Sejarah Koperasi
Sejarah Koperasi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Koperasi baik inspirasinya maupun gerakannya yang mula-mula timbul adalah
merupakan suatu Defensive Reflex (gerakan otomatis untuk membela diri) dari suatu
kelompok masyarakat terhadap tekanan-tekanan hidup yang dilakukan oleh kelompok lain
dalam masyarakat, baik yang berupa eksploatasi ekonomi, sehingga menimbulkan rasa tidak
aman bagi kehidupan mereka.
Jika di Inggris inspirasi berkoperasi dan gerakannya timbul dalam atau sebagai akibat
dari Revolusi Industry, maka di Perancis Inspirasi berkoperasi dan gerakannya muncul
sebagai akibat dari Revolusi Sosial, yang di kenal dengan Revolusi Perancis yang timbul pada
akir abad ke 18 dan yang melahirkan tokoh-tokoh pemikir seperti Saint Simon, Charles
Fourir, Louis Blanc, dan lain-lainnya yang memberikan inspirasi bagi timbulnya gerakan
koperasi produksi di Perancis. Memang tidak bisa dikatakan secara langsung sebagai pendiri,
tapi pemikiran-pemikiran mereka telah memberikan inspirasi bagi pertumbuhan koperasi-
koperasi produksi di Perancis di kemudian hari.
Lain lagi halnya dengan Jerman, yang menjadi pendorong timbulnya perkumpulan-
perkumpulan koperasi di Jerman, bukan Revolusi Industri seperti di Inggris atau Revolusi
Sosial di Perancis, tetapi kemiskinan yang di derita oleh para petani di desa-desa Rhineland
lah yang mendorong Wihelm Friederick Raffeisen (1818-1888), yang pada itu menjadi
walikota Wyerburch, berusaha meringankan beban penderitaan petani di desa-desa dengan
mendirikan koperasi kredit bagi para petani yang kemudian dikenal sebagai nama Raffeisen
Bank. Raffeisen yakin bahwa hutang-hutang petani dengan tingkat bunganya yang tinggi,
yang melilit mereka itu merupakan sumber kemiskinan dan rasa tidak aman bagi kehidupan
para petani.
Gambaran serupa juga di temukan di Indonesia dimana hutang-hutang yang melilit
sebagian besar para Priyayi telah mendorong R.A Wirjaatmadja, Patih Poerwokerto , untuk
berusaha menolong mereka terlepas dari lilitan lintah darat dengan mendirikan ” Hulp en
Spaarbank” (1896), perlu di ketahui bahwa dalam penjajahan, tingkat kehidupan rakyat
Indonesia adalah sangat rendah. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa dalam rangka
usaha mencapai cita-citanya, partai-partai politik pada waktu itu seperti Budi Utomo(1908),
Serikat Dagang Islam (1912), Studiess Clup Indonesia (1928), organisasi mana kemudian
tumbuh menjadi Parindra ( partai Indonesia Raya) , memasukkan cita-cita berkoperasi dalam
2
program-program kegiatannya dengan maksud untuk meningkatkan tingkat hidup dari bangsa
Indonesia.
Jika koperasi yang mula-mula tumbuh itu merupakan suatu gerakan Spontan, maka
kemudian orang mulai bertanya, apakah koperasi itu dan mulailah memberikan isi dan definisi
kepada koperasi. Definisi dini umumnya menekankan bahwa koperasi itu merupakan wadah
bagi golongan ekonomi lemah, seperti definisi yang diberikan oleh Dr. Fay (1908), yang
menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama
yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak
memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan
kewajibannya sebagai anggota dan mendapati imbalan yang sebanding dengan
pemampaatan mereka terhadap organisasi.
3
BAB I
KOPERASI DI DUNIA
Karena digunakannya peralatan-peralatan yang canggih dan mengerikan, yang adalah juga
merupakan produk dari masyarakat modern itu sendiri yang tidak terlepas dari sikap, sifat dan
tindakan-tindakan manusia.
Berbagai cara telah digunakan manusia untuk memecahkan permasalahan ekonomi
yang mereka hadapi. Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa jika semula dalam
pemecahan kebutuhan hidupnya, manusia melakukannya secara individual, maka dalam
perkembangannya cara pemecahan masalah tentang pemenuhan kebutuhan hidupnya itu
manusia berusaha melakukannya secara bersama-sama dan dalam perkembangannya lebih
lanjut, cara-cara yang digunakan oleh masyarakat untuk memecahkan permasalahan ekonomi
yang mereka hadapi itu berbeda-beda, seirama dengan berkembangnya zaman.
