasaannya
kejawa bagian barat terutama mengirimkan pasukanya yang di pimpin oleh fadilah khan
yang berasal dari pasai untuk menyerang kalapa th 1527. sebelum ke kalapa ia dengan
pasukanya singgah di cirebon dan juga dengan dorongan sunan Gunung jati sebagai
mertuanya berangkat ke kaloa di barengi pasukan gabungan dari cirebon. dan arah barat
mundur dan Kalapa ahirnya dapat di rebut dan kemudian fadilah khan mengganti nama
3
Graff, H.J. de, Tome Pires, Suma Oriental en het Tijdperk van Godsdienstovergang op Java, BKI, 108,
1952, hlm. 140-141, 170-171; Cortesao,Armando, Suma Oriental of Tome Pires, 1944/1967, hlm. 184-
185
4
Cortesao, Armando, Suma Oriental of Tome Pires, 1944, hlm. 187-188
5
Graff, H.J. de-Th. G. Th. Pigeaud, Kerajaan-kerajaan Islam Di Jawa, PT Pustaka Grafitipers, 1986, hlm.
43-44
6
Atja, Tjarita Purwaka Tjaruban Nagari (Sedjarah Muladjadi Tjirebon), diterbitkan oleh Ikatan Karyawan
Museum, Jakarta, 1972, hlm. 23, 57
pembayun ( 1515- sebelum 1521 ) pindah ke jepara, penghulu Rahma tullah ( th 1524 di
2. Kerajaan pajang
keluarga . Pangeran Trengana mempunyai 6 putra dan putri, yaitu pengeran mukmin
yang di angkat menjadi wali oleh sunan giri dengan gelar sunan prawata.
perselisihan politik di antara wali songo yang masing-masing menjadi pendukung untuk
prawoto, ia di bunuh oleh Arya penagsang, dari jepang pada th 1549. sekarang giliran
Arya penangsangi, ia pun di bunuh oleh ipar sunan prawoto yaitu jaka tingkir.
Pajang dengan gelar sultan Hadiwijaya, sultan pajang mulai melakukan perluasan
kekuasaaan sehingga beberapa daerah sekitarnya antara lain Jipang dan Demak sendiri
Demikian pola ia meluaskan penyuruhnya ke daerah Pesisir utara, seperti Jepara, Pati,
bahkan ke arah barat sampai banyumas. Beliau wafat pada tahun 1587 kemudian di
7
Graff, H.J. de-Th. G. Th. Pigeaud,Ibid., hlm. 55
8
Atmodarminto, R. Babad Demak dalam Tafsir Sosial Politik, Penerjemah: Saudi Berlian, Mellinium
Publisher PT Dyatama Lellinia, Jakarta, 2000, hlm. 122-123
Pada masa pemerintahanya, kerajaan pajang kehilangan daerah mataram yang masa
pemerintahan sultan Hadi wijaya. telah di berikan kepada Ki Ageng pemanahan, anak
dari Ki Ageng Ngenis atas jaranya dalam pembunuhan terhadap Sunan Prawata.9
3. Kerajaan mataram
Mataram merupakan daerah yang subur terletak antara garis Opak dan Kali Peraga
perkembangan pusat Kerajaan Mataram. Di atas telah dikatakan bahwa daerah yang
tahun 1578, tetapi setelah beberapa tahun mendiami keraton, Ki Ageng Pamanahan atau
Ki Ageng Mataram itu wafat pada tahun 1584. Penggantinya adalah putranya, Senapati
ing Alaga yang pada masa mudanya bergelar Ngabehi Loring Pasar dan ia adalah
menantu Sultan Pajang atau Sultan Hadiwijaya yang wafat tahun 1587. Menurut Babad
Tanah Jawi, meskipun Panembahan Senapati tidak suka menghadap Sultan Pajang,
pada waktu Sultan Pajang wafat, Senapati ing Alaga datang menghadiri Upacara
daerah di Jawa bagian timur maupun ke daerah Jawa bagian barat. Pajang yang berada
9
Taufik Abdullah, Dr. (Editor), Sejarah Ummat Islam Indonesia, diterbitkan oleh Majelis Ulama
Indonesia, 1991, hlm. 70-71
10
Olthoff, W.L., Poenika Serat Babad Djawi Wiwit Saking Nabi Adam Doemoegi ing Taoen 164’s-
Gravenhage Martinus Nijhof,1941, hlm. 90
di bawah kekuasaan Mataram berubah menjadi Kadipaten dan diperintah Pangeran
Benawa Putra Sultan Hadiwijaya kecuali Pajang, Demak juga dikuasainya yang
kemudian ditempatkan seorang dari Yuwana daerah Kedu dan juga dapat dikuasai
Pada masa pemerintahan Sultan Agung Senapati ing Alaga beberapa daerah yang
semula sudah berada di bawah Mataram mulai melepaskan dirinya. Akibatnya Sultan
Agung melakukan penyerangan-perangan terhadap Surabaya tahun 1625, Pati, Giri dan
yang sudah dirintis Panembahan Seda ing Krapyak tahun 1613. Sultan Agung
memerhatikan hal itu dan menganggap VOC berusaha melakukan kolonialismenya yang
Pertama kali pengepungan Batavia untuk mengusir VOC terjadi pada tahun 1628, tetapi
mengalami kegagalan lalu diulangi lagi penyerangan pada tahun 1629, tetapi juga gagal.
