Negara Hukum
Negara Hukum
Negara Hukum
Penelitian ini memilih Teori Negara Hukum sebagai Grand Theory karena pertimbangan
ayat (3) UUD 1945 amandemen ketiga juga karena teori negara hukum
Pada dasarnya konsep negara hukum tidak terpisahkan dari doktrin Rule Of law
dimana dari beberapa doktrin dapat disimpulkan bahwa semua tindakan (termasuk)
Pemerintah harus berdasarkan atas hukum dan adanya jaminan terhadap hak-hak asasi
manusia antara lain Asas Praduga tidak bersalah (presumption of innocence) dan Asas
Negara berdasarkan atas hukum pada hakekatnya adalah suatu “Negara Hukum”. Akan
tetapi ada beberapa pengertian terkait dengan negara hukum. Negara hukum adalah
negara berlandaskan atas hukum dan keadilan bagi warganya. Maksudnya adalah segala
berdasarkan hukum atau dengan kata lain diatur oleh hukum. Hal yang demikian akan
Pengertian lain negara hukum secara umum ialah bahwasanya kekuasaan negara dibatasi
oleh hukum dalam arti bahwa segala sikap, tingkah laku dan perbuatan baik dilakukan
11
Didi Nazmi Yunas, Konsepsi Negara Hukum (Padang: Angkasa Raya Padang, 1992), hlm. 20.
oleh para penguasa atau aparatur negara maupun dilakukan oleh para warga negara harus
“negara dan hukum”, yaitu istilah “negara hukum”, yang berarti suatu negara yang di
dalam wilayahnya:3
2
Abdul Azis Hakim, Negara HUkum dan Demokrasi di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), hlm. 8.
3
Didi Nazmi Yunas, Konsep Negara Hukum, hlm. 18-19.
4
A. Mukthie Fadjar, Tipe Negara Hukum (Malang: Bayumedia Publishing, 2005), hlm. 7.
kekuasaan ada hubungan timbal balik”.
istilah”negara dan hukum” yang digabungkan menjadi satu istilah, dengan suatu
pengertian yang mengandung makna tersendiri dan baku, yaitu suatu sistem kenegaraan
yang diatur berdasarkan hukum yang berlaku yang berkeadilan yang tersusun dalam
suatu konstitusi, di mana semua orang dalam negara tersebut, baik yang diperintah
maupun yang memerintah, harus tunduk pada hukum yang sama, sehingga setiap orang
yang sama diperlakukan sama dan setiap orang berbeda diperlakukan berbeda pula
dengan dasar pembedaan yang rasional, tanpa memandang perbedaan warna kulit, ras,
Konsep negara hukum merupakan produk dari sejarah, sebab rumusan atau pengertian
negara hukum itu terus berkembang mengikuti sejarah perkembangan umat manusia.
Karena itu dalam rangka memahami secara tepat dan benar konsep negara hukum, perlu
Akar terjauh mengenai perkembangan awal pemikiran negara hukum adalah pada masa
Yunani kuno. Menurut Jimly Asshiddiqie gagasan bahwa kedaulatan rakyat tumbuh dan
berkembang dari tradisi Romawi, sedangkan tradisi Yunani kuno menjadi sumber dari
gagasan kedaulatan hukum.5 Demikian halnya bahwa kedaulatan rakyat adalah asasnya
demokrasi dan demokrasi adalah tumpuannya negara hukum dimana tiap negara hukum
mempunyai landasan tertib hukum dan menjadi dasar keabsahan bertindak. 6 Setiap
negara bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar
Gagasan negara hukum tersebut masih bersifat samar-samar dan tenggelam dalam
waktu yang panjang, kemudian kembali muncul secara eksplisit pada abad ke-19, yaitu
dengan munculnya konsep rechtsstaat dari Freidrich Julius Stahl, yang diilhami
adalah:
5
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di
Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1994), hlm. 11.
6
Muin Fahmal, Peran Asas-Asas Umum pemerintahan yang Layak Dalam Mewujudkan
Pemerintahan Yang Bersih (Yogyakarta: Total Media 2008), hlm. 4.
7
Aristoteles, Politik (diterjemahkan dari buku polities, New York: Oxford University, 1995),
(Yogyakarta: Bentang Budaya, 2004), hlm. 161.
Lahirnya konsep negara hukum yang dikemukakan oleh F.J. Stahl adalah konsep
Eropa Kontinental (civil Law). Adapun konsep pemikiran negara hukum yang
inggris) dengan prinsip rule of law. Konsep negara hukum tersebut memenuhi 3 (tiga)
unsur utama:8
2. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (Equality before the law), Dalil
3. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di negara lain dengan Undang-
Unsur-unsur yang terdapat dalam kedua macam negara hukum tersebut di atas, baik
pokok antara Rechtsstaat dengan Rule of Law adalah, adanya keinginan untuk
perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi itu, telah diimpikan sejak berabad-
8
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 2008), hlm. 57-58.
penyempurnaan, yang secara umum dapat dilihat diantaranya:9
2. Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas
dan mandiri, dalam arti lembaga peradilan tersebut benar-benar tidak memihak dan
6. Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga negara untuk
oleh pemerintah;
7. Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang merata sumber
Khusus untuk Indonesia, istilah negara hukum, sering diterjemahkan rechtstaats atau the
rule of law. Paham rechtstaats pada dasarnya bertumpu pada sistem hukum Eropa
Kontinental. Ide tentang rechtstaats mulai populer pada abad ke XVII sebagai akibat
dari situasi sosial politik Eropa didominir oleh absolutisme raja.10 Paham rechtstaats
9
Ridwan HR, Hukum Administrasi, hlm. 4.
10
Padmo Wahjono, Pembangunan Hukum di Indonesia, (Jakarta: Ind-Hill Co, 1989), hlm. 30.
dikembangkan oleh ahli-ahli hukum Eropa Barat Kontinental seperti Immanuel Kant
(1724-1804) dan Friedrich Julius Stahl. Sedangkan paham the rule of law mulai dikenal
setelah Albert Venn Dicey pada tahun 1885 menerbitkan bukunya Introduction to Study
of The Law of The Constitution. Paham the rule of law bertumpu pada sistem hukum
Selanjutnya Ridwan yang mengambil inti sari dari pendapat Ten Berge dalam W.
hukum, yaitu:11
11
W. Riawan Tjandra, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma
Jaya, 2008), hlm. 12-13.
bahwa di tengah masyarakat terdapat instrument yuridis penegakan hukum.
pemerintah.
5. Pengawasan oleh hakim yang merdeka. Superioritas hukum yang dapat ditampilkan,
jika aturan-aturan hukum hanya dilaksanakan organ pemerintahan. Oleh karena itu
dalam setiap negara hukum diperlukan pengawasan oleh hakim yang merdeka.
Terkait dengan kajian ini, maka didalam unsur Rechsstaat, terlihat dalam poin
sedangkan di dalam unsur Rule of law, kaitannya terlihat dalam poin pertama, yakni
Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the Law). Dari dua poin tersebut yang
terbagi antara unsur Rectsstaat dengan Rule of Law, terlihat secara jelas bahwa suatu
negara hukum tentunya memiliki kepastian hukum atau memiliki asas legalitas, karena
Asas legalitas merupakan unsur atau elemen yang utama dari sebuah negara hukum
sebab memang negara hukum adalah suatu negara yang diperintah oleh hukum bukan
oleh orang-per orang (government by laws not by men). Hukumlah supremasi, hukumlah
yang memberi kekuasaan dan yang mengatur kekuasaan, bukan kekuasaan adalah
hukum (recht is macht bukan macht is recht). Menurut Montesquieu, negara merupakan
12
E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia (Jakarta: Ichtiar, 1966), hlm. 14.
Asas legalitas itu meliputi baik materiil legality yang menghendaki penerapan hukum
harus melalui putusan-putusan pengadilan dan lain-lainnya, menurut isinya harus sesuai
lapangan hukum.13
Asas legalitas hukum dalam segala bentuknya, menjadi dasar bahwa setiap tindakan
pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan. Pada satu sisi asas
legalitas merupakan bentuk pembatasan terhadap kewenangan penguasa, dan di sisi lain
Dalam konteks ini, asas tersebut berkaitan erat dengan kepastian hukum yang sangat
bangsa dalam mencapai tujuan bernegara. Dengan demikian pembangunan adalah suatu
proses yang berkelanjutan dan tidak akan pernah berhenti (never ending process) dan
memerlukan dukungan dari berbagai elemen yang ada untuk mencapai tujuan bernegara
sebagaimana yang terdapat dalam alinea ke-4 UUD NRI tahun 1945.
Pembinaan hukum bahkan harus diawali dengan adanya suatu kajian mengenai konsep
13
A. Mukthie Fadjar, Tipe Negara Hukum, hlm. 59.
Rahardjo:14
”Apabila kita ingin berbicara mengenai pembinaan hukum dalam arti yang lengkap,
masalah pembuatan hukum pun termasuk di dalamnya. Tentulah tidak dapat diharapkan
serta meningkatkan efisiensi kerja dari lembaga-lembaga hukum. Pada suatu ketika,
usaha untuk meningkatkan efisiensi hukum juga dimulai dari pembuatan peraturannya
pembangunan hukum, dan merupakan upaya untuk mewujudkan suatu negara hukum, di
mana dalam hal ini Usfunan menegaskan bahwa asas legalitas dalam konsep rechsstaat,
Mendasarkan hal tersebut, salah satu sarana untuk mewujudkan kepastian hukum adalah
menjadi penting dalam asas legalitas antara lain karena dalam peraturan perundang-
14
Satjipto Rahardjo, Membangun Dan Merombak Hukum Indonesia, (Yogyakarta:
Genta Publishing, 2009) , hal. 16
15
Johanes Usfunan, Perancangan Peraturan Perundang-Undangan Yang Baik
Menciptakan Pemerintahan Yang Bersih Dan Demokratis, (Orasi Ilmiah pada Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana
Tanggal 1 Mei 2004), hlm. 2.
