Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan

Mengenai : Pembayaran Blasting atau Pajak dan


Penembakan Burung Kuning atau Burung
Cenderawasih pada masa purba

Sejarah mencatat tentang pembayaran Blating atau pajak dan penembakan burung
kuning atau burung cenderawasih sejak pada masa Pemerintahan Hindia-Belanda,
Menurut penjelasan dari Bapak Derek Namaor Rumawi ( Ketua BMA Nabire ) Beliau
mengatakan secara tertulis maupun secara lisan bahwa terjadinya menyingsingnya
Fajar Abadi pada pagi hari pada tanggal Lima Februari (5) tahun Seribu Delapan
Ratus Lima Puluh Lima (1855) di pulau Mansiname Hanokuai maka Ibu Kota
Nederlands Neuw Gunea yang sekarang disebut Papua Neuw Gunea. Dipindahkan dari
Soasiu atau Tidore ke teluk Dore Manokwari di tahun seribu delapan ratus tujuh puluh
(1870) di bawah pimpinan Resident Luloff ketika itu atas perintah Amsterdam maka
Majid Ali Banjar mendapat rekomendasi sebagai agen senjata Dobolob dari Ratu
Wilhemina. untuk menjual senjata dobolob di kampung Marponu atau sekarang di
Siguwer dan surat ijin atau tersiar di pojok teluk yang tak bernama. Kemudian diberi
GEELVINBAAI kini di sebut teluk Cenderawasih pada tahun seribu delapan ratus
delapan puluh sembilan (1889) dan di tahun yang sama pula tahun seribu delapan ratus
delapan puluh sembilan (1889) keluarlah tuan-tuan alat di tanah Duairi kini dikenal
dengan nama Teluk Umar untuk mengadu nasib. Sedangkan sobatnya yang bernama
Makodi sebagai agen masohi hasil pembelian senjata dobolob di kampung Marponu
atau sekarang Siguwer dan Kampung GUREROGKRE kali Nandire Bawei kedaerah-
daerah timur jauh yaitu Nabire, Teluk BAGWEHUGRE atau Bawei sekarang dikenal
Teluk Samabusa, Lagari, dan Sampai Kali Puaranai dan daerah-daerah ini cocok mejadi
sasaran untuk penembakan burung kining atau burung cenderawasih, mengambil kulit
lawan, kulit masohi, damar membuat kelapa menjadi kopera tetapi juga mencari dilaut
adalah kulit bia lola, kulit penyu, sisik kulit bia, fia-fia dan juga teripan sehingga dengan
pencharian ini maka ke sepuluh tete moyang-moyang sebagai nara sumber ini
menyampaikan dengan benar-benar bahwa mereka juga turut dalam pembayaran
Blating atau pajak dan penembakan burung kuning atau burung Cenderawasih itu
antara lain ialah tete moyang-moyang Nanaor Rumawi dan tete moyang-moyang
Worengga dan mereka juga membayar tempat-tempat sasaran untuk pencaharian
mereka yaitu mulai dari kampung GURE-ROGKRE kepala kali Nadire Bawei gunung
RIWAHI, Gunung NUAWEI, Guning Jariori, Pulau Ajawawa dan menyebrang lewat lautan
HEWURA ke pulau Kebre atau EBRE sekarang di sebut pulau Anggaramios pulau
Nukabuai dan pulau Rorwo dan kembali mendarat lagi di tanjung pasir putih Madiana
sampai perbatasannya adalah pasir putih Ruriegi Kali Woipo sedangakan perbatasan
tempat-tempat pencaharian dari tete moyang-moyang Nanour Rumawi dan tete
moyang-moyang Worengga di pulau KEBRE atau EBRE yang disebut juga pulau
Anggaramios tersebuat adalah mulai dari tanjung Kurindisore, Pasir putih watabat
sampai dengan dekat kolam ikan bandeng sebelah timur matahari terbit, pulau
Nukabuai dan pulau Rorwo. Jadi menurut pendapat dari tete moyang-moyang Nanour
Rumawi pada masa purba itu mereka menyerahkan seorang nenek moyang yang
bernama Saramai Nanaor Rumawi, ini untuk kawin dengan Majid Ali Banjar supaya
menebuskan harga-harga senjata dobolob di kampung Marponou atau sekarang di
sebut Suguwer sehingga dengan ini maka tete moyang-moyang yang membayar Blasting
atau Pajak dan Penembakan Burung kuning atau burung Cenderawasih waktu itu,
adalah sebagai berikut : Tete moyang Raisuami Nanaor Rumawi, tete moyang Kakuri
Adam Nanaor Rumawi, tete moyang Hewure Amos Nanaor Rumawi, tete moyang Yakob
Nanaor Rumawi, tete moyang Yakobus Nanaor Rumawi, tete moyang Aitaga Hombuke
Nanaor Rumawi, tete moyang Mambarupi Anthon Nanaor Rumawi, dan tete moyang
Boas Worengga, tete moyang Yankarel Morengga dan tete moyang Zadrak Worengga
dan menurut ketua (BMA Nabire) Bapak Derek Nanaor Rumawi menyatakan bahwa
Blasting atau Pajak dan Penembakan Burung Kuning atau burung Cenderawasih pada
masa itu di tahun seribu delapan ratus delapan puluh sembilan (1889) samapai dengan
berakhir pada tahun Seribu sembilan ratus Enam puluh empat (1964) sehingga dengan
demikian ke tujuh (7) tete moyang-moyang kami Nanaor Rumawi itu membayar
Blasting atau pajak ke HAPEBE atau kepala Distrik Manokwari dan HAPEBE kepala
Distrik Ternate dengan mata uang guldents dari negeri Belanda. Ditengah kesibukan
pembayaran Blasting atau pajak dan penembakan burung kuning atau burung
Cenderawasih maka terjadilah pembunuhan antara tete moyang Raisuani Nanaor
Rumawi dan tete moyang Manaeri Titama pada tahun seribu sembilan ratus tujuh belas
(1917) di pesisir pantai putih Lajare dan sekarang dikenal dengan nama pasir putih
Wakobu dan pada waktu yang sama pula yaitu tahun seribu sembilan ratus tujuh belas
(1917) tete moyang Nanaor Rumawi ini mereka mengundurkan diri dari pesisir pantai
putih Lajari menuju ke sebelah timur matahari terbit yaitu di kampung Makimi dan di
kampung Masipawa sampai dengan hari ini, tetapi tete moyang kembali bertempat di
teluk MAWI-HAGWAPI atau kampung Napan Yaur ialah tete moyang HEWURA Amos
Nanaor Rumawi dan Pusaran nya sekarang di kampung Napan Yaur dengan
pembunuhan tersebut maka tete moyang yang bernama HEWURA Amos Nanaor
Rumawi ini memebrikan hak penuh ketiga (3) tete moyang yang bernama sebagai
berikut : Tete moyang Boas Warengga untuk melanjutkan pembayaran Blasting atau
Pajak dan Penembakan Burung Kuning atau Burung Cenderawasih di tahun seribu
sembilan ratus enam puluh empat (1964) maka dengan ini sehingga ketiga (3) moyang
kami ini membayar Blasting atau pajak kepada BAPEBE atau Kepala Distrik Belanda
yang bernama Meyer di Wasior yang ditanda tangani oleh tete moyang Boas Worengga
dengan mata uang Guldenst dari negeri Belanda sedangkan tete moyang Yan Karel
Worengga membayar HAPEBE atau Kepala Distrik Napan Weinami AYAPO dan HAPEBE
kepala Distrik ASNIP di Tigi atau pedalaman dengan mata uang Guldenst dari negeri
Belanda yang ditanda tangani oleh tete moyang Yan Karel Worengga.

 MASKAVEI-FONIS di tahun (1929 sampai dengan tahun 1939)


Ketika Gubenur Jendral Yan Pieter Sunkun mendirikan VOC mendirikan VOC di
Batavia Jakarta dan Cabang di buka di Nabire maka ketujuh (7) tete moyang-
moyang kami Nanaor Rumawi dan ketiga (3) tete moyang-moyang kami
Worengga juga terlibat didalam usaha hasil hutan anata lain Damar, Kulit
Masohi, Kulit Lawan, dan burung kuning atau burung Cenderawasih.

 MASKAVEI NKK(Nanio-Kohaiso-Kaiso) ditahun 1940-1945


Tete moyang-moyang kami yaitu: tete moyang-moyang Nanaor Rumawi dan tete
moyang-moyang kami Worengga mereka juga terlibat dalam pekerjaan Rodi
timbun lapangan terbang Nabire oleh dua ribu (2000) kuli selama dua (2) tahun
sehingga lapangan terbang Nabire siap untuk didarati oleh pesawat Jepang pada
tahun 1942.

 SEKUTU AMERIKA
Sekutu Amerika boom bardir dan Nabire jadi sunyi kembali pada tahun 1939
menuju ke tahun 1945 jepang dengan sistem kerja paksa untuk timbun lapangan
terbang kembali tetapi di pertengahan tahun 1945 sekutu menghancurkan
Nabire termasuk umat manusia pada masa itu sehingga kuli-kuli itu
mengundurkan diri atau bubar dari kegiatan tersebut termasuk ketujuh (7) tete
moyang-moyang Nanaor Rumawi dan tete moyang-moyang kami Worengga
mereka pulang kembali ke kampung masing-masing yaitu ketujuh moyang-
moyang kami Nanaor Rumawi pulang kembali ke kampung Makimi dan
Kampung Masipawa sedangkan tete moyang-moyang kami Worengga pulang
kembali ke kampung GURE-ROGKRE kali Nandire Bawei di teluk Duairi atau
yang sekarang dikenal teluk umar dan Teluk Mauri HAGAPI-OEDUGO atau teluk
Napan Yaur.

 DIMASA NKK ( tahun 1940 sampai dengan tahun 1945)


Lewat kapal-kapal SEITOMARO dan kapal HOROMARA kedua kapal ini memuat
atau droop seribu (1000) ekor sapi di kali Mundarama yang sekarang di sebut
kali sapi letaknya di kelurahan kalibobo Nabire.

PERNYATAAN HAK-HAK WARIS DAN SAKSI


Yang membuat pernyataan : Marga Namaor Rumawi
1.
2.
3.
4.
5.

Yang membuat pernyataan : Marga Worengga


1.
2.
3.
4.

Para Saksi-Saksi
1.
2.
3.
4.
A. Mengetahui Oleh Tokoh Adat Nabire
1. Mengetahui Kepala Suku Teluk Duairi (Teluk Umar)
Bapak Yohanes Sadi

2. Mengetahui Kepala Suku Yaur


Bapak Saul Waiwoni

3. Mengetahui Kepala Suku Wate


Bapak Alex Raiki

4. Mengetahui Kepala Adat Samabusa


Bapak Kostants Warai

5. Mengetahui Suku Weinami


Bapak Efnatus Wartanoi

6. Mengetahui Kepala Suku Kepulauan Harlem


Bapak H.U Sawaki

7. Mengetahui Lembaga Masyarakat Adat (LMA)


Bepak Sokerates Sayori

8. Mengetahui Dewan Adat Papua


Bapak Herman Sayori

Dibuat dI Kampung GURG-ROGKRE-Kali Nandire Bawei pada tanggal


15 Maret tahun 1917

Anda mungkin juga menyukai