Anda di halaman 1dari 8

ISSN:2527-2748 (Online) Jurnal Ilmiah Membangun Desa dan Pertanian

Accredited by Ministry of Education, Culture, (JIMDP)


Research, and Technology with the ranking of 2023:8(3):88-95
Sinta (S3) SK NO.105/E/KPT/2022, 7th April https://ejournal.agribisnis.uho.ac.id/index.php/JIMDP
2022 doi: https://doi.org/10.37149/JIMDP.v8i3.79

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI


JERUK MANIS SIAM MADU (Citrus sinensis nobilis) DI DESA TANEA
KECAMATAN KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN

Aan Setiadi1*), Abdul Gafaruddin1), Agustono Slamet1)


1
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari 93232

*Corresponding author: aansetiady27190@gmail.com

To cite this article:


Setiadi, A., Gafaruddin, A., & Slamet, A. (2023). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Jeruk
Manis Siam Madu (Citrus sinensis nobilis) di Desa Tanea Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal
Ilmiah Membangun Desa Dan Pertanian, 8(3), 88–95. https://doi.org/10.37149/jimdp.v8i3.79

Received: September 09, 2022; Accepted: March 16, 2023; Published: May 01, 2023

ABSTRACT

This study aims to determine the factors that influence the production of citrus farming in
Tanea Village, Konda District, South Konawe Regency. The population in this study amounted to 30
heads of families (KK). This study determined the sample by census, i.e., the entire population was
sampled. The variable used in this research is the characteristics of farmers, including the number of
family members (persons), age (years), education level, number of family dependents, and citrus
farming experience. Other variables affect production, including labor, plant age, number of trees,
fertilizers, and pesticides. Analysis of the data used is multiple linear regression analysis. The results
showed that the factors that influenced the production of sweet orange farming in Tanea Village were
the number of trees and the age of the plant. Both factors had a positive and significant effect on
increasing the production of sweet oranges. Increasing the number of trees by 1% will increase the
production of sweet oranges by 1,072 kg/ha. Adding 1% plant age will be followed by an increase in
lovely orange output of 1,140 kg/ha. Adding and reducing the number of workers by 1% does not
affect the production produced by sweet orange farmers. Adding or decreasing 1% of fertilizer cannot
affect the sweet oranges produced. Adding and reducing the amount of 1% pesticide does not affect
the resulting production. The average output of sweet oranges in Tanea Village is 1,945 kg/harvest
season, with the highest show being 12000 kg and the lowest being 100 kg.

Keywords: production; production factor; sweet orange.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara agraris, karena mayoritas penduduk indonesia bergantung


pada sektor pertanian yang menghasilkan berbagai produk hortikultura. Mayoritas penduduk
Indonesia hidup disektor pertanian, dengan lebih dari 60 % warga negara Indonesia tinggal didaerah
perdesaan dengan berbagai macam bidang pertanian sebagai mata pencarian utama bagi penduduk
indonesia (Lalo et al., 2020). Bagi perekonomian nasional, pertanian merupakan salah satu mata
pencarian bahan pangan mentah dan bahan baku industri, adalah suatu peluang usaha tani, dan
hasil pendapatan bagipetani, (Onibala & Sondakh, 2017).
Sektor pertanian adalah suatu sektor yang terpenting diIndonesia, sehingga dijadikan sebagai
basis pengembangannya. Maka dari itu subsektor pertanian sangat berperan penting untuk
mendukung pembangunan dalam perekonomian nasional adalah subsektor hortikultura
(Devianietal.,2019). Hal ini disebabkan dengan karakteristik tanah dan agroklimat serta pennyebaran
wilayah yang cukup luas, menjadikan wilayah Indonesia sebagai wilayah yang sangat potensial
dalam suatu pengembangan komoditas hortikultura. Untuk memenuhi kebutuhan gizi dan konsumsi
masyarakat, Indonesia harus fokus pada peningkatan produksi jeruk. Peran yang sangat penting
dalam strategis sektor pertanian yang tercermin dalam pennyajian bahan baku pangan dan industri,
penyubang PDB, penerimaan devisa, lembaga penyerap tenaga kerja, sumber pendapatan rumah
tangga pedesaan, pemasok bahan makanan dan bioenergi. Pengurangan efek rumah kaca emisi gas

