Tugas Kelompok Agenda Ii Analisis Kasus
Tugas Kelompok Agenda Ii Analisis Kasus
TUGAS KELOMPOK
KELOMPOK 3 ANGKATAN XXI GOLONGAN II
Disusun oleh:
Salsabila Nur Fauziyah, A.Md.Kes
Aisyah, A.Md
Khalida Luthfiyasari, A.Md.Kl
Nugraha Iskandar, A.Md.Kl
ARTIKEL KESATU
Awal Mula Kasus Korupsi Bansos Covid-19 yang Menjerat Juliari hingga
Divonis 12 Tahun Penjara
Penulis : Wahyuni Sahara
Sehingga, total uang suap yang diterima oleh Juliari menurut KPK adalah
sebesar Rp 17 miliar. Seluruh uang tersebut diduga digunakan oleh Juliari untuk
keperluan pribadi. Atas perbuatannya itu, Juliari disangkakan melanggar Pasal 12
huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.
ANALISIS
PERSONAL BEHAVIOR
Perilaku individu (personal behaviour) yang diharapkan seharusnya sebagai berikut:
1. ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan Lembaga dan
kode etik yang berlaku untuk perilaku mereka
2. ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau
anggota masyarakat
3. Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan professional
hubungan berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif
4. ASN membuat keputusan adil, tidak memihak dan segera memberikan
pertimbangan untuk semua informasi yang tersedia, undang-undang dan
kebijakan dan prosedur institusi tersebut.
5. ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh
kesopanan, kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk
kepentingan mereka, hak-hak, keamanan dan kesejahteraan.
ARTIKEL KEDUA
Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Sigit Riyanto, meminta SK
pimpinan KPK dibatalkan. Sigit menilai, substansi dalam SK itu telah masuk pada
ranah pemberhentian pegawai yang tidak lolos TWK. "Ini tentu bertolak belakang
dengan pemaknaan alih status, melainkan sudah masuk pada ranah pemberhentian
oleh pimpinan KPK," kata Sigit, dalam keterangan tertulis yang diterima
Kompas.com, Minggu (16/5/2021). "Sebab, 75 pegawai KPK yang disebutkan TMS
(tidak memenuhi syarat) tidak dapat lagi bekerja seperti sedia kala," ucap dia. Sigit
menuturkan, secara garis besar terdapat dua isu penting dalam TWK pegawai KPK,
yakni pertentangan hukum dan permasalahan etika. Ia menjelaskan, TWK tidak
diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU KPK) maupun Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 2020 sebagai syarat alih status kepegawaian KPK. Bahkan,
Mahkamah Konstitusi telah menegaskan dalam putusan uji materi UU KPK, bahwa
proses alih status kepegawaian tidak boleh merugikan hak-hak pegawai KPK.
Namun, menurut Sigit, putusan itu diabaikan oleh Pimpinan KPK dengan tetap
memasukkan konsep TWK dalam Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor
1 Tahun 2021. "Tidak hanya itu, substansi TWK juga memunculkan kecurigaan
kami, khususnya dalam konteks pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada
pegawai KPK saat menjalani wawancara," kata Sigit. "Secara umum menurut
pandangan kami apa yang ditanyakan mengandung nuansa irasional dan tidak
relevan dengan isu pemberantasankorupsi,"ucapdia.
PERSONAL BEHAVIOR
Perilaku individu (personal behaviour) yang diharapkan seharusnya sebagai berikut:
1. ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan Lembaga dan
kode etik yang berlaku untuk perilaku mereka
2. Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan professional
hubungan berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif
3. ASN membuat keputusan adil, tidak memihak dan segera memberikan
pertimbangan untuk semua informasi yang tersedia, undang-undang dan
kebijakan dan prosedur institusi tersebut.
4. ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh
kesopanan, kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk
kepentingan mereka, hak-hak, keamanan dan kesejahteraan.