Sop Ok2
Sop Ok2
Nomor :
TENTANG
Menimbang : a. Bahwa untuk memberikan pelayanan yang tepat, lancar, dan cepat sehingga
Tentang Berlakunya standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis di
Rumah Sakit;
Menetapkan
KEEMPAT : Dengan diberlakukannya Keputusan Direktur ini, maka segala peraturan yang
Ditetapkan di Tasikmalaya
Pada Tanggal
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
2/2
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
1. Sebagai bukti adanya persetujuan secara tertulis antara dokter yang telah
menjelaskan tentang tindakan medic terhadap pasien dan resiko yang
dapat ditimbulkannya dengan pasien/keluarganya.
2. Memberikan perlindungan pasien terhadap tindakan dokter yang
sebenarnya tidak diperlukan dan secara medic tidak ada dasar
TUJUAN
pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.
3. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu
kegagalan dan bersifat negative, karena prosedur medic modern tidak
tanpa resiko pada setiap tindakan medic ada melekat suatu resiko
(inherent Risk).
Informed consent sebagai landasan hukum untuk menjadi pedoman bagi para
dokter yang bekerja di RSB Budi Kartini Tasikmalaya dalam mengambil
KEBIJAKAN
keputusan tentang tindakan medic yng dianggap tepat, benar, baik sesuai
standar profesi kedokteran.
1. Apabila seorang pasien diputuskan untuk melakukan tindakan medis yang
termasuk di kebijakan informed consent (tindakan medis yang
memerlukan informed consent secara tertulis) maka dokter yang akan
melakukan tindakan medis harus memberi penjelasan dengan baik dan
jelas kepada pasien mengenai diagnosis penyakit, tindakan medic yang
akan dilakukan,resiko-resiko terhadap tindakan tersebut dan resiko bila
PROSEDUR
tidak dilakukan tindakan medis tersebut.
2. Kemudian dokter pelaku menandatangani formulir informed consent
3. Pihak pasien menandatangani informed consent tersebut dengan saksi-
saksinya dari keluarga dan pihak rumah sakit yaitu perawat.
4. Format yang sudah ditandatangani oleh yang berkepentingan (yang asli)
dimasukkan ke berkas pasien.
KONSULTASI ANTAR DOKTER
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Untuk menghindari komplikasi atau hal-hal yang tidak diinginkan akibat dari
TUJUAN
persiapan dan keadaan umum pasien yang tidak baik.
Penundaan pelaksanaan operasi dilakukan sesuai dengan prosedur yang
KEBIJAKAN
berlaku di RSB Budi Kartini Tasikmalaya.
1. Penundaan di ruangan
a. Pasien dikunjungi oleh dokter kandungan dan dijelaskan penyebab
operasi ditunda.
b. Keluarga pasien dan bidan jaga diberi tahu oleh dokter kandungan
bahwa operasi ditunda.
c. Bidan mengkonfirmasikan ke penanggungjawab Kamar Operasi bahwa
operasi ditunda dan jelaskan alasannya.
d. Penanggungjawab Kamar Operasi memberitahukan kepada dokter
anestesi bahwa operasi ditunda/dibatalkan.
2. Penundaan di kamar Bedah
a. Pasien diperiksa kembali oleh dokter kandungan dan dokter anestesi di
ruang persiapan atas indikasi medis operasi ditunda.
b. Dokter kandungan menjelaskan kepada pasien dan keluarga penyebab
PROSEDUR
penundaan/pembatalan operasi.
c. Catat penundaan operasi di catatan harian dokter dan penyebabnya
dengan jelas dan therapy berikutnya.
d. Buat surat konsultasi ke dokter spesialis lain jika diperlukan dan
pemeriksaan penunjang lain yang dibutuhkan.
e. Beritahukan kepada Bidan jaga tentang penundaan operasi tersebut
dan instruksikan ke bidan jaga untuk segera menjemput pasien
kembali.
f. Serah terima dengan pasien dan instruksi therapy berikutnya jika ada.
g. Operkan instruksi-instruksi lain jika ada seperti pemeriksaan
penunjang lain yang diperlukan.
h. Ingatkan kembali jika sudah ada penjadwalan ulang untuk operasi
berikutnya.
UNIT TERKAIT Kamar Operasi, ruangan rawat inap
PROGRAM PENGENDALIAN LOGISTIK DI KAMAR OPERASI
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Sebagai pedoman bagi Bidan jaga dan perawat ruangan dalam melakukan
TUJUAN
pengiriman pasien calon operasi ke kamar operasi
Tindakan/pelayanan/kegiatan yang telah diberikan kepada pasien atau telah
dilaksanakan dicatat dengan lengkap, akurat dan benar dalam dokumen,
KEBIJAKAN
dibuatkan tanda bukti apabila diperlukan, untuk melindungi kepentingan
pasien dan kepentingan rumah sakit.
1. Kirim pasien ke Kamar operasi sesuai dengan giliran jam operasi.
2. Sertakan kelengkapan pasien berupa:
a. Laporan status pasien
b. Surat persetujuan operasi yang telah ditanda tangani oleh pasien dan
keluarga pasien.
PROSEDUR c. Hasil-hasil pemeriksaan pasien seperti laboratorium, foto rontgen,dll.
d. Obat-obatan /alat yang diperlukan
3. Ganti pakaian pasien dengan pakaian khusus atau selimut pasien.
4. Buka protesa/gigi palsu, perhiasan pasien
5. Gunakan brancard atau kursi roda saat mengirim pasien.
6. Serah terimakan pasien kepada pewtugas kamar operasi
1. OK
UNIT TERKAIT
2. Ruang rawat inap
DEKONTAMINASI SEBELUM, SELAMA DAN SESUDAH OPERASI
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Sebagai acuan bagi petugas OK atau tim operasi dalam melaksanakan proses
TUJUAN
dekontaminasi sebelum, selama dan sesudah operasi dilaksanakan.
Penanganan dan pengendalian serta tindak lanjut masalah infeksi di RSB
KEBIJAKAN dilaksanakan secara terstruktur sesuai dengan aturan yang diterapkan RSB
dan mengacu kepada aturan yang berlaku.
PROSEDUR 1. Sebelum operasi
Semua mebeller, lampu operasi dan peralatan yang tidak dapat
dipindahkan dari kamar operasi harus dibersihkan dengan lap basah yang
bersih, bebas lintingan dan mengandung desinfektan.
2. Selama operasi
a. Setiap percikan darah yang mengenai bahan-bahan lainnya harus
diangkat dengan desinfektan secepat mungkin.
b. Semua alat yang dipergunakan dalam operasi dan tidak dipakai lagi
harus dibuang ke tempat pembuangan yang tahan bocor.
c. Semua alat yang terkontaminasi atau dicurigai terkontaminasi harus
ditangani dengan cara-cara sedemikian rupa personil Kamar operasi
tidak terkontaminasi oleh alat tersebut, misalnya dengan cara
memakai sarung tangan, gaun plastic (apron), memakai penjepit alat
yang tidak steril.
d. Specimen jaringan, darah atau cairan tubuh lainnya yang akan dikirim
keluar Kamar operasi untuk pemeriksaan, harus disimpan atau
ditempatkan dalam tempat yang tahan bocor. Bagian luar dari tempat
spesimen yang akan diberikan kepada perawat sirkuler oleh petugas
yang steril harus lebih dahulu dibersihkan dengan desinfektan.
e. Karena produk-produk dari kertas sulit atau tidak mungkin untuk di
dekontaminasi, harus diupayakan agar semua yang terbuat dari kertas
seperti status pasien, hasil laboratorium, laporan X-ray atau radiografi
dan dokumen lainnya tidak terkontaminasi.
f. Kasa yang terkontaminasi harus dibuang kedalam tempat pembuangan
setelah terlebih dahulu dihitung jumlahnya. Tempat sampah harus
dilapisi plastic.
g. Instrument yang jatuh dari area operasi harus segera diambil oleh
petugas OK dengan mempergunakan penjepit instrument tidak steril
dan menyimpannya kedalam baskom yang berisikan desinfektan yang
tidak korosif. Apabila masih diperlukan, alat tersebut dapat segera
dibersihkan di daerah sub steril dan selanjutnya disterilkan
menggunakan flash sterilizer.
h. Pada saat membersihkan alat tersebut perawat harus menggunakan
sarung tangan dan harus hati-hati agar tidak terjadi kontaminasi di
zona sub steril
No. Dokumen No. Revisi Halaman
07/OK/2010 2/2
3. Sesudah operasi
a. Dekontaminasi suplai dan alat bedah
Semua alat disposible yang terkontaminasi harus disimpan dalam
tempat yang tahan bocor diberikan label dan kode warna.
Semua alat tenun yang dipergunakan selama operasi, baik kotor
maupun tidak, harus diangkat dari daerah operasi dan disimpan
pada tempat penyimpanan alat tenun kotor dengan aktivitas
seminimal mungkin.
