Anda di halaman 1dari 32

DASAR-DASAR AGAMA

A. Pemahaman Dasar Agama

1. Aqidah
Secara bahasa, Aqidah bisa diartikan sebagai ikatan atau keyakinan. Sedangkan
secara istilah Aqidah merupakan sebuah keimanan yang kuat terhadap suatu dzat tanpa
ada keraguan sedikitpun.

2. Tauhid
Tauhid adalah bentuk masdar dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan. Artinya
jika disebut kata bilangan satu, maka dia bilangan yang tidak dapat terbagi.
Secara bahasa artinya meng-Esakan. Menurut syariat meyakini keesaan Allah
Subhanahu Wata’ala. Adapun yang disebut ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan
tentang akidah atau kepercayaan kepada Allah dengan didasarkan pada dalil-dalil yang
benar. Tidak ada yang menyamainya dan tak ada padanan bagi-Nya. Mustahil ada yang
mampu menyamai-Nya.
Ibnu Taimiyah membagi tauhid menjadi tiga; Uluhiyah, Rububiyyah dan Asma’
wa al-Shifat.
i. Tauhid  rububiyyah yaitu mengesakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam
segala perbuatan dengan meyakini bahwa Allah yang menciptakan segenap
makhluk-Nya. Dalilnya firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 62, surat al-
Fatihah ayat 2, surat Hud ayat 6, dan seterusnya.
ii. Tauhid uluhiyyah yaitu mengesakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam hal
peribadatan, hanya beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan
meniadakan peribadatan selain-Nya. Allah berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat
22 yang artinya “Janganlah kamu mengadakan Tuhan yang lain di samping
Allah, nanti engkau menjadi tercela dan terhina.”
iii. Tauhid asma’iyah wa sifatiyah yaitu beriman dengan nama-nama Allah
Subhanahu Wa Ta’ala dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang diterangkan
dalam al-Quran maupun as-Sunnah. Menurut apa yang pantas bagi Allah
1
Subhanahu Wa Ta’ala tanpa menta’wilkan, tanpa menghilangkan makna atau
sifat Allah dan tanpa mempersoalakan hakekat asma maupun sifat-Nya dengan
bertanya bagaimana.
Allah berfirman dalam surat As-Syura ayat 11 yang artinya “Tidak ada sesuatu pun yang
serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Salah satu dosa syirik

َ ‫َم ْن َأتَى َع َّرافًا ف ََسَأل َُه َع ْن َش ْي ٍء ل َْم تُقْبَ ْل ل َُه َصل َاةٌ َأ ْربَ ِع‬
‫ين ل َيْل َ ًة‬

Barangsiapa mendatangi ‘arrâf (orang pintar) lalu bertanya kepadanya


tentang sesuatu, tidak akan diterima darinya shalat 40 hari. [HR. Muslim, no:
2230]

Maksud “tidak akan diterima darinya shalat 40 hari”, yaitu tida

3. Rukun Iman ( ? )
4. Rukun Islam ( ? )

B. Membaca Al-Qur’an

1. Makhroj
2. Mad
3. Izhar
4. Idgham
5. Ghunnah

C. Hafalan Al-Qyr’an
a. Surat Pendek (pilih 4 dari surat-surat pendek dibawah ini)
1. Al humazah
2. Al-qariah

2
3. Al’adiayat
4. Al zalzalah
5. Albayyinah
6. Adh-dhuha
7. At tin
b. Ayat Pilihan (Hapalkan kedua ayat pilihan dibawah)
1. Albaqarah 255 (Ayat Kursi)
2. Albaqarah 285 (Ayat Terakhir)
c. Surah ≥ 15 ayat (dianjurkan)
1. Iqra’
2. Al-Lail
3. As syams
4. Al-balad
5. Al-fajar
6. Al-ghasyiah
7. Al-a’la (sabbihis..)
8. dll

PENINGKATAN PEMAHAMAN

A. Pemahaman
1. Najis
Ada 3 tingkat najis

i. Najis mukhaffafah, Macam-macam najis dan contohnya yang pertama adalah


najis Mukhaffafah atau najis ringan. Contoh dari najis ini antara lain air kencing
bayi laki-laki yang belum berusia dua tahun. Najis ini masih tergolong dalam najis
ringan. Maka untuk membersihkannya pun cukup mudah. Ya, walaupun masih
tergolong najis ringan, kamu juga harus tetap kembali mensucikan diri dengan

3
membersihkannya. Kamu hanya perlu memercikan air ke bagian yang terkena
najis tersebut.
Meskipun masih terdapat bekas najis yang melekat, najis tersebut sudah dianggap bersih
atau suci sekali lagi karena najis Mukhaffafah ini adalah najis ringan.
ii. Najis Mutawasitah, Contoh najis ini antara lain kotoran manusia, darah haid, air
mani yang cair, minuman keras, kotoran hewan yang haram dimakan, bangkai
hewan kecuali bangkai manusia, ikan, dan belalang.
Najis Mutawassithah ini sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu:
✔ Najis ‘Ainiyah atau najis yang terlihat rupanya, rasa atau tercium baunya.
Najis hakikiyyah atau ‘ainiyyah, yaitu segala sesuatu yang kotor yang
menghalangi dari shalat seperti darah dan kencing. Najis jenis ini
selamanya tidak bisa berubah jadi suci.
✔ Najis Hukmiyah atau najis yang tidak tampak seperti bekas kencing dan
miras. Najis hukmiyyah atau ma’nawiyyah yaitu keadaan seseorang yang
tidak suci yang menghalangi dari shalat, termasuk pembatal wudhu, dan
mewajibkan untuk mandi. Najis hukmiyyah ini suci dengan wudhu atau
mandi.
Apabila kamu telah terkena dari najis tersebut, maka kamu perlu
segera untuk mensucikan diri dengan membersihkan bagian yang terkena
najis dengan menggunakan air yang mengalir hingga najisnya benar-benar
hilang. Ya, kamu harus membersihkan najis ini sampai tuntas, tanpa ada
bekas yang melekat. Adapun di dalam cara membersihkan najis
Mutawassitah ini bisa dengan menggunakan air, digosok-gosok
menggunakan tanah atau benda lainnya, ataupun dengan cara lainnya.
iii. Najis Mughallazah, Contoh dari najis Mughallazah ini seperti terkena babi
atau menyentuh babi, terkena air liur anjing baik secara sengaja ataupun tidak
sengaja. Karena najis ini merupakan najis yang berat, maka untuk cara
membersihkan diri dari najis ini perlu menggunakan bilasan air sebanyak tujuh

4
kali. Hal ini dilakukan dengan salah satunya membersihkannya dengan
menggunakan tanah agar najis tersebut benar-benar hilang.

Selain ketiga macam-macam najis dan contohnya di atas, masih ada macam najis
yang lainnya, yaitu najis Ma’fu atau najis yang dimaafkan. Najis Ma’fu adalah najis yang
tidak perlu dicuci atau dibasuh. Contoh dari najis jenis ini adalah najis bangkai yang tidak
mengalirkan darah, keluar darah atau nanah dari kulit dengan jumlah yang sedikit, debu,
serta air lorong yang memercikan sedikit dan sulit untuk menghindarinya.

2. Hadats
Hadats secara etimologi (bahasa), artinya tidak suci atau keadaan badan tidak
suci  jadi tidak boleh shalat. Adapun menurut terminologi (istilah) Islam, hadats adalah
keadaan badan yang tidak suci atau kotor dan dapat dihilangkan dengan cara berwudhu,
mandi wajib, dan tayamum. Dengan demikian, dalam kondisi seperti ini dilarang (tidak
sah) untuk mengerjakan ibadah yang menuntut keadaan badan bersih dari hadats dan
najis, seperti shalat, thawaf, ’itikaf.