This is an open-access article under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Jurnal Ilmiah Membangun Desa dan Pertanian (JIMDP)
2023: 8(3):88-95

dan penyediaan bahan baku makanan dan industri, pengentasan kemiskinan dan upaya menciptakan
lapangan (Zamzany et al., 2018).
Jeruk merupakan komuditas Hortikultura layak dikembangkan, karena jeruk manis sangat
menguntungkan dan dapat digunakan sekaligus sumber pendapatan bagi petani. Selain itu, jeruk
merupakan buah favorit warga baik sebagai sumber atau hasil pendapatan petani. Selain itu, jeruk
merupakan salah satu buah favorit masyarakat, baik dalam bentuk segar maupun olahan, cocok
untuk masyarakat benghasilan rendah maupun berpenghasilan tinggi. Pohon jeruk tergolong
tanaman yang hanya bisa tubuh didataran tinggi dan daerah yang bersuhu rendah. Pemeliharaan
jeruk dilakuakan dengan adanya berikan pupuk, pestisida secara pas dan teratur. Banyak faktor yang
menentukan hasil dan pendapatan para petani jeruk seperti luas lahan yang ditanami jeruk, hasil
jeruk pada waktu dipanen, sehingga harga jual pasar dan proses budidaya jeruk dapat terpenuhi.
Biaya yang dikeluarkan selama pemeliharaan pohon (Alitawan & Sutrisna, 2017).
Faktor produksi pertanian meliputi lahan, jumlah pohon, bibit, umur tanaman, modal dan
tenaga kerja. Tanah merupakan elemen kunci dalam pertanian. Di dalam dan disekitar bumi, ada
banyak faktor lain yang perlu dipertimbangkan, seperti luas, topografi, kesuburan, kondisi fisik,
lingkungan, kemiringan, dan sebagainya. Produksi merupakan suatu proses yang bisa menciptakan
nilai dalam menambah nilai pada suatu barang dan mudah nyatakan bahwa suatu produksi
merupakan bisnis yang menghasilkan komoditas guna untuk memperbesar daya suatu barang.
Bagaimanapun, produksi penting dilakukan oleh pemerintah atau swasta. Namun tentu saja produksi
tidak dapat berlangsung tanpa adanya bahan-bahan yang tidak memungkinkan adanya suatu proses
produk itu sendiri berlangsung. Untuk dapat menghasilkan produksi, manusia memerlukan tenaga
kerja, sumber daya alam, sebagai bentuk modal dan ketrampilan. Semua faktor itu disebut faktor
produksi, jadi semua faktor yang mendukung terciptanya nilai atau peningkatan nilai suatu produk
disebut faktor produksi. Dapat berproduksi sehingga petani sangat membutuhkan tenaga kerja dan
sumber daya alam, berbagai bentuk modal dan keterampilan. Semua faktor disebut faktor produksi
maka semua faktor yang dapat membantu dalam penciptaan nilai atau peningkatan suatu komoditas
disebut faktor produksi (Rosyidi, 2009).
Kabupaten Konawe Selatan merupakan salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara
dimana daerah ini juga termasuk sentral produksi sayuran dan buah-buahan di wilayah Sulawesi
Tenggara khususnya untuk pengembangan tanaman jeruk. produksi jeruk di Kabupaten Konawe
Selatan pada tahun 2019 berjumlah sebanyak 159.506 Ton, sedangkan di Tahun 2020 mengalami
peningkatan produksi menjadi 223.385 Ton (BPS, 2020).
Kecamatan Konda adalah kecamatan yang memiliki luas wilayah sebesar 132.84 ha dengan
jumlah penduduk sebanyak 21.573 jiwa. Kecamatan Konda merupkan kecamatan yang beradai
Kabupaten Konawe Selatan, pada umumnya Kecamatan Konda adalah wilayah dataran rendah yaitu
datar dan sedikit berawa-rawa, sebagian lagi berbukit dan bergunung. Pada dataran rendah
umumnya telah dimanfaatkan untuk lahan persawahan, tanaman pangan, palawija, holtikultura, dan
perikanan air tawar, sedangkan pada daerah berbukit sampai bergunung dimanfaatkan untuk
usahatani tanaman perkebunan dan hutan negara (BPS, 2020)
Desa yang ada di Kecamatan Konda hanya lima Desa yang berproduksi maksimal pada
tahun 2020 diantaranya yaitu Desa Alebo dengan menempati urutan pertama dengan produksi
sebesar 59,8 ton/tahun selanjutnya Desa Lalowiu menempati urutan kedua dengan produksi sebesar
53,9 ton/tahun dan kemudian Desa Cialam Jaya menempati urutan ketiga dengan total produksi
sebesar 50,4 ton/tahun sedangkan Desa Tanea hanya menempati urutan kelima dengan jumlah
produksi sebesar 42,5 ton/tahun (BPS, 2020).
Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh (Saputra et al., 2019) menejelaskan bahwa dalam
variabel seperti luas lahan, modal, tenaga kerja dan umur petani berpengaruh besar dan signifikan
terhadap hasil jeruk siam, sedangkan variabel tenaga kerja tidak memiliki signifikansi sama sekali.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa modal, tenaga kerja, luas lahan dan umur
petani secara bersama sangat berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi jeruk siam. Peningkatkan
produksi jeruk manis siam madu dipengaruhi oleh beberapa faktor pada penelitian ini seperti jumlah
pohon, umur tanaman, tenaga kerja, pupuk dan pestisida. Oleh karen itu, sangat perlu dilakukan
suatu penelitian untuk meningkatkan produksi jeruk manis.Tujuan dari penelitian adalah untuk
mengetahui Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Jeruk Manis Siam
Madu (Citrus Sinensis Nobilis).

