Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGANTAR STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

Tentang

PERADABAN ISLAM PADA PERIODE PERTENGAHAN (MASA


KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA DAN MUGHAL DI INDIA)

Kelompok 11:

KARTA ANGGRAINI 2212020035

SYAHREZA RAMADANI 2212020022

TIARA DINDA SURTI 2212020018

MEYSHA SALSABILLA 2212020013

TASYA ARISKA 2212020028

Dosen Pengampu:

DR. ZAINAL, MA.g

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJO

2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatnya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun
tema dari makalah ini adalah “PERADABAN ISLAM PADA PERIODE
PERTENGAHAN (MASA KEJAYAAN SAFAWI DIPERSIA DAN MUGHAL
DIINDIA”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada bapak


Dr.ZAINAL, M. Ag selaku dosen mata kuliah pengantar studi sejarah peradaban
islam yang telah memberikan tugas makalah ini terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami dan pihak yang berkepentingan pada umumnya.

Padang, 30 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... iv

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... iv

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. iv

1.3 Tujuan Masalah..................................................................................... iv

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 1

A. Pada Masa Kerajaan Safawi di Persia ......................................................... 1

B. Pada Masa Kerajaan Mughal Di India ........................................................ 5

BAB III PENUTUP............................................................................................. 8

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 8

3.2 Saran .......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periode pertengahan dunia Islam dimulai sejak tahun-tahun terakhir
keruntuhan Abbasiyah pada masa klasik, yang ditandai dengan runtuhnya pusat
peradaban Islam di Baghdad, akibat dari serangan bangsa Mongol dan konflik
internal pemerintahan Abbasiyah. Baghdad pada masa dinasti Abbasiyah dulu
dikenal sebagai pusat bagi keilmuan dunia.

Khusus kerajaan Safawi yang pada awalnya merupakan suatu gerakan


tarekat yang dipimpin oleh seorang ulama yang bernama Safi Al-Din. Kemudian
pada masa kepemimpinan Junaid berhasil merubah gerakan tersebut kepada
gerakan politik dan akhirnya pada masa Ismail gerakan tarekat ini menjadi sebuah
kerajaan besar yang sangat berpengaruh di dunia Islam pada masa itu. 1

1.2 Rumusan Masalah


1. Sejarah kerajaan Safawi di Persia?
2. Sejarah kerajaan Mughal di India?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui sejarah kerajaan safawi di Persia
2. Untuk mengetahui sejarah kerajaan Mughal di india

1
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta,Amzah,2016)h.187

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pada Masa Kerajaan Safawi di Persia
1. Pembentukan Pemerintah

Daulah safawiyah (1501-1736 M) berasal dari sebuah gerakan tarekat yang


berdiri diArdabil, sebuah kota di Azerbaijan, Iran. Tarekat ini diberi nama tarekat
Safawiyah didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan Daulah Turki
Usmani di Asia Kecil. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi al-Din
(1252-1334 M).

Pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya
gerakan tarekat Safawiyah ini bertujuan memerangi orang yang ingkar dan orang
yang mereka sebut ahlul bid’ah. Keberadaan tarekat ini semakin penting setelah
berubah dari tarekat kecil yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang
besar artinya di Persia, Syria dan Anatolia. Di daerah di luar Ardabil, Saf al-Din
menempatkan wakilnya yang memimpin murid-muridnya yang diberi gelar
“kalifah”.2

Dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama murid-murid tarekat ini
berubah menjadi tentara-tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan mazhab
Syi’ah dan menentang setiap orang yang tidak bermazhab Syi’ah. Gerakan
Safawiyah selanjutnya bertambah luas dan berkembang sehingga yang pada
mulanya hanya gerakan keagamaan saja berkembang dan bertambah menjadi
gerakan politik.

Di bawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M pasukan Qizilbash


menyerang dan mengalahkan AK. Koyunlu di Sharur dekat Nakhchivan. Pasukan
ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu dan
berhasil merebut dan mendudukinya. Di kota ini, pada tahun 1501 M., Ismail
memproklamirkan berdirinya Daulah Safawiyah dan dirinya sebagai raja pertama
dengan ibu kotanya Tabriz.