3. Istinja’
Istinjak atau cebok merupakan suatu kewajiban bersuci dan menghilangkan najis
yang harus dilakukan setelah melakukan kencing atau buang hajat (be’ol). Istinjak boleh
dilakukan dengan air, batu, dan sesuatu padat yang tidak dimulyakan.
Sesuatu padat yang tidak dimulyakan memiliki arti segala sesuatu yang tidak bersifat
cair dan tentu saja harus suci dan bersih seperti kayu, kertas, tisu, tulang, dan lain-lain.
Daun, tangan manusia, dan anggota tubuh hewan tidak diperbolehkan untuk digunakan
dalam istinjak karena semuanya merupakan sesuatu yang dimulyakan.
Hal yang diutamakan dalam beristinjak adalah dengan batu atau sebangsanya
kemudian diikuti dengan air. Boleh dilakukan dengan air saja atau batu (dan
sebangsanya) sebanyak 3 kali. Jika menginginkan dengan salah satu saja, maka dilakukan
dengan air lebih utama.

5
Adab-Adab Beristinjak Dan Hal-Hal Yang Dimakruhkan Membuang Hajat
Adapun adab-adab dalam beristinjak dan hal-hal yang dimakruhkan membuang
hajat antara lain :
1. Jangan beristinjak sambil menghadap kiblat atau membelakangi kiblat pada
tempat yang terbuka seperti di lapangan atau di sawah karena makruh
hukumnya. Hal tersebut merupakan tindakan yang tidak menghormat pada kiblat.
Apabila tempatnya tertutup seperti dalam WC maka diperbolehkan.
2. Jangan membuang kotoran pada air yang tenang. Adapun pada air yang mengalir
tetapi aliran itu tidak deras maka dimakruhkan hukumnya. Tetapi Imam An-
Nawawi mengharamkan membuang kotoran pada air yang tenang atau air yang
mengalir sedikit dan tidak deras.
3. Jangan membuang kotoran di bawah pohon yang berbuah
4. Jangan membuang kotoran di tengah jalan
5. Jangan membuang kotoran pada tempat berteduh
6. Jangan membuang kotoran pada lubang tempat binatang kecil hidup
7. Jangan berbicara saat kencing atau buang hajat kecuali karena terpaksa
8. Jangan menghadap dan membelakangi matahari dan bulan saat kencing atau
buang hajat. Imam An-Nawawi menyatakan dalam kitab Ar-Roudloh dan kitab
Muhaddzib bahwa menghadap dan membelakangi matahari dan bulan saat
buang hajat tidak dimakruhkan. Beliau menegaskan dalam kitab Syarah Al-
Wasithi, keduanya hukumnya mubah karena kemakruhan keduanya tidak asli dan
tidak ada sumbernya.

Syarat-Syarat Istinjak Dengan Batu


Syarat-syarat istinjak dengan batu atau sebangsanya adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan 3 batu (atau sebangsanya) atau hanya satu tetapi harus pada 3
tempat yang berbeda pada batu tersebut.
2. Kotoran yang disucikan belum kering

6
3. Orang yang beristinjak belum pindah tempat karena berpindah tempat dapat
menyebabkan kotoran menjadi kering. Boleh berpindah tempat sekiranya kotoran
pada anus masih lunak
4. Batu atau sebangsanya tersebut adalah suci, dan tidak kedatangan najis yang
baru. Misalnya batu yang akan digunakan terkena najis baru, maka tidak
diperbolehkan untuk digunakan. Kotoran yang kering dan menjadi padat tidak
diperbolehkan untuk digunakan beristinjak.

4. Mandi Junub

Mandi junub atau mandi wajib merupakan mandi yang diwajibkan bagi setiap


muslim dalam beberapa keadaan. Keadaan itu diantaranya:
1. Keluarnya mani pada kaum pria.
2. Bertemunya dua organ int1m walaupun tidak keluar mani.
3. Ketika berhentinya darah haid dan nifas.
4. Ketika orang kafir masuk islam.
5. Karena kematian.

Berikut Tata Cara atau Urutan Mandi Junub


1. Diawali dengan niat untuk menghilangkan hadast besar.
2. Membersihkan kedua telapak tangan sebanyak 3x lalu bercebok dengan
membersihkan bagian tubuh yang penting serta kotoran yang ada disekitarnya
hingga bersih dengan tangan kiri.
3. Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan sampai bersih (Bisa dengan
sabun).
4. Melakukan niat wudhu, disini maksudnya melakukan wudhu dengan tata urutan
yang sempurna.
5. Mengguyur atau menyiram kepala dengan air sebanyak 3 kali hingga sampai ke
pangkal rambut.

7
6. Mencuci dan membersihkan kepala bagian kanan dilanjutkan dengan kepala
bagian kiri.
7. Menyela-nyela (menyilang-nyilang) rambut dengan jari.
8. Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan dilanjutkan
dengan bagian kiri.
9. Membersihkan area badan yang susah dijangkau.

5. Wudhu’

Setiap Muslim harus tahu tata cara wudhu sebagai salah satu syarat


agar sholat atau ibadahnya dianggap sah dan diterima Allah SWT. Meski tidak
menjabarkan tata cara wudhu secara rinci, Allah mewajibkan umat Islam untuk
berwudhu sebagai salah satu rukun sholat seorang Muslim.
Secara garis besar, Allah memerintahkan tata cara wudhu dalam Surat Al-
Maaidah ayat 6 yang artinya sebagai berikut:
" Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melakukan sholat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki."
Maka sudah jelas bahwa seorang Muslim wajib tahu tata cara wudhu yang benar
sesuai sunnah, beserta doa dan bacaannya.
Selain Alquran yang menyebutkan tentang tata cara wudhu yang benar, beberapa
hadis juga mengatakan bahwa wudhu adalah penghapus dosa-dosa.
Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu berkata: 
“ Barangsiapa berwudhu seperti yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Salam, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan
perjalanannya menuju masjid dan sholatnya sebagai tambahan pahala
baginya” (HSR. Muslim, I/142, lihat Syarah Muslim, III/13).
Sedangkan dalam As Sunnah lainnya, sabda Rasulullah SAW mengatakan, 

8
“ Allah tidak menerima sholat salah seorang di antara kamu sampai ia
berwudhu.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi)

Tata cara wudhu yang benar sesuai sunnah, beserta doa dan bacaannya

Rukun wudhu
Sebelum melangkah ke cara wudhu yang benar, kita perlu tahu rukunnya terlebih
dahulu. Rukun wudhu ini merupakan syarat sah kita bersuci dengan cara wudhu.
Rukun wudhu ada 6 perkara, yakni
1. Niat,
2. Membasuh muka,
3. Membasuh tangan,
4. Mengusap sebagian kepala,
5. Membasuh kaki,
6. Tertib atau menurut susunan yang disebut dalam Alquran.

Keenam perkara itu semuanya harus dilaksanakan dengan berurutan dan tenang,
tanpa boleh meninggalkan salah satunya jika ingin sholat kita sah.

Sunnah wudhu
● Basuh kedua tapak tangan.
● Menggosok gigi dengan siwak dan berkumur.
● Masukkan air ke dalam hidung.
● Menyapu air ke seluruh kepala.
● Basuh kedua telinga (dalam dan luar).
● Mendahulukan yang kanan.
● Gosok di celah jari tangan, kaki dan janggut jika panjang.
● Melakukan sebanyak 3 kali.
● Berturut-turut, yaitu bersambung dari awal sampai akhir tanpa jeda.

9
Syarat wajib wudhu
● Beragama Islam.
● Dapat membedakan yang baik dan yang buruk.
● Suci dari menstruasi dan persalinan.
● Tidak ada apa pun di dalam tubuh yang dapat mengubah sifat air, seperti lipstik
dan riasan.
● Tidak ada yang dapat mencegah air menyentuh kulit, seperti cat kuku, lipstik dan
lain-lain.
● Mengetahui mana yang sunah dan mana yang wajib.
● Air yang diambil untuk wudhu adalah air bersih dan suci (tidak bau, tidak kotor,
atau tercampur bahan lain)

Hal yang membatalkan wudhu


● Keluar segala sesuatu dari dua jalan kemaluan, seperti buang air kecil maupu
besar atau keluar angin. Jika keluar air mani maka harus mandi wajib.
● Hilang akal disebabkan gila, tidur (tertidur), mabuk, pingsan.
● Tersentuh kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dengan tidak
memakai tutup.
● Tersentuh kemaluan (kubul atau dubur) dengan tapak tangan atau jari-jarinya
yang tidak memakai tutup (walaupun kemaluannya sendiri).

