Tugas Kti Alfa
Tugas Kti Alfa
Di Susun Oleh:
Al fazilah Br Barus
Dosen Pengampuh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKISSALEH
ACEH UTARA
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. dengan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan tugas skripsi ini guna memperoleh keilmuan untuk mencapai gelar sarjana.
Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW. beserta keluarga dan sahabat beliau yang telah
memperjuangkan agama Allah di muka bumi ini.
Dalam rangka menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul: “Logical Fallacy Terhadap
Cyberbullying Pada Mahasiswa Universitas Malikussaleh” Berkat do’a dan bimbangan dari
segenap keluarga, sahabat-sahabat dan para dosen sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini.
Di samping itu, penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritikan dan saran-saran yang membangun dari semua
pihak untuk perbaikan kedepan. Akhir kata, kepada Allah jualah penulis menyerahkan segalanya.
i
ABSTRAK
Logical Fallacy adalah kesesatan logika berpikir yang timbul karena terjadi ketidaksesuaian
apa yang dipikirkan dan bahasa yang digunakan untuk merumuskan pokok pikiran. Penalaran
yang sesat ini dapat terjadi apabila susunan premis yang ada tidak menghasilkan sustu
kesimpulan yang benar. Cyberbullying sendiri sebenarnya adalah salah satu bentuk bullying.
Cyberbullying dapat didefinisikan sebagai perilaku agresif dan diarahkan pada target yang
berulang kali dilakukan oleh kelompok atau individu dalam menggunakan media elektronik
dari waktu ke waktu kepada individu yang dianggap tidak mudah untuk dilawan. Saat ini,
cyberbullying merajalela bahkan di berbagai media sosial seperti Instagram, Tiktok,
Facebook, Twitter dan lainnya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata atau pernyataan lisan atau orang-orang dan perilaku yang diamati. Sujek dalam
penelitian ini merupakan 5 orang informan yang dipilih oleh peneliti. Adapun objek penelitian
ini adalah sumber dalam penelitian adalah Logical Fallacy terhadap perilaku Cyberbullying.
Metode pengumpulan data melalui observasi, dan wawancara serta dokumentasi. Metode
analisis data menggunakan model Miles dan Huberman yaitu dengan mereduksi data pada
pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, pentransformasian, serta penyajian data
dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian bahwa informan sudah memahami konsep
tindakan logical fallacy dan cyberbullying berikut faktor mempengaruhinya. Dalam penelitian
ini informan menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi logical fallacy terhadap
tindakan cyberbullying adalah pelaku mungkin hanya menganggap cyberbullying tersebut
hanya sebuah lelucin dan candaan saja yang dapat menghibur diri si pelaku tersebut.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................... i
ABSTRAK...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................. iii
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
terjadi ketidaksesuaian apa yang dipikirkan dan bahasa yang digunakan untuk
merumuskan pokok pikiran. Penalaran yang sesat ini dapat terjadi apabila susunan
premis yang ada tidak menghasilkan sustu kesimpulan yang benar. Dengan artian
kesesatan fallacy muncul ketika suatu argumen terbentuk dari premoi-premis yang
daripada orang lain. Hal inilah yang menimbulkan terjadinya logical fallacy
dianggap hal yang lucu dan biasa, dalih bercanda, alasan ingin memberi dukungan
agar korban berubah, dan alasan yang paling umum digunakan adalah kebebasan
teknologi dan sistem informasi. Secara tidak sadar media sosial telah
1
2
positif maupun negatif. Salah satu bentuk pengaruh negatif adalah cyberbullying
target yang berulang kali dilakukan oleh kelompok atau individu dalam
dianggap tidak mudah untuk dilawan. Saat ini, cyberbullying merajalela bahkan di
berbagai media sosial seperti Instagram, Tiktok, Facebook, Twitter dan lainnya.
Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa dalam hal ini media sosial juga berperan
sosial. Seringkali, para pelaku online ini melakukan ini karena mereka
dampak yang mereka timbulkan. Pengakuan yang dibutuhkan oleh pelaku adalah
pengakuan bahwa pelaku berhubungan dengan banyak orang dan bahwa pelaku
Ada banyak jenis cyberbullying itu sendiri, salah satunya adalah online
shaming. Online Shaming sendiri adalah tindakan merusak kepercayaan orang lain
melecehkan serta mengancam orang lain. Adapun online shaming yang paling
banyak terjadi dalam masyarakat adalah body shaming. Body shaming sendiri
3
dalam kelompoknya (Widiasti 2016). Di Indonesia, saat ini sedang marak kasus
body shaming. Hal itu terjadi tidak hanya pada masyarakat biasa, namun juga
Pelaku body shaming biasanya datang dari orang terdekat seperti orang
mencemooh fisik dianggap hal yang lucu dan biasa, dalih bercanda, alasan ingin
memberi dukungan agar korban berubah, dan alasan yang paling umum digunakan
adalah kebebasan berpendapat di ruang publik. Body shaming dapat dialami oleh
semua orang tanpa terkecuali, tidak melihat usia, gender, tingkat pendidikan,
berikut:
(UNIMAL) Lhokseumawe?