Menurut R.L.Heilbroner, ada 3 cara bagi masyarakat untuk memecahkan
permasalahan ekonomi yang mereka hadapi, yaitu : dengan cara mengorganisir masyarakat
menurut Tradisi, menurut Komando dan menurut Pasar. Ketiga cara tersebut oleh Heilbroner
disebut sebagai types of system.
Dalam sistem ekonomi yang pertama, yang dikelola menurut tradisi ini, masyarakat
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dan demi mempertahankan kelangsungan
hidupnya, kegiatan-kegiatannya diatur menurut kebiasaan dan adat istiadat/tradis. Pada
umumnya dalam sistem ini tiap keluarga menghasilkan sendiri barang-barang yang
dibutuhkan. Produktivitas pada masyarakat ini masih sangat rendah. Cara penanganan
masalah produksi dan distribusi adalah statis. Pemikiran secara rasional belum berkembang.
Dalam ekonomi yang dikelola secara Komando, Heilbroner mengatakan bahwa
masyarakat memecahkan masalah dan tantangan-tantangan ekonominya secara oteriter.
Kehidupan masyarakat dan kegiatan-kegiatan pembangunan-pembangunan piramida-piramida
di Mesir Kuno yang dalam pelaksanaan pembangunannya menggunakan cambuk-cambuk
oteriter adalah merupakan salah satu contoh.
Cara yang ketiga yaitu pada sistem pasar, masyarakat menyerahkan pemecahan
masalah-masalah dan tantangan-tantangan ekonominya kepada pasar. Seseorang atau
masyarakat dalam rangka usaha mempertahankan kehidupannya mempunyai kebebasan
melangkah untuk melakukan tugas dan kegiatan-kegiatannya. Dalam sistem ini,
keuntunganlah yang menjadi daya tariknya dan bukan dorongan tradisi atau cambuk
penguasa.
Dalam sistem pasar para produsen bekerja dan menghasilkan barang-barang dan jasa-
jasa untuk memenuhi permintaan yang terwujud di pasar. Ini berarti bahwa besarnya
5
permintaan akan dilakukan oleh produsen. Jadi jenis barang apa dan barapa jumlah yang akan
diprodusir dalam masyarakat sepenuhnya ditentukan oleh keadaan-keadaan yang berlaku di
pasar, atau dalam istilah analisa ekonomi, ditentukan oleh mekanisme pasar dan sebagaimana
diuraikan di depan, daya tarik dari sistem ini adalah keuntungan.
Cara menurut tradisi yang di lakukan oleh masyarakat dalam rangka usah
mempertahankan kelangsungan hidupnya, yang menurut Werner Sombart merupakan ciri
hidup dari masyarakat prakapitalitas, pada dewasa ini masih bisa ditemukan dalam
masyarakat primitif di beberapa negara di Afrika, di Amerika Latin dan di Asia, sedangkan
cara otoriter dapat ditemukan di negara-nagara komunis, yaitu di RRC dan negara-negara
Blok timur lainnya, sebelum persetroika.
Di Rusia sendiri, cara otoriter ini dapat di akiri melalui kampanye glasnostnya
Gorbachev. Kampanye glasnost, yang dimulai tahun 1985 dilakukan melalui beberapa
tahapan, dimulai dengan pembeberan kekejaman yang dilakukan oleh biokrasi negara, dan
juga, mengenai salah kelola dalam sektor Ekonomi. Usaha ini kemudian meluas, dipusatkan
pada kekejaman zaman Stalin sewaktu berkuasa. Baru pada tahun 1987 Gorbachev dan rekan-
rekannya memperluas kampanyenya pada program manajemen dan perencanaan ekonomi.
Akirnya untuk menghidupkan perekonomian Rusia, diadakanlah kebijaksanaan perestroika
yang bearti penstrukturan kembali dalam kebijakan ekonomi.
Sistem pasar dengn tiga komponen yang penting yaitu: tanah, tenaga kerjadan modal
lahir melalui penderitaan masyarakat khususnya para petani kecil dan buruh. Kekuatan-
kekuatan besar yang membentuk pasar tersebut berjalan terus dan menghancurkan kekangan
adat istiadat dan tradisi.
Dengan perkembangan zaman kita lihat bahwa usaha manusia untuk mempertahankan
hidupnya tidak lagi dapat di selesaikan dengan adat-istiadat atau dengan perintah, akan tetapi
dengan tindakan-tindakan bebas dari para pengejar keuntungan yang satu sama lain saling
terikat pada pasar. Sistem ini kemudian dimanakan Kapitalisme, dimana keuntungan adalah
ide dasarnya. Lahirnya Kapitalisme ini tidak bisa dipisahkan dari Revolusi Industri yang
terjadidi Inggris pada abad XVIII yang banyak membawa penderitaan bagi kaum buruh di
Inggris.