MATERI DAN METODE

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Konawe Selatan lokasi di Desa Tanea
Kecamatan Konda. Penempatan dilakukan dengan sengaja karena Desa Tanea merupakan sentral

Setiadi et al 89 eISSN: 2527-2748


Jurnal Ilmiah Membangun Desa dan Pertanian (JIMDP)
2023: 8(3):88-95

produksi jeruk manis. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung dari bulan Desember 2021 sampai
selesai, populasi dalam penelitia ini meliputi semua petani jeruk di Desa Tanea Kecamatan Konda
Kabupaten Konawe Selatan. Populasi rumah tangga penanaman jeruk di Desa Tanea ini adalah 30
kepala keluarga (KK). Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode sensus, yaitu seluruh
populasi penelitian yang ada dilokasi dijadikan sampel. Hal ini didasarkan atas pendapat (Rianse &
Abdi, 2012), oleh sebab itu apabila jika populasi kurang dari 50 orang, sebainya diambil seluruhnya
sebagai sampel penelitian dengan pertimbangan anggota pupulasi relatif kecil. Variabel yang
digunakan suatu penelitian ini adalah karakteristik petani yang meliputi jumlah anggota keluarga
(orang), umur (tahun), tingkat pendidikan, dalam jumlah tanggungan, dan pengalaman menanam
jeruk. Variabel lain yang digunakan yaitu faktor yang berpengaruh terhadap produksi meliputi jumlah
pohon, umur tanaman, tenaga kerja, pupuk dan pestisida. Analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah data yang diperoleh dilapangan, lalu dianalisis secara deskriptif kuantitatif
kemudian dinilai dengan persentase dari tiap variabel yang diamati. Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi pada usahatani jeruk manis meliputi jumlah pohon, umur tanaman, tenaga
kerja, pupuk dan pestisida. Analisis yang digunakan adalah dengan rumus regresi non linear
berganda dan dalam memudahkan pendugaan maka dilinearkan dalam bentuk fungsi Cobb-Douglas
dengan kriteria pengujian yaitu Koefisien Determinasi, Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F) dan Uji
Hipotesis Secara parsial (Uji t).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karateristik Responden
Identifikasi responden adalah salah satu gambaran atau syarat penjamin yang bisa
mempengaruhi suatu kemampuan seorang petani untuk mengolah usaha taninya. Umur, tingkat
pendidikan, pengalaman berusahatani, serta jumlah pendukung keluarga menjadi determinan
responden dalam sebuah penelitia ini.

Tabel 1. Karakteristik responden


Petani Jeruk Manis
Karakteristik Responden
Jumlah (Orang) Presentase(%)
Umur
1. 15-54 tahun 23 77
2. >54 tahun 7 23
Tingkata Pendidikan
1. SD 20 67
2. SMP 6 20
3. SMA 4 14
Pengalaman Berusahatani
1. 5-10 tahun 8 27
2. >10 tahun 22 73
Jumlah Tanggungan Keluarga
1. 1-3 13 43
2. 4-6 17 57
Luas lahan
1. 2 Ha 1 3
2. 1 Ha 20 66
3. 0.5 Ha 9 30
Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar petani yang diwawancarai yang menanam jeruk
manis di Desa Tanea adalah petani usia produktif, yakni usia 15-54 dengan jumlah responden
sebanyak 23 orang atau 77% sedangkan responden yang berada pada umur non produktif hanya
berjumlah 7 orang atau 23% dari 30 total responden. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa
kemampuan petani di desa Tanea dari segi fisik bekerja dan memanfaatkan inovasi teknologii baru
cukup baik dalam menjalankan sebuah kegiatan usahataninya. Maka ini sama seperti penelitian
(Andriyan et al., 2017), bahwa rata-rata usia responden yaitu pada usia 47 tahun yang berarti petani
padi berada diusia produktif.
Tingkat pendidikan formal responden bervariasi diantaranya, tamat SD, tamat SMP, tamat
SMA. Pada responden petani jeruk manis yang memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 20 orang

Setiadi et al 90 eISSN: 2527-2748


Jurnal Ilmiah Membangun Desa dan Pertanian (JIMDP)
2023: 8(3):88-95

(67%), SMP sebanyak 6 orang (20%), tingkat jenjang SMA dengan jumlah 4 orang (13%) yang
merupakan salah satu pendidikan tertingg respondeni. Tingkat pendidikan responden rata-rata masih
tergolong rendah dalam mendukung kegiatan usahataninya, karena mayoritas petani berada pada
pendidikan rendah. Penelitianini sama dengan penelitian (Kautsar et al., 2018), bahwa tinggkat
pendidikan petani masih tergolong rendah dimana rata-rata petani yang berada pada tingkat
pendidikan SD berjumlah 33(66%) sedangkan SMP berjumlah 4(8%), pendidikan SMA berjumlah 12
(24%) sedangkan yang tidak sekolah berjumlah 1(2%). Petani jeruk manis di Desa Tanea yang masih
kurang berpengalaman berjumlah 0 orang (0%), sedangkan yang memiliki pengalaman cukup dalam
berusahatani dengan kisaran 5-10 tahun berjumlah 8 orang (27%) dan responden yang lebih
berpengalaman baik dalam berusahatani juga berjumlah 22 orang (73%). Berdasarkan pengalaman
yang ada, saya berharap agar semua petani bisa mengelola serta mengembangkan usaha sendiri
dengan baik, sehingga para petani muda sudah memiliki berpengalaman dan kemampuan
manajemen tanam yang lebih matang daripada petani yang relatif lebih tua, dan mereka dapat
melakukan sesuatu dengan lebih hati-hati. Hasil dari penelitian ini berbeda dengan penelitian
(Mandala et al., 2016) dimana 3 petani (11%) diketahui memiliki pengalaman bertani 1-5 tahun
dibidang pertanian dan 7 petani (27%) memiliki pengalaman bertani 6 tahun dibidang pertanian dan
sampai 10 tahun bertani. Pengalaman bertani tahun pengalaman bertani, 9 petani (35%) memiliki
bertani 11-15 tahun, atau bahkan lebih 20 tahun pengalaman bertani yaitu 7 Orang (27%).
Responden di Desa Tanea yang memiliki 1-3 tanggungan adalah keluarga kecil sebanyak 13
orang (43%) dan yang memiliki tanggungan 4-5 tanggungan adalah keluarga sedang sebanyak 17
orang (57%) dan yang memiliki tanggungan lebih dari 6 orang untuk responden petani jeruk manis
adalah 0 atau tidak ada (0%). Hal ini berarti bahwa Konsekuensi dari distribusi pendapatan
responden sera tenaga cukup dalam memenuhi suatu kebutuhan konsumsi rumah tangga dan
keperluan lainnya seperti pendidikan, kesehatan dan lain-lainnya. Karena jumlah anggota keluarga
yang banyak, petani akan terdorong melaksanakan kegiatan, termasuk mencari dan meningkatkan
pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota keluarga. Hasil dari penelitian
ini berbeda dari hasil penelitian (Fityanti et al., 2021), hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah
tanggungan keluarga terbanyak adalah 1 orang yaitu sebesar 36,67% dan terendah 5 orang sebesar
3,33%
Luas lahan milik responden di Desa Tanea terdiri dari petani yang memilikii lahan seluas 2 Ha
yang berjumlah 1 (satu) orang (3%), petani dengan luas 1 Ha berjumlah 20 orang responden (66%)
dan petani dengan luas lahan 0.5 Ha sebanyak 9 (Sembilan) orang (30%)

Karakteristik Usahatani Jeruk Manis


Fungsi produksi berfungsi bila ada beberapa yang mempengaruhi hasil produksi. Dalam
budidaya jeruk manis terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil yaitu jumlah pohon, umur
pohon, tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan hasil produksi.

Tabel 2. Karakteristik usahatani jeruk manis di Desa Tanea


No Uraian Tertinggi Terendah Rata-Rata /Ha
1 Jumlah pohon (Pohon) 1,000 133 297,27
2 Umur Tanaman (Tahun) 10 3 4,87
3 Tenaga Kerja (HKP) 4 1 2,30
4 Pupuk (Kg) 6,000 50 315,33
5 Pestisida (Liter) 4 0,5 1,22
6 Produksi (Kg) 12,000 100 1,495
Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Tabel 2 menununjukan jumlah pohon merupakan suatu faktor penting yang diperlukan dalam
berusahatani. Hampir semua rata-rata penggunaan jumlah pohon pada usahatani jeruk manis di
Desa Tanea tertinggi adalah sebesar 1000 pohon dan penggunaan jumlah pohon terendah yaitu 133
pohon. Rata-rata penggunaan bibit yaitu 297,27 pohon.
Umur tertinggi tanaman jeruk manis petani dilokasi penelitian yaitu mencapai 10 tahun dan
umur terendah tanaman yaitu 3 tahun dengan rata-rata umur tanaman yaitu 4,87 tahun.
Bertambahnya umur tanaman juga meningkatkan bahan organik tanah karena daun, cabang, dan
akar mati. Vegetasiakan pembusuka njika yang dihasilkan membantu meningkatkan permeabilitas
tanah, sehingga akan meningkatkan laju infiltrasi (Marbun et al., 2018).
Tenaga kerja pertanian dalam sebuah budidaya jeruk manis didaerah penelitian ini
merupakan tenaga kerja sendir atau diambil dari keluarga masing-masing tiap responden, petani
hanya akan menggunakan tenaga kerja diluar keluarganya apabila pekerjaan dalam usahataninya