Lhokseumawe?
Sesuai dengan rumusan penelitian diatas, maka yang menjadi tujuan dari
ilmu psikologi tentang logical fallacy dan cyberbullying yang terjadi pada
tersebut.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Logika atau penalaran merupakan satu hal yang sangat penting dalam
yang dapat diterima akal sehat, bukan cara berpikir yang didasarkan pada
kebenaran nyata atau hanyalah mitos tanpa dasar atau itu adalah “hoax” yang
2).
Logical (Logika) berasal dari bahasa Latin logos yang berarti "perkataan".
Istilah logos secara etimologis sebenarnya diturunkan dari kata sifat logike:
"Pikiran" atau "kata". Istilah Mantiq dalam bahasa Arab berasal dari kata kerja
Istilah dari logika, dilihat dari segi etimologis, berasal dari kata Yunani
logos yang digunakan dengan beberapa arti, seperti ucapan, bahasa, kata,
pengertian, pikiran, akal budi, ilmu. Dari kata logos kemudian diturunkan kata
sifat logis yang sudah sangat sering terdengar dalam percakapan kita sehari-hari.
Orang berbicara tentang perilaku yang logis sebagai lawan terhadap perilaku yang
7
tidak logis, tentang tata cara yang logis, tentang penjelasan yang logis, tentang
jalan pikiran yang logis, dan sejenisnya. Dalam semua kasus itu, kata logis
digunakan dalam arti yang kurang lebih sama dengan ‘masuk akal’; singkatnya,
segala sesuatu yang sesuai dengan, dan dapat diterima oleh akal sehat (Ainur
Selain itu, ada beberapa definisi logika yang lain. Menurut Rapar (1996)
menalar dan berpikir dengan tepat (Poespoprodjo & Gilarso, 2011). Logika adalah
suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan menalar
menjadi inti pengertian logika. Logika adalah sebuah ilmu dan keterampilan.
Pertama, logika sebagai ilmu. Sebagai sebuah ilmu, logika merupakan elemen
dasar ilmu pengetahuan. Kedua, logika juga dapat dimaknai sebagai seni atau
keterampilan, yakni seni atau asas-asas pemikiran yang benar, tepat, dan lurus.
hukum-hukum atau asas-asas pemikiran itu agar bernalar dengan tepat, teliti, dan
teratur. Hal ini berarti memiliki pengetahuan yang cukup tentang logika sebagai
ilmu tidak dengan sendirinya menjamin bahwa seseorang dapat bernalar dengan
teliti, tepat dan teratur. Keterampilan menalar dengan tepat adalah kecakapan
yang diperoleh dari latihan yang terus-menerus sehingga tercipta suatu kebiasaan
yang mantap pada akal budi kita untuk berpikir sesuai dengan hukum-hukum atau
prinsip-prinsip pemikiran.
ketika ia ditanya orang lain mengenai suatu hal. Mau tidak mau manusia akan
berpikir untuk memberikan jawaban, terlepas jawaban itu benar atau salah, sesuai
kenyataan atau tidak. Kedua, jika pernyataan atau pendiriannya dibantah orang
lain. Pada saat ini, manusia akan berusaha mempertahankan argumen atau
atau terjadi peristiwa yang tidak diharapkan. Perubahan akan selalu memaksa
manusia untuk selalu berpikir agar tetap bertahan dalam perubahan tersebut.
Keempat, dorongan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu manusia akan mendorongnya
untuk terus berpikir mencari jawaban atas teka teki yang mengganggu pikirannya
9
benar padahal hal tersebut keliru. Fallacy juga disebut kesesatan berpikir.
sebenarnya tidak logis, salah arah dan menyesatkan. Ini karena adanya
dukungan untuk itu. Terlepas dari apakah klaim yang dibuat itu benar atau
salah, dengan alasan yang tidak mendukung klaim tersebut secara logis
melambangkan ketenangan.
10
dianggap baku hingga saat ini belum disepakati para ahli, mengingat cara
penalaran yang salah dan tidak tepat ini membuat argumen yang
kesimpulan yang mengikuti pun juga salah meskipun dasar dari penalaran
yang dibentuk berasal dari premis yang valid. Yang kedua suatu argumen
guestion.
11
1. Ad Hominem
Ad hominem adalah salah satu bentuk /ogical fallacy dengan ciri isi
yang sering terjadi ketika dua pihak beradu argumen. Pada kasus ini,
salah satu pihak akan menyerang pihak lain yang tidak berhubungan
shaming.
2. False Cause
putus cinta”. Hal ini terkadang tidak sejalan dengan apa yang
yang lalu”.
4. Appeal to Authority
2.2 Cyberbullying
dari bullying. Pada kondisi yang demikian ini, terjadi kesenjangan kekuatan
serta kekuasaan yang cukup besar antara pelaku dengan korban bullying
15
(Dalam Muhammad Azka Maulan, Dkk, 2021: 1; Olweus, 1994; Bauman &
Yoon, 2014;).
individu atau kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu di luar
secara verbal, psikis, ataupun fisik pada seseorang. Tindakan bullying ini
tujuannya sama, yaitu untuk menyakiti, menyerang atau melawan orang lain.
secara fisik. Berbeda dengan bullying bullying yang dapat dilakukan kapan
dilakukan secara online atau melalui media internet. Dalam hal ini
cyberbullying bisa terjadi dalam platform umum ataupun pada personal chat
dalam bentuk menyakiti seseorang melalui email atau pesan tertentu yang
mengamati dan melihat reaksi korban. Dalam hal ini ada libatan emosi
sehingga libatan emosi pelaku seperti rasa penyesalan, rasa bersalah karena
bullying tidak dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Pelaku harus
dimana saja, kapan saja dan kepada siapa saja asalkan ada akscs yang
(situational factors).
1. Faktor Personal
1) Kepribadian (Personality)
2) Usia (Age)
3) Motif (Motives)
cyberbullying.
b. Faktor Situasi
ada empat penyebab yang masuk dalam faktor ini antara lain provokasi
tua (parental invilment), iklim di sekolah (school climate), dan tidak diketahui
identitas pelaku.
support)
cyberbullying pada anak. Begitupun dengan anak yang tidak memiliki ikatan
atau cyberbullying.
Ikaln sekolah yang tidak ramah dan tidak kondusif dapat menyebabkan
teanan dan perasaan frustasi tersendiri bagi siswa. Hal ini lah yang kemudian
2016: 1111-1114)
cyberbullying atau bullying secara langsung. Pertimbangan moral yang lain juga
membuat pelaku bullying memikirkan ulang tindak agresi yang akan dilakukan
dirinya baik kektika ada pada posisi korban atau pelaku. Pada posisi pelaku,
bahwa dia adalah korban cyberbullying dan layak mendapat status tersebut
mempunyai nilai akademik yang rendah. Walaupun kondisi ini juga bisa menjadi
Begitu juga orang yang menghabiskan waktu lama pada dunia maya dan
METODE PENELITIAN
dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, desain penelitian yang baik akan
dibagi menjadi dua yaitu, eksploratif dan konklusif. Desain penelitian konklusif
dibagi lagi menjadi dua tipe yaitu deskriptif dan kausal Dalam penelitian ini
atau pernyataan lisan atau orang-orang dan perilaku yang diamati. Untuk lebih
oleh para ahli yaitu: Menurut Bogdan dan Taylor (2009,4) mendefinisikan metode
1
2
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna tertentu
keadaannya akan diteliti adalah sesuatu yang didalam dirinya melekat atau
dengan focus penelitian. Key person adalah orang yang mengerti dan
besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data tersebut belum
mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain yang
waktu lebih banyak dalam meneliti. Cermat dan tepat adalah cara yang
data.
atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Dengan kata lain objek
penelitian adalah sesuatu yang menjadi fokus dari sebuah penelitian. Jika
kita bicara tentang objek penelitian, objek inilah yang akan dikupas dan
berikut:
1. Pengamatan (Observasi)
2. Wawancara
wawancara.
3. Dokumentasi
ambil dari beberapa buku bacaan maupun dokumen dan yang lainnya
peneliti menyajikan apa yang sudah peneliti temukan kepada orang lain
sesuatu yang terpisah dari analisis. Reduksi data merupakan bagian dari
membantu kita memahami apa yang terjadi dan melakukan suatu analisis
Tujuan dari penyajian data tersebut adalah suatu jalan masuk utama
matrix, grafik, jaringan kerja dan bagan. Semua dirancang untuk merakit
bentuk yang praktis dengan demikian peneliti dapat melihat dengan baik
apa yang terjadi dan dapat memberi gambar atau kesimpulan yang
kolom dan baris dari suatu matrix untuk data kualitatif dan menentukan
data yang mana, dalam bentuk yang apa, harus dimasukkan dalam sel yang
analisis.
