Laporan Pengantar Oseanografi Ramli 2022
Laporan Pengantar Oseanografi Ramli 2022
PENGANTAR OSEANOGRAFI
Oleh:
RAMLI
I1C121009
KELOMPOK 1(Satu)
PROGRAM STUDI
ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : RAMLI
Stambuk : II1C121009
Kelompok : 1 (SATU)
Program Studi : ILMU KELAUTAN
pada
Program Studi Ilmu Kelautan
Disetujui Oleh
Asisten Pembimbing
…………………………………
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat allah subhanahu wata’ala yang telah
penyusunan laporan ini. Tak lupa shalawat serta salam kita kirimkan kepada junjungan kita
baginda nabi besar Muhammad Shalallahu Alahi Wassalam karena atas perjuangan-nya lah
Selama penyusunan laporan ini tentunya saya banyak mendapat bantuan serta
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu saya ucapkan terimakasih kepada BapakMuh
Trial Fiar Erawan, S.Pi., M.Si, dosen mata kuliah Pengantar Oseonografi dan Fitra Mida
S.Si,selaku asisten pembimbing yang selama ini telah membantu dan membimbing dalam
proses penyusunan laporan. Saya berharap semoga laporan ini dapat di gunakan sebagai
salah satu referensi untuk menambah pengetahuan mengenai Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penyusunan laporan ini.
Oleh sebab itu segala bentuk kritik dan saran yang konstruksi guna menjadi acuan untuk
Penyusun
RIWAYAT HIDUP
2
DAFTAR ISI
3
I. PENDAHULUAN
Oseanografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata oceanus yang berarti
lautan/samudera dan graphos yang berarti gambaran/deskripsi sehingga oseanografi
bermakna deskripsi tentang lautan. Pengetahuan tentang oseanografi sangat diperlukan
terutama sebagai pengetahuan dasar bagi ilmu-ilmu perikanan, manajemen perairan,
budidaya laut, dan kelautan. Pengetahuan dasar tentang parameter oseanografi mmeliputi
pengertiannya, karakteristiknya, faktor-faktor yang mempenaruhinya, dinamikanya dan
keterkaitan antara parameter yang satu dengan parameter lainnya.
Deskripsi tentang lautan yang baik haruslah menggunakan indikator-indikator
berupa parameter-parameter oseanografi dengan kaidah pengamatan yang ilmiah.
Pengumpulan data untuk masing-masing parameter menggunakan peralatan-peralatan yang
memadai dan metode-metode yang benar. Kelebihan dan kekurangan dari peralatan dan
metode pengamatan yang digunakan perlu diketahui dan dikemukakan secara terbuka.
Persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pengumpulan data perlu di
pahami dan diaplikasikan dengan baik sehingga diperoleh data-data yang valid. Data-data
itu kemudian harus di sajikan dengan bentuk-bentuk penyajian data yang menarik dan
mudah dipahami.
Dalam rangka mendapatkan kompetensi tentang penguasaan metode pengamatan
parameter-parameter oseanografi dan penyajian datanya maka diperlukan suatu kegiatan
praktik di lapangan. Idealnya kegiatan pengumpulan data lapangan didukung dengan studi
pustaka diharapkan dapat memberikan keterampilan untuk melengkapi pengetahun teoritis
yang diperoleh di ruang kuliah. Namun karena adanya kendala yang menyebabkan kita
tidak mungkin melakukan pengamatan lapangan, maka kegiatan praktikum pengantar
oseanografi ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang dipadukan dengan
studi pustaka dan pengamatan dengan media video.
Beberapa parameter oseanografi yakni suhu, salinitas, dan arus menjadi topik
dalam praktikum ini. Secara toritis suhu perairan, salintas dan arus merupakan parameter
yang paling umum diamati dalam pengamatan oseanografi. Ketiga parameter ini sangat
penting perannya secara biologi dan fisik di laut. Suhu berkaitan erat dengan metabolisme
4
biota laut sehingga menjadi faktor pembatas distribusi biota laut. Salinitas berkaitan
dengan proses osmoregulasi biota laut yakni pengaturan kesimbangan osmosis cairan
tubuh dengan lingkungan perairan. Arus berperan penting dalam transport sedimen,
nutrient dan larva hewan air.
1.2 Tujuan
Kegunaan dari praktek lapang ini adalah memberikan pemahaman praktis kepada
mahasiswa tentang metode pengamatan beberapa parameter oseanografi dan cara
penyajian datanya.
5
II. LANDASAN TEORI
Suhu merupakan parameter laut yang sangat penting. Oleh karena itu pada setiap
penelitian oseanografi pengukuran suhu air laut selalu dilakukan. Pentingnya mengetahui
suhu perairan ialah untuk mempelajari proses-proses fisika, kimia maupun bilogi di laut.
Sebagai gambaran, arus yang merupakan suatu proses fisika laut dapat terjadi karena
antara lain adanya perbedaan densitas (kerapatan) massa-massa air. Sedangkan densitas
sangat ditentukan oleh suhu. Dengan mempelajari distribusi suhu di perairan pada waktu
dan tempat tertentu diharapkan pola arus diperairan itu dapat diketahui.
Demikian pula dalam mempelajari kimia oseanografi, suhu adalah merupakan
salah satu faktor yang perlu diketahui. Hal ini disebabkan peranan suhu dalam pelarutan
unsur-unsur maupun senyawa kimia. Makin tinggi suhu perairan, maka akan semakin
tinggi pula derajat kelarutan perairan atau reaksi kimia antara unsur atau senyawa satu
dengan lainya. Pada kegiatan usaha perikanan, peranan suhu dapat ikut menentukan
keberhasilan penangkapan ikan. Hal ini disebabkan oleh sifat ikan yang menyukai hidup
pada kisaran suhu tertentu. Apabila distribusi suhu perairan pada permukaan dan pada
berbagai kedalaman diketahui, tempat-tempat gerombolan ikan tertentupun akan dapat
diduga, sehingga untuk mendapat hasil optimal alat penangkapan ikan pun dapat ditujukan
ketempat tersebut. Pada usaha pertambakan di daerah pantai, suhu akan mempengaruhi
produktivitas perairan.
Seperti proses yang terjadi di atmosfir, radiasi matahari yang masuk kelaut
sebagian akan diserap dan sebagian lainya akan mengalami pembauran. Di dalam proses
penyerapan tersebut, radiasi yang berbentuk gelombang elektromagnetik diubah menjadi
energi kinetis yang lazim kita kenal sebagai panas. Panas inilah yang menjadi faktor utama
pembentuk suhu air laut. Sedangkan penguapan juga mempengaruhi suhu laut, tetapi
bersifat negatif. Keadaan tersebut disebabkan karena semua proses penguapan akan
memerlukan energi atau panas. Dua faktor diatas, radiasi matahari dan penguapan,
6
merupakan faktor-faktor yang paling berperan dan menentukan besarnya suhu perairan.
Beberapa faktor lain seperti proses kimia, proses biologi, pergerakan arus dan panas yang
berasal dari pusat bumi, mempunyai peranan sangat kecil terhadap suhu perairan. Seperti
telah kita pelajari, proses atau reaksi kimia dapat bersifat menghasilkan panas dan ada pula
yang memerlukan panas, demikian pula proses biologi. Namun demikian proses tersebut
sangat sangat kecil peranannya. Berdasarkan pengamatan yang pernah dilakukan, suhu
perairan-perairan di dunia ini berkisar antara 35oC sampai –2oC. Untuk perairan di daerah
tropis seperti perairan indonesia, variasi yang terjadi kecil.
Suhu di laut diukur dengan menggunakan alat pengukur suhu yaitu termometer.
Mengukur suhu dipermukaan laut mudah dilakukan. Tetapi untuk mengukur kedalaman
tertentu agak sukar. Hal ini dapat dimengerti, karena apabila kita mengambil contoh air
dari kedalaman 100 meter dan kemudian suhu baru diukur di atas permukaan laut, maka
suhu tersebut sudah berubah karena sudah mendapat pengaruh dari lapisan air di atas.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut, para ahli telah menciptakan termometer khusus yang
disebut thermometer bolak-balik (reversing thermometer).
Bila kita menginginkan pengukuran suhu secara terus menerus atau
berkesinambungan (continuous) ke arah dalam, hal ini dapat digunakan alat
bathythermograph. Alat ini terdiri dari dua bagian, yaitu pengindera panas dan pengukuran
7
tekanan air. Jadi dengan menggunakan alat ini kita dapatkan catatan suhu dan tekanan dan
kedalaman air.
II.2. Salinitas
8
Salinitas = 1,80655 x chlorinitas
Untuk menyamakan derajat ketelitian dalam penentuan chlorinitas, dibangunlah
laboratorium di Copenhagen, Denmark, yang menghasilkan air-air laut standard atau
normal yang dikirim ke seluruh dunia. Air laut normal ini mempunyai kadar chlor sekitar
19,3755‰ yang sangat mantap. Air normal dikirim ke berbagai tempat dalam ampul gelas
berukuran sekitar 300 cc. Dengan demikian penentuan chlorinitas air laut di seluruh dunia
dapat distandarisasi. Disamping mengukur kandungan chlor air laut saat ini telah
digunakan pula daya hantar listrik sebagai cara untuk menentukan salinitas. Alat ini
disebut salinometer. Dalam perkembangan selanjutnya dibuatlah suatu alat pengukur
salinitas yang dinamakan refraktometer bahkan dalam bentuk portable yang disebut hand
refractometer.
Bila pada suatu perairan dilakukan pengukuran suhu serta salainitas secara vertikal,
maka kita tidak akan melihat suatu yang khas. Grafik-grafik hasil pengukuran itu akan
selalu berubah-ubah tergantung dari banyak faktor. Tetapi bila suhu dan salinitas yang
didapat pada perairan tersebut kita plotkan pada suatu sumbu koordinat tertentu (suhu
sebagai ordinat dan salinitas sebagai absis), maka titik-titik itu akan membentuk grafik
tertentu. Hal ini dapat terjadi meskipun titik-titik tersebut hasil penelitian yang berbeda-
beda waktunya. Titik-titik tersebut dapat dihubungkan menjadi satu garis lurus atau
lengkug. Garis seperti inilah yang dinamakan dengan T-S diagram. T-S diagram di
beberapa perairan merupakan sifat khas, yang berarti pula tidak ada duanya. Pada perairan
yang homogen (seragam), yang ditandai oleh salinitas dan suhu sama di mana-mana, maka
kita akan mendapatkan T-S diagram yang berupa titik saja. Kalau perairan itu bercampur
dengan massa air dengan sifat-sifat yang tidak sama, maka T-S diagram akan mengalami
perubahan letak. Perubahan itu tergantung pada besar massa. Perbedaan suhu, dan salinitas
dari dua massa air tersebut.
Karena T-S diagram merupakan suatu yang khas untuk suatu perairan, maka dapat
dipergunakan untuk:
Melihat apakah pengukuran suhu atau salinitas pada berbagai kedalaman baik atau
tidak. Pengkuran yang baik akan selalu dekat dengan T-S diagram yang ada dari
perairan tersebut.
9
Dengan mengetahui salah satu parameter suhu atau salinitas, kita dapat mengetahui
parameter lainnya.
Dengan mempertimbangkan T-S diagram dari beberapa perairan, maka kita dapat
mempelajari proses percampuran massa air yang terjadi.
II.3. pH
II.4. Kecerahan
10
Kecerahan perairan yang ideal adalah lebih dari 1 m. Air keruh (biasanya
mengandung lumpur) dapat menghalangi tembusnya cahaya matahari didalam air sehingga
proses fotosintesis terganggu, sedangkan kedalaman yang baik untuk pertumbuhan rumput
laut (Susilowati, 2012).
Kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah 30-40 cm yang diukur dengan
menggunakan seccidisk. Adapun tingkat kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang
disebabkan oleh jasad-jasad renik atau plankton. Apabila kedalaman kurang dari 25 cm,
maka perganian air harus cepat dilakukan sebelum fitoplankton mati berurutan yang diikuti
penurunan oksigen terlarut secara drastis (Willem, 2019).
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda
di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Fluktuasi muka air
laut berubah-ubah secara periodik dalam suatu selang waktu tertentu atau sering disebut
dalam satu siklus pasang surut. Karakteristik pasang surut di perairan dipengaruhi oleh
letak geografis, morfologi pantai, maupun batimetri perairan. Akibat dari pengaruh faktor
lokal tersebut pasang surut dapat dibedakan menjadi beberapa tipe. Penentuan tipe pasang
surut dapat dilakukan dengan analisa data pasut menggunakan metode Admiralty sehingga
akan didapatkan nilai Formzahl sebagai penentu tipe pasut di daerah yang dikaji. Penelitian
ini juga mengkaji mengenai co-range pasang surut. Menyatakan co-range pasang surut
merupakan suatu sebaran amplitudo gelombang pasang surut yang memiliki nilai yang
sama (Nugroho, 2015).
Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik benda-benda
astronomi terutama oleh bumi, bulan dan matahari. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat
diabaikan karena jaraknya lebih jauh dan ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi
yang mempengaruhi pasang surut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah
bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan (Musrifin,2011).
Pasang surut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu
gerakan vertical dari seluruh partikel masa air di laut dari permukaan sampai bagian
terdalam dari dasar laut. Gerakan tersebut di sebabkan oleh pengaruh gravitasi anatara
bumi dan bulan, bumi dan matahari, atau bumi dengan bulan dan matahari. Pasang surut
dan arus yang di bandingkan pasang susrut sangat dominan dalam proses siklulasi masa air
di pesisir. Pasang surut terjadi di karenanakan oleh perebedaan gaya garfitasi dari
pergantian posisibulan dan matahari yang relative pada suatau titik di permukaan bimi
(Enora, 2020).
11
II.6. Arus
Di darat kita mengenal sungai yang mengalirakan airnya dari tempat tinggi ke
tempat yang rendah. Aliran ”sungai” seperti keadaan diatas juga terjadi di laut. Aliran
”sungai” tadi lebih kenal dengan nama arus. Bahkan ada arus dibawah permukaan laut
yang tidak tampak dari permukaan. Adanya arus dilaut di sebabkan oleh:
- Perbedaan densitas dari air laut.
- Angin yang bertiup terus-menerus diatas permukaan air laut,seperti angin passat dan
muson.
- Pasang-surut terutama di daerah-daerah pantai.
Jika ditanya faktor apa yang menyababkan adanya arus di dilaut? Jawabanya ialah
radiasi matahari.
Pemanasan matahari tidak sama di satu tempat dengan tempat lain,karena berbagai faktor
seperti:
- Sudut datang dari sinar matahari yang berbeda.
- Keadaan awan di tempat tersebut.
- Keadaan tempat itu sendiri.
- Benda-benda yang ada pada tempat itu.
Akibat pemanasan udara di atas tempat tadi akan menerima panas yang berbeda
pula. Makin panas udara di tempat tersebut makin renggang udaranya. Dengan makin
renggangnya udara, tekanannya akan semakin kecil. Dengan adanya perbedaan tekanan
udara tadi, akan ada angin yang berhembus dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah. Jika angin ini bertiup diatas permukaan laut, air laut akan terseret dan
menimbulkan arus laut.
Akibat pemanasan yang berbeda dari permukaan laut, maka terjadi pula perbedaan
penguapan. Tempat-tempat dengan penguapan yang besar mengakibatkan densitas dan
berat jenis air laut bertambah besar dibandingkan dengan densitas air laut di tempat dengan
penguapan kurang. Perbedaan densitas air laut diberbagai tempat di laut menimbulkan
arus. Kejadian tersebut dapat diterangkan secara sederhana sebagai berikut (Gambar 1 dan
2).
12
Pemanasan kurang Pemanasan banyak
Penguapankurang Penguapan besar
Udara padat Udara regang
Penguapan kecil Penguapan
Hembusan angin
besar
A B
Gambar 1. Arus laut disebabkan oleh angin Gambar 2. Arus laut akibat perbedaan densitas
II.7. Gelombang
Gelombang laut merupakan salah satu parameter laut yang dominan terhadap laju
mundurnya garis pantai. Gelombang laut terjadi karena hembusan angin di permukaan
laut, perbedaan suhu air laut, perbedaan kadar garam dan letusan gunung berapi yang
berada di bawah atau permukaan laut. Proses mundurnya garis pantai dari kedudukan
13
semula antara lain disebabkan oleh gelombang dan arus, serta tidak adanya keseimbangan
sedimen yang masuk dan keluar (Chandrika, 2016).
Gelombang adalah suatu fenomena laut yang sangat penting untuk diketahui.
Informasi mengenai gelombang laut digunakan dalam banyak kegiatan yang berhubungan
dengan kemaritiman seperti taransportasi laut, eksplorasi lepas pantai, perikana,
pembangunan pelabuhan da pembagunan wilayah dan mitigasi pantai. Fenomena yang ada
di laut sendiri utamanya merupakan hasil transfer energy oleh embusan agin di permukaan
laut yang kemudian menjalar dan di teruskan hingga menuju pantai (Ghifari, 2020).
1. Angin :
a. Kecepatan angin
b. Panjang/jarak hembusan angina
c. Waktu (lamanya) hembusan angina
2. Geometri laut (topografi atau profil laut dan bentuk pantai)
3. Gempa (apabila terjadi tsunami) - sangat kecil/minor.
4. Gelombang laut lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kondisi atmosfer. Kondisi
angin in tentusaja salah satu-nya cuaca yaitu kondisi sesaat dari atmosfer meliputi :
suhu, tekanan (angin), uap air (awan) dan hujan (Mulyabakti, 2016).
II.8. Topografi dan Sedimen
1. Topografi
2. Sedimen
14
Sedimen adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh
tenaga air atau angin. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengakir ke
sungai, danau, adan akhirnya sampai di laut. Pada saat pengangkutanya berkurang atau
habis, batuan di endapkan di daerah aliran air (Roby, 2016).
Jenis sedimentasi laut ini dapat di bagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan
Sedimen Biogenik Pelagis. Dimana sedimen terigen pelagis ini yaitu sedimen biogenik
terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks yang berasal dari organism laut misalnya
plankton. Kemudian sedimen biogenic pelagis mampir semua sedimen terigen ini berada di
lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang berukuran sangat kecil. Sedimentasi
biogenic berasal dari sedimentasi hasil glacial. Glacial ini merupakan bongkahan es yang
dapat mengakibatkan terjadinya sedimentasi (pengendapan) di areal gunung es dan lain
sebagainya (Fasdaryasa, 2016).
15
III. METODE PRAKTEK
Praktek Lapang Pengantar Oscanografi ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 04
Juni 2022 pada pukul 10.00 WITA sampai pada hari Minggu tanggal 05 Juni 2022 pada
pukul 09.00 WITA di Perairan Tanjung Tiram, Desa Tanjung Tiram, Kecamatan Moramo
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 13 Juni 2022 pukul 13.00-17.00 WITA yang
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktek ini meliputi peralatan pengumpulan
data dan peralatan analisis, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
16
12.. Kompas Mengukur arah arus, gelombang dan
kemiringan pantai
13 Pipa paralon Mengambil sedimen
14 Plastik sampel Menyimpan sedimen
15. Alat tulis Mencatat Data
16. Kamera Dokumentasi
a. Pengamatan Suhu:
b. Pengamatan Salinitas :
Adapun prosedur pengamatan untuk pengukuran salinitas parairan yaitu:
- Menyiapkan handrefraktometer.
- Mengkalibrasi handrefraktometer menggunakan air mineral.
- Mengambil satu air laut menggunakan wadah.
- Meneteskan air laut ke alat pembaca handrefraktometer (1 tetes).
- Mengarahkan handrefraktometer ke sumber cahaya, agar memudahkan melihat
hasilnya.
- Catat data yang diperoleh
c. Pengamatan pH:
Adapun prosedur pengamatan untuk pengukuran pH yaitu:
- menyiapkan pH indikator.
- Mencelupkan pH indikator kedalam air laut.
- Melihat perubahan warna pada pH indikator.
17
- Mencatat hasil pengamatan.
d. Pengamatan Kecerahan:
Adapun prosedur pengamatan untuk pengukuran kecerahan perairan yaitu:
- Menyiapkan secchi disk.
- Memasukkan secchi disk kedalam perairan.
- Mencatat kedalaman laut tempat penenggelaman secci disk.
- Menenggelamkan secchi disk ke dalam perairan hingga secci disk tak terlihat dan
beri tanda pada tali.
- Menaikkan secchi disk secara perlahan, sampai terlihat warna dari secchi disk dan
beri tanda.
- Mengukur tanda pertama menggunakan meteran roll.
- Mengukur tanda kedua menggunakan meteran roll.
- Menjumlahkan hasil pengukuran tanda pertama dan kedua, lalu bagi dua hasilnya.
- Mencatat data yang diperoleh.
f. Pengamatan Arus:
Adapun prosedur pengamatan untuk pengukuran pasang surut yaitu:
- Menyiapkan patok berskala yang telah dilengkapi dengan meteran pita dan selang
bening.
- Menancapkan patok berskala di surut terendah perairan.
- Mencatat ketinggian air.
- Melakukan pengamatan setiap jam selama 24 jam.
g. Pengamatan Gelombang:
18
- Menyiapkan peralatan berupa patok berskala, meteran roll, stopwach.
- Mengukur panjang gelombang, Menggunakan dua buah patok untuk mengukur
jarak anatar dua puncak gelombang, yang berdekatan (gelombang pertama dan
kedua).
- Menempatkan satu patok pada gelombang pertama dan patok yang lain pada
gelomabng yang kedua.
- Mengukur jarak patok satu dan patok dua.
- Mencatat hasilnya.
- Mengukur tinggi gelombang, menancapkan patook kedalam perairan kemudian
menghitung tinggi gelombang dengan menandai pada patok berskala jarak antara
puncak dan lembah gelombang.
- Mencatat hasilnya.
- Mengukur periode gelombang, menancapkan patok berskala ke dasar perairan.
- Menghitung tinggi puncak dan lembah gelombang sebanyak 51 data, semabari
menyalakan stopwach.
- Mematikan stopwach saat telah mencapai 51 data.
- Menghitung periode gelombang.
- Mencatat hasilnya.
19
- Mengambil sampel sedimen disetiap kedalam yang diukur pada saat pengambilan
data topografi.
- Mengeringkan sampel sedimen yang telah diambil dari peerairan Tanjung Tiram.
- Menimbang berat sedimen menggunakan timbangan kue untuk masing-masing
sedimen berdasarkan kedalaman.
- Mencatat data yang diperoleh.
- Melakukan pengayakan pada saringan bertingkat (sieve shaker).
- Melakukan pengayakan selama 5 menit dengan ampliudo 40, untuk masing-masing
kedalaman.
- Memasukkan hasil pengayakan kedalam wadah yang telah disediakan berdasarkan
ukuran sedimen yang di saring.
- Menimbang satu persatu hasil pengayakan sedimen menggunakan timbangan
digital.
- Mencatat hasil pengamatan.
20
e. Hasil analisis sedimen digunakan untuk menentukan tipe substrat pada masing-
masing kedalaman menggunakan Segitiga tekstur atau segitiga miller (Gambar
1). Segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas-kelas tekstur
sedimen. Ada 12 kelas tekstur sedimen yang dibedakan oleh jumlah persentase
ketiga fraksi sedimen tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Contoh:
X1 = 10%
Y1 = 45%
Z1 = 45%
*Angka 1 tersebut menyatakan bahwa komposisi tersebut merupakan sampel ke-1 dst.
21
Terapkan persentase komposisi tanah dengan membuat garis lurus menggunakan
segitiga tekstur.
1. Fraksi Pasir (X) dibuat dengan menarik garis \
2. Fraksi Liat (Y) dibuat dengan menarik garis /
3. Fraksi Debu (Z) dibuat dengan menarik garis ----
Setalah semua garis dibuat, cara menentukan tekstur tanah dilihat dari pertemuan
antara dua atau tiga komposisi tanah tersebut.Pada contoh ini diperoleh tipe tekstur
sedimennya adalah SILT CLAY atau LIAT BERDEBU.
f. Untuk membuat peta topografi, titik kedalaman 0, 25, 50, 75, 100 cm dimasukkan
pada masing-masing alur pengamatan di peta berdasarkan jarak hasil pengukuran di
lokasi dengan memperhatikan skala peta. Panjang aris putih bertuliskan 100m di
peta sama dengan jarak 100 m di lapangan.
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil pengukuran suhu perairan selama 24 jam di lokasi praktek disajikan pada
Gambar 6.
Hasil pengukuran salinitas perairan di Lokasi Praktek setiap jam selama 24 jam
23
Gambar 7. Grafik Fluktuasi Salinitas Perairan di Lokasi Praktek Selama 24 Jam.
Hasil pengukuran pH perairan di lokasi praktek pada saat air pasang dan air surut
24
Gambar 8. Grafik pH di Perairan Lokasi Praktek.
Hasil pengamatan pasang surut di lokasi praktek saat air dalam kondisi pasang
Hasil pengamatan kecepatan dan arah arus di lokasi praktek saat air dalam kondisi
Tabel 3. Hasil Pengukuran Kecepatan dan Arah Arus di Perairan Lokasi Praktek saat air laut dalam
keadaan surut.
Rerata Kec.
Kelompok Kondisi Pasut Kecepetan arus (m/s) Arah arus
Arus (m/s)
I 0,06 SBD
II 0,07 S
III 0,06 SBD
IV 0,07 S
pasang 0,061
V 0,08 S
VI 0,06 SBD
VII 0,04 SBD
VIII 0,05 SBD
I 0,07 UTL
II 0,04 STG
III surut 0,07 0,056 TTG
IV 0,07 TTG
V 0,07 TTG
25
VI 0,02 TL
VII 0,05 TL
VIII 0,06 UTL
Gambar 10.
Hasil pengamatan fraksi sedimen di lokasi praktek disajikan pada Gambar 11 sampai 16.
26
170-
49,9
18
<170 <90µm Mud
Total 96,53 100
>4 5,12
8-4 >2mm 4,43 10,91 12,3 Gravel
10-8 1,36
12-
1,36
10
50
18- 90µm-
5,77 78,15 87,7 Sand
12 2mm
170-
71,02
18
<170 <90µm Mud
Total 89,06 100
>4 0,63
8-4 >2mm 2,89 5,27 5,8 Gravel
10-8 1,75
12-
2,02
10
100
18- 90µm-
15,88 85,22 94,0 Sand
12 2mm
170-
67,32
18
<170 <90µm 0,15 0,15 0,2 Mud
Total 90,64 100
27
>4 6,94 Gravel
8-4 >2mm 25,49 64,22 62,1
10-8 31,79
12-
18,45
10 Sand
0
18- 90µm-
13,6 39,21 37,9
12 2mm
170-
7,16
18
<170 <90µm Mud
Total 103,43 100
>4 6,65
8-4 >2mm 4,11 11,79 12,2 Gravel
10-8 1,03
12-
1,25
10
50
18- 90µm-
7,05 84,83 87,7 Sand
12 2mm
170-
76,53
18
<170 <90µm 0,13 0,13 0,1 Mud
Total 96,75 100
>4 1,45
8-4 >2mm 2,39 5,76 6,0 Gravel
10-8 1,92
12-
2,77
10
100
18- 90µm-
14,96 85,34 89,5 Sand
12 2mm
170-
67,61
18
<170 <90µm 4,23 4,23 4,4 Mud
Total 95,33 100
28
Gambar 12. Fraksi Sedimenk kelompok/stasiun 3 Berdasarkan Kedalaman Perairan di
Lokasi Praktek.
29
10-8 6,49
12-
6,64
10
18- 90µm-
24,67 79,65 80,1 Sand
12 2mm
170-
48,34
18
<170 <90µm 0,5 0,5 0,5 Mud
Total 99,46 100
30
18-12 5,17
170-
79,52
18
<170 <90µm 0,94 0,94 0,97 Mud
Total 97,38 100
100 >4 10,35
8-4 >2mm 3,79 15,77 16,1 Gravel
10-8 1,63
12-10 2,16
18-12 17,17
90µm-2mm 81,95 83,7 Sand
170-
62,62
18
<170 <90µm 0,24 0,24 0,2 Mud
Total 97,96 100
31
18
<170 <90µm 0,8 0,8 0,8 Mud
Total 99,63 100
>4 17,52
8-4 >2mm 10,85 33,97 34,5 Gravel
10-8 5,6
12-10 6,09
100
18-12 90µm- 23,76
64,43 65,5 Sand
170- 2mm
34,58
18
<170 <90µm 0,006 0,006 0,006 Mud
Total 98,406 100
32
12-10 3,43
18-12 90µm- 14,24
82,92 83,1 Sand
170- 2mm
65,25
18
<170 <90µm 0,83 0,83 0,8 Mud
Total 99,73 100
>4 0,98
8-4 >2mm 11,84 19,31 19,4 Gravel
10-8 6,49
12-10 6,64
100
18-12 90µm- 24,67
79,65 80,1 Sand
170- 2mm
48,34
18
<170 <90µm 0,5 0,5 0,5 Mud
Total 99,46 100
33
Gambar 17. Persentase fraksi sedimen % berdasarkan kedalaman perairan (cm)
34
4.2. Pembahasan
4.2.1. Suhu
Berdasarkan hasil pengamatan suhu yang di lakukan selama tiga kali pengukuran
secara berskala selama satu hari di perairan Tanjung Tiram. Di mana pada jam 14:00
WITA. Didapatkan hasil pengukuran yaitu 31 ºC, kedua pada jam22:00 WITA didapatkan
hasil pengukuran 30 ºC, ketiga pada jam 06:00 WITA didapatkan hasil pengukuran yaitu
30 ºC
Hasil pengamatan suhu tertinggi didapatkan suhu mencapai 31ºC yang di ukur pada
pukul 14:00 WITA. Hal ini di sebabkan karena pengukuran suhu di lakukan pada waktu
tersebut cuaca cerah namun sedikit berawan. Sedangkan suhu terendah pada pukul 22:00
dan 06:00 WITA di mana suhu mencapai 30 ºC , hal ini disebabkan karena adanya proses
penguapan yang terjadi diperairan laut dan kurangnya intesitas cahaya matahari yang
masuk ke permukaan perairan, serta curah hujan dan tiupan angin yang terjadi di perairan
tersebut. Terjadinya fluktuasi suhu ini merupakan faktor pengaruh dari pengukuran yang di
lakukan pada waktu yang berbeda, di mana faktor yang dominan sangat di pengaruhi oleh
kondisi suatu meteorologi yaitu curah hujan, suhu udara, kecepatan angin dan musim.
Suhu berperan penting dalam memberikan informasi tentang aktivitas
mikroorganisme yang ada saat proses pengomposan. Pengukuran suhu dilakukan setiap
hari menggunakan thermometer dengan satuan derajat Celcius (°C). Suhu menandakan
perubahan aktivitas mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik. Suhu merupakan
kualaitas perairan yang paling penting di lautan terutama kawasan pesisir (Rico dkk, 2017).
Kondisi ini disebabkan karena pergerakan massa air tawar dari aliran sungai-sungai
yang dengan mudah masuk ke perairan dekat pantai. Gerakan massa air ini yang dapat
menimbulkan panas, akibat terjadi gesekan antara molekul air, sehingga suhu air laut di
perairan dekat pantai lebih hangat dibanding dengan massa air di perairan lepas pantai
(Arief, 2014).
35
4.2.2. Salinitas
4.2.3. pH
36
gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garam- garam karbonat dan bikarbonat, proses
dekomposisi bahan organik di dasar perairan.
Variasi nilai derajat keasaman (pH) air laut dapat dijadikan sebagai salah satu
identifikasi kualitas air laut. Pada kisaran nilai pH tertentu dapat diindikasikan terjadinya
suatu perubahan dalam kualitas perairan.Nilai pH dalam suatu perairan dipengaruhi oleh
berbagai faktor diantaranya curah hujan dan pengaruh dari daratan maupun proses oksidasi
yang dapat mengakibatkan rendahnya nilai pH (Patty, 2018).
4.2.4. Kecerahan
Berdasarkan hasil pengukuran di peroleh kecerahan air laut pada perairan Tanjung
Tiram, dengan kecerahan rata-rata yaitu 1,97m dengan warna biru kehijauan dan kondisi
cuaca sangat cerah. Hal ini karena tempat pengukuran kecerahan dilakukan di lokasi kapal
melintas, sehingga air di sana selalu keruh.
Beberapa faktor yang menyebabkan tingkat kecerahan air laut di perairan Tanjung
Tiram yaitu di sana merupakan lokasi kapal melintas, dekat dengan pemukiman, dan pada
saat itu hujan baru mereda sehingga warna air laut sangat keruh meskipun kondisi cuaca
sangat cerah namunt cahaya matahari hanya menembus hingga kedalaman 1,97 m.
Kecerahan sangat tergantung oleh intensitas penyinaran matahari, proses absorbsi
dan kandungan materi suspensi. Nilai kecerahan air perairan ini masih di atas baku mutu
air yaitu > 5 meter. Hal ini menunjukkan bahwa di daerah dekat pantai airnya keruh akibat
hujan dan resuspensi sedimen oleh arus dan gelombang. Isa (2013) Kecerahan air di
perairan ini sangat tergantung pada sedimentasi yang berasal dari sungai masuk ke perairan
laut. bahwa kecerahan sangat dipengaruhi oleh cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan
padatan tersuspensi.
37
Adapun surut terendah terjadi pada pukul 18.00 WITA dengan ketinggian -11 cm
hal ini di sebabkan oleh topogrfi dasar laut yang landai dan posisi terhadap bulan.
Sedangkan surut tertinggi yaitu terjadi pada pukul 11.00 WITA dengan ketinggian 134 cm.
Berdasarkan data dan hasil pengamatan dilapangan dapat diketahui tipe pasang surut yang
terjadi di lapangan yaitu tipe pasang surut harian ganda dengan keadaan bulan penuh atau
bulan purnama.
Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang-
surut atau tunggang pasut (tidal range) yang bisa mencapai beberapa meter hingga puluhan
meter. Periode pasang-surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke
puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang-surut bervariasi antara
12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit (Yulis dkk, 2017).
4.2.5. Arus
Dari hasil pengukuran kecepatan danarah arus di perairan Tanjung Tiram di peroleh
kisaran 0,061 m/dtk, dengan arah arus mengarah ke Barat Daya. Sedangkan pada saat
bergerak surut kecepatan arus adalah 0,056m/dtk, dengan arah arus mengarah ke Timur
Laut Faktor-faktor yang mempengaruhi arus laut yaitu angin, gelombang laut dan
perbedaan temperatur.
Dimana arah arus pada pengukuran pertama dan kedua menuju timur laut, dan arah
angin pada percobaan pertama arah arus ke timur laut, sedangkan arah angin pada
percobaan kedua menuju ke selatan menenggara.
Menurut Simatupang (2016) yang menyatakan bahwa kecepatan arus pasang surut
maksimum terjadi pada saat kedudukan muka air tinggi dan Kecepatan arus pasang surut
minimum terjadi saat muka air rendah.
4.2.6 Gelombang
38
Panjang gelombang erat kaitannya dengan besar kecilnya gelombang yang
dihasilkan. Semakin pendek panjang gelombang maka akan semakin kecil gelombang yang
dihasilkan. Gelombang yang memiliki panjang gelombang paling besar secara langsung
juga memiliki periode gelombang yang cukup besar pula dan merambat lebih cepat
dibandingkan gelombang yang memiliki panjang dan periode gelombang yang kecil.
4.2.7 Sedimen
4.2.8 Topografi
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan jarak dari garis Pantai Perairan
Tanjung Tiram pada saat ketinggian muka air berada pada Mean Sea Level. Topografi
perairan Pantai Perairan Tanjung Tiram yaitu landai dan curam. Topografi yang landai
berada pada stasiun VI, sedangkan yang curam berada pada stasiun VII dan VIII. Bentuk
39
topografi Perairan Tanjung Tiram keberadaannya dipengaruhi oleh letak dari Perairannya
yang berada di wilayah penduduk serta keadaan sekitar pantai yang berbatu-batu yang
dapat mengakibatkan pengikisan secara terus menerus oleh aktivitas arus dan gelombang.
Faktor yang mempengaruhi sedimen sebagian besar dari darat yang terdiri dari pelapukan
tanah dan bebatuan,dan bahan lain yang hanyut dari daratan menuju laut.
Dari hasil pengukuran kecuraman perairan pantai pantai Pelabuhan Bungkutoko
dapat dilihat dari hasil pengambilan substrat, dimana untuk mendapatkan kedalaman 0 cm,
50 cm, dan 100 cm memiliki jarak yang berbeda-beda.
40
5.1. Kesimpulan
41
butiran kerikir, pasir halus dan lumpur. Kemudian pada kedalaman 100 cm
diperoleh sedimen yang sama pula pada kedalaman 0 cm, dan 50 cm.
5.2 Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
Azmil Z, Saniman dan Ishak. 2016. Sistem Penghitung ph Air Pada Tambak Ikan Berbasis
Mikrokontroller. Program Studi Sistem Komputer STMIK Triguna Dharma.Jurnal
Saintikom. Vol. 15(2). Hal : 101-108.