undangan dikenal adanya asas yang melingkupinya, adanya kelembagaan pembentuk
kebutuhan hukum sesuai dengan kesadaran hukum rakyat yang berkembang ke arah
demikian diharapkan akan tercapai ketertiban dan kepastian hukum sebagai prasarana
B. Kepastian Hukum
Kepastian merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk
norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena
tidak dapat lagi digunakan sebagai pedoman perilaku bagi setiap orang. Kepastian
keteraturan merupakan inti dari kepastian itu sendiri. Keteraturan menyebabkan orang
Istilah kepastian hukum dalam tataran teori hukum tidak memiliki pengertian yang
tunggal. Hal ini disebabkan oleh adanya sejumlah pendapat yang berusaha menjelaskan
arti dari istilah tersebut dengan argumen dan perspektif tertentu, baik dalam pengertian
yang sempit maupun luas. Guna memahami secara jelas mengenai kepastian hukum itu
sendiri, berikut akan diuraikan pengertian mengenai kepastian hukum dari beberapa
ahli.
Pertama, bahwa hukum itu positif, artinya bahwa hukum positif itu adalah perundang-
undangan. Kedua, bahwa hukum itu didasarkan pada fakta, artinya didasarkan pada
kenyataan. Ketiga, bahwa fakta harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga
hukum adalah kepastian tentang hukum itu sendiri. Kepastian hukum merupakan
pendapatnya tersebut, maka menurut Gustav Radbruch, hukum positif yang mengatur
Lon Fuller dalam bukunya the Morality of Law (1971 : 54-58) sebagaimana dikutip
16
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicalprudence): Termasuk
Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence) (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm.
293.
oleh Ali20 memberikan makna yang lebih luas tentang kepastian hukum. Fuller
oleh hukum terkait dengan kepastian hukum, kedelapan asas tersebut adalah:17
6) tidak boleh menuntut suatu tindakan yang melebihi apa yang dapat dilakukan;
Pendapat Lon Fuller di atas dapat dikatakan bahwa harus ada kepastian antara peraturan
dan pelaksanaannya, dengan demikian sudah memasuki ranah aksi, perilaku, dan
Dalam pada itu, mengenai daya ikat hukum dalam masyarakat, berdasarkan pendapat
bahwa berlakunya hukum secara sempurna harus memenuhi tiga nilai dasar, meliputi:18
17
Ali, Menguak Teori Hukum, hlm. 294.
18
I Dewa Gede Atmadja, “Manfaat Filsafat Hukum dalam Studi Ilmu Hukum”, dalam Kerta
Patrika, No. 62-63 Tahun XIX Maret-Juni (Denpasar: Fakultas Hukum Universitas Udayana,
1993), hlm. 68. Lihat juga Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
1996), hlm. 19, yang mengemukakan bahwa nilai dasar hukum menurut Radbruch yaitu
keadilan, kegunaan (Zweckmaszigkeit) dan kepastian hukum.
1) Juridical doctrine, nilai kepastian hukum, dimana kekuatan mengikatnya
karena diakui dan diterima dalam masyarakat (teori pengakuan) atau dapat
sesuai dengan cita hukum, keadilan sebagai nilai positif yang tertinggi.
Dengan demikian, maka agar hukum dapat berlaku dengan sempurna, harus memenuhi
tiga nilai dasar tersebut. Adanya unsur kepastian hukum, hal ini erat kaitannya dalam
Dengan kata lain, adanya unsur kepastian hukum dalam suatu Undang-Undang akan
pemerintah, mengingat kepastian hukum itu sendiri adalah alat atau syarat untuk
perspektif sosiologis dengan sangat menarik dan jelas. Berikut kutipan pendapatnya.
Setiap ranah kehidupan memiliki semacam ikon masing-masing. Untuk ekonomi ikon
tersebut adalah efisiensi, untuk kedokteran; mengawal hidup dan seterusnya. Ikon untuk
hukum modern adalah kepastian hukum. Setiap orang akan melihat fungsi hukum
modern sebagai menghasilkan kepastian hukum. Masyarakat terutama masyarakat
modern, sangat membutuhkan adanya kepastian hukum dalam berbagai interaksi antara
para anggotanya dan tugas itu diletakkan di pundak hukum.19
19
Satjipto Rahardjo, Hukum dalam Jagat Ketertiban (2006), hlm. 133-136./ Ali: 192