Makalah Manajemen Pengendalian Vektor
Makalah Manajemen Pengendalian Vektor
DISUSUN OLEH :
BALQIS MUTIARA RIZKY FADILLA
JUHEMI
RUDY FERDINAND
SEPTI FITRIYANTI
WIDIA LESTARI
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
karuniaNya, makalah ini dapat disusun. Makalah ini disusun untuk memberikan gambaran dan
panduan kepada mahasiswa sebagai dasar mempelajari keilmuan sehingga mahasiswa dapat
memahami serta menerapkannya. Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan belajar bagi
mahasiswa dalam mencapai kompetensi pelaksanaan mata kuliah. Makalah ini tentunya masih
banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan masukan yang
positif demi perbaikan makalah ini. Besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................................4
1.3. Tujuan.............................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1. Pengertian Penyakit Pes (Plague)..................................................................................................5
2.2. Etiologi Penyakit Pes......................................................................................................................6
2.3. Patogenesis Pes................................................................................................................................8
2.4. Gejala Pes (Plague).......................................................................................................................10
2.5. Pengobatan Pes (Plague)..............................................................................................................11
2.6. Pragnosis Pes (Plague)..................................................................................................................12
2.7. Fakto Resiko Pes (Plague)............................................................................................................12
2.8. Pencegahan Pes (Plague)..............................................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................................14
3.2. Saran..............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dahulu ada sebuah penyakit yang menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini
dijulukan The Black Death. Penyakit ini menyebabkan wabah yang besar di kalangan
masyarakat. Wabah plague diyakini telah bermula di Mesir dan Etiopia pada tahun 540 bergerak
ke Sungai Nil dan menumpang kapal-kapal menuju ke Konstantinopel sepanjang rute
perdagangan. Wabah ini diperkirakan telah membunuh 300.000 orang di Konstantinopel dalam
waktu setahun pada tahun 544.
Kemudian pada tahun 1347 penyakit ini kembali melanda populasi Eropa
(Konstantinopel Turki, kepulauan Italia, Prancis, Yunani, Spanyol, Yugoslavia, Albania, Austria,
Jerman, Inggris, Irlandia, Norwegia, Swedia, Polandia, Bosnia-Herzegovina dan Kroasia) selama
kira-kira 300 tahun, dari tahun 1348 sampai akhir abad ke-17. Selama kurun waktu itu, wabah ini
membunuh 75 juta orang, kira-kira 1/3 populasi pada waktu itu. Seluruh komunitas tersapu
bersih, di tahun 1386 di kota Smolensk, Rusia, hanya lima orang yang tidak terserang penyakit
ini dan di London, peluang bertahan hidup hanya satu dalam sepuluh.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:
2. Untuk mengetahui gejal-gejala yang ditimbulkan agent penyakit pes terhadap tubuh
4
BAB II
PEMBAHASAN
Wabah plague disebabkan oleh bakteri yang disebut Yersinia pestis. Bakteri ini dibawa
oleh kutu, sedangkan kutu hidup pada tikus. Kutu menyebarkan penyakit ketika mengisap darah
tikus atau manusia. Plaguemerupakan penyakit yang disebabkan oleh enterobakteria Yersinia
pestis(dinamai dari bakteriolog Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit plague dibawa oleh hewan
pengerat (terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah, dan telah
menimbulkan korban jiwa yang besar. Wabah pes masih dapat ditemui di beberapa belahan
dunia hingga kini. Tetapi bakteri wabah pes belum terbasmi tuntas. Di Bolivia dan Brazil,
misalnya, terdapat lebih dari 100 laporan kasus pes per sejuta penduduk. Wabah pes dikenal
dengan black death karena menyebabkan tiga jenis wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan
septikemik. Ketiganya menyerang system limfe tubuh, menyebabkan pembesaran kelenjar, panas
tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri pada persendian. Wabah pneumonik juga menyebabkan
batuk lendir berdarah, wabah septikemik menyebabkan warna kulit berubah menjadi merah
lembayung. Dalam semua kasus, kematian datang dengan cepat dan tingkat kematian bervariasi
dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan 100% bagi septikemik. Akan tetapi,
dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes dapat disembuhkan, karena berhasil diobati dengan
sukses menggunakan antibiotika.Penyakit pes pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1910
melalui Tanjung Perak, Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas,
5
Semarang, tahun 1923 melalui pelabuhan Cirebon dan pada tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal.
