Khilwa Najakha - Witri Muetia - B1A020087 - Kelompok 3 - Acara 2
Khilwa Najakha - Witri Muetia - B1A020087 - Kelompok 3 - Acara 2
Vegetasi adalah salah satu komponen dari ekosistem yang memiliki pengaruh terhadap
faktor-faktor lingkungan. Untuk mengetahui sejauh apa peran vegetasi mempengaruhi kondisi
lingkungan, metode analisis vegetasi dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam mengukur dan
memberikan informasi tentang komponen penyusun ekosistem tertentu. Analisis vegetasi
merupakan salah satu bagian dari studi di bidang ekologi tumbuhan yang bertujuan untuk
mengetahui struktur vegetasi di suatu habitat (wilayah) seperti hutan hujan tropis, savana dan juga
kawasan hutan mangrove. Unsur struktur vegetasi yang diamati adalah bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis
diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut.
Metode analisis vegetasi yang dapat digunakan sangat beragam diantaranya metode petak, metode
jalur, metode garis berpetak, metode kombinasi dan metode titik (Martiningsih et al., 2015).
Analisis vegetasi merupakan suatu cara mempelajari suatu susunan komposisi jenis dan
bentuk atau struktur vegetasi. Satuan vegetasi yang dipelajari dalam analisis vegetasi berupa
komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkrit dari semua spesies tumbuhan yang
menempati suatu habitat. Hasil analisis vegetasi tumbuhan disajikan secara deskriptif mengenai
komposisi spesies dan struktur komunitas. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi
hubungan antara spesies tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme. Analisis
vegetasi yang dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat (Maghfirah et al., 2022). Menurut
Greig (1983), analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk
pertumbuhan, stratifikasi, dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-
data jenis, diameter, dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas
hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Metode kuadran merupakan salah satu metode analisis vegetasi dengan menggunakan
pengamatan petak contoh yang luasnya diukur dalam satu kuadrat. Adapun bentuk petak contoh
dapat berupa persegi empat, persegi panjang, atu lingkaran. Metode ini digunakan karena sangat
mudah dan cepat, sehingga cocok diterapkan dalam melihat struktur vegetasi dan komposisi
tumbuhan. Sistem analisis dengan menggunakan metode kuadran yaitu kerapatan yang ditentukan
berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan dalam satu area tersebut. Kerimbunan
ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Sedangkan
frekuensi ditentukan berdasarkan dari seringnya dijumpai suatu jenis tumbuhan dalam sejumlah
area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N) yang biasanya
dinyatakan dalam persen (%) (Maghfirah et al., 2022).
Terdapat beberapa bentuk petak contoh, diantaranya yaitu lingkaran, empat persegi panjang,
dan bujur sangkar. Bentuk lingkaran, biasanya akan lebih menguntungkan jika digunakan untuk
analisis vegetasi herba yang bergerombol karena ukurannya dapat cepat diperluas dan teliti dengan
menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat lingkaran. Sedangkan untuk petak contoh
bentuk empat persegi panjang, biasanya digunakan untuk vegetasi herba rendah.
Terdapat empat jenis metode kuadrat yaitu list quadrat, list count quadrat, cover quadrat,
dan chart quadrat. Pada list quadrat, spesies yang berada diluar petak contoh dicatat. List count
quadrat digunakan untuk menghitung jumlah spesies yang ada dalam beberapa batang dari masing-
masing spesies dalam petak. Cover quadrat merupakan jenis metode kuadrat yang digunakan untuk
memperkirakan beberapa area atau penutupan relatif. Chart quadrat merupakan jenis metode
kuadrat yang digunakan untuk mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menipiskan letak
spesies yang vegetasinya begitu rapat.
Alat yang digunakan pada praktikum Metode Kuadrat adalah kertas kalkir sebanyak 5
lembar, papan jalan, alat tulis, plastik besar, meteran, tali rafia (2 m x 2 m, 5 m x 5 m, 10 m x 10
m), patok kayu, smartphone, dan aplikasi PlanNet. Bahan yang digunakan pada praktikum Metode
Kuadrat adalah tumbuhan bawah, pancang, dan pohon yang berada di sekitar Kebun Raya
Baturraden. Adapun cara kerja pada praktikum Metode Kuadrat yaitu :
1. Dibuat petak dengan menggunakan tali rafia dan patok. Ukuran petak dimulai dari 2 m x 2 m
untuk tumbuhan bawah, ukuran 5 m x 5 m untuk pancang, dan ukuran 10 m x 10 m untuk
pohon.