2
Hamka, Sejarah Umat Islam,Jilid 3:BulanBintang 1981,hal.60

1
2. Masa Kemajuan

Selama Daulah Safawiyah berkuasa di Persia (Iran) di sekitar abad ke-16


dan ke-17 M, masa kemajuannya hanya ada di tangan dua Sultan, yaitu: Ismail I
(1501- 1524 M), dengan puncak kejayaannya pada masa Sultan Syah Abbas I
(15581622 M).

a. Sultan Ismail

Sultan Ismail berkuasa lebih kurang selama 23 tahun (1501-1524 M), pada
sepuluh tahun pertama kekuasaannya, ia berhasil melakukan ekspansi untuk
memperluas kekuasaannya tersebut. Ia dapat membersihkan sisa-sisa kekuatan dari
pasukan AK. Kuyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai Propinsi Kaspia di
Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1504 M), Diyar Bakr (1505-1507 M), Baghdad dan
daerah barat daya Persia (1508M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan (1510 M).
Dengan demikian hanya dalam waktu sepuluh tahun dia telah dapat menguasai
seluruh wilayah di Persia.

b. Syah Abbas

Segera setelah Sultan Syah Abbas I diangkat menjadi Sultan, ia mengambil


langkah- langkah pemulihan kekuasaan Daulah Safawiyah yang sudah
memprihatinkan itu. Pertama, ia berusaha menghilangkan dominasi pasukan
Qizilbash atas Daulah Safawiyah dengan cara membentuk pasukan baru yang
anggota-anggotanya terdiri dari budak-budak berasal dari tawanan perang, Georgia,
Armenia dan Sircassia yang telah ada semenjak Sultan Tahmasp I, yang kemudian
disebutnya dengan pasukan “Ghullam”

Kedua, Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani, dengan syarat,


Abbas I terpaksa menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia dan sebagian wilayah
Luristan. Selain jaminan itu, Abbas I berjanji tidak akan menghina tiga khalifah
pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar ibn Khattab dan Usman ibn Affan) dalam
khutbah-khutbah Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat-syarat tersebut, ia
menyerahkan saudara sepupunya, Haidar Mirza sebagai Sandera di Istambul.3

3
Badri Yatim, Op.Cit,h.142-143

2
Usaha-usaha yang dilakukan Abbas I berhasil membuat pemerintahan
Daulah Safawiyah menjadi kuat kembali, setelah itu, dalam kondisi
pemerintahannya yang sudah stabil, Abbas I mulai memusatkan perhatiannya ke
luar berusaha mengambil kembali wilayah-wilayah kekuasaan Safawiyah yang
sudah hilang.

Pada tahun 1597 M Abbas I memindahkan ibu kota Daulah Safawiyah ke


Isfahan, sebagai persiapan untuk melanjutkan langkah melakukan perluasan
wilayah ekspansinya ke daerah-daerah bagian timur, setelah memperoleh
kemenangan-kemenangan di wilayah timur, barulah Abbas I mengalihkan
serangannya ke wilayah barat, berhadapan dengan Turki Usmani. 4

Adapun yang menjadi faktor keberhasilan Abbas I dalam ekspansi wilayah,


antara lain, kuatnya dukungan militer, karena pada masa Abbas I sudah ada dua
kelompok militer, yaitu pasukan militer Qisilbash dan pasukan militer Ghullam
yang dibentuknya sendiri, mereka memberikan dukungan penuh bagi ekspansi-
ekspansinya.

Faktor kedua, ambisi Sultan yang sangat besar bagi memperluas wilayah
Daulah Safawiyah sehingga ia rela melakukan perjanjian damai dengan Turki
Usmani dan untuk itu ia menyerahkan sebagian wilayah kekuasaannya kepada
mereka, masa damai tersebut dipergunakannya menciptakan keamanan dalam
negerinya, bermodalkan keamanan tersebut ia dapat melakukan ekspansi ke luar.

Faktor ketiga, didukung oleh kecakapan diri Sultan yang berbakat dan
profesional dalam merancang strategi politik, kapan saatnya harus mengalah dan
kapan saatnya harusmenyerang musuh.

3. Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Terdapat beberapa ilmuwan yang selalu menghadiri diskusi pada majelis


Isfahan; mereka itu adalah Baharuddin Syaerasi, Sadaruddin Syaerasi dan
Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog, dan seorang
yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah

4
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung Rosda Bandung 1988, hal. 315

3
Bila dibandingkan dengan dua Daulah lainnya, yaitu Daulah Turki Usmani
dan Daulah Mughal dalam waktu yang sama, kalau di bidang ilmu pengetahuan
Daulah Safawiyah ini jauh lebih unggul

4. Kemajuan Kebudayaan dan Seni

Di bidang seni, Nampak pada gaya arsitektur bangunan- bangunannya, juga


dapat dilihat pada kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan
tenunan, mode, tembikar dan model seni lainnya. Juga sudah dirintis seni lukis.
Demikianlah puncak kemajuan yang telah dicapai oleh Daulah Safawiyah yang
membuat Daulah ini menjadi salah satu dari tiga Daulah Islam yang besar pada
periode abad pertengahan yang disegani oleh lawan-lawannya, terutama pada
bidang politik dan militer, walaupun tidak setaraf dengan kemajuan yang telah
dicapai umat Islam pada periode abad klasik.

