Teori Kolb
Teori Kolb
“Psikologi Belajar”
Dosen Pengampu:
Oleh:
Satriani (20.26.0101.1335)
JURUSAN TARBIYAH
2023 M / 1444 H
A. Biografi David A. Kolb
David A. Kolb, lahir pada tanggal 12 Desember 1939, adalah seorang psikolog
dan pendidik Amerika yang dikenal karena karyanya tentang teori pembelajaran
eksperimental. Ia telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang
pembelajaran dan pendidikan, terutama dalam pemahaman tentang bagaimana individu
memperoleh pengetahuan dan mengembangkan keterampilan melalui pengalaman
langsung. Kolb dibesarkan di Ohio dan menghadiri Case Western Reserve University,
di mana ia memperoleh gelar sarjana dalam psikologi pada tahun 1961. Ia melanjutkan
studinya di Harvard University, di mana ia mendapatkan gelar magister dalam psikologi
sosial pada tahun 1964 dan gelar Ph.D. dalam perilaku organisasi pada tahun 1967.
Sepanjang karirnya, Kolb telah menduduki berbagai posisi akademik. Ia menjadi
profesor perilaku organisasi di Weatherhead School of Management di Case Western
Reserve University, di mana ia mendirikan Departemen Perilaku Organisasi. Ia juga
bekerja sebagai profesor pendidikan dewasa dan perilaku organisasi di University of
Chicago.
Kontribusi terbesar Kolb adalah teori pembelajaran eksperimental yang
dikembangkannya pada tahun 1970-an. Menurut teori ini, pembelajaran adalah proses
yang berkelanjutan yang melibatkan siklus empat tahap: pengalaman konkret, observasi
reflektif, konseptualisasi abstrak, dan eksperimen aktif. Ia mengusulkan bahwa individu
belajar dengan baik ketika mereka terlibat dalam proses berputar antara mengalami,
merenung, berpikir, dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam situasi
praktis. Untuk mengembangkan teorinya, Kolb membuat Learning Style Inventory
(LSI), alat penilaian diri yang membantu individu mengidentifikasi gaya pembelajaran
yang disukai. LSI mengklasifikasikan pembelajar ke dalam empat kategori: konvergen,
divergen, asimilasi, dan akomodasi. Konvergen lebih cenderung pada penerapan
praktis, sementara divergen menekankan refleksi dan observasi. Asimilasi berfokus
pada konseptualisasi abstrak, dan akomodasi mengutamakan eksperimen aktif.
Teori pembelajaran eksperimental Kolb dan LSI-nya memiliki dampak yang
signifikan pada pendidikan, pelatihan, dan pengembangan pribadi. Karya-karyanya
telah mempengaruhi desain pembelajaran, pengembangan kurikulum, dan metodologi
pengajaran. Banyak pendidik dan pelatih yang mengadopsi ide-idenya untuk
menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif yang memperhatikan gaya
pembelajaran yang berbeda.
Selain karya-karyanya tentang pembelajaran eksperimental, Kolb juga
melakukan penelitian tentang berbagai topik, termasuk perilaku organisasi, pendidikan
manajemen, dan pengembangan kepemimpinan. Ia telah menulis banyak artikel dan
buku, termasuk "Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and
Development," yang dianggap sebagai karya penting dalam bidang tersebut.
Secara keseluruhan, David A. Kolb diakui sebagai tokoh terkemuka dalam
bidang pembelajaran eksperimental dan telah memberikan kontribusi signifikan
terhadap pemahaman kita tentang bagaimana individu belajar dan berkembang. Teori
dan alat-alatnya terus membentuk praktik pendidikan dan menginspirasi para pendidik,
pelatih, dan pembelajar di seluruh dunia.