2. Dicatat jumlah jenis dan jumlah individu setiap jenis dalam petak pada lembar data.
3. Pengambilan sampel dilakukan 5 kali ulangan secara random (acak).
4. Sampel jenis tumbuhan diambil untuk kemudian diidentifikasi. Untuk di lapangan nama jenis
tumbuhan dapat menggunakan kode, contoh : spesies A, spesies B, spesies C, dan seterusnya.
5. Data jumlah jenis dan jumlah individu setiap jenis dianalisis menggunakan perhitungan
kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), frekuensi (F), frekuensi relatif (FR), dominansi (D),
dominansi relatif (DR), dan indeks nilai penting (INP).
6. Rumus perhitungan K, KR, F, FR, D, DR, dan INP yaitu :
𝛴 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
K = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑎𝑡
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
KR = 𝛴 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100%
𝛴 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
F = 𝛴 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
FR = 𝛴 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100%
Delairea
14 0 0 3 0 0 3
odorata
Dryopteris
15 0 0 0 1 0 1
filix
Asplenium
16 adiantum- 0 0 0 16 0 16
nigrum
Micrograma
17 0 0 0 4 0 4
tecta
Stregnogram
18 0 0 0 0 5 5
ma pozol
Perhitungan (Rumus) :
Kerapatan (K) 𝛴 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑎𝑡
= 4,73%
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 0,3
- Kerapatan Relatif Carex pendula = 𝛴 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100% = 24,3 x 100%
= 1,23%
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 0,5
- Kerapatan Relatif Cheilocostus speciosus = 𝛴 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100% = 24,3 x 100%
= 2,05%
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 0,95
- Kerapatan Relatif Clidemia hirta = 𝛴 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100% = 24,3 x 100%
= 3,90%
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1,05
- Kerapatan Relatif Commelina diffusa = 𝛴 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100% = 24,3 x 100%
= 4,32%
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
- Kerapatan Relatif Sphagneticola trilobata = x 100%
𝛴 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
9,25
= 24,3 x 100% = 38,05%
𝛴 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
3. Frekuensi (F) = 𝛴 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝛴 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2
- Frekuensi Ageratina riparia = = 5 = 0,4
𝛴 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝛴 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2
- Frekuensi Carex pendula = = 5 = 0,4
𝛴 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝛴 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1
- Frekuensi Cheilocostus speciosus = = 5 = 0,2
𝛴 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝛴 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 3
- Frekuensi Clidemia hirta = = 5 = 0,6
𝛴 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝛴 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2
- Frekuensi Commelina diffusa = = 5 = 0,4
𝛴 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝛴 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 4
- Frekuensi Sphagneticola trilobata = = 5 = 0,8
𝛴 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 6,66%
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 0,4
- Frekuensi Relatif Carex pendula = 𝛴 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100% = x 100%
6
= 6,66%
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 0,2
- Frekuensi Relatif Cheilocostus speciosus = 𝛴 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100% = x 100%
6
= 3,33%
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 0,6
- Frekuensi Relatif Clidemia hirta = 𝛴 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100% = x 100%
6
= 10%
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 0,4
- Frekuensi Relatif Commelina diffusa = 𝛴 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100% = x 100%
6
= 6,66%
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 0,8
- Frekuensi Relatif Sphagneticola trilobata = 𝛴 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100% = x 100%
6
= 13,33%
5. Indeks Nilai Penting (INP) = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif
- INP Ageratina riparia = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif = 4,73% + 6,66%
= 11,39%
- INP Carex pendula = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif = 1,23% + 6,66%
= 7,89%
- INP Cheilocostus speciosus = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif = 2,05% + 3,33%
= 5,38%
- INP Clidemia hirta = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif = 3,90% + 10%
= 13,9%
- INP Commelina diffusa = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif = 4,32% + 6,66%
= 10,98%
- INP Sphagneticola trilobata = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif
= 38,06% + 13,33% = 51,39%
Tabel 2. Jumlah Spesies Pancang Percobaan Metode Kuadrat
Ulangan
No Spesies Jumlah
1 2 3 4 5
Bridelia
1 1 0 0 0 0 1
insulana
Ficus
2 0 1 0 0 0 1
padana
Syzygium
3 0 1 0 3 0 4
polyanthum
Neolamarcki
4 0 0 0 0 2 2
a cadamba
Schefflera
5 0 0 0 0 2 2
actinophylla
Perhitungan (Rumus) :
Kerapatan (K) 𝛴 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑎𝑡
= 36,67%
Tabel 3. Jumlah Spesies Pohon Percobaan Metode Kuadrat
Ulangan
No Spesies Jumlah
1 2 3 4 5
Agathis
1 2 2 2 1 1 8
dammara
2 Ficus ribes 0 0 0 1 0 1
Perhitungan (Rumus) :
Kerapatan (K) 𝛴 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑎𝑡
Indeks Nilai Penting (INP) = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
Petak 1
𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔2 2122
- LBDS Agathis dammara = = = 3.575,09
4𝜋 4𝜋
𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔2 2572
- LBDS Agathis dammara = = = 5.253,90
4𝜋 4𝜋
Petak 2
𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔2 2012
- LBDS Agathis dammara = = = 3.213,72
4𝜋 4𝜋
𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔2 3002
- LBDS Agathis dammara = = = 7.159,09
4𝜋 4𝜋
Petak 3
𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔2 2762
- LBDS Agathis dammara = = = 6.059,45
4𝜋 4𝜋
𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔2 2102
- LBDS Agathis dammara = = = 3.507,95
4𝜋 4𝜋
Petak 4
𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔2 1982
- LBDS Agathis dammara = = = 3.118,5
4𝜋 4𝜋
𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔2 372
- LBDS Ficus ribes = = = 108,89
4𝜋 4𝜋
Petak 5
𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔2 2432
- LBDS Agathis dammara = = = 4.697,07
4𝜋 4𝜋
Berdasarkan praktikum Metode Kuadrat yang telah dilakukan diperoleh hasil terdapat jenis
vegetasi berupa tumbuhan bawah, pancang, dan pohon. Tumbuhan bawah yang ditemukan
berjumlah 18 spesies antara lain Ageratina riparia (23 individu), Carex pendula (6 individu),
Cheilocostus speciosus (10 individu), Clidemia hirta (19 individu), Commelina diffusa (21
individu), Costus spiralis (76 individu), Impatiens flaccida (9 individu), Oplismenus compositus
(36 individu), Selaginella concinna (26 individu), Sphagneticola trilobata (185 individu), Vigna
marina (23 individu), Microstegium vimineum (22 individu), Phyllanthus urinaria (1 individu),
Delairea odorata (3 individu), Dryopteris filix (1 individu), Asplenium adiantum-nigrum (16
individu), Microgramma tecta (4 individu), dan Stregnogramma pozol (5 individu). Jenis pancang
yang ditemukan berjumlah 5 spesies antara lain Bridelia insulana (1 individu), Ficus padana (1
individu), Syzygium polyanthum (4 individu), Neolamarckia cadamba (2 individu), dan Schefflera
actinophylla (2 individu). Jenis pohon yang ditemukan berjumlah 2 spesies antara lain Agathis
dammara (8 individu) dan Ficus ribes (1 individu).
Indeks Nilai Penting (INP) merupakan salah satu parameter yang menunjukkan peranan suatu
spesies tumbuhan dalam komunitasnya. Kehadiran suatu tumbuhan pada suatu daerah menunjukkan
kemampuan adaptasi dengan habitat dan toleransi yang lebar terhadap kondisi lingkungan. Semakin
besar nilai INP suatu spesies maka semakin besar tingkat penguasaan terhadap komunitas dan
sebaliknya (Maghfirah et al., 2015). Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang telah
dilakukan, diperoleh hasil bahwa spesies dominan untuk tumbuhan bawah yang tersebar pada
kelima ulangan yaitu spesies Sphagneticola trilobata dengan INP sebesar 51,39%, untuk pancang
yaitu spesies Syzygium polyanthum dengan INP sebesar 73,33%, sedangkan untuk pohon Agathis
dammara dengan INP sebesar 271,92%.
Pada tingkat tumbuhan bawah, Sphagneticola trilobata mempunyai INP yang tinggi
dikarenakan umumnya spesies dari famili Asteraceae merupakan tumbuhan liar dan mudah tersebar
di beberapa habitat serta merupakan salah satu spesies gulma yang berbahaya. Sphagneticola
trilobata berasal dari Amerika Utara dibawa dari Hawai ke Pohnpei karena dianggap sebagai
tanaman kebun hias yang menarik. Spesies ini mengandung senyawa triterpenoid yang berpotensi
aktif sebagai antiplasmodium. Biji-biji dari famili ini ringan dan terdispersi melalui agen utama
angin (anemokori). Pada tingkat pancang, Syzygium polyanthum mempunyai INP yang besar
dikarenakan tingkat penguasaan oleh spesies tersebut sangat tinggi dalam komunitas. Pada tingkat
pohon, Agathis dammara mempunyai INP yang tinggi dikarenakan merupakan tanaman pokok
kawasan hutan produksi yang diperuntukkan sebagai komoditas utama produksi kayu dan kopal.
Spesies ini dapat tumbuh dengan baik pada kelembaban relatif 20-85% dan suhu 20-38℃
(Sulistiyowati et al., 2020).
Hasil indeks nilai penting (INP) tumbuhan memperlihatkan adanya perbedaan nilai INP dari
tiap tingkatan yaitu baik tingkatan pohon, pancang dan tumbuhan bawah. Hal ini menggambarkan
bahwa pengaruh suatu jenis dalam komunitas berbeda pada setiap tingkatan. Untuk tingkat pohon
memiliki nilai INP tertinggi jika dibandingkan dengan tingkat pancang dan tumbuhan bawah, hal
ini dipengaruhi oleh nilai penutupan jenis yang lebih besar sehingga menghasilkan INP yang lebih
tinggi. Menurut Odum (1993) dalam Raymond et al., (2010) pengaruh suatu populasi terhadap
komunitas dan ekosistem tidak hanya bergantung pada spesies dari organisasi yang terlibat tetapi
bergantung juga pada jumlah atau kepadatan populasi.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil adalah :
1. Ditemukan 18 spesies tumbuhan bawah, 5 spesies pancang, dan 2 spesies pohon pada petak
metode kuadrat dengan persebaran yang beraneka ragam.
2. Spesies yang mendominasi adalah Sphagneticola trilobata (tumbuhan bawah) dengan INP
sebesar 51,39%, Syzygium polyanthum (pancang) dengan INP sebesar 73,33%, dan Agathis
dammara (pohon) dengan INP sebesar 271,92%.
3. Digunakannya metode kuadrat karena metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk
mengetahui komposisi, dominansi, dan menaksir volume tumbuhan.
4. Metode kuadrat menekankan pada pembuatan plot dan analisis vegetasi dengan menghitung
parameter vegetasi: densitas, frekuensi, dominansi, indeks nilai penting, dan indeks
keanekaragaman.
DAFTAR PUSTAKA
Greig, S. P., 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Oxford: Blackwell Scientific
Publications.
Maghfirah, A., Aini, A., Agustinawati, A., Mulyadi, M., and Fakhri, F., 2022. Analisis Vegetasi
Tumbuhan Strata Pohon Di Kawasan Pantai Nipah Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. In
Prosiding Seminar Nasional Biotik, 8(1), pp.1-6.
Martiningsih, N. G. A. G. E., Suryana, I. M., & Sutiadipraja, N., 2015. Analisa Vegetasi Hutan
Mangrove Di Taman Hutan Raya (Tahura) Bali. Agrimeta, 5(9), pp.90187.
Odum, E. P., 1993. Dasar-Dasar Ekologi Terjemahan Tjahjono Samingan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Raymond, G., Harahap, N., and Soenarno, S., 2010. Pengelolaan Hutan Mangrove Berbasis
Masyarakat Di Kecamatan Gending, Probolinggo. Agritek, Vol.18(2), pp.185-200.
Sulistiyowati, E., Widodo, P., and Sudiana, E., 2020. Komposisi Jenis Invasive Aliens Species
(IAS) Di Kebun Raya Baturraden, Jawa Tengah. VIGOR: JURNAL ILMU PERTANIAN
TROPIKA DAN SUBTROPIKA, 5(2), pp.61-70.