Anda di halaman 1dari 23
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di transfer. Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit. Transfer pasien dimulai dengan melakukankoordinasi dan komunikasi pra transportasi pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih. B. Pengertian Transfer Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan/ ruang tindakan lain didalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu rumah sakitke rumah sakit lain (antar rumah sakit), Tujuan Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah: - Agar pelayanan transfer pasien cilaksanakan secara profesional dan berdedikasi tinggi. ~ Agar proses transfer/ pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan BAB Il Ruang Lingkup A. Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari: Transfer pasien dari UGD ke Ranap, Kamar Operasi Transfer pasien dari IRI ke Ranap,Kamar Operasi Transfer pasien dari Ranap ke Kamar Operasi Transfer pasien dari Kamar Operasi ke Ranap ~ Transfer pasien dari UGD, Ranap ke Ruang Radiologi B. Transfer pasien antar rumah sakitterdiri dari: - Transfer pasien dari RSU DINDA ke RS lain atau sebaliknya BAB III TATALAKSANA, A. Pengaturan Transfer 1, RS DINDA memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari dokter dr UGD/ dr ruangan, PIP, perawat yang kompeten dalam merawat pasien, petugas medis, dan petugas ambulans. ini yang berwenang untuk memutuskan metode transfer mana yang akan dipilih. 2. Berikut adalah metode transfer yang ada di RSU DINDA. Tim transfer local: RS DINDA memiliki tim transfemya sendiri dan mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit lain, tetapi bila tim transfer dan faslitas transfer di RS DINDA sedang tidak siap, maka transfer dilakukan dengan menggunakan jasa tim transfer dari ambulan gawat darurat RS LAIN 3. RS DINDA mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan transfer untuk pasien- pasien dengan sakit berat / kritis; tanpa terkecuali. Keputusan Melakukan Transfer 1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien. 2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian lakukan stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer. 3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi / pencatatan, pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam rumah sakit maupun ke rumah sakit rujukan / penerima, dan kembali ke RS DINDA. 4, Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman: edukasi dan persiapan. 5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan dengan matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit akan risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat pasien. 6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya lebih besar, sebaiknya jangan melakukan transfer. 7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten, peralatan dan kendaraan khusus. 8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP/ dokter senior (biasanya seorang konsultan) dan dokter ruangan. 9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang mengambil keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu ciambilnya keputusan, serta alasan yang mendasari. 10. Terdapat 3 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar RS DINDA, yaitu: a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut ii. Ini merupakan situasi emergensi di mana sangat diperlukan transfer yang efisien untuk tatalaksana pasien lebih lanjut, yang tidak dapat disediakan RS DINDA Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum ditransfer. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien dapat dikategorikan sebagai tipe transfer ‘gawat darurat’, (misalnya ruptur aneurisma aorta. juga dapat dikategorikan sebagai tipe transfer ‘gawat’, misalnya pasien dengan kebutuhan hemodialisa. b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non-medis (misalnya karena ruangan penuh, fasilitas kurang mendukung, jumlah petugas rumah sakit tidak adekuat) Idealnya, pasien sebaiknya tidak ditransfer jika bukan untuk kepentingan mereka. Terdapat beberapa kondisi di mana permintaan / kebutuhan akan tempat tidur/ ruang rawat inap melebihi suplai_sehingga Giputuskanlah tindakan untuk mentransfer pasien ke unit / rumah sakit lain. Pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan aspek etika, apakah akan mentransfer pasien stabil yang telah berada / dirawat di unit intensif rumah sakit atau mentransfer pasien baru yang membutuhkan_perawatan intensif tetapi kondisinya tidak stabil. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini dapat dikategorikan sebagaitipe transfer ‘gawat’ c. Repatriasi / Pemulangan Kembali Transfer hanya boleh ditakukan jika pasien telah stabil dan kondisinya inilai cukup baik untuk menjalani transfer oleh DPIP/ dokter senior / konsultan yang merawatnya. Pertimbangan akan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer hhanus dipikirkan dengan matang dan dicatat. 11. 13, 14. 15. 16. 17. 18. iii. Jika telah diputuskan untuk melakukan repatriasi, transfer pasien ini haruslah menjadi prioritas di rumah sakit penerima dan biasanya lebih diutamakan dibandingkan penerimaan pasien elektif ke unit rung rawat. Hal ini juga membantu menjaga hubungan baik antar- rumah sakit. iv, Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini biasanya dikategorikan sebagai tipe transfer ‘elektit’. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab/ dokter ruangan akan menghubungi unit / rumah sakit yang dituju. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit, tim transfer RSU DINDA (DPJP/ PPJP/ dr ruangan) akan menghubungi rumah sakit yang dituju dan melakukan negosiasi dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju untuk menerima pasien rujukan, tim transfer RSRP harus memastikan tersedianya peralatan medis yang memadai di rumah sakit yang dituju. Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar RSU DINDA dipegang oleh dokter senior / DPJP/ konsultan rumah sakit yang dituju. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga mengenai perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah persetujuan tindakan transfer. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien yang meliputi: nama, jabatan, dan detail kontak personel yang membuat kesepakatan baik di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima; tanggal dan waktu dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit; serta saran-saran / hasil negosiasi kedua belah pihak. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer; memiliki kompetensi yang sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan yang memadai; dapat bekerjasama dengan jasa pelayanan ambulan, protokol dan panduan rumah sakit, serta pihak-pihak lainnya yang terkait; dan juga memastikan proses transfer berlangsung dengan aman dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan lain di rumah sakit yang merujuk Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan untuk melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut J» Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis portabel yang lengkap Ventilator dan peralatan transfer yang memenuhi standar minimal. [lengkapnya lihat Lampiran 1) ‘TRANSFER INTRA-RUMAH SAKIT 1 Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang berpengalaman; diaplikasikan pada transfer intra- dan antar-rumah sakit Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk mengantisipasi kejadian emergensi. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen sentral digunakan selama perawatan di unit tujuan. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaaan radiologi harus paham akan bahaya potensial yang ada. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level pasien 2. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit Pasien Petugas keterampilan yang Peralatan Utama dan pendamping dibutuhkan Jenis Kendaraan (minimal) Derajat 0 petugas Bantuan hidup dasar (BHD) Kendaraan High ambulan Dependency Service (HDS)/ Ambulan Derajat___0,5| petugas Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS/ (orang ambulan dan ‘Ambulan tua/delirium) | paramedis Derajat 1 Petugas le Bantuan hidup dasar * Kendaraan —-HDS/ ambulan dan |e Pemberian oksigen Ambulan perawat le Pemberian obat-obatan Je Oksigen ls Kenal akan tanda deteriorasi_ |e Suction le Keterampilan perawatan J Tiang infus portabel trakeostomi dan suction fe Infus pump dengan baterai le Oksimetri Derajat 2 Dokter, je Semua ketrampilan di atas, |e Ambulans EMS perawat,dan ditambah; Mercedes 515 petugas Je Penggunaan alat pernapasan |e Semua peralatan di ambulans atas, ditambah; Je Bantuan hidup anjut = Monitor EKG dan Je Penggunaan kantong tekanan darah pernapasan (bag-valve mask) |e Defibrillatorbila le Penggunaan defibrillator diperlukan Je Penggunaan monitor intensif Derajat 3 Dokter, Dokter: J» Ambulans — lengkap/ perawat, dan Je Minimal 6 bulan pengalaman | AGD 118, petugas ‘mengenai perawatan pasien |» Monitor ICU portabel ambulan intensif dan bekerja di ICU yang lengkap Je Keterampilan bantuan hidup |e Ventilator dan dasar dan lanjut peralatan transfer Js Keterampilan menangani yang memenuhi permasalahan jalan napas standar minimal. dan pernapasan, minimal level ST 3 atau sederajat. J+ Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis Perawat: Je Minimal 2 tahun bekerja di Icu le Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut le Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakitberat / kritis \\engkapnya lihat Lampiran 1) PEMANTAUAN, OBAT-OBATAN, DAN PERALATAN SELAMA TRANSFER PASIEN KRITIS. 1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selama proses transfer. 2. Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya harus sebaik pelayanan di RSU DINDA/ RS tujuan. 3. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum transfer dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain: a. Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transfer b. EKG kontinu cc. Pemantauan tekanan darah (non-invasif) d. Saturasi oksigen (oksimetri denyut) e. Tempasangnya jalur intravena Terkadang memerlukan akses ke vena sentral Peralatan untuk memantau cardiac output xR Pemantauan end-tidal carbon dioxide pada pasien dengan ventilator i. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas j. Pemantauan temperatur pasien secara_ terus-menerus (untuk mencegah terjadinya hipotermia atau hipertermia)" 4. Pengukuran tekanan darah nor-invasif intermiten, sensitif terhadap gerakan dan tidak dapat diandalkan pada mobil yang bergerak. Selain itu juga cukup menghabiskan baterai monitor. 5. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu (melalui kanula arteri) disarankan. 6. Idealnya, semua pasien derajat 3 harus dipantau pengukuran tekanan darah secara invasif selama transfer (wajib pada pasien dengan cedera otak akut; pasien dengan tekanan darah tidak stabil atau berpotensi menjadi tidak stabil; atau pada pasien dengan inotropik). 7. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau filling status (status volume pembuluh darah) pasien sebelum transfer. Akses vena sentral diperlukan dalam pemberian obat inotropic dan vasopressor. 8. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien tertentu. 9. Pada pasien dengan pemasangan ventilator, lakukan pemantauan suplai ‘oksigen, tekanan pernapasan (airway pressure), dan pengaturan ventilator.2 10. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang diperiukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan di dalam jarum suntik) a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia b. Obat sedasi c. Analgesik d. Relaksans otot e. Obat inotropik 11, 12. 13. 14. 15. 16. V7. 18. 19, 20. 21. 22. 23. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan baik? Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan baik. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di ambulans.? Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama transfer. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat tidak disambungkan dengan stop kontak/listrik). Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik) Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arter, pengukuran tekanan darah (non-invasif), kapnografi, dan temperatur. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan cepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat pergerakan ekternal / vibrasi (getaran). Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras. Ventilator mekanik yang portabel harus mempunyai (minimal): 2. alarm yang berbunyi jika terjai tekanan tinggi atau terlepasnya alat dari tubuh pasien b. mampu menyediakan tekanan akhir ekspirasi positif (positive end expiratory pressure) dan berbagai macam konsentrasi oksigen inspirasi © pengukuran rasio inspirasi : ekspirasi, frekuensi pernapasan per- menit, dan volume tidal. . Mampu menyediakan ventilasi tekanan_ terkendali (pressure- controlled ventilation) dan pemberian tekanan positif berkelanjutan (continuous positive ainway pressure) Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses transfer yang lancar dan tidak adanya penundean dalam pemberian terapi /obat-obatan.t 24. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana yang diberikan, dan informasi Klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini harus dilengkapi selama transfer. 25. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di lembar pemantauan. 26. Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas dan harus dalam posisi aman di bawah level pasien. G._Pemilihan Metode Transfer antar RS untuk Pasien Kritis, 1. Pemilihan metode transfer harus mempertimbangkan sejumlah komponen penting seperti di bawah ini. a. Derajat urgensi untuk melakukan transfer b. Kondisi pasien c. Faktor geografik d. Kondisi cuaca . Arus lalu lintas f. Ketersediaan / availabilitas g. Area untuk mendarat di tempat tujuan h, Jarak tempuh 2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien antara lain: a. Jasa Ambulan Gawat Darurat i. Siap sedia dalam 24 jam ii, Perjalanan darat |. Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang dibutuhkan dan lamanya waktu yang diperlukan. H. Alat transportasi untuk transfer pasien antar rumah sakit 1, Gunakan mobil ambulan RSRP/ AGD 118. Mobil dilengkapi soket listrik 12 V, suplai oksigen, monitor, dan peralatan lainnya 2. Sebelum melakukan transfer, pastikankebutuhan-kebutuhan untuk mentransfer pasien terpenuhi (seperti suplai oksigen, baterai cadangan, dll) 3. Standar Peralatan di Ambulan a. Suplai oksigen b. Ventilator ¢. _Jarum suntik d. Suction e. Baterai cadangan f. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi pasien g. Alat penghangat ruangan portabel (untuk — mempertahankan temperatur pasien) h. Alat kejut jantung (defibrillator) . Tim transfer/ SDM pendampingdapat memberi saran mengenai kecepatan ambulan yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulans. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan akselerasi dan deselerasi yang minimal. . Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang sangat padat penduduknya Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi segera, berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang dipertukan. . Jka petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakaniah pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya. Dokumentasi dan Penyerahan pasien transfer antar rumah sakit, 1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer, dan harus mencakup: a. detail kondisi pasien b. alasan melakukan transfer . nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan d. status Klinis pre-transfer e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama transfer berlangsung 2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan untuk transfer intra- dan antar-rumah sakit. 3. Rekam medis harus mengandung: a. resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah transfer; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan, dan terapi yang diberikan. b. Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya. 4, Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama proses transfer, termasuk penundaan transportasi. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah sakit yang dituju sebelum mentransfer pasien. 6. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara tim transfer dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan perawat) yang akan bertanggungjawab tethadap perawatan pasien selanjutnya. 7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis selama transfer belangsung. & Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus dideskripsikan dan diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan. 9. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebastugaskan dari kewajiban merawat pasien. 10. Peru penyediaan pakaian, sejumlah peralatan yang dapat dibawa, dan sejumiah uang untuk memfasilitasi mekanisme perjalanan kembali tim transfer. J. Komunikasi dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit 1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai alasan transfer dan lokasi rumah sakit tujuan. Berikanlah nomor telepon rumah sakit tujuan dan jelaskan cara untuk menuju ke RS tersebut. 2. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien sebelum dilakukan transfer. 3. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan/ dokter penanggung jawab di kedua rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis pasien. 4. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat senior). Bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai dilakukan, a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan. b. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan, jika ingin menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk diskusi selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulans. © Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien kepada rumah sakit tujuan. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan mengenai penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update perkembangannya Audit dan Jaminan Mutu Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama transfer. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan sarana audit RSU DINDA bertanggungjawab untuk menjaga berlangsungnya proses pelaporan insidens yang terjadi dalam transfer dengan menggunakan protokol standar RSU DINDA. Data audit akan ditinjau ulang secara teratur oleh RSU DINDA LAMPIRAN 2 PERALATAN TRANSFER MINIMAL UNTUK ANTAR RUMAH SAKIT 1. Manajemen jalan napas / oksigenasi (dewasa dan anak) a b, «, n. °. Sistem bag-valve dewasa dan anak dengan reservoir oksigen Sungkup dewasa dan anak Penghubung sistem bag-valve dengan endotracheal (ETT)/ tracheostomy tube Monitor end-tidal carbon dioxide (dewasa dan anak) Laringoskop Willer Stilet / mandrin ETT (dewasa dan anak) Forceps Magil (dewasa dan anak) Selang ETT (5.0, 5.5, 6.0, 6.5, 7.0, 7.5, 8.0) Pegangan laringoskop (dewasa dan anak) Baterai cadangan dan bola lampu laringoskop Nasopharyngeal airways (NPA) / Oropharyngeal ainways (OPA) Pisau bedah (scalpel) Alat krikotiraidotomi Pelumas / gel Nasal kanul (dewasa dan anak) 2. Lem perekat 3. Nebulizer 4, Kapas alkohol 5. Brankar (dewasa dan anak) 6. Jarum untuk bone marrow (sum-sum tulang belakang) untuk infus pada anak 7. Pengukur tekanan darah 8 Winged needle 9. Telepon genggam 10. Gel / bantalan elektroda defibrillator 11. Stik gula darah sewaktu (GDS) 12. Monitor EKG / defibrillator 13, Elektroda EKG 14, Senter dengan baterai cadangan 15. Pompa infus (infusion pumps) 16. Selang infus 17. Three-way 18. Kateter intravena 19. Cairan infus (normal saline-NS, ringer laktat-RL, dekstrosa 5%) 20. Spuit 21. Klem Kelley 22. Oksimetri denyut 23. Nosogastric tube (NGT) 24, Tali penahan untuk ekstremitas 25. Stetoskop 26. Suction 27. Kassa 28. Tourniquet 29. Gunting 30. Tambahan: a. Alat imobilisasi spinal b. Ventilator portabel LAMPIRAN 3 OBAT-OBATAN TRANSFER MINIMALANTAR RUMAH SAKIT (Bila diperlukan) 32. 33. 34, 35. Adenosine, 6 mg/2ml 36. Natrium bikarbonat, SOmEq/SOml Albuterol, 2,5mg/2ml 37. Akua bidestilata, 30m! untuk Amiodaron, 150mg/3ml injeksi Atropine, 1mg/10m! 38. Terbutalin, Img/1ml Kalsium klorida, 1g/10m 39. Verapamil, Smg/2ml Catacaine/hurricaine spray Dekstrosa 25%, 10ml Dekstrosa 50%, SOml Digoksin, 0,5mg/2mi |. Diltiazem, 25mg/Sml . Difenhidramin, 50mg/1ml . Dopamine, 200me/Sml Epinefrin, Img/10mi (1:10.00) . Epinefrin, Img/1ml (1:1.000) Fosfenitoin, 750mg/10ml . Furosemide, 100mg/10ml - Glucagon, Img (vial) . Heparin, 1.000 U/Imi . Isoproterenol, Img/Sml Labetalol, 40mg/8ml . Lidokain, 100mg/10mI Lidokain, 2g/10m! . Manitol, 50g/SOm! |. MgSO4, 1g/2mI . Metilprednisolon, 125mg/2ml . Metoprolol, Smg/Sml Nalokson, 2mg/2ml . Nitrogliserin IV, 50mg/10m! Nitrogliserin tablet, 0,4mg . Nitroprusid, 50mg/2ml Normal Saline — NS, 30 ml untuk injeksi Fenobarbital, 65me/ml atau 130me/ml KCI, 20 mEq/10ml Prokainamid, 1.000mg/10ml Natrium bikarbonat, SmEq/10ml Obat-obatan berikut ini ditambahkan ke tas emergency segera sebelum transfer sesuai dengan indikasi pasien: 1. Analgesik narkose (morfin, fentanil) 2. Sedasi / hypnosis (lorazepam, midazolam, propofol, etornidat, ketamin) 3. Agen neuromuscular blocker (suksinilkolin, pankuronium, _atrakurium, rokuronium) 4. Prostaglandin E1 5. Surfaktan paru DAFTAR PUSTAKA Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland (2009). AAGB! safety guideline: interhospital transfer. London Welsh Assembly Government (2009). Designed for life: Welsh guidelines for the transfer of critically ilf adult; 2009. Warren J, Fromm RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M. (2004). Guidelines for the inter- and intrahospital transport of critically ill patients. American College of Critical Care Medicine.Crit Care Med. 2004;1:256-62. North West London Cardiac & Stroke Network (2010). Web-based interhospital transfers: user guide. London: NHS

Anda mungkin juga menyukai