5. Masa Kemunduran

Sepeninggal Abbas I Daulah Safawiyah berturut-turut diperintah oleh enam


Sultan yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-
1694 M), Husein (16941722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas III (1732-
1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik
naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang ahirnya
membawa kepada kehancuran, hal ini terjadi satu abad dari Abbas I.

Sementara itu Abbas II (1642-1667 M) adalah Sultan yang suka minum-


minum keras sehingga jatuh sakit dan meninggal dunia, Sulaiman juga seorang
pemabuk dan bertindak kejam kepada para pembesar Daulahnya yang dicurigainya.
Lain halnya dengan Husein, pengganti Sulaiman, ia seorang yang alim, tetapi
memberikan kekuasaan yang besar dan dominan kepada para ulama Syi’ah yang
sering memaksakan faham Syi’ah kepada para penduduk yang beraliran Sunni,
sehingga timbul kemarahan golongan Sunni Afghanistan, mereka berontak dan
berhasil mengakhiri kekuasaan Daulah Safawiyah.5

5
Hamka, Sejarah Umat Islam,Jilid 3, Jakarta:BulanBintang 1981 , h.71-73

4
Beberapa faktor penyebab terjadinya kemunduran dan kehancuran dinasti Safawi
antara lain:

a. Dekadensi moral yang melanda sebagian pemimpinkerajaan Safawi. Para


raja yang berkuasa pada pasca Abbas I lemah, bertindak kejam kepada
pembesar-pembesar kerajaan yan dicurigai (Safi Mirza dan Sulaima),
pemabuk (Sulaiman dan Abbas II)
b. Pasukan ghulam yang dibntuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat
perang yang tinggi seperti Qizilbash
c. Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Turki Usmani dan pemberian
kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan
pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni
d. Sering terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan
istana, juga serangan kerajaaan Mughal (Sultan Ayah Jehan), merebut
Afganistan.

B. Pada Masa Kerajaan Mughal Di India


1. Pembentukan Pemerintah

Daulah Mughal (1526-1858 M) ini berdiri di anak benua India, seperempat


abad setelah berdirinya Daulah Safawiyah (1501- M) di Iran, sementara Daulah
Turki Usmani sudah dua abad sebelumnya (1300-1918 M). Oleh karena itu, di
antara tiga kerajaan besarpada periode pertengahan, Daulah Mughal inilah yang
paling muda. Tetapi jauh sebelum ini, ekspansi Islam ke India sudah dilakukan pada
masa Daulah Umayyah di Syria.

Ketika itu Hajjaj ibn Yusuf panglima perang Daulah Umayyah mengirim
pasukan ekspansi ke India di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim dan Qutaibah
ibn Muslim bersama 6.000 tentara. Mereka telah berhasil menguasai India bagian
barat, yaitu (kini Pakistan), Bukhara, Kandahar, Samarkhan, dan Sind.6 Akan tetapi
seluruh India belum dapat dikuasai dalam ekspansi yang pertama ini.

6
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung Rosda Bandung1988, hal. 163

5
Puncak kejayaannya ada pada Sultan Mahmud Al-Ghaznawi yang
memimpin penaklukan ke India pada penghujung abad ke-9 yang berhasil
menguasai seluruh India dan berkuasa di sana sampai tahun 1186 M.

Peperangan yang dilakukan Mahmud Al-Ghaznawi menaklukkan India


dilengkapi dengan 12.000 tentara berkuda, 30.000 tentara berjalan kaki, 300 tentara
bergajah. Dalam sejarah tercatat bahwa ia menaklukkan India sebanyak 7 kali
peperangan. Dialah orang yang pertama kali mencapai wilayah India yang begitu
luas sepanjang sejarah Islam dan telah meninggalkan jejak yang paling kokoh di
India.7

Di belakang hari berdirilah Daulah Mughal di India, yang didirikan oleh


Zahiruddin Babur, seorang penguasa Ferghana (1482-1530), salah satu dari cucu
Timur Lank dan menjadikan Delhi sebagai ibu kotanya. Ayahnya bernama Umar
Mirza, penguasa Ferghana, sehingga Babur mewarisi daerah Ferghana dari
ayahnya, ketika itu ia masih berusia 11 tahun.

Kejayaan-kejayaan yang telah dicapai Sultan Akbar I masih dapat


dipertahankan tiga Sultan sesudahnya, yaitu Sultan Jehangir (1605-1628 M), Syah
Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). Pada masa pemerintahan
tiga Sultan ini, orientasi politiknya lebih banyak diarahkanpada mempertahankan
keutuhan kekuasaan yang ada, kemudian pada pembangunan ekonomi, lewat
pertanian, perdagangan, dan pengembangan budaya, seni dan arsitektur Kejayaan
Peradaban dan Ilmu Pengetahuan.