Semua darah atau jaringan harus terangkat dari instrument yang
dipakai operasi
b. Dekontaminasi instrument bedah
c. Semua instrument tajam seperti: pisau bedah dan jarum yang
disposable harus ditempatkan sedemikian rupa dalam wadah yang
dapat ditutup sehingga tidak membahayakan petugas yang akan
menangani instrument tersebut.
UNIT TERKAIT OK
PENYAMPAIAN INFORMED CONSENT
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Sebagai pedoman bagi staf dalam mempersiapkan pasien calon operasi dari
TUJUAN
poliklinik rawat jalan.
Pasien yang dating ke Rumah sakit bersalin digolongkan menurut keadaan
KEBIJAKAN penyakit dan cara pembayaran serta ditangani sesuai prosedur yang
ditetapkan.
1. Pasien datang dari poliklinik rawat jaln.
2. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter kandungan, pasien dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan penunjang medis (Lab,rontgen,EKG,dll).
3. Setelah hasil lengkap, rencana tindakan ditentukan.
4. Setelah pasien diberi penjelasan mengenai rencana tindakan (informed
PROSEDUR consent).
5. Pasien dikonsultasikan dengan dokter anestesi berdasarkan hasil
pemeriksaan penunjang oleh bidan jaga.
6. Bila disetujui, pasien langsung mendaftarkan untuk penjadwalan operasi.
7. Nama pasien dicatat dalam buku agenda operasi, jika tempat penuh maka
dilakukan penjadwalan ulang oleh petugas OK.
UNIT TERKAIT OK, Poliklinik rawat jalan
PENJADWALAN OPERASI ELEKTIF
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
UNIT TERKAIT OK
PROGRAM PENGENDALIAN LOGISTIK DI KAMAR OPERASI
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Sebagai pedoman bagi dokter dan bidan jaga dalam menyampaikan proses
TUJUAN
informasi mengenai pembatalan operasi kepada pasien dan keluarga pasien.
Tindakan/pelayanan/kegiatan yang telah diberikan kepada pasien atau telah
dilaksanakan, dicatat dengan lengkap, akurat, dan benar dalam dokumen,
KEBIJAKAN
dibuatkan tanda bukti apabila diperlukan, untuk melindungi kepentingan
pasien dan kepentingan Rumah Sakit Bersalin.
1. Prosedur pembatalan operasi dilakukan atas indikasi klinis.
2. Dokter kandungan maupun dokter anestesi melakukan evaluasi terhadap
keadaan klinis pasien sesuai dengan kondisi terkini.
3. Bila didapatkan keadaan yang menjadikan kontra indikasi tindakan operasi,
maka sesuai dengan kewenangan klinisnya. Dokter kandungan tersebut
berhak menunda kegiatan operasi, untuk selanjutnya melakukan
koordinasi dengan profesi lain untuk melakukan konsultasi sesuai dengan
kondisi pasien.
PROSEDUR 4. Berita acara pembatalan operasi diisi segera setelah dokter kandungan
melakukan evaluasi terhadap kondisi pasien.
5. Pasien dan keluarga pasien diberi penjelasan mengenai keadaan pasien
tersebut, dan rencana pembatalan operasi.
6. Dokumen ditandatangani oleh dokter kandungan yang menangani operasi.
7. Operasi dapat dilakukan setelah evaluasi terhadap pasien dilakukan dan
mendapat persetujuan dari pihak yang memberi persetujuan (dokter
spesialis lain).
8. Dokumen disimpan di rekam medis pasien.
1. OK
UNIT TERKAIT 2. Instalasi rawat inap
3. IGD
PENANGANAN PASIEN INFEKSI
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Sebagai acuan bagi petugas OK atau tim operasi dalam menangani pasien-
TUJUAN
pasien infeksi.
Penanganan dan pengendalian serta tindak lanjut masalah infeksi di Rumah
KEBIJAKAN Sakit Bersalin dilaksanakan secara terstruktur sesuai dengan aturan yang
ditetapkan Rumah Sakit Bersalin dan mengacu kepada aturan yang berlaku.
1. Batasi jumlah personil yang masuk ke area operasi.
2. Bila di kamar tersebut ada lebih dari satu operasi, maka operasi pasien
yang terinfeksi dilakukan terakhir.
3. Tim steril mengenakan barakshort, sarung tangan double, dan tim yang
tidak steril mengenakan gaun biasa dan sarung tangan biasa (HBsAg +, dan
HIV +).
4. Petugas OK tidak boleh keluar sebelum operasi selesai.
5. Untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya mendadak, ada perawat yang
bertugas diluar kamar operasi.