Di dalam era Kapitalisme dinilah, insprirasi koperasi beserta gerakannya dilahirkan
dan merupakan cara yang digunakan masyarakt golongan ekonomi lemah, khususnya kaum
buruh, untuk memecahkan masalah ekonomi yang dihadapinya dan yang alam
6
perkembanganya kemudian menjadi suatu sistem sendiri dalam kehidupan ekonomi dalam
masyarakat.
Inspirasi koperasi beserta gerakannya yang mula-mula timbul itu adalah merupakan
suatu defensive reflek terhadap adanya dominasi sosial atau karena adanya eksploatasi
ekonomi oleh suatu golongan dalam masyarakat terhadap golongan lain dalam tersebut..
BAB II
KOPERASI DI INDONESIA
kepada Koperasi serta memupuknya untuk melaksanakan pasal 33 UUD 1945 beserta
penjelasannya.
Kegiatan Pemerintah antara lain:
1. Bimbingan diberikan dengan maksud untuk menciptakan iklim dan kondisi se-
umumnya yang memungkinkan Koperasi akan tumbuh dan berkembang antara lain
dengan jalan penyuluhan.
2. Pengawasan diberikan denagan maksud untuk mengamankan dan menyelamatkan
kepentingan baik bagi perkumpulan Koperasi itu sendiri maupun guna kepentingan
pihak lain.
3. Perlindungan, dengan maksud ditujukan :
a. Menyelamatkan dan mengamankan kepentingan Koperasi
b. Menghindarkan penyalahgunaan
c. Menetapkan ketentuan-ketentuan sendiri dalam bidang tata niaga dan distribusi
dengan tujuan untuk memungkinkan perkembangan Koperasi.
4. Fasilitas berupa :
a. Baik berupa uang, barang atau jasa.
b. Keringanan bea materai.
c. Perasamaan nilai pembukaun perkumpulan Koperasi dengan badan-badan
lainnya.
d. Kebijaksanaan tersendiri tentang perkreditan termasuk syarat-syarat kredit
yang mudah dan ringan.
e. Keringanan pajak.
Bangsa kita suka gotong-royong, suka bekerja sama dan tolong menolong sesama
tetangga. Kebiasaan ini dapat terpelihara dalam Koperasai. Setiap anggota Koprerasi harus
bekerja keras. Semua anggota Koperasi harus ikut bertanggung jawab atas Koperasi. Mereka
harus mengawasi jalannya Koperasi. Mereka bekerja untuk kepentinagan bersama dan untuk
kesejahteraan bersama.
Di dalam Undang-Undang Koperasi No.12 tahun 1967,di tetapkan bahwa landasan
ideal Koperasi Indonesia adalah Pancasiala. Pancasila merupakan jiwa dan pandangan hidup
negara, bangsa dan masyarakat Indonesia serta merupakan sumber dari segala sumber
semangat, dan menjadi dasar dari setiap pemikiran dalam mengarahkan tujuan organisasi
Koperasi di Indonesia.
11
Sealain landasan ideal Koperasi, kita kenal pula landasan mental, landasan strukturil,
dan landasan gerak Koperasi. Landasan Strukturil Koperasi adalah Undang-Undang Dasr
1945, sedangkan landasan gerak Kopeasi adalah pasal 33 ayat 1 dalam Undang-Undang Dasar
1945. Dan yang menjadi landasan mental Koperasi adalah setia kawan dan kesadaran
berpribadi.
Landasan dapat kita artikan sesuatu sebagai tempat berpijak. Tempat berpijak bagi
Koperasi harus kuat, agar Koperasi dapat tahan lama berdiri dan berkembang. Koperasi kuat
berarti anggotanya sejahtera.
Sebenarnya untuk menjamin perkembangan Koperasi yang efektif diperlukan adanya
level tertentu dari kegiatan ekonomi, akan tetapi dalam kondisi sosial ekonomi kita dimana
sebagian besar masyarakat masih dalam keadaan miskin, maka norma seperti itu sukar
digunakan untuk satu-satunya sebagai patokan. Pendekatan khusus harus dilakukan terhadap
golongan miskin seperti petani gurem, buru tani, penjual jasa dalam sektor informal(pedagang
kaki lima, tukang becak, penjual koran dan sebagainya). Suatu program integratif (package
program) perlu diadakan bagi golongan-golongan ini yang meliputi sarana-sarana produksi,
tata niaga, kredit, pendidikan/latihan, manajemen dan sebagainya. Dimana Koperasi bertindak
sebagai wadahnya. Pilot proyek perlu diadakan untuk keperluan itu.