B. Solat
1. Hukum
Shalat hukumnya fardhu bagi setiap orang yang beriman, baik laki-laki maupun
perempuan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kita untuk mendirikan
shalat, sebagai-mana disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur’anul Karim. Di antaranya
adalah firman Allah Ta’ala:

10
“Maka dirikanlah shalat itu, sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (An-Nisa’: 103)

Akibat Meninggalkan sholat


Dalil dari as-Sunnah adalah sabda Nabi shallallaahu’alaihi wasallam:
‫الصال َ ِة‬ ّ ِ ‫الر ُج ِل َوبَيْ َن‬
َّ ‫الش ْر ِك َوالْكُفْ ِـر تَ ْر ُك‬ َ ّ ‫ِإ ّ َن بَيْ َن‬
“Sesungguhnya (pembatas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran
adalah meninggalkan shalat.”
Disebutkan pula dalam Shahih Muslim sabda beliau dalam hadits
Buraidah radhiallaahu’anhu dan kitab-kitab Sunan:
َّ ‫اَل َْع ْه ُد ال َّ ِذ ْي بَيْنَنَا َوبَيْن َ ُه ُم‬
‫ ف ََم ْن َت َرك ََها َف َق ْد ك َ َف َر‬،‫الصال َ ُة‬
“Perjanjian (pembatas) antara kita dengan mereka adalah shalat, maka
barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia telah kafir.”

Dosa mensinggalkan sholat


Dan barang siapa menyepelekan shalat, niscaya Allah akan mengazabnya dengan
lima belas siksaan, enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika mati, tiga siksaan ketika
masuk liang kubur, dan tiga siksaan ketika bertemu dengan Tuhannya (akhirat)

i. Siksaan di dunia adalah


1. Dicabut keberkahan umurnya
2. Dihapus tanda orang shaleh dari wajahnya
3. Setiap amal yang dikerjakannya tidak diberi pahala oleh Allah
4. Tidak diterima do’anya
5. Tidak termasuk dari bagian do’anya orang-orang shaleh
6. Keluar ruhnya (mati) tanpa membawa iman

ii. Siksaan ketika mati adalah

1. Mati dalam keadaan hina


2. Mati dalam keadaan lapar
3. Mati dalam keadaan haus yang seandainya diberikan semua air laut, tidak akan
menghilangkan rasa hausnya

iii. Siksa ketika di dalam kubur adalah

1. Allah menyempitkan liang kuburnya sehingga bersilang kedua rusuknya


2. Tubuhnya dibakar di atas bara api, siang dan malam

11
3. Dalam kuburnya terdapat ular yang bernama Suja’ul Aqro’ yang akan
menerkamnya karena menyia-nyiakan shalat. Ular itu akan menyiksanya, yang
lamanya sesuai dengan waktu shalat

iv. Siksa ketika bertemu dengan Allah di akhirat

1. Apabila langit telah terbuka, maka malaikat datang kepadanya dengan membawa
rantai. Panjang rantai tersebut tujuh hasta. Rantai itu digantungkan ke leher orang
tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya dan keluar dari duburnya. Lalu
malaikat mengumumkan, “ini adalah balasan orang yang menyepelekan perintah
Allah.” Ibnu Abbas r.a. berkata, “seandainya lingkaran rantai itu jatuh ke bumi,
pasti dapat membakar bumi.”
2. Allah tidak memandangnya dengan pandangan kasih sayang-Nya. Allah tidak
mensucikannya dan baginya siksa yang pedih
3. Menjadi hitam pada hari kiamat wajah orang yang meninggalkan shalat, dan
sesungguhnya di dalam neraka Jahannam terdapat jurang yang disebut “Lam-
Lam”. Di dalamnya terdapat banyak ular. Setiap ular itu sebesar leher unta,
panjangnya sepanjang perjalanan sebulan. Ular itu menyengat orang yang
meninggalkan shalat sampai mendidih bisanya di dalam tubuh orang itu selama
tujuh puluh tahun kemudian membusuk dagingnya

Sumber : http://vutrav4.blogspot.com/2012/08/azab-orang-yang-meninggalkan-sholat.html

2. Syarat Sah Sholat

✔ Orang tersebut harus beragama islam.


✔ Berakal sehat.
✔ Dewasa atau sudah baligh.
✔ Telah mengetahui tentang hukum sholat serta tata cara sholat dengan baik.
✔ Bersih ataupun suci dari hadats dan najis.
✔ Sadar.

3. Rukun Sholat
Di antara yang secara sangat terperinci menyebutkan rukun-rukun shalat ialah
penjelasan Imam Abu Suja’ dalam Matan al-Ghâyah wa Taqrîb (Surabaya: Al-
Hidayah, 2000), hal. 9:
" ‫راءة‬00‫وق‬ ‫رام‬00‫يرة اإلح‬00‫درة وتكب‬00‫ع الق‬00‫ام م‬00‫فصل" وأركان الصالة ثمانية عشر ركنا النية والقي‬
‫ه‬0‫ة في‬0‫دال والطمأنين‬0‫ واعت‬0‫ع‬0‫ه والرف‬0‫ة في‬0‫وع والطمأنين‬0‫الفاتحة وبسم هللا الرحمن الرحيم آية منها والرك‬

12
‫ه‬00‫هد في‬00‫ير والتش‬00‫وس األخ‬00‫ه والجل‬00‫ة في‬00‫جدتين والطمأنين‬00‫وس بين الس‬00‫ه والجل‬00‫ة في‬00‫ والطمأنين‬0‫جود‬00‫والس‬
‫رتيب‬00‫الة وت‬00‫روج من الص‬00‫ة الخ‬00‫ليمة األولى وني‬00‫ه والتس‬00‫لم في‬00‫ه وس‬00‫والصالة على النبي صلى هللا علي‬
‫األركان على ما ذكرناه‬

“Pasal, Rukun-rukun shalat ada 18, yakni:


1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Takbiratul ihrâm,
4. Membaca surat al-Fatihah; dimana Bismillâhirrahmânirrahîm merupakan bagian
ayatnya 5. Ruku’, 
6. Thuma’ninah
7. Bangun dari ruku’ dan I’tidal
8. Thuma’ninah,
9. Sujud
10. Thuma’ninah
11. Duduk diantara dua sujud
12. Thuma’ninah
13. Duduk untuk tasyahhud akhir
14. Membaca tasyahhud akhir
15. Membaca shalawat pada Nabi SAW saat tasyahhud akhir
16. Salam pertama
17. Niat keluar dari shalat
18. Tertib; yakni mengurutkan rukun-rukun sesuai apa yang telah dituturkan”
Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/83025/inilah-rukun-rukun-dalam-shalat

7. Tumakninah
Tuma’ninah atau tenang ketika shalat adalah salah satu rukun dari rukun-rukun
shalat. Tidak sah shalat apabila tidak tuma’ninah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah berkata dengan orang yang tidak tuma’ninah dalam shalat. Beliau berkata:

13
‫َط َمِئ َّن َرا ِكعًا ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى تَ ْعتَ ِد َل قَاِئ ًما ثُ َّم ا ْس ُج ْد‬ْ ‫صاَل ِة فَ َكبِّرْ ثُ َّم ا ْق َرْأ َما تَيَ َّس َر َم َعكَ ِم ْن ْالقُرْ آ ِن ثُ َّم ارْ َك ْع َحتَّى ت‬
َّ ‫ِإ َذا قُ ْمتَ ِإلَى ال‬
‫صاَل تِكَ ُكلِّهَا‬َ ‫ك فِي‬ ْ ‫َط َمِئ َّن َجالِسًا ثُ َّم ا ْس ُج ْد َحتَّى ت‬
َ ِ‫َط َمِئ َّن َسا ِجدًا ثُ َّم ا ْف َعلْ َذل‬ ْ ‫اجدًا ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى ت‬ ْ ‫َحتَّى ت‬
ِ ‫َط َمِئ َّن َس‬