6. Pada pintu OK harus ada peringatan atau tulisan yang menyatakan sedang
mengerjakan kasus infeksi seperti: operasi pasien hepatitis, “dilarang
PROSEDUR
masuk”, dengan tulisan warna merah.
7. Apabila operasi selesai, semua petugas melepas sarung tangan, gaun, dan
barakshort di kamar operasi tersebut dan meninggalkannya di kamar
tersebut.
8. Alat tenun, instrument, yang dipergunakan di kamar tersebut di
dekontaminasi dengan cara direndam di larutan antiseptic selama 2 jam.
9. Sampah medis dimasukan kedalam kantong dan diberi label: “sampah
infeksi”, kantong plastic harus diusahakan double.
10.Kamar operasi di dekontaminasi terlebih dahulu dengan cara penyinaran
ultra violet selama 30 menit, lalu pembersihan menyeluruh dan sinar ultra
violet kembali.
1. OK
UNIT TERKAIT
2. Bagian Laundry
PEMELIHARAAN MEJA OPERASI
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Sebagai acuan bagi petugas OK atau tim operasi dalam perawatan dan
TUJUAN
pemeliharaan instrument bedah.
Penanganan dan pengendalian serta tindak lanjut masalah infeksi di rumah
KEBIJAKAN sakit bersalin dilaksanakan secara teratur sesuai dengan aturan yang
ditetapkan RSB dan mengacu pada aturan yang berlaku.
PROSEDUR 1. Segera bersihkan instrument setelah operasi berlangsung.
2. Buka semua instrument dengan posisi 90 0.
3. Bongkarlah semua instrument-instrumen yang biasa dibongkar.
4. Gunakan cairan desinfektan dengan takaran yang sesuai petunjuk
manufaktur.
5. Rendam instrument tersebut dalam cairan desinfektan (Maks 10 menit),
kemudian bilaslah dengan air yang mengalir (deminealisasi).
6. Untuk pencucian secara manual, bersihkan dengan cairan pencuci yang
sesuai dengan petunjuk manufaktur.
7. Sedangkan bila pencucian dengan mesin cuci, gunakan keranjang kawat
(wire basket) dan aturlah instrument-instrumen tersebut dengan baik.
Gunakan cairan pembersih yang sesuai dengan petunjuk manufaktur dan
pastikan semua instrument terendam dengan sempurna. Atur program
pencucian dan pengeringan yang sesuai.
8. Gunakan sikat untuk membersihkan bagian-bagian sambungan celah-celah
yang sempit, dan pastikaan bahwa instrument tersebut benar-benar
bersih.
9. Bilas instrument-instrumen tersebut dengan air yang mengalir
(demineralisasi).
10.Keringkan instrument-instrumen tersebut dengan handuk yang memiliki
daya serap tinggi sampai benar-benar kering.
11.Susunlah kembali instrument yang bias dibongkar agar tidak ada bagian
yang hilang.
12.Pastikan instrument tersebut benar-benar dalam keadaan bersih,
kemudian lakukan pemeriksaan visual pada fungsional instrument (untuk
menjaga kondisi instrument dalam keadaan prima), pisahkan instrument
yang rusak untuk diperbaiki dan gantilah dengan yang baru.
13.Berilah pelumas pada bagian sambungan/engsel (aesclap sterlit JG600
atau lubricant JG589), sebelum proses sterilisasidan gerak-gerakan
instrument tersebut agar bagian sambungan atau engsel benar-benar
terlumasi.
14.Susun kembali instrument tersebut kedalam set yang sesuai, dan gunakan
container untuk menghindari kerusakan pada instrument.
15.Lakukan sterilisasi dengan suhu 134 0 2 bar 5 menit dan sesuaikan muatan
dengan kapasitas autoclap.
16.Simpanlah instrument-instrumen steril pada tempat yang bersih.
UNIT TERKAIT OK
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01/12/2010
OPERASIONAL
Nilai 0 1 2
Kesadaran Sadar orientasi Dapat Tidak dapat
baik dibangunkan dibangunkan
warna Merah muda Pucat atau Sianosis
tanpa O2 kehitaman dengan O2
Sa>92% O2 perlu O2 tetap <90%
PROSEDUR Sa O2>90%
Aktivitas 4 ekstrimitas 2 ekstrimitas
Tak ada
bergerak bergerak ekstrimitas
gerak
Respirasi Dapat nafas Sesak nafas, Apnoe atau
dalam, batuk nafas dangkal obstruksi
Kardio vascular Tekanan darah Berubah 20- Berubah >50%
berubah <20% 30%