Anda di halaman 1dari 35

Analisa Air

di
Laboratorium Secara Titrimetri
Penetapan Kadar Keasaman Jumlah
(Acidity)
Keasaman jumlah
Keasaman Jumlah (acidity) adalah banyaknya basa yang diperlukan untuk
menetralkan zat asam didalam 1 liter sampel.
Keasaman dalam air disebabkan oleh adanya asam mineral dan CO2.

Pinsip Analisa :
 Keasaman jumlah atau acidity ditetapkan melalui titrasi asam basa atau
alkalimetri. Basa kuat spt NaOH menetralkan asam sp titik akhir titrasi,
menggunakan indicator PP

Reaksi :
CaCO3 + 2 NaOH ------- Ca(OH)2 + Na2CO3
CO2 + NaOH ---------- Na2CO3 + H2O
Metoda Analisa : Alkalimetri
Cara Analisa :
 Pipet 100,0 ml sampel air, masukkan dalam Erlenmeyer, tambahkan 3
tts indicator PP.
 Titrasi dengan larutan NaOH 0,01 N sampai warna merah konstan.

Perhitungan :
1000
Sebagai CaCO3 x V NaOH x N NaOH x BE CaCO3 = …………. Mg/l CaCO3
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1000
Sebagai CO2 x V NaOH x N NaOH x BE CO2 = …………. Mg/l CO2
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100 44
BE CaCO3 = ; BE CO2 =
2 1
Penetapan Kadar Kebasaan Jumlah
(Alkalinity)
Kebasaan jumlah
Kebasaan Jumlah (Alkaliniti) adalah banyaknya asam yang diperlukan untuk
menetralkan zat basa didalam 1 liter sampel.
Kebasaan dalam air disebabkan oleh adanya ion CO3=, HCO3-, OH-, BO33-, PO4 3-,
SiO4 dll..
Air irigasi tidak boleh mengandung kebasaan yang tinggi,
Air Minum dengan kebasaan tinggi akan menyebabkan : terjadinya karat dan
kerak CaCO3 pada peralatan masak.

Prinsip Analisa :
 Kebasaan jumlah atau alkaliniti ditetapkan melalui titrasi asam basa atau
asidimetri. Asam kuat spt H2SO4 atau HCl menetralkan basa sp titik akhir
titrasi, menggunakan indicator MO, pada pH 8,3 dan pH 4,5
Reaksi :
OH - + H+ ====== H2O
CO3 = + H+ ====== HCO3- pH 8,3
HCO3- + H+ ====== H2O + CO2 pH 4,5
Metoda Analisa : asidimetri
Cara Analisa :
 Pipet 100,0 ml sampel air, masukkan dalam Erlenmeyer, tambahkan 3 tts
indicator MO.
 Titrasi dengan larutan HCl 0,01 N sampai warna kuning kemerahan
(oranye/jingga).
Perhitungan :
1000
Sebagai CaCO3 x V HCl x N HCl x BE CaCO3 = …………. Mg/l CaCO3
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1000
Sebagai HCO3- x V Hcl x N HCl x BE HCO3- = …………. Mg/l HCO3-
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100 61
BE CaCO3 = ; BE HCO3- =
2 1
Kesadahan Jumlah
Kesadahan total /jumlah
Kesadahan adalah daya untuk mengendapkan sabun oleh kation Ca dan Mg,
logam Al, Fe, Sr, Mn dan Zn sert ion H yang ada dalam air.
Karen kandungan kation selain Ca dan Mg dalam air itu sedikit, maka yg
dihitung sebagai kesadahan adalah Ca dan Mg.

Kesadahan ada 2 macam yaitu :


1) Kesadahan sementara adalah kesadahan dari kation Ca dan Mg dalam
bentuk HCO3- dan CO3= , akan hilang karena pemanasan.
2) Kesadahan tetap adalah kesadahan Ca dan Mg dalam bentuk Cl- dan SO4 =
tidak dapat dihilangkan dengan pemanasan, hanya dapat
dilunakkan/dikurangi derajat kesadahannya. Kesadahan ini juga disebut
kesadahan non karbonat.
Tingkat kesadahan diberbagai tempat berbeda tergantung air tanah
mengalami kontak dengan batuan pada lapisan tanah yang dilalui air.
Air permkaan mempunyai tingkat kesadahan yang rendah (air lunak
/soft water ) , kesadahan non karbonat dalam air permukaan bersumber
dari CaSO4 yang ada dalam tanah liat dan endapan lainnya.
Tingkat kesadahan air dapat digolongkan sebagai berikut :

Mg/L CaCO3 Tingkat Kesadahan


0 - 75 Lunak ( Soft)
75 - 150 Sedang (Moderately Hard)
150 - 300 Tinggi (Hard)
> 300 Tinggi Sekali ( very Hard)
Prinsip Analisa :
 EDTA dan garamnya membentuk senyawa kompleksyang larut bila
bereaksi dengan kation logam
 Indikator EBT bila ditambahkan pada larutan yg mengandung Ca dan Mg
dalam suasana basa (pH = 10) .maka larutan akan menjadi warna merah
anggur .
 Bila larutan dititrasi dengan EDTA , maka Ca dan Mg akan terikat
menjadi senyawa kompleks
 Titik akhir titrasi dicapai bila semua ion Ca dan Mg sudah berekasi semua
dengan EDTA, yg ditandai dengan perubahan larutan dari merah anggur
menjadi warna biru.
• Metoda Analisa : kompleksometri
• Cara Analisa :
1) Pipet sampel 50.0 ml atau 100.0 ml masukkan kedalam labu
Erlenmeyer dan tambahkan 2 ml buffer ph 10 dan indicator EBT
2) Titrasi dengan lar Na EDTA 0.01 M sampai terjadi perubahan
warna dari Merah anggur menjadi biru.
• Perhitungan :
Kadar Kesadahan Jumlah (dihitung sbg CaCO3) :
1000
x ml titrasi Na EDTA x M Na EDTA x BM CaCO3 = …….. mg/l CaCO3
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kesadahan Calsium (Ca)
Kesadahan Kalsium (Ca)
Prinsip Analisa :
 EDTA akan bereaksi dahulu dengan ion Ca setelah itu baru dengan ion Mg.
 Konsentrasi Ion Ca dapat dihitung terpisah, apabila ion Mg diendapkan
terlebih dahulu sebagai Mg(OH)2 dalam suasana basa kuat.
 Bila larutan dititrasi dengan EDTA dalam suasana basa (pH 12 – 13) , maka
hanya ion Ca yang akan terikat menjadi senyawa kompleks.
 Digunakan Indikator EBB (Calcon) atau murexide, yang sangat peka
terhadap ion Ca dalam suasana basa kuat (pH = 12 -13) , maka larutan
akan berubah warnanya dari warna merah anggur menjadi ungu .
 Titik akhir titrasi dicapai bila semua ion Ca sudah berekasi semua dengan
EDTA, yg ditandai dengan perubahan larutan menjadi ungu.
• Metoda Analisa : Kompleksometri
• Cara Analisa :
1) Pipet sampel 50.0 ml atau 100.0 ml masukkan kedalam labu
Erlenmeyer dan tambahkan 2 ml NaOH 1 N ( pH 12 – 13) dan
indicator Murexide
2) Titrasi dengan lar Na EDTA 0.01 M sampai terjadi perubahan warna
dari Merah anggur menjadi ungu.
• Perhitungan :
Kadar Kesadahan Kalsium :
1000
x ml titrasi Na EDTA x M Na EDTA x BA Ca = ……… mg/l Ca
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Penetapan kadar Klorida (Cl-)
Klorida (Cl-)
• Klorida merupakan salah satu anion yang terbanyak dalam air dan
dapat menimbulkan rasa asin apabila sebagai garam Na. Rasa asin
tersebut tergantung dengan kation apa, klorida tsb bereaksi.
• Rata rata air mengandung Klorida sebesar 250 mg/l, rasa asin akan
jelas terasa jika bereaksi dengan kation Na. Bila klorida bereaksi dengan
unsur lain misal Ca atau Mg, maka konsentrasi Cl > 250 mg/l tidak
berasa asin. MgCl2 dapat berfungsi sebagai pencahar, meskipun tdk
berasa asin.
• Klorida mempunyai sifat korosif, baik terhadap besi maupun pondasi
bangunan dan dapat merusak akar tanaman.
• Penetapan kadar klorida ada beberapa cara. Cara yang sering digunakan adalah
cara Mohr dalam suasana netral hingga sedikit basa (pH 7 – pH 10) sehingga
klorida diendapkan dengan larutan perak nitrat AgNO3 dengan indicator
K2CrO4 5%, akan membentuk endapan merah bata dari Ag2CrO4.
• Terbentuk nya endapan putih perak klorida (AgCl) setara dengan dengan
jumlah kandungan Klorida dalam air.
• Reaksi :
• Cl - + AgNO3 --------------- AgCl  putih + NO3-
• 2 AgNO3 + K2CrO4 ---------- Ag2CrO4  merah bata + 2 KNO3
• Gangguan :
1) Halogenida lainnya, sulfit dan thiosulfate yang setara dengan Khlorida.
2) Sulfida, Sulfit dan thiosulfate dapa dihilangkan dengan penambahan H2O2.
3) Jika selain ion khlorida, ada ion ortofosfat > 25 mg/l dan besi > 10 mg/l,
maka titik akhir titrasi akan terganggu.
• Persiapan sampel :
1) Cek pH sampel jika pH antara 7 -10, maka sampel dapat langsung
ditambahkan indicator K2CrO4 5% dan dititrasi dengan larutan
AgNO3 0.01 N
2) Jika pH asam atau basis <7 atau >10, maka sampel di netralkan
dahulu atau ditambah MgO / ZnO.
3) Jika sampel berwarna, maka ditambahkan Al2(OH)3 sebanyak 3 ml,
campur dan saring.
4) Jika sampel mengandung sulfide, sulfite atau thiosulfate, maka
ditambahkan 1 ml H2O2 , didiamkan 1 menit dahulu.