“Jika Anda hendak mengerjakan shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat al
Quran yang mudah bagi Anda. Kemudian rukuklah sampai benar-benar rukuk
dengan tuma’ninah, lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak,
setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud dengan tuma’ninah, lalu angkat
(kepalamu) untuk duduk sampai benar-benar duduk dengan tumakninah, setelah itu
sujudlah sampai benar-benar sujud, Kemudian lakukan seperti itu pada seluruh
shalatmu”  (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits ini, para ulama mengambil pelajaran bahwa orang yang tidak
menegakkan punggungnya ketika ruku’ dan sujud, maka shalatnya tersebut tidak sah dan
wajib baginya untuk mengulangi shalatnya. Hal ini sebagaimana perintah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang cepat-cepat ketika shalat.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

..ِّ‫صل‬ َ َّ‫ص ِّل فَِإن‬


َ ُ‫ك لَ ْم ت‬ َ َ‫ارْ ِج ْع ف‬..
“Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!” (HR. Bukhari
715)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, melihat dari belakangnya ada orang yang


tidak menegakkan punggungnya ketika ruku’ dan sujud. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam selesai melaksanakan shalat, beliau mengatakan:

ِ ْ‫فِى الرُّ ُكو‬ ُ‫ص ُْلبَه‬ ‫لَ ْم يُقِ ْم‬ ‫صالَةَ لِ َم ْن‬


‫ع وال ُّسجُوْ ِد‬ َ َ‫ال‬  ‫يا معشر المسلمين‬
“Wahai kaum muslimin, tidak ada shalat bagi mereka yang tidak menegakkan
punggungnya ketika ruku’ dan sujud’” (HR Ahmad, Ibnu Majah dishahihkan oleh
al Albani)

Yang dimaksud dengan menegakkan di sini yaitu meluruskan pungguhnya ketika dia
bangkit dari ruku’ dan sujud. Hadits ini merupakan dalil bahwa bangkit  dari ruku’, duduk
dan tuma’ninah adalah rukun dari rukun-rukun shalat.

14
Sumber : https://www.radiorodja.com/44898-arti-tumaninah-ketika-shalat/

8. Jamak
Bagi orang yang sedang dalam perjalanan jauh diberi rukhsah dalam menjalankan
sholat fardhu yang dinamakan dengan jamak. Pengertian shalat jamak yaitu meringkas dua
waktu shalat dalam satu waktu. Misalnya dzuhur di kerjakan bersamaan dengan shalat
ashar atau sebaliknya, begitu juga maghrib dengan isya, untuk waktu subuh tidak ada
jamak harus disempurnakan.
Tetapi tidak setiap perjalanan yang ditempuh bisa melakukan jamak karena ada
ketentuan-ketentuan yang membolehkan seseorang melakukan sholat jamak. Pasalnya,
ada syarat-syarat sebelum diperbolehkan melakukan shalat jamak.
Syarat-syaratnya di antaranya seperti
1. perjalanannya tersebut bukan bertujuan untuk hal yang maksiat,
2. jarak minimal perjalanan harus mencapai farsakh atau menurut beberapa
pendapat para ulama 88 Km, 80 Km, 64 Km, 94,5 Km,
3. dilakukannya harus saat masih berada dalam perjalanan,
4. dilakukan setelah keluar dari batas desa.

Tata Cara Sholat Jamak dan Qasar

Tata cara sholat jamak dan qasar tentu tidak boleh dijadikan main-main. Semisal kita
sedang malas lalu menjamak sholat. Atau mau pergi ke mall lalu menjamak sholat. Tentu
hal itu salah. Tata cara sholat jamak dan qasar hanya boleh dilakukan oleh seseorang yang
benar-benar dalam kondisi darurat. Adapun jenis sholat jamak dan qasar dibedakan
menjadi 2 macam yakni jamak taqdim dan jamak takhir begitu juga dengan qasar.
1. Jamak Taqdim, Jamak Taqdim yaitu meringkas atau mengerjakan 2 sholat fardhu
sekaligus di waktu sholat yang pertama, yaitu :
Sholat Dzuhur dan Ashar, dikerjakan saat waktu Dzuhur.
Sholat Maghrib dan Isya, dikerjakan saat waktu Maghrib.
2. Jamak Takhir. Jamak Takhir yaitu meringkas atau mengerjakan 2 sholat fardhu
sekaligus di waktu sholat yang terakhir, yaitu:
Sholat Dzuhur dan Ashar, dikerjakan saat waktu Ashar.

15
Sholat Maghrib dan Isya’, dikerjakan saat waktu Isya.

9. Qashar
Seorang musafir boleh mengqashar shalat yang empat raka’at menjadi dua raka’at
asalkan memenuhi empat syarat berikut:
(1) Niat untuk bersafar
Yang mengqashar shalat dipersyaratkan berniat safar. Ini syarat dari seluruh
fuqoha.
(2) Sudah mencapai jarak safar
Seseorang baru boleh mengqashar shalat jika sudah mencapai jarak yang
ditentukan oleh para fuqaha sebagai jarak disebut telah bersafar. Jika telah memenuhi
jarak tersebut barulah disebut sebagai musafir.
Berapakah jarak itu?
b. Jarak disebut safar jika telah mencapai 48 mil atau 85 km. Ini pendapat
kebanyakan ulama.
c. Disebut safar jika telah melakukan perjalanan dengan berjalan selama tiga hari tiga
malam.
d. Tidak ada batasan untuk jarak safar, selama sudah disebut safar, maka sudah boleh
mengqashar shalat.
(3) Sudah keluar dari bangunan terakhir dari negerinya.
Qashar shalat baru bisa dilakukan jika seseorang keluar dari tempat ia bermukim.
Jika ia keluar dari rumah terakhir dari kotanya, ketika itu barulah shalat bisa diqashar
menjadi dua raka’at.
(4) Disyaratkan niat qashar untuk setiap shalat.
Disyaratkan untuk mengqashar shalat, sudah ada niat sejak takbiratul ihram untuk
setiap shalat.

10. Zikir

16
11. Do’a-do’a pilihan

12. Zakat
Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk
diberikan kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan semacamnya,
sesuai dengan yang ditetapkan oleh syariah. Zakat termasuk rukun Islam ke-4 dan menjadi
salah satu unsur paling penting dalam menegakkan syariat Islam.
Hukum zakat
Hukum zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti shalat, puasa, dan lainnya dan telah diatur
dengan rinci berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
 
Zakat terdiri dari dua macam:

1. Zakat Fitrah, Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan umat


Muslim menjelang hari raya Idul Fitri atau pada bulan Ramadan. Zakat fitrah dapat
dibayar dengan setara 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok dari daerah yang
bersangkutan. Makanan pokok di Indonesia adalah nasi, maka yang dapat
dijadikan sebagai zakat adalah berupa beras.
2. Zakat Maal, Zakat maal (harta) adalah zakat penghasilan seperti hasil pertanian,
hasil pertambangan, hasil laut, hasil perniagaan, hasil ternak, harta temuan, emas
dan perak. Masing-masing jenis penghasilan memiliki perhitungannya sendiri.

Cara Menghitung Zakat

1. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah per orang = 3,5 liter x harga beras per liter. Contoh: harga beras yang biasa
kamu makan sehari-hari Rp 10.000 per liter, maka zakat fitrah yang harus dibayar per

17
orang sebesar Rp 35.000. Jika dihitung dari segi berat, maka zakat fitrah per orang = 2,5
kg x harga beras per kg.

