Anda di halaman 1dari 7

RENDAHNYA TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT MELAKUKAN

VAKSIN BOOSTER DI LINGKUNGAN WILAYAH KERJA


UPTD PUSKESMAS SRI PADANG
KOTA TEBING TINGGI
TAHUN 2022

NAMA : SEPTIANI DE VINTA, S. Tr. Keb


PENGAMPU MATERI : GADIS MELANI RUSLI, SH

LEMBAGA PENYELENGGARA
BPSDM PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2022
BAB I
LATAR BELAKANG

Menurut Kementerian Kesehatan RI, (2014) dalam permenkes no. 75 Tahun 2014
menyatakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
Dalam melaksanakan tugas, puskesmas menyelenggarakan fungsinya sebagai Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya. UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
Kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah dengan sasaran keluarga,
kelompok dan masyarakat. Sedangkan UKP adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian
kegiatan pelayanan Kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan dan
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan.
Pada pandemi Covid-19 Puskesmas termasuk salah satu fasilitas kesehatan terdepan
dalam menangani pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia. Salah satu pencegahannya
yaitu dengan melakukan vaksinasi. Program vaksinasi nasional melibatkan banyak pihak
dalam penyelenggaraannya, salah satunya adalah fasilitas kesehatan. Puskesmas adalah
fasilitas kesehatan tingkat primer yang ditunjuk langsung sebagai pelaksana utama program
vaksin nasional ini.
Dalam menjalankan fungsi puskesmas sebagai UKM dan UKP serta penyelenggara
vaksin Covid-19, terdapat beberapa permasalahan yang muncul, antara lain:
1. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan vaksin booster.
2. Rendahnya tingkat penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim IUD/AKDR pada
akseptor KB.
3. Rendahnya tingkat kunjungan ANC lengkap di Puskesmas.
4. Rendahnya kunjungan balita untuk mengikuti kegiatan posyandu balita.
5. Rendahnya kesadaran remaja putri dalam mengkonsumsi tablet tambah darah.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 diatur bahwa minimal tenaga
kesehatan di Puskesmas terdiri dari dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi,
perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi
laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian. Sedangkan tenaga penunjang
kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem
informasi, dan kegiatan operasional lainnya.
Penulis merupakan salah satu tenaga kesehatan di Puskesmas Sri Padang Kota Tebing
Tinggi sebagai Bidan Kelurahan yang ikut turun ke lapangan dan melayani di ruangan KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) serta juga berpatisipasi langsung sebagai petugas vaksin Covid-19.
Penulis mendapatkan data dari pemegang program yang ada di puskesmas serta data yang
didapatkan di lapangan.
Berdasarkan laporan harian petugas vaksin puskesmas, cakupan masyarakat yang
mendapatkan vaksin booster masih rendah terutama pada masyarakat dengan kategori rentan
(usia 50 – 59 tahun) dan masyarakat kategori lansia (usia >60 tahun). Petugas vaksin
bekerjasama dengan kantor lurah pada saat pembagian bantuan beras. Dari 10 orang
masyarakat yang datang ke kantor lurah mengambil bantuan beras, 6 diantaranya memilih
pulang kembali daripada divaksin.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pada praktiknya memasukkan benda atau alat
kedalam uterus untuk mencegah terjadinya kehamilan. Alat kontrasepsi AKDR/IUD
dilaporkan 99,7% efektif untuk mencegah kehamilan hingga bertahun-tahun tanpa harus repot
mengingat jadwal minum obat, gonta-ganti alat, atau isi ulang resep. AKDR/IUD ini efektif
mencegah kehamilan hingga 10 tahun. Berdasarkan data laporan Kb, dari 10 orang akseptor
KB, hanya 1 orang yang memilih menggunakan AKDR/IUD.
Ibu hamil harus memeriksakan kesehatannya minimal 6x selama masa kehamilan yang
terbagi atas 1x kunjungan di trimester pertama, 2x kunjungan di trimester kedua dan 3x di
trimester ketiga. Berdasarkan data kunjungan di ruang KIA diperoleh data dari 10 orang ibu
hamil hanya 3 orang yang melakukan kunjungan lengkap selama kehamilan.
Balita merupakan kelompok usia yang sangat memerlukan pemeriksaan kesehatan
secara teratur untuk mengetahui tumbuh kembangnya. Posyandu balita merupakan sarana
pelayanan kesehatan masyarakat dengan kegiatan penimbangan berat badan, pemeriksaan
status gizi dan kegiatan imunisasi pencegahan penyakit. Berdasarkan data dari pemegang
program diperoleh bahwa dari 200 balita di salah satu kelurahan wilayah kerja puskesmas
hanya 25 orang balita yang mengikuti kegiatan posyandu setiap bulannya.
Remaja putri mudah terkena anemia yang ditandai dengan tubuh mudah lemas ataupun
mudah pingsan, karena mengalami menstruasi. Untuk itu tablet penambah darah dibutuhkan
untuk mengatasi anemia. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan remaja putri di
posyandu remaja, dari 8 remaja putri hanya 3 orang yang menghabiskan tablet tambah darah
yang telah diberikan.
BAB II
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN ISU
A. Identifikasi Isu