pengganti Sultan Agung Mataram adalah putranya yang bernama Amangkurat dengan
gelar Sultan Amangkurat Senapati ing Alaga Ngabdurrahman sayidin Panatagama yang
untuk mudahnya disebut Amangkurat I. Ia memindahkan Keraton dari dari Kota Gede
ke Plered yang menurut Babad ing Sangkala terjadi pada tahun 1569 Jawa atau 1647
masehi, tentang keraton dan komponen-komponen kota Plered telah dibicarakan Dr.
Inajati Adrisijanti Romli dalam disertasinya Arkeologi perkotaan mataram islam. Masa
pemerintahan Amangkurat 1 dalam abad antara Babad Tanah Jawi, kecuali memberikan
tercelanya karena melakukan perintah pembunuhan terhadap Siapa saja yang dianggap
Wiraguna, tetapi juga Adiknya sendiri dan para ulama.11 Sunan Amangkurat I itu lebih
sendiri. Sebagai bukti melakukan perjanjian dengan VOC yang hakikatnya Mataram
para pejabat dan masyarakat kerajaan Mataram yang sudah sangat tertekan. Dengan
untuk meminta bantuan juga kepada VOC. Akan tetapi, sesampainya di Wanayasa ia
jatuh sakit dan akhirnya meninggal pada tanggal 10 Juli 1677 yang kemudian
sempat mengangkat Pangeran Adipati Anom sebagai penggantinya dengan gelar Sunan
Amangkurat II dan seterusnya, Kerajaan Mataram Islam sampai Perang Giyanti tahun
Cirebon yang semula termasuk daerah kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran bahkan
menjadi salah satu pelabuhan kerajaan tersebut. Ketika kehadiran Tome pires (1512-
1515) sekitar tahun 1513, diberitakan Cirebon sudah termasuk ke daerah Jawa di
bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Penguasa di Cirebon adalah Lebe Usa sebagai
bawahan Pate Rodim. Cirebon terutama mengekspor beras dan banyak bahan makanan
lainnya. Kota ini penduduknya sudah ada 1.000 orang Pate Quitir yang dahulu
yang juga dihormati oleh pedagang-pedagang lainnya bahkan oleh raja Cirebon. Yang
menarik perhatian Tome Pires mengatakan bahwa Islam sudah hadir di Kota Cirebon ini
40 tahun sebelum kehadiran Tome Pires sendiri. 12 Perhitungan tahun kehadiran Islam di
Cirebon berdasarkan berita itu dapat diperkirakan antara tahun 1470-1475 Masehi.
Perkiraan kehadiran Islam di Kota Cirebon itu dapat dibandingkan dengan sumber lokal
Tjarita Purwaka Tjaruban Nagari karya Pangeran Arya Cirebon tahun 1720 M. Dalam
naskah ini dikatakan bahwa kehadirannya Syarif Hidayatullah di Cirebon tahun 1475 M
Abdullah Iman atau Pangeran Cakrabumi atau Cakrabuana yang sudah lebih dahulu
berada di Cirebon. Syarif Hidayatullah menikah dengan Pakungwati Putri uaknya dan
pada tahun 1479 menggantikan mertuanya sebagai penguasa Cirebon, lalu mendirikan
keraton yang diberi nama Pakungwati di sebelah timur Keraton Sultan Kasepuhan kini.
Syarif Hidayatullah terkenal juga dengan gelar Gusuhunan Jati atau Sunan Gunung Jati
salah seorang Wali Songo dan juga mendapat julukan Pandita Ratu sejak ia berfungsi
12
Cortesao, Armando, The Suma Oriental of Tome Pires, 1944/1967, hlm. 183
sebagai wali penyebar Islam di Tatar Sunda dan sebagai kepala pemerintahan. Sejak itu
Islam sudah mulai disebarkan meski mungkin masih terbatas daerahnya. Pada masa
pemerintahan Sunan Gunung Jati Islam makin di intensifkan dengan pendirian Masjid
Agung Cipta Rasa di sisi barat alun-alun Keraton panggung Wadi dan Islam diluaskan
ke berbagai daerah antara lain ke daerah Kuningan, Telaga dan Galuh sekitar tahun
1528-1530 dan ke daerah Banten sekitar tahun 1525 sampai 1526 bersama putranya
Maulana Hasanuddin. Pada sekitar tahun 1527 ia mendorong Fadhillah baik sebagai
Demak untuk menyerang Kalapa yang masih dikuasai kerajaan Sunda dan sejak tahun
Sunan Gunung Jati wafat tahun 1568 dan dimakamkan di Bukit Sembung yang juga
terkenal dengan Makam Gunung Jati penggantinya di Cirebon adalah buyutnya yang
dikenal sebagai Panembahan Ratu Putra Pangeran Suwarga yang telah meninggal tahun
perempuan Panembahan Ratu yaitu Ratu Ayu Sakluh dengan Sultan Agung Mataram
Cirebon sampai wafatnya tahun 1662 dan dimakamkan di bukit Girilaya di wilayah
sebelah timur Imogiri. Kedua orang putranya yang bernama Martawijaya dan
13
Atja, Drs., Tjarita Purwaka Tjaruban Nagari, diterbitkan oleh Ikatan Karyawan Museum, Jakarta, 1972,
hlm. 8-9
Kartawijaya yang turut ke Mataram pada masa pemberontakan Pangeran Trunajaya oleh
Putra itu diambil dari Surabaya kemudian dibawa ke Banten, diberi gelar Sultan
Pangeran Martawijaya sebagai Sultan Sepuh I atau Sultan Syamsudin dan Pangeran
yang selama Ayahnya di Mataram memegang Cirebon tidak diberi gelar Sultan.
perjanjian dengan VOC antara lain perjanjian 7 Januari 1681 Kesultanan ekonomi
perdagangan merupakan monopoli VOC, seperti pakaian dan opium. Demikian pula
ekspor komoditas lada, beras, kayu, gula, dsb. berada di tangan VOC. Perjanjian 8
September 1688 Yang ditandatangani Sultan Sepuh I,Sultan Anom dan Pangeran
Tohpati antara lain mengenai pengakuan dan juga pembagian cacah, di pihak
Keraton Kasepuhan dan Kanoman terbagi lagi atas Kacirebonan dan Kaprabonan.
Karena itu, menurut pendapat Syaron Sidiqque, Kesultanan Cirebon sejak tahun 1681-
meskipun pendapat beberapa ahli agak berbeda dapat dikatakan Kesultanan Cirebon
14
Sharon Siddique, Relics of the Past. A Socialogical Study of the Sultanates of Cirebon West Java, Diss.
Universitas Bielefeld, 1977, hlm. 29-50
15
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Penerbit Mizan, Bandung,1995, hlm.
224-225, 274, 321
Cirebon sebagai pusat keagamaan banyak menghasilkan naskah-naskah kuno, seperti
5. Kerajaan Banten
Berdasarkan sumber-sumber local, antara lain Babad atau sejarah Banten, Hikayat
Hasanuddin, Tjarita Purwaka Tjaruban Nagari, Babad Tjerbon, dan lainnya ditambah
sumber asing antara lain sumber Portugis dan Cina, dapat kita ketahui bahwa daerah
Banten sebelum Kesultanan, yaitu sebelum tahun 1525/1526, masih berada di bawah
kerajaan Sunda Pajjajaran. Daerah Banten waktu itu merupakan kadipaten kerajaan
karakter sebagai Negara-kota. yang salah satu kegiatan utamanya adalah perdagangan
Sampai kehadiran Tome Pires (1512-1515) Banten masih merupakan bagian dari
kerajaan Sunda Pajajaran dan merupakan salah satu diantara Pelabuhan lainnya seperti
Pontang, Ciguide, Tangerang, Kelapa, Cimanuk, dan Cirebon. Dari pelabuhan Banten
diekspor terutama lada dan beras, sebaliknya Pelabuhan Banten didatangi para
pedagang dari kepulauan Maladiva, Sumatera, dan lainnya. 17 Sumber Cina, Shun Peng
Shsiang Sung (lk. 1430 M), berita Ma Huan dalam Ying yai-Sheng-Lan (1433), dalam
16
Tjandrasasmita,Uka, ‘’The International Trade of Sunda Pajajaran Kingdom in The XIV-XVI th
Centuries’’, Paper disampaikan dalam Seminar International Association of Historis of Asia (IAHA),
Jakarta August 17th September 1 th 1988
17
Cortesao, Armando, Suma Oriental of Tome Pires …Hakluyt Society, 1944/1967, hlm. 166-167, 170
rute-rute pelayaran dan perdagangan Banten telah disebut-sebut. Hal itu berarti sejak
abad ke-15 M Pelabuhan Banten sudah merupakan pelabuhan penting yang masuk
jaringan pelayaran dan perdagangan jalur Jalan Sutra (Silk-Road). 18 Berita itu semua
dapat dibuktikan oleh temuan sejumlah pecahan keramik dari masa Dinasti Sung sampai
Ming dari + abad ke-10 sampai 15 masehi berasal dari situs Banten Girang. 19 Meskipun
demikian menurut perkiraan Dr. Hoesein djajadiningrat jatuhnya Banten Girang antara
tahun 1525 sampai 1526 M. Setelah itu, Banten Girang ditinggalkan dengan
memindahkan pusat Kerajaan Islam ke Surosowan dekat sekali ke teluk Banten. Atas
petunjuk Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati kepada putranya, Maulana
Hasanuddin di tempat yang baru dibuat keraton, masjid, alun-alun, pasar, dan
kelengkapan lainnya bagi suatu kota.20 Letak Ibukota surosowan di Teluk Banten sangat
Dengan penguasaan Malaka oleh Portugis, Banten makin berarti bagi pelayaran dan
perdagangan internasional melalui Selat Sunda. Demikian pula Jakarta semula bernama
kelapa dan sejak tahun 1527 berada di tangan Fadhilah masuk bagian Kesultanan
diperat dengan pernikahan antara Putri Hasanuddin, Ratu Pembayun, dengan Tubagus
18
Tjandrasasmita,Uka, ‘’Banten sebagai Pusat Kekuasaan dan Niaga Antarbangsa’’,dalam Banten Kota
Pelabuhan Jalan Sutra, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan,
Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Jakarta,
1995, hlm. 106-425
19
Hariyanti Ongkodharma, Prelimenary notes on the classification of the cheramics Excavated at Banten
in 1976 and 1977, Studies on Cheramics, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Jakarta, 1984, hlm. 83-91
20
Hoesein Djajadiningrat,Tinjauan Kritis tentang Sejarah Banten Sumbangan bagi Pengenalan Sifat-sifat
Penulisan Sejarah Java, Penerbit Jambatan, Koninklijk Institut voor Taal-Land en Volkenkunde Jakarta,
1983, hlm. 36
Angke.21 Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf Kesultanan Banten mengalami
kemajuan dalam bidang pembangunan kota, desa-desa, dan pembuatan persawahan dan
Maulana Yusuf tahun 1579 juga dapat mengalahkan pusat Kerajaan pajajar di Pakuan.
gugur dalam berperang di Palembang sehingga mendapat julukan Panembahan Seda ing
Rana. Pada waktu itu kebetulan Banten mulai didatangi bangsa Barat, yaitu Belanda di
Pengganti Maulana Muhammad adalah putranya yang masih kecil bernama Abul
wafahir Mahmud Abdul Qodir tahun 1596 sampai 1651 yang selama pemerintahannya
Kesultanan Banten mulai didorong oleh politik kolonialisme Belanda (VOC), tetapi
juga selalu dihadapi dengan peperangan. Pada masa pemerintahan Kesultanan Banten
mengirimkan utusan ke Mekah yaitu Lebe Panji dan Tisnajaya untuk menanyakan isi
kitab-kitab, antara lain tentang wujud Diah dan memohon dikirimkan seorang ahli
hukum Faqih, tetapi pemerintahan ini tidak dikabulkan oleh Syarif Mekkah. Pelayaran
utusan itu melalui Maladiva, Keling, Surat dan Jeddah. Sekembalinya utusan tersebut
dibawakan hadiahberupa sehelai bendera dari Nabi Ibrahim, sepotong kain penutup
makam Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, dan sepotong kiswah penutup
Ka'bah. Sedang pengertian tiga buah kitab telah ditulis. Yang penting juga pemberian
21
Tjandrasasmita, Uka, Sultan Ageng Tirtayasa Musuh Besar Kompeni Belanda, Yayasan Kebudayaan
Nusalarang, 1967
22
G.P. Roffaer-Ijzerman, De Eerste Schipvarl der Nderelandes Naar Oost-Indie Onder Cornelis de
Houtman, s-Gravenhage Martinus Nijhott, 1915, hlm…
gelar Sultan kepada Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir.23 Sultan Banten tidak hanya
Aceh terutama kepada Al Raniri, untuk menjawab pertanyaan Sultan Banten. Dengan
demikian, Banten menjadi terkenal sebagai pusat penting di Jawa dan sangat mungkin
pribadi dengan Putra Sultan Abuma Ali Ahmad, yaitu Pangeran Surya cucu Sultan Abul
Mafakhir Muhammad Abdul Qodir. Setelah Pangeran Surya menjadi Sultan tahun 1651
sampai 1682 dengan gelar Sultan Abdul Fath Abdul Fatth yang terkenal dengan Sultan
Kesultanan Banten pada masa pemerintahan Sultan Abdul Fatah atau Sultan
melawan kolonialisme VOC baik di laut maupun di daratan yang antara lain terkenal
dengan pemerangan tahun 1658-1659 di daerah Angke Tangerang yang diakhiri dengan
dengan negara-negara Iran, Hindustan, Arab, Inggris, Prancis, Denmark, Jepang, Pegu,
perdagangan tersebut bukan hanya tercatat dalam harian Belanda (Daghregisters), tetapi
juga dari data temuan banyaknya pecahan keramik dan benda-benda lainnya baik dari
Cina, Jepang, bahkan juga dari Eropa. Kesultanan Banten mulai mengalami
23
Hoesein Djajadiningrat, Tinjauan Kritis tentang Sejarah Banten, Djambatan, Jakarta, 1983, hlm. 53-54
24
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama …, Penerbit Mizan, Bandung, 1994, hlm. 55, 213-214
kemunduran sejak perang kelompok yang dipimpin puteranya yaitu, Sultan Abu nasyir
Abdul Kahar atau Sultan Haji yang dibentuk VOC melawan kekuasaan ayahnya, Sultan
Ageng Tirtayasa akan tetapi dengan jatuhnya surosowan serta tertangkapnya Sultan
Ageng Tirtayasa dan terjadinya perjanjian antara VOC dengan sultan Abu Nazar Abdul
Kahar tanggal 17 April 1684, berakibat Sultan Haji harus mengganti kerugian 12.000
Ringgit dan pendirian Benteng Speelwijk. Akibat lebih jauh adalah baik di bidang
Banten praktis tidak berdaya lagi. Meskipun gerilnya di bawah pimpinan Syekh Yusuf
masih terus dilakukan. Meski demikian, rakyat Banten di bawah pimpinan Kyai dan haji
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam tersebar di jawa sejak abad ke- 7 H dan bukti-bukti bahwa islam telah
seni.Penyebaran islam tersebut ialah yang sering di sebut dengan wali songo di
Giri, sunan kalijaga,sunan Muria, sunan Gunung jati,dan sunan derajat. Adapun