Setiadi et al 91 eISSN: 2527-2748


Jurnal Ilmiah Membangun Desa dan Pertanian (JIMDP)
2023: 8(3):88-95

banyak dan harus dilakukan secara bersama. Penggunaan tenaga kerja dalam berusahatani jeruk
manis di Desa Tanea bahwa yang tertinggi adalah sebanyak 4 tenaga kerja dan yang terendah
adalah 1 dengan nilai rata-rata 2,30 HKP. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penentu, dalam
usaha pertaniani, terutama untuk usahatani yang bergantung dalam musim panen, ketidak adaan
tenaga kerja berpengaruhi tumbuh suatu tanaman, produktivitas dan kualitas, produk (Saragi et al.,
2020).
Penggunaan pupuk pada usahatani jeruk manis rata-rata 315,33 Kg dengan jumlah
penggunaan tertinggi sebanyak 6000 Kg dan yang terendah adalah sebanyak 50 Kg/musim panen.
Penggunan media yang tepat akan menjamin pertumbuhan tanaman yang optimal. Selain media ,
pemupukan yang dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Idha & Herlina,
2018).
Penggunaan pestisida pada usahatani jeruk manis memiliki jumlah rata-rata 1,22 liter
dengan jumlah pemakaian tertinggi sebesar 4 liter dan yang terendah adalah 0,5 liter/musim. Dalam
penelitian ini, petani responden melakukan tindakan pengendalian hama dan penyakit menggunakan
pestisida kimia karena menurut responden bahwa penggunaan pestisida kimia lebih praktis karena
sangat mudah untuk memperoleh dan mempergunakannya. Penggunaan pestisida pada usahatani
jeruk manis memiliki jumlah rata-rata 1,22 liter dengan jumlah pemakaian tertinggi sebesar 4 liter dan
yang terendah adalah 0,5 liter/musim.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya produksi jeruk manis di Desa Tanea
bervariasi, kisarannya antara 100 sampai 12,000 kg dengan jumlah rata-rata 1945 Kg/musim panen.
Setiap petani berusaha agar pertanian yang dikelolanya memberikan hasil yang tinggi. Salah satu
indikator keberhasilan seorang petani dalam mengelola usahataninya adalah hasil yang diperoleh,
hasil yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada produktivitas akhir pertanian yang
dinyatakan dalam kilogram/musim panen (Gilarso, 2004), menunjukan bahwa produksi harus
memenuh kebutuhan hidup. Menyediakan proses layanan lainnya. produksi adalah tindakan manusia
dalam menciptakan atau menambah nilai suatu komoditi sesuai kebutuhan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Jeruk Manis


Produksi suatu produk merupakan fungsi dari banyak faktaor atau variabel, dalam produksi
jeruk manis beberapa faktor dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi
tingkat hasil jeruk manis yang juga menjadi variabel dalam penelitian ini. Namun tidak semua variabel
berpengaruh nyata terhadap tingkat hasil jeruk manis. Berdasrakan hasil penelitian yang telah di
lakukan dapat melihat bahwa variabel mana saja yang berpengaruh nyata terhadap produksi jeruk
manis di Desa Tanea.

Analisis Regresi Linear Berganda


Dalam penelitian ini menggunakan dua kriteria untuk gmenguji hasil estimasi model, produksi
jeruk manis, yaitu: uji koefisien determinasi (R2),uji F dan uji t, serta uji yang berkaitan dengan hasil
estimasi model. cobb douglass dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil output pengolahan data
menggunakan spss.

Tabel 3. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jeruk manis di Desa Tane Kecamatan
Konda Kabupaten Konawe Selatan
Variabel Parameter Estimasi thitung Sig
(Constant) -1.742 -1.101 0.282ts
Jumlah Pohon (lnX1) 1.072 3.376 0.003*
Umur Tanaman (lnX2) 1.140 2.567 0.017*
Tenaga Kerja (lnX3) -0.334 -0.934 0.360ts
Pupuk (lnX4) 0.232 1.259 0.220ts
Pestisida (lnX5) -0.353 -0.961 0.346ts
F sig = 15,152
Koefisien Determinasi R2= 0.759
Sumber: Data Primer diolah, 2022

Tabel 3 dapat diketahui adanya nilai dari-1.742 menunjukan menigkatnya produksi jeruk
manis (Y) sebesar-1.742 kg. Jika variabel jumlah pohon, umur tanaman, tenaga kerja, pupuk dan
pestisida dianggap Constant.