N Permasalahan Sumber Penyebab


O Isu
Rendahnya tingkat - Ketakutan masyarakat terhadap efek
1 kesadaran Pelaya samping vaksin
masyarakat untuk n - Kurangnya pengetahuan masyarakat
melakukan vaksin Publik dan banyaknya berita hoaks yang
booster. beredar
- Keinginan masyarakat untuk
mendapatkan vaksin homolog/sejenis
dengan vaksin 1 dan 2.
- Tidak menjangkau masyarakat yang
jauh dari tempat pelayanan kesehatan
Rendahnya tingkat Pelaya - Kurangnya pengetahuan masyarakat
2 penggunaan alat n mengenai kontrasepsi IUD.
kontrasepsi dalam Publik - Kurangnya media dan kegiatan
rahim IUD/AKDR penyuluhan mengenai kontrasepsi IUD
pada akseptor KB. pada pasangan usia subur.
- Banyaknya berita hoaks yang beredar
mengenai efek samping pemakaian
AKDR/IUD.
- Adanya larangan dari suami untuk
menggunakan AKDR/IUD.
3 Rendahnya tingkat Pelaya - Kurangnya pengetahuan ibu karena
kunjungan ANC n merasa tidak ada keluhan
lengkap di Publik - Keadaan ekonomi masyarakat yang
Puskesmas. tidak memungkinkan untuk ongkos
sering ke puskesmas
- Kurangnya dukungan suami dan
keluarga untuk mengingatkan dan
mendampingi ibu hami melakukan
kunjungan kehamilan.
4 Rendahnya Pelaya - Keterbatasan waktu orang tua karena
kunjungan balita n bekerja dan tidak sempat
untuk mengikuti Publik mengantarkan anaknya untuk
kegiatan posyandu posyandu
balita. - Kurangnya pengetahuan ibu
pentingnya pemantauan tumbuh
kembang pada anak balita
5 Rendahnya Pelaya - Ketakutan remaja akan efek samping
kesadaran remaja n setelah mengkonsumsi tablet tambah
putri dalam Publik darah.
mengkonsumsi tablet - Banyaknya berita hoaks tentang tablet
tambah darah. tambah darah
B. Penetapan isu
1. Penetapan isu dengan menggunakan metode APKL

NO ISU A P K L HASIL
1 Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat √ √ √ √ Memenuhi
untuk melakukan vaksin booster
2 Rendahnya tingkat penggunaan √ √ √ √ Memenuhi
alat kontrasepsi dalam rahim
IUD/AKDR pada akseptor KB.
3 Rendahnya tingkat kunjungan ANC lengkap √ √ √ √ Memenuhi
di Puskesmas.

4 Rendahnya kunjungan balita untuk √ √ √ √ Memenuhi


mengikuti kegiatan posyandu balita.

5 Rendahnya kesadaran remaja putri dalam √ √ √ √ Memenuhi


mengkonsumsi tablet tambah darah.

2. Penetapan isu berdasarkan USG

NO ISU / PARAMETER U S G TOTA RANKING


L
1 Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat 1 10 10
untuk melakukan vaksin booster 0
- Ketakutan masyarakat terhadap efek 5 5
samping vaksin 5 30 I
- Kurangnya pengetahuan masyarakat
dan banyaknya berita hoaks yang 5 5
beredar 5

2 Rendahnya tingkat penggunaan alat 8 8 7


kontrasepsi dalam rahim IUD/AKDR pada
akseptor KB.
- Kurangnya pengetahuan 4 4 3 23 III
masyarakat mengenai kontrasepsi
IUD.
- Kurangnya media dan kegiatan 4 4 4
penyuluhan mengenai kontrasepsi
IUD pada pasangan usia subur.
3 Rendahnya tingkat kunjungan ANC 7 7 7
lengkap di Puskesmas.
- Kurangnya kesadaran ibu hamil
mengenai pentingnya melakukan 4 4 4 21 IV
pemeriksaan minimal 6x selama
kehamilan
- Keadaan ekonomi masyarakat yang 3 3 3
tidak memungkinkan untuk ongkos
sering ke puskesmas
4 Rendahnya kunjungan balita untuk 5 5 6
mengikuti kegiatan posyandu balita.
- Keterbatasan waktu orang tua
karena bekerja dan tidak sempat 2 2 3 16 V
mengantarkan anaknya untuk
posyandu
- Kurangnya pengetahuan ibu
pentingnya pemantauan tumbuh 3 3 3
kembang pada anak balita
5 Rendahnya kesadaran remaja putri dalam 7 9 8
mengkonsumsi tablet tambah darah. 24 II
- Ketakutan remaja akan efek 4 5 4
samping setelah mengkonsumsi
tablet tambah darah.
- Banyaknya berita hoaks tentang 3 4 4
tablet tambah darah
BAB III
PENETAPAN ISU TERPILIH DAN GAGASAN KREATIF

A. Penetapan Isu Terpilih


Penetapan isu utama yaitu “Rendahnya Kesadaran Masyarakat Untuk Melakukan
Vaksin Booster”.
Parameter penyebabnya yaitu:
1. Ketakutan masyarakat akan efek samping vaksin
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat dan banyaknya berita hoaks yang beredar
3. Tidak menjangkau masyarakat yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan
4. Keinginan masyarakat untuk mendapatkan vaksin homolog/sejenis dengan vaksin 1
dan 2.
5. Vaksin 1 Drop Out / lebih dari 6 bulan sehingga tidak bisa lanjut dan harus
mengulangi lagi dari vaksin pertama.
B. Gagasan Kreatif
1. Menyediakan dan memberikan secara langsung obat pereda nyeri seperti
paracetamol setelah dilakukan vaksin agar meminimalisir efek samping yang tidak
diinginkan.
2. Melakukan dan membuat media penyuluhan yang menarik serta
b e k e r j a s a m a d e n g a n p e r a n g k a t d e s a melalui kegiatan desa tentang
vaksinasi Covid-19
3. Memperbanyak kegiatan mobile dalam pelaksanaan vaksinasi, tidak hanya diam
dalam satu tempat.
4. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang aturan jenis vaksin yang
diberikan untuk vaksin booster dan disesuaikan dengan kesediaan dilapangan.
5. Bekerjasama dengan perangkat desa menjaring masyarakat yang belum vaksin
lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai