Makalah Pendidikan Islam

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ISLAMISASI DAN TERBENTUKNYA INSTITUSI-INSTITUSI PENDIDIKAN

ISLAM
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Eka Sundari,Spd.

DISUSUN OLEH

1. Lulu Kholifatun Nisa (21.01.4149 )

2.Putri Sunylestari ()

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BREBES

FAKULTAS TARBIYAH

2022/2023
BAB l

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai penduduk beragama Islam yang
paling tinggi di dunia. Salah satu pulau yang mayoritas beragama Islam yaitu Pulau jawa.
Masyarakat pulau Jawa dulunya merupakan penganut paham animsme dan dinamisme. Setelah
itu masuk pula kebudayaan dan kepercayaan Hindu-Budha.Wilayah Barat Nusantara dan sekitar
Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena
hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting
antara Cina dan India.Merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan proses
pendidikan karena lembaga berfungsi sebagai mediator dalam mengatur jalannya pendidikan.
Dan pada zaman sekarang ini tampaknya tidaklah disebut pendidikan jika tidak ada
lembaganya.Lembaga pendidikan dewasa ini juga sangat mutlak keberadaannya bagi
kelancaran proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengankonsep islam.

Lembaga pendidikan islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam ruang lingkup
keislaman melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat islam. Keluarga, masjid,
pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-lembaga pendidikan islam yang mutlak
diperlukan di suatu negara secara umum atau disebuah kota secara khususnya, karena
lembaga-lembaga itu ibarat mesin pencetak uang yang akan menghasilkan sesuatu yang sangat
berharga, yang manalembaga-lembaga pendidikan itu sendiri akan mencetak sumber daya
manusiayang berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman.

1.Rumusan Masalah

2.Bagaimana Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia ?

3.Bagaimana Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam ?

4.Apa saja Macam-Macam Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia ?


1.Tujuan

1.Mengetahui bagaimana proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia,

2.Mengetahui sejarah perkembangan lembaga pendidikan Islam,

3.Mengetahui apa saja macam-macam lembaga pendidikan Islam di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

1.Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia

2.Teori tentang Masuknya Islam ke Indonesia


Islam di Indonesia baik secara historis maupun sosiologis sagat kompleks, terdapa tbanyak
masalah, misalnya tentang sejarah dan perkembangan awal Islam. Suatu kenyataan bahwa
kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan secara damai.[1] Ada tiga teori tentang masuknya
Islam ke Nusantara yakni : Teori Gujarat, Teori Makkah, dan Teori Persia.[2]

1.Teori Gujarat
Teori ini dinamakan Teori Gujarat bertolak belakang dari pandangan teori ini yang
menyatakan asal negara yang membawa agama Islam ke Nusantara adalah dari Gujarat.
Adapun peletak dasar teori ini menurut dugaan penulis besar yaitu Snouck Hurgronje, dalam
bukunya L’Arabie et les Indes Neerlandaisee, atau Revne de l’Histoire des Religious, jilid Ivil.

Snouck Hurgronje memukakan demikikan karena ada beberapa alasan. Yang pertama,
kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran agama Islam ke
Indonesia. Kedua, hubungan dagang Indonesia – India telah lama terjalin.Ketiga, inskripsi
tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatra memberikan gambaran hubungan antara
Sumatra dengan Gujarat.

Ia mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari wilayaH-wilayah yang terdapat di anak
benua India. Tempat-tempat, seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar disebut-sebut sebagai alat
masuknya Islam ke Indonesia. Teori tersebut berdasarkan pengamatan tidak terlihatnya peran
dan nilai-nilai Arab yang ada dalam Islam pada masa-masaawal, yaitu pada abad ke-12 atau 13
M.

Nusantara adalah Gujarat. Dengan alasan bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan dagang
antara Indonesia-Cambay(Gujarat)-Timur Tengah-Eropa.Peranan Gujarat sebagai pusat
perdagangan internasional, terutama sejak 1294 sebagai pusat penybaran Islam mendapat
perhatian oleh Schrieke. Dia memberikan gambaran tentang saling tergantung atara Malaka
dengan Cambay dan sebaliknya. Juga menjelaskan tentang peranan Cambay sebagai pusat
perdagangan rempah-rempah dari Indonesia, terutama pada saat hubungan Indonesia dagang
Cina-India dihentikan.
Dari keterangan yang banyak tersebut memberikan gambaran tentang Gujarat sebagai pusat
perdagangan yang mempumyai kaitan erat antara Indonesia dengan India. Sehingga proses
Islamisasi Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan India.

2.Teori Makkah
Teori lama, teori Gujarat, sejak 1958 mendapatkan koreksi dan kritikdari Hamka yang
melahirkan teori baru yakni Teori Makkah. Hamka menolak pandangan yang menyatakan
bahwa agama Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dan berasal dari Gujarat. Hamka
lebih mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam
ke Indonesia. Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah semata, dan Makkah sebagai pusat,
atau Mesir sebagai tempat pegambilan ajaran Islam.

T.W. Arnold menyatakan bahwa bangsa Arab sejak abad ke-2 sebelum Masehi telah menguasai
perdagangan di Ceylon. Pandangan yang demikian ini sama dengan bandingan bebas yang
dikemukakan oleh Abdullh bin Nuh dan D. Shahib dalam “Seminar Masuknya agama Islam ke
Indonesia”. Kedua pendapat ini mengutip pendapat Cooke, bahwa sejak abad ke-2 SM
pengaruh Arab sangat luas sekali dalam bidang perdagangan hingga Ceylon. Teristimewa antara
negara-negara sekitar Samudera Hindia dan Lautan Tengah.

3.Teori Persia
Pembangun teori Persia ini di Indonesia adalah P.A. Hosein Djajadiningrat. Fokus
pandangan teori ini tentang masuknya agama Islam ke Nusantara berbeda dengan teori Gujarat
dan Makkah. Teori Persia lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di
kalangan masayarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia.
[4] Kesamaan kebudayaan ini dapat dilihat pada masyarakat Indonesia antara lain:

Pertama, peringatan 10 Muharram atay Asyura sebagai hari peringatan Syi’a atau
kematian syahidnya Husain. Peringatan ini berbentuk pembuatan bubur Syura. Di Minangkabau
bulan Muharram disebut bulan Hasan-Husain. Di Sumatera Tengah bagian Barat, disebut bulan
Tabut, dan diperingati dengan mengarak keranda Husain untuk dilemparkan ke sungai atau ke
dalam perairan lainnya.

Kedua, adanya kesamaan ajaran antara ajaran Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran Al-
Hallaj, sekalipun Al-Hallaj telah meninggal pada 310 H/922 M, tetapi ajarannya berkembang
terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syaikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-
16 dapat mempelajarinya.

Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab, untuk tanda-
tanda bunyi harakat dalam pengajian Al-Qur’an tingkat awal:
Bahasa Iran Bahasa Arab

Jabar-zabar fathah

Jer-zer kasrah

P’es-py’es dhammah

Keempat, nisan pada makam Malikus Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim (1419) di
Gresik dipesan dari Gujarat. Dalam hal ini teori Persia mempunyai kesamaan mutlak dengan
teori Gujarat.

Kelima, pengakuan umat Islam Indonesia terhadap Mazhab Syafi’i sebagai mazhab yang
paling utama di daerah Malabar.

2.Perkembangan Islam di Nusantara


Pada akhir abad ke-13 Masehi, ketika kerajaan Pasai secara pasti mulai berdiri, kerajaan
Islam di luar Nusantara justru mengalami kemunduran yang luar biasa. Munculnya kekuasaan
Samudra Pasai sebenarnya merupakan akibat arus balik peranan pedagang Muslim. Pada awal
abad ke-13 di Perlak sudah ada pemukiman Muslim. Hal ini disebabkan karena saudagar
Muslim pertama kali singgah di daerah itu setelah mengadakan pelayaran jauh dari sebelah
barat. Riwayat kerajaan menyebutkan bahwa terjadi perkawinan antara seorang saudagar
dengan putri setempat, keturunannya menjadi pendiri kerajaan Islam.

Ketika kerajaan Samudra Pasai sudah berdiri, perkembangan Islam makin meluas. Samudra
Pasai sebagai kerajaan Islam pertama yang mempunyai kekuatan politik dan mempunyai
hubungan internasional menjadi pusat politik Islam, dakwah Islam, dan ekonomi umat Islam.
Rajanya mengadakan mudzakarah tentang Islam, mengimami shalat Jum’at, dan menjadikan
istananya tempat berkumpul ulama-ulama dari Timur Tengah , didatangi oleh penuntut ilmu
dan mengirimkan putrinya dengan raja-raja muda kerajaan lain dalm rangka perluasan Islam .

1.Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam


Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis,
tingkatan dan tafsirnya yang khas. Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat
pendidikan dengan jenis, tingkatan dan tafsirnya yang khas. Dalam buku at-Tarbiyah al-
Islamiyah, Nazumuha, Falsafatuha, Ahmad Shalabi menyebutkan tempat-tempat pendidikan
tersebut adalah Kuttab, al-Qushur, Hawamit al-Waroqiin, Mandzil al-Ulama’, al-Badiyah, dan
al-Madrasah.

Ia membagi institusi-institusi pendidikan Islam tersebut menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
sebelum madrasah dan sesudah madrasah, dengan demikian madrasah dianggap tonggak baru
dalam pendidikan Islam. Sementara Abuddin Nata mengungkapkan lembaga pendidikan
sebelum madrasah adalah Suffah, Kuttab/Maktab, Halaqah, Majlis, Majlis al-Hadits, Majlis al-
Tadris, Majlis al-Munazharah, Majlis al-Muzakarah, Masjid, Khan, Ribath, Rumah-rumah
Ulama’, Toko-toko Buku dan Perpustakaan, Rumah Sakit, Badiah

1.Rumah
Hasan Langgulung dalam bukunya Asas-asas Pendidikan Islam (1988) dalam Syamsul Nizar
mengemukakan bahwa lahirnya pendidikan Islam di tandai dengan munculnya lembaga-
lembaga pendidikan Islam. Ketika wahyu Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.,
maka untuk menjelaskan dan mengajarkan kepada para sahabat, Nabi mengambil rumah Al
Arqam bin Ibn Arqam sebagai tempatnya, disamping menyampaikan ceramah pada berbagai
tempat. Tumbuh kembang lembaga ini berjalan selama 13 tahun.

Berdasarkan keterangan inilah bahwa rumah dikategorikan sebagai lembaga pendidikan Islam
yang pertama. Sistem pendidikan di lembaga ini berbentuk halaqoh dan belum memiliki
kurikulum dan silabus seperti dikenal sekarang ini, sistem dan materi yang akan disampaikan
diserahkan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad SAW.

2.Kuttab dan Maktab

Menurut catatan sejarah, sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab, khususnya Makkah
telah mengenal adanya pendidikan rendah, yaitu kuttab. Kuttab/maktab berasal dari kata dasar
yang sama, yaitu kataba yang artinya menulis. Sedangkan kuttab/maktab berarti tempat
menulis, atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan untuk tulis menulis. Kebanyakan para ahli
sejarah pendidikan Islam sepakat bahwa pendidikan Islam tingkat dasar yang mengajarkan
membaca dan menulis kemudian meningkat pada pengajaran al-Qur’an dan pengetahuan
agama dasar. Namun Abdullah Fajar membedakannya, dia mengatakan bahwa maktab adalah
istilah untuk zaman klasik, sedangkan kuttab adalah untuk zaman modern.

Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah ini sebenarnya mengenal dua macam /tempat
pendidikan, yaitu; Rumah Arqam bin Ibn Arqam dan Kuttab. Dimasa Nabi Muhammad SAW.,
oleh karena peminat untuk belajar agama Islam semakin banyak, termasuklah golongan anak-
anak yang gemar mendatangi masjid, maka dikhawatirkan anak-anak itu akan mengotori
masjid, maka timbullah lembaga pendidikan di samping masjid yang bernama kuttab. Lembaga
ini berfungsi sebagai media utama dalam pelaksasnaan pembelajaran membaca dan menulis al-
Qur’an sampai kepada era Khulafaurrasyidin.

3.Madrasah
Madrasah adalah lembaga pendidikan Islam yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan
tinggi, telah dikenal oleh kaumm Muslimin pada akhir abad IV hijriah yakni pada saat
kemenangan kaum saljukiyah menaklukkan Irak dan berhasil memasuki Bagdad. Orang yang
berjasa dalam hal ini ialah perdana Menteri Malik Syah yang bernama Nizamul Mulk yang
mendirikan Madrasah Nizamiyah di Bagdad dan di Naisabur dan juga Madrasah Hanafiyah di
Bagdad. Sejak waktu itu bermunculan berbagai madrasah di negara negara Islam. Berikut ini
beberapa Madrasah yang penting beserta pendirinya: [6]

1.Madrasah An Nizamiya di pinggir sungai Tigris, didirikan oleh Nizamul Mulk.

2.Madrasah An Nuriyah Al Kubra di Damaskus, didirikan oleh Nuruddin Mahmud Zanki.

3.Madrasah Al Muntasiriyah di Bagdad, didirikan oleh Khalifah Al Muntansir.

4.Madrasah An Nasriyah di Mesir, didirikan oleh Sultan Al Adil Zainuddin Katbaga Al

Munsuri.

4.Lembaga Kesufian
Asma Hasan Fahmi menambahkan lembaga-lembaga kesufian sebagai lembaga pendidikan
Islam pra Madrasah, yaitu:

1.Al-Ribath secara harfiah berarti ikatan yang mudah dibuka. Sedangkan dalam arti yang umum,
al-Ribath adalah tempat untuk melakukan latihan, bimbingan dan pengajaran bagi calon sufi.
Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan duniawi
dan mengonsentrasikan diri untuk semata-mata beribadah.

2.Az- Zawiyah.

Az-Zawiyah secara harfiyah berarti sayap atau samping. sedangkan dalam arti yang umum,
az-zawiyah adalah tempat yang berada dibagian pinggir masjid yang digunakan untuk
melakukan bimbingan wirid, dan dzikir untuk mendapatkan kupasan spiritual. Dengan
demikian, az-zawiyah dan al-ribath fungsinya sama, namun dari segi organisasinya al-ribath
lebih khusus dari pada az-zawiyah.

3.Khanaqah merupakan suatu lembaga pengajaran berasrama bagi kaum sufi yang muncul
pertama kali di Iran (Persia) pada akhir abad ke-10 bersamaan dengan adanya formalisasi
aktivitas sufistik.

5.Masjid dan Jami’

Kata masjid berasal dari bahasa arab “ sajada” artinya tempat sujud. Dalam pengertian
lebih luas masjid berarti tempat shalat dan bermunajat kepada Allah dan tempat berenung dan
menatap masa depan. Dari perenungan terhadap penciptaan Allah tersebut masjid berkembang
menjadi pusat ilmu pengetahuan.Proses yang mengantar masjid sebagai pusat pengetahuan
adalah karena di masjid tempat awal pertama mempelajari ilmu agama yang baru lahir dan
mengenal dasar-dasar ,hukum-hukun dan tujuan-tujuannya.

Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah, salah satu program pertama yang
beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Masjid yang pertama kali dibangun Nabi
adalah Masjid At- Taqwa di Quba. Pembanguna Masjid tersebut bertujuan untuk memajukan
dan mensejahterakan kehidupan umat Islam. Di samping itu, masjid juga memiliki multifungsi,
diantaranya:

1.Sebagai tempat beribadah,

2.Tempat kaum muslimin beri’tikaf, menempah bathin sehingga selalu terpelihara.

3.Sebagai pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kehidupan kaum muslimin,

4.Sebagai tempat kegiatan sosial politik,

5.Sebagai tempat bermusyawarah,

6.Tempat mengadili perkara,


7.Tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat

8.Tempat menghimpun dana, menyimpan dan membagikannya

9Tempat menyampaikan penerangan agama dan informasi-informasi lainnya dan

10.Masjid dijadikan sebagai pusat dan lembaga pendidikan islam.

6.Masjid Khan
Perkembangan lebih lanjut dari mesjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah munculnya
mesjid-mesjid yang dilengkapi dengan sarana akomodasi bagi pelajar, dan mesjid ini lazimnya
disebut dengan Mesjid Khan. Masjid khan ini secara finansial didukung oleh badan wakaf dan
penghasilannya dimanfaatkan untuk kepentingan sosial.Perkembangan khan ini sangat
berkaitan erat dengan kepedulian umat Islam masa itu terhadap para penuntut ilmu, khususnya
mereka yang berasal dan luar daerah.

7.Shuffah

Pada masa Rasulullah SAW shuffah adalah suatu tempat yang telah dipakai untuk aktifitas
pendidikan. Biasanya tempat ini menyediakan pemondokan bagi pendatang baru dan mereka
yang tergolong miskin. Rasulullah membangun ruangan di sebelah utara masjid Madinah dan
masjid Al-Haram yang disebut “Al-Suffah” untuk tempat tinggal orang fakir miskin yang telah
mempelajari ilmu. Disini para siswa diajarkan membaca dan menghafal Al-qur’an secara
benar dan hukum Islam di bawah bimbingan dari Nabi SAW.

8.Rumah Kediaman Ulama’

Tipe lembaga pendidikan ini termasuk kategori yang paling tua, bahkan yang lebih dahulu
keberadaannya sebelum halaqah di masjid Rasulullah SAW.,dan para sahabat menjadikan
rumahnya sebagai markas gerakan pendidikan yang terfokus pada aktivitas pengajaran aqidah
dan pesan-pesan Allah SWT., dalam al-Quran untuk disampaikan kepada masyarakat. Rumah
para ulama’ terkenal yang menjadi tempat kegiatan belajar dan mengajar adalah rumah Ibnu
Sinah, Al-Ghazali, rumah Ali Ibnu Muhammad, rumah Al-Fashihih, rumah Ya’kub Ibnu Killis,
rumah Wazir Khalifah Al-Aziz billah Al-Fatimi, Rumah Abu Muhammad Ibnu Hattim Al Razi Al
Hafiz dan rumah Abi Sulaiman Al Sajastani.Rumah-rumah para ulama’ di atas dijadikan
sebagai tempat pusat pembelajaran pada waktu itu dengan pertimbangan bahwa (a) rumah
sebenarnya dapat digunakan untuk membicarakan hal-hal yang bersifat khusus (b) Situasi guru
yang mengajar agak terbatas, misalnya terlalu sibuk, lelah, umur suda tua dan lain-lain (c)
Anggapan bahwa mendatangi guru untuk belajar lebih baik dari pada guru mendatang
muridnya untuk mengajar.
9.Toko-toko Buku

Pada awal pemerintahan dinasti Abbasiyah di Baghdad, lembaga pendidikan Islam dalam
bentuk toko-toko buku telah bermunculan di pusat-pusat kota, selain sebagai agen
komersialisasi berbagai buku ilmiah, juga menjadi pusat pembelajaran umat Islam melalui
metode diskusi mengenai isi buku yang dicari atau ditawarkan. Kemudian lembaga-lembaga
pendidikan ini menyebar dengan cepat ke seluruh wilayah kekuasaan Islam saat itu.

10.Perpustakaan

Salah satu ciri penting pada masa Dinasti Abbasiyah adalah tumbuh dan berkembangnya
dengan pesat perpustakaan-perpustakaan baik perpustakaan yang sifatnya umum didirikan
oleh pemerintah, maupun perpustakaan yang sifatnya khusus didirikan oleh para ulama atau
para sarjana. Bait Al Hikmah adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid dan
berkembang pesat pada masa Al-Ma’mun, merupakan salah satu contoh dari perpustakaan
dunia Islam yang lengkap, yang berisi ilmu agama dan bahasa arab.

11.Majlis

Lembaga pendidikan Islam dalam bentuk majlis sastra mulai populer berkembang secara
formal sejak masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah, tetapi keberadaannya telah dimulai sejak
masa Khulafaur Rasyidin. Di lembaga ini, umat Islam belajar tentang berbagai syair, baik
dalam bahasa Arab maupun bahasa Persia yang

berhubungan dengan agama Islam dan kondisi kehidupan sosial-budaya masyarakat secara
menyeluruh.

1.Macam-Macam Lembaga Pendidikan di Indonesia

Dilihat dari jenisnya pendidikan islam diindonesia dibagi kedalam 3 kelompok yaitu:

1.Lembaga pendidikan informal (keluarga)

2.Lembaga pendidikan formal

3.Lembaga pendidikan nonformal

1.Lembaga pendidikan informal (keluarga)

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat adalah persekutuan antar kelompok
orang yang mempunyai pola–pola kepentingan masing-masing dalam mendidik anak yang
belum ada di lingkungannya. Didalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah Usrah dan Nasb.
Orang tua meupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya, dikatakan pendidik
pertama, karena ditempat inilah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya sebelum
ia menerima pendidikan yang lain.

2.Lembaga Pendidikan Formal

Menurut Abu Ahmadi Nur Uhbiyati, lembaga pendidikan formal adalah pendidikan
yang diadakan ditempat tertentu,teratur,sistematis,mempunyai perpanjangan dan dalam kurun
waktu tertentu berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dan
dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan.lemaga pendidikan islam
diindonesia adalah :

1.Raudathul Atfal.

Raudathul Atfal ini terdiri dari 3 tingkatan yakni: Tingkat A (anak umur 3-4 tahun), tingkat B
(anak umur 4-5 tahun), dan tingkat C (anak umur 5-6 tahun).

2.Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran rendah serta
menjadikan mata pelajaran agama islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-
kurangnya 30 % disamping mata pelajaran lain

3.Madrasah Tsanhawiyah (MTS)

Sekolah Menengah pertama Islam (SMPI) atau yang sederajat

4.Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) atau yanhg sederajat

Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) antara lain Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI), Institut
Agama Islam Negri (IAIN), Universitas Islam Negri (UIN), dan lembaga sejenis milik yayasan atau
organisasi keislaman.

Sejarah Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia bermula pada awal tahun 1945 ketika
Masyumi memutuskan untuk mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Pada april 1945
Masyumi menyelenggarakan pertemuan di Jakarta yang dihadiri oleh organisasi-organisasi
Islam, kalangan intelektual dan ulama serta unsur pemerintah (shumubu). Tokoh-tokoh yang
hadir yaitu KH. Abdul Wahab, KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahid Hasyim, KH. Mas Mansur, K.H.A.
halim, KH. Imam Zarkasyi, Mr. Moh. Roem. Rapat tersebut berhasil mewujudkan rencana
mendirikan Sekolah Tinggi Islam dibawah pimpinan Moh. Hatta. STI dibuka secara resmi pada
tanggal 8 juli1945 di Jakarta.Adapun tujuan didirikannya STI adalah untuk memberikan
pelajaran dan pendidikan tinggi tentang ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu kamasyarakatan,
agar menjadi penyiar dan memberikan pengaruh Islam di Indonesia. Lama masa studi di
lembaga ini direncanakan berlangsung selama 2 tahun sampai mencapai gelar sarjana mudan,
ditambah 2 tahun lagi untuk memperoleh sarjana. Kurikulumnya mencontoh dari Fakultas
Ushuluddin Universitas Al-Azhar di kairo.

Lembaga Pendidikan Nonformal

Lembaga Pendidikan Nonformaladalah lembaga penndidikan yang teratur namun tidak


mengikuti peraturan yang ketat dan tetap. Abu ahmadi mendefinisikan lembaga nonformal
kepada semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja,tertib,dan terencana
diluar kegiatan lembaga sekolah.

Lembaga pendidikan islam yang tergolong dalam segala jenis ini adalah: 1). mesjid, mushallah,
langgar, surau dan rangkang. 2). Madrasah Diniyah yang tidak mengikuti ketetapan resmi, 3).
Majelis Ta’lim, 4). Taman Pendidikan Al qur’an, 5). Wirid Remaja atau Dewasa, 6).Kursus-
kursus keislaman, 7). Badan pembinaan rohani, 8). Badan konsultasi keagamaan, 9).
Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ).

BAB III

PENUTUP

1.Kesimpulan

2.Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia tidak terlepas dari peran saudagar-saudgar
Muslim yang datang ke Indonesia. Adapun tumbuh berkembangnya agama Islam di Indonesia
melalui politik yang dibawa oleh Raja-Raja kerajaan Islam yang berdiri di Inonesia. Ada tiga teori
mengenai masuknya Islam di Indonesia, yaitu: Teori Gujarat, Teori Makkah dan Teori Persia.

3.Lembaga pendidikan Islam ialah suatu bentuk organisasi yang diadakan untuk
mengembangkan lembaga-lembaga Islam yang baik, yang permanen, maupun yang berubah-
ubah dan mempunyai struktur tersendiri yang dapat mengikat individu yang berada dalam
naungannya, sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan hukum tersendiri.
4.membagi institusi-institusi pendidikan Islam tersebut menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
sebelum madrasah dan sesudah madrasah, dengan demikian madrasah dianggap tonggak baru
dalam pendidikan Islam.

Pendidikan Islam di Indonesia dibagi kedalam 3 kelompok yaitu:

5.Lembaga pendidikan informal (keluarga)

6.Lembaga pendidikan formal

7.Lembaga pendidikan nonformal.

1.Saran

Dengan adanya makalah ini, kami mengharapkan pembaca dapat mengambil hal-hal yang baik
didalamnya, dan dapat memperdalam kembali pengetahuannya tentang Proses Islamisasi dan
terbentuknya institusi-institusi Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. 1999. Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaan,.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sunanto, Musyrifah. 2014. Sejarah Peradaban Islam Indonesia,. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Arnold, Sir Thomas dan Alfred Guillaume. 1965. The Legacy of Islam. London: Oxford
University Pers.

Djajadiningrat, P.A. Hosein. 1963. “Islam di Indonesia”, dalam Islam Djalan Mutlak,.
Jakarta: PT Pembangunan.

Arifin, H. M.. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryanegara, Ahmad Mansyur. 1995. Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam Di


Indonesia. Bandung : Penerbit Mizan.

Anda mungkin juga menyukai