Korban manusia meninggal karena pes dari 1910-1960 tercatat 245.375 orang, kematian tertinggi
terjadi pada tahun 1934, yaitu 23.275 orang.
Pes atau sampar merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia
pestis. Kondisi ini lebih dikenal dengan black death karena dapat menyebabkan hilangnya nyawa
seseorang jika tak segera ditangani oleh ahli medis. Tiga jenis pes dapat digolongkan
berdasarkan bagian tubuh yang terlibat, seperti:
Pneumonic plague. Jenis pes ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar hingga
paru-paru.
Septicemic plague. Jenis ini terjadi karena bakteri berkembangbiak didalam darah
pengidap pes.
Bubonic Plague. Jenis pes ini menimbulkan gejala pembesaran kelenjar getah bening.
Penyakit ini dapat menyebar dengan mudah di area yang padat, mempunyai sistem
sanitasi yang tidak baik, dan area dengan populasi hewan pengerat yang cukup tinggi. Melansir
dari laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada 3.248 kasus yang dilaporkan di seluruh
dunia, termasuk 584 kematian Dari tahun 2010 hingga 2015. Secara historis, penyakit pes
bertanggung jawab atas pandemi yang meluas dengan kematian yang tinggi. Penyakit pes
menyebabkan lebih dari 50 juta kematian di Eropa. Peristiwa ini dikenal sebagai “Black Death”
selama abad keempat belas. Saat ini, penyakit ini mudah diobati dengan antibiotik dan tindakan
pencegahan untuk mencegah infeksi.
6
Krim. Orang Tartar segera mengepung kota tersebut. Selama tiga tahun tak ada pihak yang
mendapatkan kemajuan, sampai pada suatu hari orang Tartar berhenti melemparkan batu ke
dalam kota Caffa dan mulai melemparkan mayat-mayat tentara mereka sendiri yang meninggal
karena pes.
Sejak dahulu kala sampai kini, infeksi mikroba merupakan ancaman utama terhadap
kesehatan manusia beradab. Penyakit pes – lebih daripada “pes-pes” di kemudian hari seperti
misalnya kolera, cacar, demam kuning dan influenza-tetap merupakan contoh utama mengenai
siatu penyakit infeksi yang datang dari luar negeri dan menyerang orang Filistin melalui
pelabuhan laut mereka. Wabah raya penyakit pes yang pertama, yakni pes Justinius pada Abad
ke-6, berkecamuk waktu perdagangan internasional meningkat.
Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis
(Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Yesinia pestis penyebab pes
berbentuk batang pendek, gemuk dengan ujung membulat dengan badan mencembung,
berukuran 1,5 µ × 5,7 µ dan bersifat Gram positif. Kuman ini serirtutung menunjukkan
pleomorfisme. Pada pewarnaan tampak bipolar, mirip peniti tertutup. Kuman tidak bergerak,
tidak membentuk dari spora dan diselubu Selain jenis kutu tersebut, penyakit ini juga ditularkan
oleh kutu jenis lain. Di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara kutu carrier plague adalah
Xenophylla astia. Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang
terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat
membawa bakteri ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague,
penularan terjadi dari dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara. Kutu
menyebarkan penyakit ketika mengisap darah tikus atau manusia. Tetapi bakteri wabah pes
belum terbasmi tuntas. Di Bolivia dan Brazil, misalnya, terdapat lebih dari 100 laporan kasus pes
per sejuta penduduk. Wabah pes dikenal dengan black death karena menyebabkan tiga jenis
wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan septikemik. Ketiganya menyerang system limfe tubuh,
menyebabkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri pada
persendian. Wabah pneumonik juga menyebabkan batuk lendir berdarah, wabah septikemik
menyebabkan warna kulit berubah menjadi merah lembayung. Dalam semua kasus, kematian
datang dengan cepat dan tingkat kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi
7
pneumonik dan 100% bagi septikemik. Akan tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes
dapat disembuhkan, karena berhasil diobati dengan sukses menggunakan antibiotika.
1. Bubonic plague : Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat
dengan tempat gigitan binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan
(disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya
mirip flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di di
tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular pada orang
lain.
2. Septicemic plague : Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock,
pendarahan di bawah kulit atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada saluran
darah, tekanan darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik. Tidak
terdapat benjolan pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang lain.
Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague yang
tidak diobati dengan benar.