2. Zakat Maal
Zakat Maal = 2,5% x jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun. Menghitung nisab
zakat maal = 85 x harga emas pasaran per gram.
Contoh: Umi punya tabungan Rp 100 juta, deposito Rp 200 juta, rumah kedua yang
dikontrakkan senilai Rp 500 juta, dan emas perak senilai Rp 200 juta. Total harta yang
dimiliki Rp 1 miliar. Semua harta sudah dimiliki sejak 1 tahun lalu.
Misal harga 1 gram emas sebesar Rp 600 ribu, maka batas nisab zakat maal 85 x Rp 600
ribu = Rp 51 juta. Karena harta Umi lebih dari limit nisab, maka ia harus membayar zakat
maal sebesar Rp 1 miliar x 2,5% = Rp 25 juta per tahun.

Yang Berhak Menerima Zakat


Siapa saja yang berhak menerima zakat? Yang berhak mendapatkan zakat menurut
kaidah Islam dibagi menjadi 8 golongan. Golongan-golongan tersebut adalah:
1. Fakir, Golongan orang yang hampir tidak memiliki apapun sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.
2. Miskin, Golongan orang yang memiliki sedikit harta, tetapi tidak bisa mencukupi
kebutuhan dasar untuk hidupnya.
3. Amil., Orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Mu'alaf, Orang yang baru masuk atau baru memeluk agama Islam dan
memerlukan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
5. Hamba Sahaya, Orang yang ingin memerdekakan dirinya.
6. Gharimin, Orang yang berutang untuk memenuhi kebutuhannya, dengan catatan
bahwa kebutuhan tersebut adalah halal. Akan tetapi tidak sanggup untuk
membayar utangnya.
7. Fisabilillah, Orang yang berjuang di jalan Allah.
8. Ibnus Sabil, Orang yang kehabisan biaya dalam perjalanannya dalam ketaatan
kepada Allah.

18
13. Puasa
Pengertian
Pengertian puasa Ramadhan menurut syariat Islam adalah suatu amalan ibadah yang
dilakukan dengan menahan diri dari segala sesuatu seperti makan, minum, perbuatan
buruk maupun dari yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari yang disertai dengan niat karena Allah SWT, dengan syarat dan
rukun tertentu. 

Syarat Wajib Puasa Ramadhan

Setelah mengetahui pengertian puasa Ramadhan, berikut ini adalah syarat wajib untuk
menjalankan puasa Ramadhan yang baik dan benar.
1. Mempunyai keyakinan Islam atau beragama Islam
2. Telah melalui masa baligh atau telah mencapai umur dewasa
3. Mempunyai akal
4. Sehat jasmani dan rohani
5. Bukan seorang musafir atau sedang melakukan perjalanan jauh
6. Suci dari haid dan nifas
7. Mampu atau kuat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan

rukun puasa sebagai berikut:


1. Niat, Niat dan doa di bulan Ramadhan merupakan tahapan penting dalam
menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Niat dilakukan sebelum menjalankan
ibadah puasa Ramadhan. Niat doa puasa Ramadhan diucapkan sebelum fajar tiba.
Beberapa hadist menjelaskan juga bahwa niat bisa diucapkan malam harinya
sebelum sahur atau setelah sholat tarawih.
2. Menahan diri dari kegiatan makan, minum, bersetubuh, maupun hal-hal lain yang
membatalkan puasa.

19
Hal yang Sunnah Ketika Berpuasa
Selain pengertian puasa Ramadhan, syarat, hingga rukunnya, kamu juga harus
mengetahui sunnah-sunnah puasa Ramadhan agar amalan ibadahmu semakin besar.
Berikut beberapa sunnah puasa Ramadhan.
1. Sahur
2. Segera berbuka saat waktu buka puasa
3. Membaca doa buka puasa
4. Berbuka dengan yang manis-manis
5. Memberi makan pada orang yang berbuka
6. Memperbanyak ibadah dan berderma, dan masih banyak lagi

Hal yang Makruh Saat Berpuasa

Makruh adalah hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan.


1. Berbekam
2. Mengulum sesuatu di dalam mulut
3. Merasakan makanan dengan lidah, contohnya saat memasak dan mencicipnya
4. Memakai wangi-wangian
5. Bersiwak atau menggosok gigi saat terkena terik matahari
6. Berkumur di luar kumur wudhu

Hal-hal yang Memperbolehkan untuk Tidak Berpuasa atau Membatalkan Puasa


Puasa terutama puasa Ramadhan memang wajib hukumnya, namun ada beberapa
hal yang memperbolehkan kita untuk tidak berpuasa atau membatalkan puasa. Akan tetapi
diwajibkan untuk mengeluarkan fidya atau mengganti puasa tersebut di lain hari.
1. Dalam perjalanan jauh
2. Orang tua berusia lanjut
3. Dalam keadaan sakit

20
4. Wanita menyusui dan hamil

14. Khutbah Jum’at


Rukun khutbah tersebut ada lima sebagai berikut:

1. Mengucapkan Alhamdulillah, dengan bentuk ucapan apa pun yang mengandung


pujian pada Allah.

2. Bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ucapan apa pun yang


menunjukkan shalawat. Di sini dipersyaratkan nama Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam disebut secara jelas, seperti menyebut dengan Nabi, Rasul atau
Muhammad. Tidak cukup dengan dhomir (kata ganti) saja.

3. Wasiat takwa dengan bentuk lafazh apa pun. Ketiga rukun di atas adalah rukun
dari dua khutbah. Kedua barulah sah jika ada ketiga hal di atas.

4. Membaca salah satu ayat dari Al Quran pada salah satu dari dua khutbah. Ayat
yang dibaca haruslah jelas, tidak cukup dengan hanya membaca ayat yang terdapat
huruf muqotho’ah (seperti alif laa mim) yang terdapat dalam awal surat.

5. Berdoa kepada kaum mukminin pada khutbah kedua dengan doa-doa yang sudah
ma’ruf.

Demikian semoga dipahami apa yang menjadi pemahaman dalam madzhab Syafi’i
mengenai rukun khutbah.

Muamalah
Hak Sesama Muslim

‫عل َى‬ َ ‫ول اَلل َّ ِه – صلى الله عليه وسلم – – َح ُّق اَل ُْم ْس ِل ِم‬ َ ‫ع ْن َأبِي ُه َريْ َر َة – رضي الله عنه – ق‬
ُ ‫َال َر ُس‬ َ
‫َح ِم َد اَلل َّ َه‬
َ ‫ع َط َس ف‬ َ ‫ َوِإ َذاـ‬,‫ح ُه‬ َ ‫ َوِإ َذاـ اِ ْستَن ْ َص‬,‫عا َك َفَأجِ بْ ُه‬
ْ ‫ح َك فَان ْ َص‬ َ ‫ َوِإ ذَا َد‬,‫عل َيْ ِه‬
َ ‫ ِإ ذَا ل َ ِقيتَ ُه ف ََسلِّ ْم‬:‫ت‬
ٌّ ‫اَل ُْم ْسلِ ِم ِس‬

ٌ‫اه ُم ْسلِم‬
‫ات فَاتْبَ ْع ُه – َر َو ُـ‬
َ ‫ َوِإ ذَا َم‬,‫ف ََس ِّمتْ ُه َوِإ َذاـ َم ِر َض ف َُع ْد ُه‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam.”
Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu,
ucapkanlah salam kepadanya; (2) Apabila engkau diundang, penuhilah
undangannya; (3) Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat

21
kepadanya; (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan
’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan
’yarhamukallah’); (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) Apabila dia
meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim)
[HR. Muslim, no. 2162

Hutang

Sengaja Menunda Pelunasan? Awas Bahaya Dunia-Akhirat! Sangat bahaya dan


rugi dunia-akhirat, jika sengaja menunda membayar hutang padahal mampu. Berikut
beberapa hal tersebut:
1) Jika meninggal dan membawa hutang, ia akan terhalang masuk surga meskipun mati
syahid
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

َ ‫ِيل الل َّ ِه ثُمَّ ُأ ْحي َِى ثُمَّ ُق ِت َل َم َّرتَيْ ِن َو‬


‫عل َيْ ِه َديْ ٌن َما َد َخ َل ال َْجن َّ َة َحتَّى يُ ْق َضى‬ ِ ‫َوال َّ ِذى ن َ ْف ِسى بِيَ ِد ِه ل َْو َأنَّ َر ُجال ً ُق ِت َل ِفى َسب‬
‫عن ْ ُه َديْن ُ ُه‬
َ
“Demi yang jiwaku ada ditanganNya, seandainya seorang laki-laki terbunuh di jalan
Allah, kemudian dihidupkan lagi, lalu dia terbunuh lagi dua kali, dan dia masih punya
hutang, maka dia tidak akan masuk surga sampai hutangnya itu dilunasi.”

2) Keadaannya atau nasibnya menggantung/ tidak jelas atau tidak pasti apakah akan
selamat atau binasa
Tentu kita sangat tidak senang dengan ketidakpastian, apalagi urusannya adalah di
akhirat nanti yaitu antara surga atau neraka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda,

َ ‫نَفْ ُس ال ُْمْؤ ِم ِن ُم َعلَّقَ ٌة ب َِديْ ِن ِه َحتَّى يُقْ َضى‬


‫عن ْ ُه‬
“Jiwa seorang mukmin tergantung karena hutangnya, sampai hutang itu
dilunaskannya.”[3]
Syaikh Abul ‘Ala Al-Mubarfkafuri rahimahullah menjelaskan hadits ini,

22
‫قال السيوطي أي محبوسة عن مقامها الكريم وقال العراقي أي أمرها موقوف ال حكم لها بنجاة وال هالك حتى‬
‫ينظر هل يقضى ما عليها من الدين أم ال انتهى‬
“Berkata As Suyuthi, yaitu  orang tersebut tertahan untuk mencapai tempatnya yang
mulia. Sementara Imam Al ‘Iraqi mengatakan urusan orang tersebut terhenti (tidak
diapa-apakan), sehingga tidak bisa dihukumi sebagai orang yang selamat atau binasa,
sampai ada kejelasan nasib hutangnya itu sudah dibayar atau belum.”

3) Sahabat yang punya hutang tidak dishalati oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, padahal shalat beliau adalah syafaat
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, dia berkata,

َ ‫ال َأ‬
‫عل َيْ ِه َديْ ٌن قَال ُوا ن َ َع ْم‬ َ ‫ت َف َق‬ ٍ ِّ‫عل َيْ ِه َديْ ٌن َفُأ ِت َي ب َِمي‬
َ ‫ات َو‬ َ ‫عل َيْ ِه َو َسل َّ َم ل َا يُ َصلِّي‬
َ ‫عل َى َر ُج ٍل َم‬ َ ‫ول الل َّ ِه َصلَّى الل َّ ُه‬
ُ ‫َان َر ُس‬
َ ‫ك‬
ِ ‫عل َى َص‬
‫اح ِبك ُْم‬ َ ‫َال َصلُّوا‬ َ ‫انق‬ ‫ِدين َ َار ِـ‬
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menshalatkan laki-laki yang
memiliki hutang. Lalu didatangkan mayit ke hadapannya. Beliau bersabda: “Apakah dia
punya hutang?”  Mereka menjawab: “Ya, dua dinar. Beliau bersabda,“Shalatlah untuk
sahabat kalian.”
Maksudnya adalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam ingin menjelaskan kepada para
sahabatnua bahwa, hutang sangat tidak layak ditunda dibayar sampai meninggal,
padahal ia sudah mampu membayarnya.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan bahwa shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah syafaat. Beliau berkata,
‫عل َيْ ِه‬ َ ‫عل َيْ ِه َوِإ ْن ك‬
َ ‫َان‬ َ ‫عل َيْ ِه َديْ ٌن َصل ّى‬ َ ‫عل َيْ ِه َديْ ٌن َأ ْم ل َا ؟ َفِإ ْن ل َْم يَك ُْن‬ َ ‫عل َيْ ِه َسَأ َل َه ْل‬ ٌ ّ‫َان إذَا ق ُّد َم إل َيْ ِه َمي‬
َ ‫ت يُ َصل ّي‬ َ ‫َوك‬
‫وجبَ ٌة‬ َ ‫اعتَ ُـه ُم‬
َ ‫اع ٌـة َو َش َف‬ َ ‫عل َيْ ِه َوَأ ِذ َن لَِأ ْص‬
َ ‫حاب ِِه َأ ْن يُ َصل ّوا‬
َ ‫عل َيْ ِه َفِإ ّن َصل َاتَ ُه َش َف‬ َ ‫َديْ ٌن ل َْم يُ َص ّل‬
“Jika didatangkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam seorang mayit, lalu dia
hendak menshalatkan maka Beliau akan bertanya, apakah dia punya hutang atau tidak?
Jika dia tidak punya hutang maka Beliau   menshalatkannya, jika dia punya hutang maka
Beliau tidak mau menshalatkannya, namun mengizinkan para sahabat menshalatkan
mayit itu. Sesungguhnya shalat Beliau (untuk si mayit) adalah syafaat (penolong) dan
syafaat Beliau adalah hal yang pasti.”

23
4) Orang yang berhurang dan berniat tidak mau melunasi , akan bertemu dengan Allah
dengan status sebagai pencuri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ َ ّ‫ﺠ ِﻤ ٌﻊ ﺃ َ ْﻥ ﻻ َ ﻳُ َﻮ ِّﻓﻴَ ُﻪ ِﺇﻳ‬


‫ﺎﻩ ﻟ َ ِﻘ َﻰ ﺍﻟﻠ َّ َﻪ َﺳ ِﺎﺭﻗًﺎ‬ ْ ‫ﺃَﻳُّ َﻤﺎ َﺭ ُﺟ ٍﻞ ﻳَ َﺪﻳّ َ ُﻦ َﺩﻳْﻨًﺎ َﻭ ُﻫ َﻮ ُﻣ‬
“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu
Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.”

Riba
1. Keadaan pemakan riba di neraka
Dari Samurah bin Jundub radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam menuturkan ‘kunjungannya’ ke neraka,
ِّ‫ َوِإ َذا َعلَى َش •ط‬، ‫ َوِإ َذا فِى النَّهَ ِر َر ُج ٌل َسابِ ٌح يَ ْس •بَ ُح‬، ‫ْت َأنَّهُ َكانَ يَقُو ُل – َأحْ َم َر ِم ْث ِل ال َّد ِم‬ ُ ‫فََأتَ ْينَا َعلَى نَهَ ٍر – َح ِسب‬
َ ِ‫ ثُ َّم يَْأتِى َذل‬، ‫ك السَّابِ ُح يَ ْسبَ ُح َما يَ ْسبَ ُح‬
ُ‫ك الَّ ِذى قَ • ْد َج َم• َع ِع ْن • َده‬ َ ِ‫ وَِإ َذا َذل‬، ً‫النَّهَ ِر َر ُج ٌل قَ ْد َج َم َع ِع ْن َدهُ ِح َجا َرةً َكثِي َرة‬
– ‫ ُكلَّ َما َر َج َع ِإلَ ْي ِه فَ َغ َر لَهُ فَاهُ فََأ ْلقَ َم• هُ َح َج• رًا‬، ‫ ثُ َّم يَرْ ِج ُع ِإلَ ْي ِه‬، ‫ق يَ ْسبَ ُح‬ ُ ِ‫ْال ِح َجا َرةَ فَيَ ْف َغ ُر لَهُ فَاهُ فَي ُْلقِ ُمهُ َح َجرًا فَيَ ْنطَل‬
‫ق ا ْنطَلِ ْق‬
ِ ِ‫ال قَاالَ لِى ا ْنطَل‬ ُ ‫قَا َل – قُ ْل‬
َ َ‫ت لَهُ َما َما هَ َذا ِن ق‬
“Kami mendatangi sungai yang airnya merah seperti darah. Tiba-tiba ada
seorang lelaki yang yang berenang di dalamnya, dan di tepi sungai ada orang
yang mengumpulkan batu banyak sekali. Lalu orang yang berenang itu
mendatangi orang yang telah mengumpulkan batu, sembari membuka mulutnya
dan orang yang mengumpulkan batu tadi akhirnya menyuapi batu ke dalam
mulutnya. Orang yang berenang tersebut akhirnya pergi menjauh sambil
berenang. Kemudian ia kembali lagi pada orang yang mengumpulkan batu.
Setiap ia kembali, ia membuka mulutnya lantas disuapi batu ke dalam mulutnya.
Aku berkata kepada keduanya, “Apa yang sedang mereka lakukan berdua?”
Mereka berdua berkata kepadaku, “Berangkatlah, berangkatlah.” Maka kami
pun berangkat.”
Dalam lanjutan hadits disebutkan,
‫ فَِإنَّهُ آ ِك ُل الرِّ بَا‬، ‫َوَأ َّما ال َّر ُج ُل الَّ ِذى َأتَيْتَ َعلَ ْي ِه يَ ْسبَ ُح فِى النَّهَ ِر َوي ُْلقَ ُم ْال َح َج َر‬
“Adapun orang yang datang dan berenang di sungai lalu disuapi batu, itulah
pemakan riba.” (HR. Bukhari, no. 7047)