BAB IV
Pada
peneliti dengan mengambil 5 informan yaitu, AS, LZ, RA, NL, dan PY, peneliti
peneliti samarkan dan peneliti hanya lampirkan dalam bentuk inisial saja.
termasuk cyberbullying.”
merupakan bagian dari tindakan cyberbullying. Hal ini sejalan dengan ungkapan
melalui medsos, perilaku itu memang dari sifat si pelaku yang begitu suka
mencampuri urusan orang, suka mencari tahu tentang orang, ketika si pelaku
pelaku yang merupakan cerminan sifat pelaku yang suka mencampuri urusan
orang, dan suka mengeksplorasi tentang diri orang lain melalui medsos dengan
tujuan menghina disaat pelaku mengetahui indentitas orang tersebut. Hal ini juga
dilakukan pelaku karena pelaku telah mengetahui sisi lemah dari si korban lalu,
korban melakukannya karena dia hanya iseng iseng saja melakukan hal tersebut
saat pelaku mengetahui sisi lemah dari korban. Hal ini dikuatkan oleh ungkapan
merupakan balas dendam dan sesuatu hal yang tidak disukai oleh si pelaku
kepada korban”.
melecehkan seseoramg melalui teknologi internet atau dunia maya berupa media
“logical fallacy yatitu menilai sesuatu dengan fikiran yang sesat atau tidak
benar”.
berdasarkan pemikiran yang sesatatau tidak benar. Dia mengatakan bahwa logical
“penilaian atau argumen berdasarkan pemikiran logis yang buruk atau kesalahan
dalam penalaran”
Menurut LZ logical fallacy itu juga adalah sebuah pemikiran yang tidak
benar atau memberikan sebuah argument dengan pemikran yang sesat, dia
mengatakan bahwa
(UNIMAL) Lhokseumawe
balas dendam,
menganggap hal tersebut hanaya canda gurawan sahaja. Seperti yang di katakana
LZ
terjadinya cyberbullying itu karena si pelaku melihat si korban dari sisi lemahnya
“Faktor nya mungkin si pelalku melihat sisi lemah dari si korban ini jadi dia
memngolok olok kelemahan si korban dengan melakukan cyberbullying”
11
4.2 Pembahasan
temuan data yang telah dijelaskan diatas untuk melihat bagaimana pemahaman
yang mempengaruhinya.
dari tindakan cyberbullying. Hal ini disampaikan oleh salah satu informan yang
dilakukan oleh pelaku yang merupakan cerminan sifat pelaku yang suka
mencampuri urusan orang, dan suka mengeksplorasi tentang diri orang lain
orang tersebut.
saat pelaku mengetahui sisi lemah dari korban. Tidak menutupi kemungkinan
12
seseorang saat memiliki masalah dengan orang lain yang dibencinya. Hal tersebut
logical fallacy adalah sebuah pemikiran yang tidak benar atau memberikan sebuah
bahwa menilai sesuatu atu seseorang berdasarkan pemikiran logis yang buruk. Hal
itu juga sejalan dengan penjelasan dari informan PY yang mengatakan bahwa
logical fallacy merupakan sesat berfikir dalam mengambil suatu tindakan atau
keputusan seseorang.
mahasiswa diatas menunjukkan bahwa logical fallacy merupakan pola pikir atau
persepsi seseorang terhadap sesuatu dengan pemikiran atau pandangan yang salah.
fallacy itu sendiri. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan para ahli yang telah
bahwa faktor-faktor tersebut terjadi oleh sikap balas dendam seseorang kepada
yang sama yaitu karena faktor balas dendam, yaitu dengan mencari kelemahan
lelucon dan candaan biasa yang dapat menghibur diri si pelaku tersebut. Hal ini
tentunya merupakan logical fallacy yang masih menjadi pandangan selama ini.
disampaikan akan membekas pada diri seseorang. Hal ini tentunya merupakan
pola pikir yang sesat yang harus dihindari. Adapun pernyataan ini disampaikan
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
4. Simpan semua bukti. Oleh karena aksi ini berlangsung di media digital,
korban akan lebih mudah meng-capture, lalu menyimpan pesan, gambar
atau materi pengganggu lainnya yang dikirim pelaku, untuk kemudian
menjadikannya sebagai barang bukti saat melapor ke pihak-pihak yang
bisa membantu.
5. Segera blokir aksi pelaku. Jika materi-materi pengganggu muncul dalam
bentuk pesan instan, teks, atau komentar profil, gunakan tool
preferences/privasi untuk memblok pelaku. Jika terjadi saat chatting,
segera tinggalkan chatroom.
6. Selalu berperilaku sopan di dunia maya. Perilaku buruk yang dilakukan,
seperti membicarakan orang lain, bergosip, atau memfitnah, akan
meningkatkan risiko seseorang menjadi korban cyberbullying.
7. Jadilah teman, jangan hanya diam. Ikut meneruskan pesan fitnah atau
hanya diam dan tidak berbuat apa-apa akan menyuburkan aksi bullying
dan menyakiti perasaan korban. Suruh pelaku menghentikan aksinya, atau
jika pelaku tidak diketahui bantu korban menenangkan diri dan laporkan
kasus tersebut ke pihak berwenang.
DAFTAR PUSTAKA
Media.