Arief. H. S. 2014. Perbandingan Akurasi Pengukuran Suhu dan Kelembaban Antara Sensor
DHT11 dan DHT22. Jurnal Infotel. Vol. 6(2). Hal :49-61.
Ansari., Apriyansah., Risko. 2020. Distribusi Dasar Diperairan Muara Mempawah
Kalimantan Barat. Jurnal Laut Khatulistiwa. Vol. 3(2). Hal : 48-54.
Chandrika. M. 2016. Analisis Karakteristik Gelombang dan Pasang Surut pada Daerah
Pantai Paal Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Sipil
Statik. Vol. 4(9). Hal : 585-594.
Enora., Letmi. D. 2020. Analisis Kondisi Pasang Surut Dengan Waktu Kejadian Gempa
Bumi Sumatra Barat. Jurnal Piral Of Physich. Vol. 13(2). Hal : 26-33.
Fasdaryasah. 2016. Analisis Karakteristik Sedimen Dasar Sungai Terhadap Para Meter
Kedalama. Teras Jurnal. Vol. 6(2). Hal : 91-100.
Ghifari. R. S. S.,Sekar. A., Yoas. H. 2020. Easywave Untuk Peramalan Data Gelombang
Laut Berbasis Pemograman Phyton Dengan Metode Sverrup, Munk and
Bretschneider (SMB). Vol. 7(1). Hal :20-29.
Hamuna., Rosye H. R.T., Suwinto, Hendra K., Maury dan Aliyanto. 2018. Kajian Kualitas
Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Di
Perairan Distrik Depapre Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol. 16(1). Hal : 35-
45.
Helfinalis. 2018. Analisis kondisi Sedimen perairan dan Manfaatnya. Jurnal Osean. Vol.
10(1). Hal : 37-43.
Isa. N. E., Iwan. E. S. 2013. Pengaruh Kecerahan Air Laut Terhadap Struktur Komunitas
Ikan Karang Di Perairan Pulau Belitung. Jurnal Perikanan Indonesia. Vl. 19(2).
Hal : 4-8.
Indira. N. K., Bambang. D. Y., Sabri. 2019. Analisis Pengaruh Multipath Dari Toppografi
Terhadap Presisi Pengukuran GNSS Dengan Metode Statik. Jurnal Geodesi
Undip. Vol. 8(1). Hal : 10-18.
Musrifin. 2011. Analisis Pasang Surut Perairan Muara Sungai Mesjid Dumai. Jurnal Peri
kanan dan Ilmu Kelautan. Vol. 16(1). Hal : 45-88.
Mulyabakti. C., Ihsan. J. D. Mamoto. 2016. Analisis Karakteristik Gelombang dan Pasang
Surut pada Daerah Pantai Paal Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa
Utara. Jurnal Sipil Statik. Vol. 4(9). Hal : 585-594.
Nugroho., Haryo., Baskro. R. 2015. Studi Karakteristik dan Co-Rage Pasang Surut Di
Teluk Lember Lombok Nusa Tenggara Barat. Jurnal Oseonografi. Vol. 4(1). Hal :
93-99.
Rukminasari. N., Khaerul. A. 2014. Pengaruh Derajat Keasaman (pH) Air Lut Terhadap
Konsentrasi Kalsium dan Laju Pertumbuhan Helimeda sp. Jurnal Ilmu Kelautna
dan Perikanan. Vol 24(5). Hal : 28-34.
43
Roby. H., Yayuk. A. 2016. Studi Karakteristik Sedimen dan Laju Sedimentasi Sungai
Daeng-Kabupaten Bangka Barat. Jurnal Fropil. Vol. 4(2). Hal : 165-174.
Rico. P., Aras. M., Musrifin. G. 2017.Analisis Sebaran Sushu Permukaan Laut dan
Kosentrasi Klorofil Di Perairan Belawan Kota Medan Provinsi Sumatr Utara.
Jurnal Ilmu Kelautan. Vol .4(2). Hal : 1-10.
Simon. I. P. 2013. Distribusi Suhu Salinitas dan Oksigen Terlarut Di Perairan Kema,
Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. Vol 1(3). Hal : 148-155.
Patty., Akbar. N. 2018. Kondisi Suhu, Salinitas, PH dan Oksigen Terlarut Di Perairan
Terumbu Karang Ternate, Tidore dan Sekitarnya. Jurnal ilmu Kelautan
Kepulauan. Vol. 1(2). Hal : 1-5.
Susilowati.T., Sri. R., Eko. N. D., Zulfitriyani. 2012. Pengaruh Kedalaman Terhadap
Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) yang Dibudayakan Dengan
Metode Logline Dipantai Milonggo, Kabupaten Jepara. Jurnal Sumber Daya
Perairan. Vol. 8(1). Hal : 7-12.
Simatupang., Heron. S., Andi. A. 2016. Analisis Data Arus Di Perairan Muara Sungai
Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Marine Science Research. Vol 8(1).
Hal : 1-3.
Willem H.S., Yudi. P., Annita. S. 2019. Pengaruh Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan
Ikan Nila (Oreochromis sp.) Pada Tambak Payau. Jurnal Uniyap Perikanan. Vol.
2(1). Hal : 95-104.
Yuli., Aida. H., Eva. M., Ranela. I.Z. 2017. Karakteristik Pasang Surut dan Gelombang Di
Perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat. Jurnal Segara. Vol. 13(1). Hal : 1-5.
44
DAFTAR LAMPIRA
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65