Setiadi et al 92 eISSN: 2527-2748


Jurnal Ilmiah Membangun Desa dan Pertanian (JIMDP)
2023: 8(3):88-95

Jumlah Pohon
Berdasarkan hasil dari analisis regresi dapat diketahui jumlah pohon yang digunakan dalam
usahatani jeruk manis menunjukan adanya pengaruh positif dan signifikan pada produksi jeruk manis.
Jika nilai signifikansi lebih kecil dari a = 0,05 maka jumlah pohon variabel (X1) berpengaruh nyata
terhadap variabel produksi (Y). Dari hasil pengolahan data terlihat bahwa nilai signifikansi 0,003 lebih
kecil dari a=0,05. Jumlah pohon diduga mempengaruhi hasil jeruk manis, artinya jika jumlah pohon
bertambah 1% maka hasil jeruk manis akan meningkat sebesar 1.072 kg/ha Petani jeruk manis
diDesa Tanea pada awal musim tanam lebih banyak menggunakan jumlah bibit untuk ditanam
dilahan yang sudah sediakan, karena pada dasarnya petani lebih memilih menggunakan jumlah bibit
yang lebih banyak karena semakin banyaknya bibit yang digunakan petani maka semakin banyak
juga hasil produksi yang didapat dari setiap bibit yang digunakan petani dan juga dari segi perawatan
tanaman yang dilakukan oleh petani itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pohon
digunakan, semakin besar hasil yang diperoleh petani. Hasil penelitian ini sama dengan yang
dilakukan oleh (Isyariansyah et al., 2018), yaitu jumlah pohon berpengaruh secara parsial terhadap
hasil kopi Robusta, dan didapat nilai koefisien regresi berganda sebesar 0,549, dengan nilai
signifikansi 0,00, yang artinya setiap kenaikan 1% pohon akan meningkatkan hasil sebesar 0,549%.

Umur Tanaman
Hasil regresi pada variabel umur tanaman berpengaruh nyata terhadap rendemen jeruk
manis 0,017 lebih kecil dari ha = 0,05 yang artinya setiap penambahan 1% umur tanaman akan diikuti
dengan kenaikan produksi jeruk manis sebesar 1.140 kg/ha. Umur tanaman memiliki pengaruh positif
dan signifikan, karena menurut responden dilokasi penelitian dalam peningkatan produksi jeruk
manis, perawatan tanaman menjadi faktor yang lebih penting dalam peningkatan produksi jeruk
manis.Umur tanaman dapat mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan petani karena semakin
lama umur tanaman maka jumlah produksi yang dihasilkan akan semakin menurun. Menurut
responden usia produktif tanaman jeruk manis yang ada di Desa Tanea yaitu maksimal sampai 6
tahun, oleh karena itu jika umur tanaman sudah tidak lagi produktif maka petani akan mengganti
dengan bibit yang baru. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ariyanto et al.,
2017), bahwa dari hasil penelitian menunjukan bahwa umur pohon berpengaruh signifikan atau positif
terhadap suatu produk kelapa sawit kala kecil diKabupaten Kamparfiau. Dengan asumsi variabel lain
adalah ceterisparibus, peningkatan umur pohon 1% akan meningkatkan hasil sebesar 31,85%.

Tenaga Kerja
variabel jumlah tenaga kerja menunjukan nilai negatif yang tidak signifikan secara statistik
pada tingkat kesalahan 5% terhadap produksi usahatani jeruk manis, hal ini di tunjukan oleh nilai
signifikansi 0,360 lebih besar dari a = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa penambahan dan pengurangan
jumlah tenaga kerja 1 HKP tidak mempengaruhi produksi yang dihasilkan oleh petani jeruk manis.
Tenaga kerja tidak mempengaruhi produksi, karena menurut responden semakin banyaknya tenaga
kerja yang digunakan tidak mempengaruhi produksi jeruk manis, sehingga petani di Desa Tanea lebih
memilih memakai tenaga kerja keluarga sendiri dibandingkan dengan memakai tenaga kerja luar dari
keluarga dan juga dapat mengurangi modal yang digunakan oleh petani itu sendiri. Jumlah
pengguanaan tenaga kerja dari luar tidak berpengaruh terhadap produksi karena yang
mempengaruhi hasil produksi tanaman jeruk manis yaitu dari segi perawatan tanaman jeruk manis
dan penggunaan jumlah bibit. Hasil dari penelitianini sesuai dengan hasil penelitian (Seran & Kune,
2016), bahwa hasil analisis menunjukkan bahwa t hitung (1.112)< nilai t tabel (1.679), sehingga bisa
disimpulkan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata pada produksi jeruk manis.