Bahwa Koperasi bergerak dikalangan masyarakat miskin dan sektor informal, tidaklah
berarti bahwa Koperasi sebagai lembaga tradisional. Secara historis, konsepsional dan
operasional Koperasi adalah organisasi formal dan modern yang sangat berkepentingan untuk
mengembangkan efektivitas dan efesiensi organisasi dan manajemen, mengembangkan
inovasi-inovasi searta menggunakan teknologi yang tepat guna, menyusun permodalan (uang
dan manusia) untuk tujauan investasi dan pengembangannya. Hal ini karena jangkauan
pengembangannya jauh kedepan seperti yang telah digambarkan sebelumnya. Organisasi
Koperasi memungkinkan mengakomodasi kondisi sektor tradisional dan informal, mendidik
dan membina masyarakat menjadi sektor formal dan modern tanpa menimbulkan
kegoncangan-kegoncanagn yang berarti.
Kita tentu tidak asaing lagi dengan nama Bung Hatta atau Drs. Mohammad Hatta.
Dalam sejarah indonesia namanya bukan saja tertulis dengan tinta emas karena perjuangan
menegakkan republik Indonesia, sebagai salah seorang proklamator dan kemudian sebagai
wakil presiden Republik Indinesia yang pertam. Terkenal karena perjuangannya menjadikan
Koperasi sebagai wahana utama perekonomian indinesia. Tegasnya beliaulah pencetus ide
12
masuknya pasal 33 UUD 1945, sehingga pada tempatnya apabila Bung Hatta mendapat
sebutan sebagai Bapak Koperasi.
Menginagn peranannya yang sedemikian sentral dalam penyusunan pasal 33 UUD
1945, maka pada tempatnya apabila perhal ”latar belakang lahirnya pasal 33 UUD 1945” ini
banyak dikutip dari pendapat/tulisan beliau dalam pidato di deapn dewan pertimbangan agung
di jakarat pada tahun 1970 dengan judul ”cita-cita Koperasi dalam pasal 33 UUD 1945”,
Bung hatta antara lain mengatakan bahwa ide yang tertanam dalam pasal 33, mempunyai
sejarah yang panjang sejak zaman penjajahan belanda. Cita-cita Koperasi sudah dipandang
sebagai jalan terbaik untuk membangun ekonomi rakyat yang lemah secara berangsur-angsur.
Cita-cita yang tertanam dalam pasal 33 UUD 1945 ialah produksi yang besar-besar
sedapat-dapatnya dilaksanakan oleh pemerintah dengan bantuan kapital pinjaman dari luar.
Apabila siasat ini tidak berhasil, perlu juga diberi kesempatan kepada pengusaha asing
menanam modalnya di Indonesia dengan syarat yang ditentukan oleh pemerintah. Pokoknya
modal asing yang bekerja di Indonesia membuka kesempatan bekerja bagi pekerja indinesia
sendiri dari pada mereka hidup menganggur lebih baik mereka bekerja dengan jaminan hidup
yang cukup.
Cara beginilah kita dahulu memikirkan betapa melaksanakan pembangunan ekonomi
dengan pasal 33 UUD 1945. Terutama digerakkan tenaga-tenaga Indonesia yang lemah
dengan jalan Koperasi. Kemudian diberi kesempatan kepada golongan swasta untuk
menyerahkan pekerja dan kapital nasional. Apabila tenaga nasiaonal dan kapital nasional
tidak mencukupi, kita pinjam tenaga asing dan kapital asing untuk melancarkan produksi.
Apabila bangsa asing bersedia meminjamkan kapitalnya, maka diberi kesempatan kepada
mereka untuk menanam modalanya di tanah air kita dengan syarat-syarat yang ditentukan
oleh pemerintah Indinesia sendiri. Syarat-syarat yang ditentukan itu terutama menjamin
kekayaan alam kita tetap terpelihara. Orang asing yang mau menggarap tentu ingin melihat
bahwa penanaman modal bagi mereka berati memperoleh keuntungan. Keuntungan bagi kita
bekerja sama dengan swasta asing ialah supaya pekerja-pekerja kita yang menganggur atau
belum bekerja memperoleh pekerjaan, tanah kita yang subur dipelihara dan ditingkatkan
kesuburan, dan hutan kita yang ditebang diperbarui dengan menanam gantinya.
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Koperasi merupakan penolong bagi rakyat kecil yang merupakan lembaga yang
bergerak dalam bidang simpan pinjam yang mana perioritas utamanya adalah
kesejahteraan para anggotanya
Koperasi pada mulanya berkembang dari Revolusi Industri di Inggris, Revolusi Sosial
di Perancis dan di Jerman di dorong oleh sikap penolong terhadap rakyat kecil
Kopersi terdiri dari kata CO dan operation yang mengandung arti kerja sama untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu koperasi adalah suatu perekumpulan yang
beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk
dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan , menjalankan
usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.