3. Pneumonic plague : Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas
pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang paling
berbahaya dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga
merupakan infeksi sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang tidak
diobati dengan benar
Vektor pes adalah pinjal. Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla
cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus cognatus. Reservoir utama dari penyakit
pes adalah hewan-hewan rodent (tikus, kelinci). Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau
terpelihara pada rodent. Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat
ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang
mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain
atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan
Selain pes, pinjal bisa menjadi vektor penyakit-penyakit manusia, seperti murine typhus
yang dipindahkan dari tikus ke manusia. Disamping itu pinjal bisa berfungsi sebagai penjamu
perantara untuk beberapa jenis cacing pita anjing dan tikus, yang kadang-kadang juga bisa
menginfeksi manusia. Bila pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi dengan Y. pestis,
organisme yang termakan akan berkembang biak dalam usus pinjal itu dan, dibantu oleh
koagulase menyumbat proventrikulusnya sehingga tidak ada makanan yang dapat lewat. Karena
itu, pinjal lapar dan ususnya tersumbat sehingga akan menggigit dengan ganas dan darah yang
dihisapnya terkontaminasi Y. pestis dari pinjal, darah itu dimuntahkan dalam luka gigitan.
Organisme yang diinokulasi dapat difagositosis, tetapi bakteri ini dapat berkembang biak secara
intra sel atau ekstra sel. Y. pestis dengan cepat mencapai saluran getah bening, dan terjadi radang
haemorrogic yang hebat dan kelenjar-kelenjar getah bening yang membesar, yang dapat
mengalami nekrosis. Meskipun infasinya dapat berhenti di situY. pestis sering mencapai ke
aliran darah dan tersebar luas.Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui
pada hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang kecil dan
kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan gangguan kesehatan hewan
yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan
kerusakan kulit yang parah bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu. Pinjal yang biasa
dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada anjing dan kucing, namun di
9
lapangan lebih sering ditemukan kutu loncat kucing yang juga dapat berpindah dan berkembang
biak pada anjing.
Y. pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke hewan pengerat rumah (misalnya tikus)
dan hewan lain (misalnya kucing), dan manusia dapat terinfeksi karena gigitan pinjal atau
dengan kontak. Vektor pes yang paling lazim adalah pinjal tikus (Xenopsylla cheopis), tetapi
pinjal lain dapat juga menularkan infeksi. Untuk pengendalian pes dibutuhkan penelitian pada
hewan yang terinfeksi, vektor,dan kontak manusia dan pembantaian hewan yang terinfeksi pes.
Semua pasien yang dicurigai menderita pes harus diisolasi terutama kalau kemungkinan
keterlibatan paru-paru belum disingkirkan. Kontak pasien yang dicurigai menderita pneumonia
pes harus diberi tetrasiklin 0,5 gram per hari selama 5 hari, sebagai kemoprofilaksis. Selain itu,
kondisi lingkungan juga berperan dalam mencegah penyebaran penyakit ini. Oleh karena itu,
untuk meminimalisasi kasus pes, perlu usaha masyarakat dalam menjaga sanitasi dan higienitas
lingkungannya.
1. Panas dingin
2. Umum sakit perasaan ( malaise )
3. Demam tinggi (39 °Celcius, 102 °Fahrenheit)
4. Kram Otot
5. Kejang
6. Mulus, bening pembengkakan kelenjar menyakitkan disebut bubo, umumnya ditemukan
di selangkangan, tapi mungkin terjadi di ketiak atau leher, paling sering di lokasi infeksi
awal (gigitan atau awal)
7. Nyeri dapat terjadi di daerah tersebut sebelum muncul bengkak
8. Warna kulit berubah menjadi warna merah muda dalam beberapa kasus yang ekstrim
9. Pendarahan dari koklea akan dimulai setelah 12 jam dari infeksi.
10
Gejala lain termasuk napas berat, muntah darah terus menerus, buang air kecil
darah, anggota badan sakit, batuk, dan nyeri eksterm. Rasa sakit ini biasanya disebabkan oleh
pembusukan atau decomposure kulit sementara orang itu masih hidup. Gejala tambahan
termasuk kelelahan ekstrim, masalah gastrointestinal, lenticulae (titik-titik hitam yang tersebar di
seluruh tubuh), delirium dan koma. Dua jenis Y. pestis plague pneumonia dan septicemia.
Namun, wabah pneumonia , tidak seperti, pes atau septicemia menyebabkan batuk dan sangat
menular, yang memungkinkan untuk itu menyebar orang-ke-orang.
Wabah septicemia terjadi ketika wabah bakteri kalikan dalam aliran darah Anda. Tanda
dan gejala termasuk:
Wabah pneumonia mempengaruhi paru-paru. Ini adalah paling umum dari berbagai
wabah tetapi yang paling berbahaya, karena dapat menyebar dari orang ke orang melalui droplet
batuk. Tanda dan gejala dapat dimulai dalam beberapa jam setelah infeksi, dan mungkin
mencakup:
11
2.5. Pengobatan Pes (Plague)
Abad Pertengahan dokter berpikir wabah diciptakan oleh udara rusak oleh cuaca lembab,
tubuh membusuk terkubur, dan asap yang dihasilkan oleh sanitasi yang buruk. Pengobatan yang
disarankan adalah wabah diet yang baik, istirahat, dan pindah ke lingkungan non-terinfeksi
sehingga individu bisa mendapatkan akses untuk membersihkan udara. Ini memang membantu,
tapi tidak untuk alasan para dokter waktu pemikiran. Pada kenyataannya, karena mereka
merekomendasikan bergerak menjauh dari kondisi tidak sehat, orang-orang, pada dasarnya,
semakin menjauh dari tikus yang memendam kutu membawa infeksi.
12
2.6. Pragnosis Pes (Plague)
Pes bubo akut menjelek menjadi deliriu, syok, dan meninggal dalam 3-5 hari jika tidak
diobati. Angka mortalitas untuk keseluruhan pes bubo yang tidak diobati adalah 60-90%.
Penjelekan pes pneomonia cepat dan hampir selalu mematikan 24-28 jam jika tidak diobati. Jika
pes bubo diobati lebih awal, maka angka mortalitas akan berkurang 10%. Prognosiss pada pes
pneumonia tetap jelek jika pengobatan spesifik tidak diberikan dalam 18 hari dimulainya
Orang-orang yang tinggal di daerah pedalaman, wabah ini paling sering terjadi di daerah-
daerah pedalaman yang padat penduduk dan memiliki sanitasi yang buruk.
Individu yang bekerja sebagai dokter hewan.
Seseorang yang memiliki hobi mendaki gunung, berkemah, dan berburu di daerah
pedalaman yang menjadi ekosistem dari hewan-hewan pengerat yang terinfeksi pes.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Y. pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke hewan pengerat rumah (misalnya tikus) dan
hewan lain (misalnya kucing), dan manusia dapat terinfeksi karena gigitan pinjal atau dengan
kontak. Vektor pes yang paling lazim adalah pinjal tikus (Xenopsylla cheopis), tetapi pinjal lain
dapat juga menularkan infeksi. Bakteri membentuk agregat dalam usus dari kutu yang terinfeksi
dan hasil ini di loak muntah darah tertelan, yang sekarang terinfeksi, ke situs gigitan hewan
pengerat atau host manusia. Setelah didirikan, bakteri cepat menyebar ke kelenjar getah
bening dan berkembang biak. Y. pestis basil bisa menahan fagositosis dan bahkan mereproduksi
dalam fagosit dan membunuh mereka. Sebagai penyakit berlangsung, kelenjar getah bening
dapat perdarahan dan menjadi bengkak dan nekrotik . Pes dapat berkembang menjadi
mematikan wabah septicemiadalam beberapa kasus.
2. Gejala penyakit pes muncul tiba-tiba, biasanya 2-5 hari setelah terpapar bakteri. Gejala
meliputi:
a. Panas dingin
d. Kram Otot
14
e. Kejang
h. Warna kulit berubah menjadi warna merah muda dalam beberapa kasus yang ekstrim
4. Pes bubo akut menjelek menjadi deliriu, syok, dan meninggal dalam 3-5 hari jika tidak
diobati. Angka mortalitas untuk keseluruhan pes bubo yang tidak diobati adalah 60-90%.
Penjelekan pes pneomonia cepat dan hampir selalu mematikan 24-28 jam jika tidak diobati. Jika
pes bubo diobati lebih awal, maka angka mortalitas akan berkurang 10%. Prognosiss pada pes
pneumonia tetap jelek jika pengobatan spesifik tidak diberikan dalam 18 hari dimulainya.
3.2. Saran
1. Diharapkan pembaa mampu mengidentifikasi penyakit pes setelah membaca makalah ini.
3. Diharapkan literatur tentang pes lebih diperbanyak afar sumber bacaan lebih banyak dan
semakin menambah wawasan pembaca
4. Diharapkan makalah ini dapat menjadi bahan pustaka untuk keperluan yang semestinya.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/download/link/makalah-penyakit-menular-pes.html
16