Pupuk
Variabel jumlah pupuk yang digunakan dalam usahatani jeruk manis tidak menunjukan
pengaruh yang nyata terhadap hasil produksi jeruk manis. Jika nilai signifikan lebih kecil dari a = 0,05
maka variabel X4 tidak mempengaruhi variabel Y, maka jika nilai t hitung lebih besar dari t pada tabel
maka variabel X4 berpengaruh positif pada variabel Y. Dari pengolahan data terlihat bahwa nilai
signifikansi yaitu 0,220 lebih besar dari a = 0,05. Oleh karena itu, hasil pengujian dapat dikatakan
pada variabel pupuk (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel produksi(Y). Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa menambah atau menurunkan 1% jumlah pupuk yang ditebar tidak dapat
mempengaruhi produksi jeruk manis yang dihasilkan.
Penggunaan pupuk petani di Desa Tanea belum sesuai dengan kebutuhan petani, sehingga
jika penggunaannya berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif pada tanaman dan tanah, seperti
tanaman mengalami keracunan dan mikro organisme tabah akan terganggu yang akhirnya
berdampak pada penurunan produksi yang akan di peroleh petani jeruk manis. Hasil penelitianini

Setiadi et al 93 eISSN: 2527-2748


Jurnal Ilmiah Membangun Desa dan Pertanian (JIMDP)
2023: 8(3):88-95

sama yang dilakukan oleh (Mufriantie & Feriady, 2014), yang menjelaskan variabel pemupukan tidak
berpengaruh signifikan pada peningkatan hasil bayam, nilai t hitung sebesar 0,115 yaitu kurang dari f-
tabel 2.030.

Pestisida
Hasil regresi pada variabel pestisida diketahui bahwa jumlah pemberian pestisida tidak
berpengaruh signifikan terhadap hasil jeruk manis, dan nilai signifikansinya kurang dari 5%. Dari hasil
pengujian terlihat bahwa nilai dari signifikansi pestisida adalah 0,346 lebih kecil dari a=0,05. Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan pada setiap penambahan dan pengurangan jumlah pestisida 1%
tidak mempengaruhi produksi yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan penggunaan pestisida di daerah
penelitian tidak sesuai dengan anjuran penggunaan dan jumlah pestisidanya tidak semua petani
menggunakan jumlah yang sama. Menurut responden dilapangan penggunaan pestisida pada
tanaman akan disesuaikan dengan kondisi pada hama dan penyakit yang menyerang tanaman,
sehingga penggunaan pestisida tidak mempengaruhi hasil produksi petani. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh (Agatha & Wulandari, 2018), koefisien regresi
pestisida sebesar 0,136 yang tidak positif, menunjukkan bahwa tingkat produksi pertanaman kentang
di Sawargi tidak terpengaruhi dengan variabel pestisida.

KESIMPULAN DAN SARAN

Faktor yang mempengaruhi hasil budidaya jeruk manis di Desa Tanea adalah jumlah pohon
dan umur tanaman yang keduanya berpengaruh positif dan gsignifikan terhadap peningkatan hasil
produksi dan jeruk manis. Jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk yang ditebar dan pestisida 1% tidak
mempengaruhi produksi yang dihasilkan. Jumlah rata-rata produksi jeruk manis diDesa Tanea adalah
sebesar 1,945 kg/musim panen dengan produksi tertinggi sebanyak 12,000 kg dan yang terendah
sebanyak 100 kg. Oleh karena itu, petani diharapkan agar lebih sempurna lagi dalam
mengalokasikan penggunaan jumlah pohon dalam suatu lahan pertanian agar lebih efisien.