2. Kemajuan Bidang Ekonomi

Daulah Mughal dapat melaksanakan kemajuan di bidang ekonomi lewat


pertanian pertambangan dan perdagangan. Di sektor pertanian, hubungan
komunikasi antara petani dengan pemerintah diatur dengan baik. Pengaturan itu
lewat lahan pertanian. Ada yang disebut dengan Deh yaitu merupakan unit lahan
pertanian yang terkecil. Beberapa Deh bergabung dengan Pargana (desa).
Komunitas petani dipimpin oleh seorang Mukaddam. Maka melalui para

7
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid 3, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, h. 123.

6
Mukaddam itulah pemerintah berhubungan dengan petani. Pemerintahmematok
bahwa negara berhak atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu

3. Kemajuan Bidang Seni Budaya

Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan para penyair istana,
baik yang berbahasa Persia maupun berbahasa India. Penyair India yang terkenal
adalah Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar
yang berjudul Padmayat berisi tentang kebajikan jiwa manusia. Pada masa
Aurangzeb muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Aini
Akhbari berisi tentang sejarah kerajaan Mughal berdasarkan pimpinannya.

4. Masa Kemunduran

Tetapi setelah Aurangzeb (1707 M). Kekuasaan pemerintahan Daulah


Mughal diduduki oleh Sultan-Sultan yang lemah. Sementara itu di pertengahan
abad ke-18 Inggris sudah menancapkan kukunya di India. Pada tahun 1761 M, ia
sudah menguasai sebagian wilayah yang dulu dikuasai Daulah Mughal.

Pada tahun 1858 M, Inggris menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap


para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah, banyak
yang dihancurkan dan Bahadur II, Sultan terakhir Daulah Mughal diusir Inggris dari
istananya.430 Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Daulah Mughal di daratan
India dan yang tinggal di sana adalah umat Islam yang mesti mempertahankan
eksistensi mereka.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kehancuran Daulah Mughal,


di antaranya Sultan-Sultan yang diangkat setelah Sultan Aurangzeb adalah orang-
orang lemah yang tidak mampu membenahi pemerintahan, ditambah lagi
kemerosotan moral, hidup bermewah-mewah di kalangan elit politik yang
mengakibatkan pemborosan dalam pengeluaran uang negara.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tiga kerajaan Islam di masa kejayaannya yang dimulai dari Kerajaan
Usmani di Turki, Kerajaan Mughal di India, dan Kerajaan Safawi di Persia. Tiga
Kerajaan tersebut lebih memusatkan perhatian mereka pada budaya demokratis
Islam, dan membangun kerajaan absolute. Hampir setiap segi kehidupan umum
dijalankan dengan ketelitian terstruktur dan birokratis dan berbagai kerajaan
mengembangkan sebuah administrasi yang ruwet. Ketiga kerajaan besar ini seperti
membangkitkan kembali kejayaan Islam setelah runtuhnya Bani Abbasiyah.
Namun, kemajuan yang dicapai pada masa tiga kerajaan besar ini berbeda dengan
kemajuan yang dicapai pada masa klasik Islam. Kemajuan pada masa klasik jauh
lebih kompleks. Di bidang intelektual, kemajuan di zaman klasik.

Ketiga kerajaan besar ini seperti membangkitkan kembali kejayaan Islam


setelah runtuhnya Bani Abbasiyah. Namun, kemajuan yang dicapai pada masa tiga
kerajaan besar ini berbeda dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik Islam.
Kemajuan pada masa klasik jauh lebih kompleks. Di bidang intelektual, kemajuan
di zaman klasik. Dalam bidang ilmu keagamaan, umat Islam sudah mulai bertaklid
kepada imam-imam besar yang lahir pada masa klasik Islam.

3.2 Saran
Sebagai manusia yang selalu lalai dan lupa, tentu selalu membutuhkan kritik
dan saran yang dapat memberikan motivasi untuk inovasi selanjutnya, Semoga
makalah sederhana yang merupakan bentuk kecil dari sejuta karya besar ini dapat
memberikan manfaat yang sangat besar bagi mereka yang haus akan tambahan
pengetahuan dan mereka yang menginginkan pengetahuan.

8
DAFTAR PUSTAKA
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid 3, Jakarta: Bulan Bintang, 1981

Hasan, Ibrahim, 1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota


Kembang

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya


1995

Mahmudunnasir, Syed, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Rosda


Bandung, 1988.

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007.

9
10

Anda mungkin juga menyukai