• Metoda Analisa :
• Argentometri
• Metoda Analisa : Argentometri
• Cara Analisa :
1) Pipet sampel 50.0 ml atau 100.0 ml masukkan kedalam labu
Erlenmeyer dan tambahkan berturut-turut MgO/ZnO
secukupnya, 1 ml K2CrO4 5%.
2) Titrasi dengan larutan AgNO3 0.01 N sampai terjadi endapan
merah bata.
• Perhitungan :
Kadar klorida :
1000
x ml titrasi AgNO3 x N AgNO3 x BA Cl- = …… mg/l Cl-
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Penetapan kadar Oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen / DO)
Oksigen terlarut (DO)
• Hampir semua makhluk hidup bergantung adanya O2 utk melakukan
proses metabolism, sehingga menghasilkan tenaga utk keperluan
pertumbuhan dan berkembang biak.
• Proses aerobic dalam air, merupakan hal yg sangat penting karena
memerlukan O2 bebas.
• Udara terdiri dari 79% N2, 20.9% O2 dan sisanya gas lain. Hampir
semua gas di udara larut dalam air dengan macam macam tingkat
kelarutannya, kecuali gas N2 dan O2.
• N2 dan O2 merupakan gas yang sukar larut dlm air, tidak bereaksi
dengan air dan kelarutannya tergantung pada tekanan partialnya dan
temperature.
• Kegunaan Oksigen terlarut :
1) Menentukan proses pengolahan air, apakah menggunakan mikroba
aerob atau an aerob. Karena mikroba aerob memerlukan oksigen bebas
untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik menghasilkan bahan
yg tidak berbahaya. Mikroba an aerob akan mereduksi bahan anorganik
tertentu menghasilkan bahan yg berbahaya
2) Menjaga agar keadaan aaerob pada air alam dapat menerima limbah
dan proses pengolahan aerob untuk membersihkan diri sendiri.
3) Penentuan bidang sanitasi
4) Pengawasan pencemaran sungai, agar DO dalam air dapat menghidupi
makhluknya dengan segar, tumbuh dan berkembang biak dengan baik.
5) Sebagai dasar pengukuran BOD (Biochemical Oxygen Demand) 5 hari
pada 20o C.
• Terbatasnya kelarutan O2 dalam air, akan membatasi kemampuan
pembersihan diri (self purification) air di alam, sehingga diperlukan
pengolahan air limbah.
• Kelarutan O2 ke dalam air tawar pada tekanan 1 atm (760 mmHg)

T oC Mg/l O2
0 14.5
5 12.8
10 11.3
15 10.2
20 9.2
25 8.4
30 7.6
35 7.1
• Pengambilan sampel air untuk penetapan kadar DO memerlukan cara tertentu
sebab :
1) Kadar O2 biasanya < dari kadar jenuhnya, shg kalau terkena udara akan
mengalami kesalahan. Usahakan selama pengisian sampel air tidak boleh
berhubungan dengan udara luar.
2) Penentuan O2 tidak bisa ditunda dan harus dilakukan ditempat.
3) Kadar O2 berubah karena kegiatan biologis sehingga perlu ada uji
pemantapan. (kegiatan mikroba dapat dihambat + 6 jam dengan cara
menambahkan 0.7 ml H2SO4 pekat, 200 mg Na Azida, 3 ml pereaksi
oksigen dan disimpan ditempat yg dingin dan terhindar dari cahaya).
Penambahan ini dpt diatasi dgn menambahkan KMnO4 dlm suasana asam,
dan kelebihan KMnO4 dihilangkan dengan Asam Oksalat. Sedangkan
unsur lainnya dapat dihilangkan dengan menambahkan KI dan
Na2SO3….(tetapi hal ini sangat jarang dilakukan).
• Prinsip analisa dengan Cara Winkler :
Prinsip analisa dengan dasar reaksi metoda Iodometri, membebaskan I2 yang
ekuivalen dengan kandungan O2 dalam air. Larutan penitrasi yg biasa
digunakan yaitu Na2S2O3 dengan indicator amylum, karena daya serap
amylum terhadap Iodium memberikan warna biru cerah.
Pada akhir reaksi warna biru cerah menjadi tidak berwarna, karena I2 telah
habis
Prinsip reaksi adalah reaksi redoks (reduksi – oksidasi).
Reaksi :
MnSO4 + 2 NaOH - Mn(OH)2 + Na2SO4
Mn(OH)2 + ½ O2 - MnO2 coklat + H2O
MnO2 + 2 KI + 2 H2SO4 - MnSO4 + K2SO4 + 2 H2O + I2
I2 + 2 Na2S2O3 - 2 NaI + Na2S4O6
• Gangguan penetapan DO :
1) NO3- , Fe3+ Mengoksidasi I2 menjadi I- maka hasilnya menjadi sangat
besar.
2) Fe2+ , SO3=, S= , politionat akan mereduksi I- menjadi I2 sehingga hasilnya
menjadi sangat kecil.
• Cara Menera botol
1) Isi botol dengan air sampai penuh.
2) Tutup botol (biarkan bila ada air yang tumpah, usahakan tidak ada
gelembung udara).
3) Tutup botol dibuka, tinggi air diberi tanda dengan spidol.
4) Air dituang.
5) Isi botol dengan air (menggunakan buret) sampai tanda batas spidol
(lingkaran).
6) Catat volume air --- volume tera
• Cara Analisa :
1) Masukkan contoh air ke dalam botol oksigen, jaga jangan sampai ada
gelembung udara dalam botol ( volume sudah diketahui).
2) Tambahkan 1.0 ml MnSO4 20% dan 1.0 ml pereaksi oksigen, botol
ditutup.
3) Kocok dan biarkan diruang gelap (bebas cahaya) selama 15 menit.
4) Larutan dalam botol dibagi menjadi 2 bagian. (waktu menuang usahakan
larutan tidak kontak dengan udara).
5) Ke dalam masing masing cairan ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan
segera dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0.025 N sp warna kuning muda,
kemudian tambahkan indicator amylum 1% sebanyak 1 ml. titrasi
dilanjutkan sp warna biru amylum tepat hilang.
6) Catat pemakaian Na2S2O3 0.025 N dari kedua titrasi diatas
• Perhitungan :

1000
x (V x N ) Na2S2O3 x BE O2 =…….. Mg /l O2
𝑉 𝑡𝑒𝑟𝑎 −2

1000
x (V x N ) Na2S2O3 x 8 =…….. Mg /l O2
𝑉 𝑡𝑒𝑟𝑎 −2
Penetapan kadar zat organic
( Bilangan Permanganat)
• Adanya zat organik dalam air, menunjukan bahwa air tersebut tercemar
dengan kotoran manusia, hewan atau oleh sumber mikrobiologi lainnya.
• Zat organik merupakan sumber makanan bakteri atau mikroorganisme
lainnya. Makin tinggi kandungan zat organik, maka makin tinggi pula
tingkat pencemaran air tersebut.
• Jumlah zat Organik biasa disebut Bilangan Permanganat adalah jumlah
mg/l KmnO4 yang dapat mengoksidasi zat organik yang terkandung dalam
1 liter contoh air, dengan pemanasan selama 10 menit.
• Penentuan zat organik dapat dilakukan dengan cara asam atau cara basa.
• Cara asam digunakan jika kandungan Cl dalam sampel air < 300 mg/l,
sedang cara basa digunakan jika kandungan Cl dalm sampel air > 300 mg/l
Prinsip Analisa
• Cara Asam : Zat organik dalam sampel di oksidasi dengan KMnO4
berlebih dalam suasana asam dan keadaan panas, kelebihan KMnO4
direduksi dengan larutan H2C2O4 berlebihan dan kelebihan H2C2O4
dititrasi kembali dengan KMnO4.
Reaksi :
2 KMnO4 + 2 H2SO4 -- K2SO4 + 2 MnSO4 + 2 H2O + 5 On
Zat Organik + On -- Co2 + H2O
• Cara Basa : sampel dididihkan terlebih dahulu dengan NaOH, selanjutya
baru dioksidasi dengan KMnO4 berlebih. Kelebihan KMnO4 direduksi
dengan larutan H2C2O4 berlebihan dan kelebihan H2C2O4 dititrasi kembali
dengan KMnO4.
Reaksi :
2 KMnO4 + H2O -- MnO2 + KOH + 3 On
Zat Organik + On -- Co2 + H2O
Gangguan
• Untuk menghilangkan ganguan Ion Sulfida, Nitrit dilakukan pemanasan dengan
H2SO4 encer sampai sulfide dan nitrit hilang.
• Adanya garam2 Ferro dapat dihilangkan dengan penambahan beberapa tetes
KMnO4 sebelum dilakukan analisa sampai larutan tepat berwarna merah muda.
• Bila sampel terpaksa harus disimpan lebih dari 1 hari, lebih baik diasamkan
sampai pH < 5

Metoda Analisa : Reaksi Reduksi – Oksidasi ( Permanganometri)


Cara Analisa :
• Pencucian erlenmeyer.
 Sebelum analisa dilakukan, Erlenmeyer yg akan digunakan harus dibersihkan
dari zat organik yg menempel pada dinding.
 Pipet 100.0 ml aq.dest masukkan kedalam Erlenmeyer yg akan digunakan
kemudian di tambahkan berturut turut 5 ml H2SO4 8 N, batu didih dan beberapa
tetes KMnO4 0.01 N sp warna merah muda kemudian dipanaskan sampai
mendidih. Cairan dibuang dan Erlenmeyer siap digunakan. (tanpa pembilasan)
• Penetapan Bilangan Permanganat (Metoda Asam)
 Pipet 50.0 ml sampel masukkan dlm Erlenmeyer, tambahkan 5 ml H2SO4 8 N
dan batu didih dan dipanaskan sp mendidih. Selanjutnya di tambahkan 10.0 ml
KMnO4 0.01 N panaskan kembali sp mendidih 10 menit. Jika warna merah muda
hilang, maka ditambahkan lagi 10.0 ml KMnO4 0.01 N dan pemanasan
dilanjutkan kembali. Sampai warna KMnO4 tidak hilang.
 Kemudian di tambah 10,0 ml lar H2C2O4 0.01 N pemanasan dilanjutkan kembali
sp warna merah hilang.
 Dalam keadaan panas kelebihan H2C2O4 dititrasi dengan KMnO4 0.01 N sp
terjadi warna merah muda yg mantap selama 10 detik.
Perhitungan:
• Zat Organik/Bilangan Permanganat =
1000
x {(V.N ) KMnO4 – (V.N ) H2C2O4} x 31.6 mg/l KMnO4
𝑣𝑜𝑙.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
atau
1000
= x {( (10 + a) x b) – ( c x d) } x 31.6 mg/l KMnO4
𝑣𝑜𝑙.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

• Keterangan :
10 + a = ml KMnO4 0.01 N yg ditambahkan dan yang digunakan utk titrasi.
b = Normalitas KMnO4
c = ml H2C2O4 0.01N yang ditambahkan
d = NormalitasH2C2O4 .

Anda mungkin juga menyukai