REFERENSI

Agatha, M. K., & Wulandari, E. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kentang
diKelompok Tani Mitra Sawargi Desa Barusari Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh, 4(3), 772-778
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/agroinfogaluh/article/view/1643.
Alitawan, A. A. I., & Sutrisna, I. K. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jeruk
pada desa gunung bau kecamatan kintamani kabupaten Bangli. E-Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana, 6(5), 165350.
https://doi.org/https://ojs.unud.ac.id/index.php/eep/article/download/28588/18609.
Andriyan, K., Susanti, E., & Agusssabti, A. (2017). Kemandirian Petani Dalam Mengadopsi Varietas
Benih Unggul Padi IPB3S Di Gampong, Meunasah Pulo, Sawang, Aceh Utara. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pertanian, 2(2), 171-182. https://doi.org/10.17969/jimfp.v2i2.2872.
Ariyanto, A., Nizar, R., & Mutryarny, E. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi
Kelapa Sawit Rakyat Pola Swadaya Di Kabupaten Kampar-Riau.
https://doi.org/10.31227/osf.io/pdwbs.
BPS. (2020). Kabupaten Konawe Selatan Dalam Angka 2020. Sulawesi Tenggara.
BPS. (2020). Kecamatan Konda Dalam Angka 2020. Kabupaten Konawe Selatan.
Deviani, F., Rochdiani, D., & Saefudin, B. R. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Usahatani Buncis Di Gabungan Kelompok Tani Lembang Agri Kabupaten Bandung
Barat. Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 3(2), 165-173.
https://doi.org/10.14710/agrisocionomics.v3i2.6099.
Fityanti, N. E., Luthfi, L., & Radiah, E. (2021). Dampak program Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL) Terhadap Pengeluaran Rumah Tangga Di Banjarbaru. Frontier Agribisnis, 4(2).
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/fag/article/view/2909.
Gilarso, T. (2004). PengantarIlmu Ekonomi Makro. Yogyakarta.
Idha, M., & Herlina, N. (2018). Pengaruh macam media tanam dan dosis pupuk NPK terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman selada merah (Lactucasativavar. Crispa). Jurnal Produksi
Tanaman, 6(4), 398-406.
Isyariansyah, M. D., Sumarjono, D., & Budiraharjo, K. (2018). Analisis faktor-fakto rproduksi yang
mempengaruhi produksi kopirobusta di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.

Setiadi et al 94 eISSN: 2527-2748


Jurnal Ilmiah Membangun Desa dan Pertanian (JIMDP)
2023: 8(3):88-95

Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 2(1), 31-38.


https://doi.org/10.14710/agrisocionomics.v2i1.1482.
Kautsar, I. A., Rosada, I., & Ilsan, M. (2018). Analisis Kontribusi Tenaga Kerja Rumah tangga Petani
(Studi Kasus Rumah tangga Petani Jagung dan Padi di Desa Salajangki dan Kelurahan
Bontoramba, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa) WIRATANI, 1(1).
http://jurnal.agribisnis.umi.ac.id/index.php/wiratani/article/view/4..
Lalo, R. F., Sondakh, M. F. L., & Jocom, S. G. (2020). Perbandingan Pendapatan Petani Padi Sawah
Berdasarkan Etnis Dan Status Penguasaan Lahan Di Dumoga Kabupaten Bolaang
Mongondow. Agri-Sosioekonomi, 16(2), 179-188.
https://doi.org/10.35791/agrsosek.16.2.2020.28740.
Mandala, P., Maharani, E., & Muwardi, D. (2016). Analisis Pemasaran Jeruk Siamdi Desa Limau
Manis Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Riau University].
https://www.neliti.com/publications/199953/analisis-pemasaran-jeruk-siam-di-desa-limau-
manis-kecamatan-kampar-kabupaten-kam.
Marbun, J. R., Susila, K. D., & Sunarta, I. N. (2018). Perbedaan Umur Tanaman Penghijauan
terhadap Perubahan Kualitas Tanah di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 7(2), 275-286.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/dd8323d8b3b4ca886d62102b477e4af
9.pdf..
Mufriantie, F., & Feriady, A. (2014). Analisis faktor produksi dan efisien sialokatif usahatani bayam
(AmarathusSp) di Kota Bengkulu. Jurnal Agrisep, 15(1), 31-37.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/agrisep/article/view/2090.
Onibala, A. G., & Sondakh, M. L. (2017). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi
sawah di Kelurahan Koya, Kecamatan Tondano Selatan. Agri-Sosioekonomi, 13(2A), 237-
242. https://doi.org/10.35791/agrsosek.13.2A.2017.17015.
Rianse, U., & Abdi. (2012). Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi Teori Dan Aplikasi. Alfabeta.
Rosyidi, S. (2009). Pengantar Teori Ekonomi. Rajawali.
Saputra, M. W., Aprollita, A., & Lubis, A. J. J. I. S. -E. B. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Jeruk Siam Di Desa Bunga Tanjung Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung
Barat. 22(2), 1-11.
Saragi, C. P., Simbolon, R., & Tarigan, P. C. J. J. A. (2020). Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Petani Jeruk Siam di Desa Sukajulu Kecamatan
Barusjahe Kabupaten Karo. 59-64. https://doi.org/10.54367/agriust.v1i2.1435.
Seran, N. D., & Kune, S. J. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Jeruk
Keprok di Desa Suanae Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten Timor Tengah Utara.
Agrimor, 1(03), 67-69. https://doi.org/10.32938/ag.v1i03.266.
Zamzany, F. R., Setiawan, E., & Azizah, E. N. (2018). Reaksi sinyal keuangan terhadap harga saham
sektor pertanian di Indonesia. Jurnal Bisnisdan Manajemen, 8(2), 133-140.
https://doi.org/10.15408/ess.v8i2.7598.

Setiadi et al 95 eISSN: 2527-2748

Anda mungkin juga menyukai