Anda di halaman 1dari 5

Resum Akuntansi Keuangan Lanjutan 2

Oleh:

Lailatul Fitri Hasanah 719221354

Milda Dian Puspitasari 719221400

“Otoritas Jasa Keuangan (OJK)”


SEJARAH PEMBENTUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

Kebutuhan akan adanya regulasi sejalan dengan penawaran sekuritas bagi masyarakat
umum pada abad 19, pemerintah kolonial Belanda yang menjajah Indonesia mengembangkan
industri pertanian yang bertujuan meningkatkan perekonomian Indonesia. Untuk mendukung
pengembangan industri tersebut, Veregining voor de Effectenhandel didirikan di Batavia
(nama sebelum Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912, yang menjadi cikal bakal dalam
perdagangan efek di Indonesia. Perkembangan pasar modal di Batavia diikuti dengan
pembukaan pasar saham di Surabaya dan Semarang. Namun, perang dunia II mempengaruhi
stabilitas nasional yang memaksa pemerintah kolonial untuk menutup bursa pada tahun 1940.
Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1945, pemerintah membuka
kembali bursa di Jakarta pada tahun 1952. Pada periode 1977-1987, pasar modal Indonesia
berkembang sangat lambat untuk mendorong perkembangannya pemerintah mengeluarkan
beberapa deregulasi diantaranya yang dikenal dengan paket Desember 1987, paket Oktober
1988 dan paket Desember 1988. Selanjutnya, kementerian keuangan mengeluarkan keputusan
menteri keuangan nomor 1548/.013/1990 tentang pasar modal. Untuk mengatasi masalah
krisis keuangan, pemerintah Indonesia mendirikan sebuah badan khusus untuk melaksanakan
pengawasan perbankan sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia. Namun, dalam proses hingga 2010, pembentukan lembaga pengawasan
tersebut atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum bisa terealisasi. Akhirnya, pada tahun 2011
sebagai upaya dalam mereformasi sector keuangan, pemerintah dan DPR sepakat membentuk
OJK. Kemudian, pada tanggal 22 November 2011 diterbitkan Undang-Undang Nomor 21
tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. OJK disebut sebagai lembaga independen yang
akan bekerja per 31 Desember 2012 yang mengalihkan fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan dan pengawasan kegiatan keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana
Pensiun, LembagaPembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya dari Menteri Keuangan
dan Badan Pengawas Pasar Modal danLembaga Keuangan ke OJK.Kemudian pada tanggal 31
Desember 2013, giliran fungsi, tugas dan wewenangpengaturan dan pengawasan perbankan
oleh Bank Indonesia (BI) juga dialihkan ke OJK.
VISI

menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar
perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan
umum.

MISI

1. mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara


teratur, adil, transparan dan akuntabel,

2. mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta

3. melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

TUJUAN

Agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:

1. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.

2. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.

3. mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

FUNGSI

menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan


kegiatan di sektor jasa keuangan.

TUGAS

Melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sector Perbankan,
sektor Pasar Modal, dan sector Industri Keuangan Non-Bank (IKNB).

NILAI STRATEGIS

Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Inklusif, dan Visioner

STRUKTUR ORGANISASI

 Dewan Komisioner OJK

1. Ketua merangkap anggota

2. Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota


3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota

4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota

5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan


Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota

6. Ketua Dewan Audit merangkap anggota

7. Anggota yang membidangi Edukasi danPerlindungan Konsumen

8. Anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan Gubernur
Indonesia,dan

9. Anggota Ex-officio dari Kementerian Keuanganyang merupakan pejabat setingkat Eselon


I Kementerian Keuangan.

 Dewan Komisioner Pelakasana Kegiatanoperasional

1. Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis I

2. Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis II

3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang Pengawas Sektor Perbankan

4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin bidang Pengawas Sektor Pasar
Modal

5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan


Lembaga Jasa Keuangan Lainnya memimpin bidang Pengawas Sektor IKNB

6. Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal dan Manajemen Risiko, dan

7. Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen memimpin


bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen.

KODE ETIK

Norma dan asas mengenai kepatutan dan kepantasan yang wajib dipatuhi dan
dilaksanakan oleh seluruh Anggota Dewan Komisioner, Pejabat, dan Pegawai OJK dalam
pelaksanaan tugas. Komite Etik adalah organ pendukung Dewan Komisioner yang bertugas
mengawasi kepatuhan Dewan Komisioner, Pejabat, dan Pegawai OJK terhadap Kode Etik.
Nilai dasar kode etik OJK ini dicerminkan dalam perilaku yang sesuai dengan Nilai Strategi
Organisasi OJK.
PENERBITAN SEKURITAS : PROSES PENDAFTARAN

 Pernyataan Pendaftaran

Pernyataan pendaftaran bagi perusahaan kecil dan menengah didata dari total asset yang
tidak lebih dari seratus juta rupiah. Termasuk didalam pernyataan pendaftaran adalah
prospektus, prospectus ringkasan, laporan keuangan yang telah di audit, comfort letter,
perjanjian emisi, dan lain-lain. Informasi dalam prospektus meliputi informasi dasar serta
informasi tentang tujuan penggunaan dana,deskripsi dari sekuritas yang ditawarkan, dan
rencana distribusi termasuk nama pokok penjamin emisi (jika ada).

 Tinjauan OJK dan Penawaran Umum

OJK akan memberikan pengungkapan penuh dan wajar kepada investor potensial atas
semua informasi yang diperlukan untuk penilaian risikosekuritas dan return ekspektasi.
Perusahaan yang sudah memiliki saham untuk diperdagangkan secara luas juga harus
dilakukan tinjauan yang sama. Setelah pernyataan pendaftaran efektif, perusahaan dapat mulai
menjual sekuritas kepada publik.

 Kewajiban Hukum Akuntan dalam Proses Pendaftaran

Hukum Pasar Modal 1995 membuat kewajiban hukum yang sangat luas bagi semua
peserta dalam proses pendaftaran, dan paparan hukum ini sangat penting bagi akuntan karena
pengungkapan keuangan merupakan bagian penting pernyataan pendaftaran. Dibawah aturan
Bapepam-LK Nomor VIIII.G.5, akuntan bertanggung jawab atas kesalahan informasi material
ataupun informasi yang salah sebelum tanggal efektif pernyataan pendaftaran tersebut.

PERSYARATAN LAPORAN BERKALA

UU Pasar Modal tahun 1995 mengatur perdagangan sekuritas dan membebankan


persyaratan pelaporan pada perusahaan yang melakukan perdagangan efek di bursa saham.
Perusahaan publik (perusahaan dengan modal lebih dari tiga miliar rupiah dan yang
sekuritasnya dipegang oleh lebih dari 300 orang) diwajibkan untuk mengajukan pernyataan
pendaftaran ke OJK. Setelah perusahaan dianggap sebagai emiten atau perusahaan publik,
mereka harus mengajukan laporan secara berkala seperti laporan tahunan, laporan keuangan
interim, serta laporan yang terkait dengan OJK.

Emiten juga wajib melaporkan laporan yang tidak terjadwal (laporan insidental) yang
berisi informasi material, yang mungkin memengaruhi harga sekuritas atau keputusan investor
diantaranya seperti merger, akuisisi, konsolidasi, penggantian auditor perusahaan, dan lain-
lain. Laporan insidental harus dilaporkan paling lambat dua hari kerja setelah peristiwa
tersebut terjadi. Laporan lainnya adalah kewajiban direksidan komisaris perusahaan untuk
melaporkan kepada OJK mengenai kepemilikan saham dan perubahan kepemilikan. Laporan
tersebut harus disampaikan tidak lebih dari 10 hari setelah tanggal transaksi.
PENERAPAN KETENTUAN SARBANES OXLEY ACTTAHUN 2002 DI PASAR
MODAL INDONESIA

Penerbitan Sarbanes-Oxley Act tahun 2002(SOX) pada bulan Juli 2002 telah membawa
pengaruh yang signifikan bagi profesi akuntansi diseluruh dunia. Di Indonesia, beberapa
ketentuan SOX diadopsi.

1. Dewan Pengawas Perusahaan Akuntansi Publik (Public Company Accounting Oversight


Board/PCAOB)

2. Auditor Independen

3. Tanggung Jawab Perusahaan

4. Peningkatan Pengungkapan Keuangan

PERSYARATAN PENGUNGKAPAN

 Analisis dan Diskusi Manajemen

Analisis dan diskusi manajemen terkait kondisi keuangan perusahaan dan hasil kinerja
operasi adalah bagian dari informasi dasar yang diperlukan dalam semua pengajuan yang
diberikan kepada OJK. Elemen kunci dalam analisis dan diskusi manajemen adalah
pandangan terhadap likuiditas dan solvabilitas atas data historis maupun ekspektasi masa
depan.

 Pengungkapan Pro Forma

Pengungkapan pro forma pada dasarnya merupakan penjelasan atas penyajian keuangan
yang diambil dari laporan keuangan. Pernyataan pro forma digunakan untuk menunjukkan
dampak dari transaksi besar yang terjadi setelah akhir periode fiskal atau yang telah terjadi
selama setahun, tetapi tidak sepenuhnya tercermin dalam laporan keuangan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai