LPJ DM
LPJ DM
para ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau
peristiwa yang disebabkan oleh faktor alam maupun non alam dan manusia yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, sehingga mengakibatkan kerusakan
manusia, kerusakan lingkungan, suatu rangkaian kejadian. , kehilangan harta benda dan efek
psikologis.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2001), pengertian bencana adalah kejadian
atau kejadian di suatu wilayah yang menyebabkan kerusakan ekosistem, hilangnya nyawa
manusia, dan kemunduran yang signifikan dari pelayanan kesehatan dan medis. Diperlukan
bantuan luar yang luar biasa.
Definisi WHO (2002) tentang bencana (catastrophic event) adalah menyebabkan kerusakan,
gangguan ekologis, hilangnya nyawa, atau kemunduran kesehatan atau layanan kesehatan sampai
batas tertentu, yang mengakibatkan kerusakan pada komunitas yang terkena dampak atau dari
luar. kejadian yang memerlukan tanggapan. daerah.
Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003), dikutip Wijayanto (2012), bencana
menimbulkan kerugian yang luas dan dirasakan oleh masyarakat, berbagai sumber dan
lingkungan (alam) ketika terjadi dampak, merupakan gangguan serius bagi masyarakat.
Kemampuan yang lebih manusiawi untuk mengatasinya dengan sumber daya yang ada.
Selanjutnya menurut Parker (1992) yang dikutip oleh Wijayanto (2012), bencana adalah
kejadian luar biasa yang disebabkan oleh aktivitas alam atau manusia, dan memerlukan
tanggapan dari masyarakat, komunitas, individu, dan lingkungan. dan menyediakan. antusiasme
yang luas.
Dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian bencana di atas bahwa
pengertian bencana secara umum adalah kejadian atau kejadian yang menimbulkan kerusakan
berupa prasarana atau struktur sosial yang mengganggu kelangsungan hidup masyarakat
setempat.
Jenis-Jenis bencana
b) Bencana nonalam adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
nonalam, termasuk kegagalan teknologi dan kegagalan modernisasi. dan wabah penyakit;
c) Bencana sosial adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa buatan manusia atau rangkaian
peristiwa yang melibatkan konflik sosial antar kelompok atau komunitas.
(1) Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur tangan manusia.
(2) Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam dan juga bukan
akibat perbuatan manusia, dan
(3) Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat perbuatan manusia, misalnya
konflik horizontal, konflik vertikal, dan terorisme.
Secara umum, faktor penyebab bencana terkait dengan interaksi keterpaparan dan kerentanan.
Ancaman bencana menurut UU No. 2 Tahun 2007 adalah “kejadian atau peristiwa yang dapat
menimbulkan bencana”. Kerentanan dampak atau risiko bencana adalah “keadaan atau
karakteristik suatu komunitas, biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya, dan
teknologi sepanjang waktu yang mengurangi kemampuan komunitas untuk mencegah,
meredam,Mitigasi, persiapkan dan tanggapi bahaya tertentu” (MPBI, 200:5).
Tahap Pra Bencana (mencangkup Kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, dan peringatan
dini).
a Pencegahan (prevention)
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kegiatan
mitigasi dapat dilakukan melalui
a) pelaksanaan penataan ruang;
c. Kesiapsiagaan (Preparedness)
f) penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tentang tanggap darurat
bencana; dan
g) penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan
prasarana dan sarana.
Tahap saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan
penderitaan sementara, seperti kegiatan bantuan darurat dan pengungsian
Tanggap darurat didefinisikan sebagai tindakan segera jika terjadi bencana untuk mengatasi
akibat yang merugikan, termasuk penyelamatan dan evakuasi korban dan harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengelolaan pengungsi, penyelamatan dan
rehabilitasi prasarana dan sarana. kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan yang dilakukan pada
fase tanggap darurat meliputi:
Inisiatif ini memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,
perumahan sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih.
Tahap pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
a. Pemulihan (recovery)
Pemulihan adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk memulihkan kondisi masyarakat
dan lingkungan yang terkena bencana melalui pemulihan kelembagaan, prasarana, dan sarana
dengan melakukan operasi pemulihan. Beberapa kegiatan yang terkait dengan pemulihan adalah;
e) pelayanan kesehatan;
b. Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan ke tingkat yang memadai dari semua aspek
pelayanan publik atau pemerintah daerah di wilayah pasca bencana, menormalkan atau
memulihkan semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat di wilayah pasca bencana.
bekerja Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan: perbaikan lingkungan daerah bencana,
rehabilitasi prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan rehabilitasi rumah masyarakat,
pemulihan psikososial, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan penyelesaian konflik, Pemulihan
sosial ekonomi dan budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi
pemerintahan, pemulihan fungsi pelayanan publik.
c. Rekonstruksi (reconstruction)
Rekonstruksi didefinisikan sebagai strategi dan strategi untuk membangun kembali secara
permanen semua infrastruktur, fasilitas, dan sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintah
maupun masyarakat, dengan tujuan utama pertumbuhan ekonomi, sosial, dan berkelanjutan
komitmen dan mengembangkan prosedur konkrit yang direncanakan dengan baik, konsisten dan
berkelanjutan. Peningkatan peran dan keterlibatan masyarakat sipil dalam kegiatan budaya,
pemeliharaan hukum dan ketertiban, dan semua aspek kehidupan sosial masyarakat
pascabencana. Ruang lingkup praktik rekonstruksi terdiri dari program rekonstruksi fisik dan
program rekonstruksi non fisik.
Banjir merupakan fenomena alam yang biasanya terjadi di daerah yang banyak bersinggungan
dengan sungai. Sederhananya, banjir dapat didefinisikan sebagai adanya air di area yang luas
yang menutupi permukaan area tersebut. Dalam konteks pembahasan yang lebih luas, banjir
dapat dilihat sebagai bagian dari siklus hidrologi, bagian dari air permukaan yang masuk ke laut.
Dalam siklus hidrologi, kita menemukan bahwa jumlah air yang mengalir melalui permukaan
bumi ditentukan terutama oleh curah hujan dan laju penetrasi air ke dalam tanah.
Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi, 2000-3000 mm/tahun, sehingga rawan banjir pada
musim hujan dari bulan Oktober sampai Januari. Terdapat dari 600 sungai besar yang tersebar di
seluruh Indonesia, di antaranya dalam kondisi memprihatinkan, tidak dikelola dengan baik dan
menyebabkan banjir (Bakornas: 2007).
Banjir pesisir adalah banjir yang disebabkan oleh tergenangnya daratan oleh pasang surut air
laut, dan merupakan masalah yang terjadi di daerah di bawah permukaan laut. Dalam kasus
gelombang badai Semarang, hal ini sudah terjadi sejak lama, diperparah dengan penurunan muka
tanah dan kenaikan muka air laut akibat pemanasan global.Banjir pesisir (rob) merupakan
masalah besar di kota-kota seperti Semarang, Jakarta, dan kota-kota di pantai utara Jawa,
seiring dengan pengambilan air tanah yang tidak terkendali yang menyebabkan pemanasan
global dan penurunan tanah (land subsidence).
Kerentanan (vulnerability) adalah keadaan atau sifat/perilaku manusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman (BNPB, 2008). Kerentanan
ini dapat berupa:
Kerentanan Fisik
Secara fisik, bentuk kerentanan masyarakat merupakan bentuk resistensi terhadap bahaya
tertentu. Misalnya kekuatan struktur rumah, jalan dan jembatan bagi masyarakat yang tinggal di
daerah rawan gempa, serta adanya tanggul penahan banjir bagi masyarakat yang tinggal di
daerah rawan gempa. Tinggal di tepi sungai
Kerentanan Ekonomi
Kapasitas ekonomi individu atau komunitas menentukan tingkat kerentanan mereka terhadap
bahaya. Secara umum, masyarakat dan daerah miskin atau tertinggal lebih rentan terhadap
ancaman karena tidak memilikinya.
Kerentanan Sosial
Konteks sosial masyarakat juga mempengaruhi kerentanan, dengan faktor demografi (jenis
kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat, pendidikan), kurangnya pengetahuan tentang
kerentanan dan risiko bencana meningkatkan kerentanan dan masyarakat Kebersihan yang buruk
juga berperan. Hal ini juga meningkatkan kerentanan terhadap risiko bencana
Kerentanan Lingkungan
Pada aspek kerentanan terdapat beberapa factor yang dapat memengaruhi penanggulangan
bencana banjir. faktor sosial pada factor ini tidak ada permasalahan karena warga setempat sudah
cukup peka terhadak keadaan yang terjadi, seperti setiap warga melakukan bersih-bersih setelah terjadi
banjir tanpa harus di perintahkan terlebih dahulu. Faktor ekonomi warga sebagian besar bekerja
sebagai buruh dan nelayan. hanya saja ketika terjadi banjir dating beberapa warga mengalami kerugian
ata barang-barang mereka yang rusak akibat terkena air banjir. faktor fisik yaitu padatnya pemukiman di
sana.
Kapasitas tersebut antara lain yaitu, pengtahuan masyarakat terkait ancaman bencana yang ada di
wilayah tersebut sudah cukup baik. dapat dibuktikan dari masyarakat yang sudah sangat memahami
tanda peringatan jika akan terjadi bencana. selain itu, warga juga membangun rumahnya bertingkat. Hal
ini disebabkan anitisipasi mereka jika akan terjadi banjir. Kerja bakti menjadi salah satu agenda yang
sering dilaksanakan oleh masyarakat. Namun, kekurangan yang terjadi pada wilayah tersebut yaitu
minimnya ketersidaan lahan yang ada. faktor-faktor kapasitas tersebut membantu untuk meminimalisir
resiko bencana. karena, semakin besar kapasitas maka akan semakin kecil resiko bencana yang aka
terjadi.