24
2. Di hari kiamat diancam dengan perut yang besar seperti rumah dan dipenuhi
dengan ular-ular
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ ‫ج بُطُ••ونِ ِه ْم فَقُ ْل‬ ُ ‫ت فِيهَ••ا ْال َحي‬ ْ ‫ى بِى َعلَى قَ••وْ ٍم بُطُ•ونُهُ ْم َك‬ ‫ُأ‬ ُ ‫َأتَي‬
‫ت َم ْن هَ••ُؤ الَ ِء يَ••ا‬ ِ •َ‫َّات تُ• َرى ِم ْن خ‬
ِ ‫ار‬ ِ ‫•البُيُو‬ َ ‫ْر‬ِ ‫ْت لَ ْيلَةَ س‬
‫ِجب َْراِئي ُل قَا َل هَُؤ الَ ِء َأ َكلَةُ الرِّ بَا‬
“Pada malam Isra’, aku mendatangi suatu kaum yang perutnya sebesar rumah
dan dipenuhi dengan ular-ular. Ular tersebut terlihat dari luar. Akupun
bertanya, “Siapakah mereka wahai Jibril?” “Mereka adalah para pemakan
riba,” jawab beliau.” (HR. Ibnu Majah, no. 2273; Ahmad, 2: 353, 363. Sanad
hadits ini  dha’if sebagaimana kata Al-Hafizh Abu Thahir. Dalam sanadnya
terdapat Abu Ash-Shalet yang  majhul) 

3. Dosa riba yang paling ringan seperti menzinai ibu kandung sendiri
Dalam riwayat Al-Hakim disebutkan,
‫الربَا ثَالَثَةٌ َو َس ْبعُوْ نَ بَابًا أ ْي َس ُرهَا ِم ْث ُل َأ ْن يَ ْن ِك َح الرُّ ُج ُل ُأ َّمهُ َوِإ ْن َأرْ بَى ال ِّربَا ِعرْ ضُ ال َّر ُج ِل ْال ُم ْسلِ ِم‬
ِ
“Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal dosa seseorang yang
menzinai ibu kandungnya sendiri.” (HR. Al-Hakim, 2: 37. Al-Hakim mengatakan bahwa
hadits ini sesuai syarat syaikhain –Bukhari dan Muslim-. Hal ini disepakati oleh Adz-
Dzahabi. Al-Bushiri mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih, demikian disebutkan
dalam tahqiq Sunan Ibnu Majah oleh Al-Hafizh Abu Thahir).

4. Makan riba lebih parah dari 33 kali zina 


Jeleknya riba disebutkan oleh seorang tabi’in yang bernama Ka’ab Al-Ahbar, seorang
mantan pendeta Yahudi yang paham akan kitab-kitab Yahudi, bahkan bisa mengetahui
secara umum manakah yang shahih dan batil dari kitab tersebut (Lihat Siyar A’lam An-
Nubala’, 3: 489-894). Ka’ab rahimahullah menyatakan,
ً ‫ى ِم ْن َأ ْن آ ُك َل ِدرْ هَ َم ِربا ً يَ ْعلَ ُم هَّللا ُ َأنِّى َأ َك ْلتُهُ ِحينَ َأ َك ْلتُهُ ِربا‬
َّ َ‫َأل ْن َأ ْزنِ َى ثَالَثا ً َوثَالَثِينَ زَ ْنيَةً َأ َحبُّ ِإل‬
“Aku berzina sebanyak 33 kali lebih aku suka daripada memakan satu dirham riba yang
Allah tahu aku memakannya ketika aku memakan riba.” (HR. Ahmad, 5: 225. Syaikh
Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

25
5. Allah tidak akan menerima sedekah, infak dan zakat yang dikeluarkan dari
harta riba 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫َأيُّهَا النَّاسُ ِإ َّن هَّللا َ طَيِّبٌ الَ يَ ْقبَ ُل ِإالَّ طَيِّبًا‬
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan
menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik).” (HR. Muslim, no. 1015).
Pelaku riba tidak mendapatkan pahala saat hartanya diinfakkan di jalan Allah.

6. Doa pemakan riba sulit terkabul


“Ada seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut,
masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a,
َ ِ‫ى بِ ْال َح َر ِام فََأنَّى يُ ْستَ َجابُ لِ َذل‬
‫ك‬ ْ ‫يَا َربِّ يَا َربِّ َو َم‬
َ ‫ط َع ُمهُ َح َرا ٌم َو َم ْش َربُهُ َح َرا ٌم َو َم ْلبَ ُسهُ َح َرا ٌم َو ُغ ِذ‬
“Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram,
minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang
haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim, no.
1014)

7. Badan yang tumbuh dari harta yang haram akan berhak disentuh api
neraka
Yang pernah dinasihati oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Ka’ab,
‫ت النَّا ُر َأوْ لَى بِ ِه‬
ِ َ‫ت ِإالَّ َكان‬
ٍ ْ‫يَا َكعْبُ ْبنَ عُجْ َرةَ ِإنَّهُ الَ يَرْ بُو لَحْ ٌم نَبَتَ ِم ْن سُح‬
“Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh
berkembang dari sesuatu yang haram akan berhak dibakar dalam api neraka.”
(HR. Tirmidzi, no. 614. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits
ini hasan).

Adab dan Akhlaq

Hiasilah diri dengan adab dan akhlak mulia

26
Islam meninggikan dan mengutamakan orang-orang yang mau menghiasi diri
mereka dengan akhlak yang mulia. Dalam sebuah hadits,Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,“Sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya” (HR Bukhari
dan Muslim)
Dan beliau juga bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian
dan yang paling dekat tempattinggalnyadenganku pada hari kiamat adalah yang paling
mulia akhlaknya” (HR. Tirmidzi, shahih)
Dengan adab dan akhlak mulia pulalah kelak pada hari kiamat timbangan kebaikan
seseorang bisa lebih berat daripada timbangan kejelekannya sebagaimana sabda Nabi,
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari
kiamat daripada akhlak yang mulia” (HR. Tirmidzi, shahih)

Sumber adab dan akhlak mulia

Jikalah seseorang mau mempelajari bagaimana adab dan akhlak yang melekat pada
diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tentu itu lebih dari cukup baginya.
Tidaklah perlu lagi seseorang mempelajari berbagai ilmu etika yang bersumber dari
negara barat atau kebudayaan mana pun. Segala adab dan akhlak yang mulia tersebut
sudah beliau contohkan dan praktikkan dalam kehidupan beliau. Sebagaimana Allah
berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab: 21). Dan firman-Nya (yang
artinya), “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al
Qalam: 4)
Bahkan mencontohkan dan mempraktikkan adab dan akhlak mulia adalah salah
satu tugas utama yang beliau emban sebagai seorang rasul, sebagaimana beliau bersabda,
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR Bukhari dalam Al
Adabul Mufrad)

27
Dengan demikian, jika seseorang ingin mempelajari adab dan akhlak mulia maka tiada
lain sumbernya adalah Al Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.

Kepada Siapa dan Dimana Harus Beradab dan Berakhlak Mulia?

Jika ditinjau dari objeknya, adab dan akhlak mulia di dalam Islam bisa ditemui dilima
objek:
1. Adab kepada Allah, yaitu adab bagaimana seseorang berinteraksi dengan Allah dan
syariat-Nya, semisal dalam beribadah, berdoa, bertawakkal, berprasangka, bersyukur,
dan takut kepada Allah.
2. Adab kepada Al Qur’an, yaitu adab bagaimana seseorang berinteraksi dengan Al
Qur’an, semisal bagaimana adab membacanya, menghafalnya, menjaganya, dan
mengamalkannya.
3. Adab kepada Rasulullah, yakni bagaimana adab seseorang berinteraksi dengan
Rasulullah dan ajarannya, semisal bagaimana mencintai, mentaati, dan
memuliakan beliau.
4. Adab kepada diri sendiri, semisal bagaimana seseorang mensucikan dirinya, baik
secara zohir dan secara batin.
5. Adab kepada makhluk Allah, semisal kepada orang tua, guru, karib kerabat, tetangga,
dan masyarakat secara umum. Termasuk juga bagaimana berinteraksi dengan binatang
dan tumbuhan.
Atau jika ditinjau dari dari keadaannya, adab dan akhlak mulia yang diatur oleh
Islam juga bisa ditemukan ketika makan, minum, berkendara, berbicara, tidur, mandi,
menuntut ilmu, berpakaian, dan seterusnya, yang tak satu pun keadaan di dalam kehidupan
keseharian ini kecuali telah diatur bagaimana adab dan akhlaknya.

Beradab dan berakhlak mulia dalam bermasyarakat

28
Dengan penjelasan demikian, maka bisa diketahui bahwa dalam setiap detil
kehidupan ini, Islam telah mengatur bagaimana seseorang harus beradab dan berakhlak
mulia padanya. Diantara adab yang semakin lama semakin penting untuk dipelajari dan
diamalkan adalah adab dan akhlak di dalam bermasyarakat. Hal tersebut dikarenakan
manusia adalah makhluk sosial yang satu sama lain saling berinteraksi dengan interaksi
yang semakin lama semakin kompleks. Agar di dalam interaksi sosial tersebut tidak
tercipta adanya gesekan-gesekan yang bisa berujung pada problematika sosial, seperti
kekerasan, kerusuhan, kesenjangan, dan lain-lain, maka penting bagi seseorang untuk
mengetahui adab dan akhlak yang diajarkan oleh Islam di dalam bermasyarakat.Berikut di
antara sedikit contoh bagaimana beradab dan berakhlak mulia di dalam bermasyarakat
berserta ayat dan hadits yang memerintahkannya:
[1] Cintailah saudaramu sebagaimana mencintai diri sendiri
“Tidak beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana
ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim).
[2] Muliakan tamu dan tetanggamu
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia
memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
hendaklah ia memuliakan tamunya” (HR. Bukhari dan Muslim)
[3] Berbuat baiklah kepada temanmu
“Sebaik-baik teman di sisi Allah Ta’ala adalah yang paling berbuat baik kepada
temannya” (HR. Tirmidzi, shahih)
[4] Tolonglah saudaramu yang kesulitan
“Barang siapa yang membantu seorang muslim dan menghilangkan kesulitan yang ada
pada dirinya dari kesuliatan-kesulitan dunia, maka Allah akan hilangkan baginya
kesuliatan dari kesulitan-kesulitan di hari kiamat kelak” (HR. Muslim)
[5] Balaslah kejelekan orang lain dengan kebaikan
“Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka
pahalanya dari Allah” (QS. Asy Syura : 40)
[6] Berterimakasihlah atas kebaikan orang lain
“Tidaklah bersyukur kepada Allah seseorang yang tidak berterima kasih kepada manusia”
(HR. Bukharidalam Al AdabulMufrad)

29
[7] Tebarkanlah salam
“Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian
akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian” (HR. Tirmidzi, shahih)
[8] Hormati yang tua, sayangi yang muda
“Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati yang lebih tua, dan
tidak menyayangi yang lebih muda…” (HR. Ahmad, hasan)
[9] Amankan tangan dan lisanmu
“Seorang muslim yang baik adalah yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari
gangguan lisan dan tangannya” (HR. Bukhari)

Latihan Soal :
1. Sebutkan pengertian Aqidah secara bahasa dan istilah !
2. Sebutkan arti Tauhid secara bahasa dan menurut syariat !
3. Ilmu tauhid adalah ?
4. Tauhid terbagi tiga sebutkan, jelaskan !
5. Sebutkan Salah satu dosa syirik
6. Sebutkan rukun iman (
7. Sebutkan rukun Islam
8. Hapalkan 4 surat pendek (Al humazah, Al-qariah, Al’adiayat, Al zalzalah,
Albayyinah, Adh-dhuha, At tin)
9. Hapalakn Ayat Pilihan (Albaqarah 255 (Ayat Kursi) dan Albaqarah 285 (Ayat
Terakhir)
10. Hapalak Surah ≥ 15 ayat (dianjurkan)
11. Ada 3 tingkat najis sebutkan dan jelaskan
12. Najis Ma’fu adalah ?
13. Jelaskan Hadats secara etimologi dan terminologi
14. Istinja’ adalah
15. Media yang digunakan untuk istinjak adalah

30
16. Adab-Adab Beristinjak Dan Hal-Hal Yang Dimakruhkan Membuang Hajat
17. Mandi junub atau mandi wajib adalah ?
18. Sebutkan Tata Cara atau Urutan Mandi Junub
19. Rukun wudhu adalah ?
20. Sunnah wudhu adalah ?
21. Syarat wajib wudhu
22. Hal yang membatalkan wudhu
23. Hukum solat
24. Akibat Meninggalkan sholat adalah
25. Dosa meninggalkan sholat adalah ?
26. Syarat Sah Sholat adalah ?
27. Rukun Sholat adalah ?
28. Tumakninah adalah
29. orang yang tidak menegakkan punggungnya ketika ruku’ dan sujud maka
sholatnya ? Jamak adalah
30. Syarat-syarat jamak antara lain
31. Jamak Taqdim adalah? Beri contoh !
32. Jamak Takhir adalah ? beri contoh
33. Qashar sholat adalah
34. empat syarat sholat qashar adalah ?berikut:
35. Sudah mencapai jarak safar maksudnya
36. Zakat adalah
37. Hukum zakat
38. Zakat terdiri dari dua macam, sebutkan dan jelaskan
39. Bagaimana Cara Menghitung Zakat fitrah dan zakat maal
40. Yang Berhak Menerima Zakat adalah
41. Pengertian puasa Ramadhan menurut syariat Islam
42. Syarat Wajib Puasa Ramadhan
43. Rukun puasa sebagai adalah ?
44. Hal yang Sunnah Ketika Berpuasa

31
45. Hal yang Makruh Saat Berpuasa
46. Hal-hal yang Memperbolehkan untuk Tidak Berpuasa atau Membatalkan Puasa
47. Sebutkan Rukun khutbah jum’ah
48. Sebutkan hak muslim kepada muslim
49. Bagaimana Jika meninggal dan membawa hutang ?
50. Riba adalah ?
51. Bagaimana Keadaan pemakan riba di neraka
52. Sebutkan Dosa riba yang paling ringan
53. Bagaimana sedekah, infak dan zakat yang dikeluarkan dari harta riba 
54. Bagaimana akhlaq dalam Islam
55. Kepada Siapa dan Dimana Harus Beradab dan Berakhlak Mulia?
56. Berikan contoh bagaimana beradab dan berakhlak mulia di dalam bermasyarakat !

32

Anda mungkin juga menyukai