B. Pengertian Teori Kolb
Teori Kolb dalam mata kuliah psikologi belajar mengacu pada Teori
Pembelajaran Pengalaman Konkret (Experiential Learning Theory) yang dikemukakan
oleh David A. Kolb. Teori ini berfokus pada bagaimana individu belajar melalui
pengalaman langsung dalam situasi nyata. Teori ini menyajikan siklus belajar empat
tahap yang saling berhubungan, yaitu pengalaman konkret, refleksi observasional,
konseptualisasi abstrak, dan eksperimen aktif.
1. Pengalaman konkret (Concrete Experience): Tahap ini melibatkan pengalaman
langsung dalam situasi nyata. Seseorang belajar melalui pengalaman fisik atau
emosional yang dialami secara langsung.
2. Refleksi observasional (Reflective Observation): Tahap ini melibatkan refleksi
terhadap pengalaman konkret yang baru saja dialami. Individu mengamati dan
memperhatikan pengalaman tersebut, memikirkan apa yang terjadi, serta
mempertimbangkan konsekuensi dan implikasi dari pengalaman tersebut.
3. Konseptualisasi abstrak (Abstract Conceptualization): Tahap ini melibatkan
pemahaman dan pemikiran konseptual terhadap pengalaman dan refleksi yang telah
dilakukan. Individu mencoba mengorganisasikan informasi yang diperoleh dari
pengalaman konkret dan mencari pola atau prinsip umum yang melandasi
pengalaman tersebut.
4. Eksperimen aktif (Active Experimentation): Tahap ini melibatkan tindakan dan
implementasi dari pemahaman konseptual yang telah diperoleh. Individu mencoba
menerapkan konsep-konsep tersebut dalam situasi nyata, menguji hipotesis, dan
mencari solusi yang efektif.
Teori Kolb menekankan bahwa proses belajar yang efektif melibatkan siklus
berkelanjutan antara keempat tahap ini. Individu dapat memulai dari tahap mana pun
dalam siklus ini, tetapi proses pembelajaran yang komprehensif akan melibatkan semua
tahap.
Dalam teori belajar Kolb, terdapat empat gaya belajar yang berbeda berdasarkan
dua dimensi belajar: pemrosesan informasi (preferensi untuk memproses informasi
secara konkret atau abstrak) dan orientasi terhadap dunia (preferensi untuk bertindak
atau mengamati). Berikut adalah penjelasan tentang empat gaya belajar tersebut:
1. Akomodator (tindakan konkret): Gaya belajar akomodator cenderung lebih suka
belajar melalui tindakan konkret dan pengalaman langsung. Individu dengan gaya
belajar ini lebih suka mencoba hal-hal baru dan berani mengambil risiko. Mereka
belajar dengan melakukan percobaan, melakukan tindakan langsung, dan mencoba
solusi-solusi praktis untuk masalah. Akomodator biasanya memiliki kemampuan
fisik yang baik dan cenderung tanggap terhadap tantangan baru.
2. Diverger (pengamatan konkret): Gaya belajar diverger cenderung lebih suka belajar
melalui pengamatan konkret. Individu dengan gaya belajar ini cenderung lebih
kreatif dan berimajinasi. Mereka menikmati mengumpulkan informasi,
memperhatikan detail, dan melihat situasi dari berbagai perspektif. Diverger
memiliki kepekaan estetika yang tinggi dan biasanya memiliki kemampuan dalam
seni, sastra, atau musik.
3. Assimilator (pengamatan abstrak): Gaya belajar assimilator cenderung lebih suka
belajar melalui pengamatan abstrak. Individu dengan gaya belajar ini cenderung
lebih analitis dan memahami konsep-konsep secara teoritis. Mereka menikmati
mengorganisasikan dan menyusun informasi secara logis, membuat hubungan
antara konsep-konsep yang berbeda, dan menggambarkan konsep dalam bentuk
model atau teori. Assimilator biasanya memiliki kemampuan dalam pemecahan
masalah dan pemikiran kritis.
4. Konverger (tindakan abstrak): Gaya belajar konverger cenderung lebih suka belajar
melalui tindakan abstrak. Individu dengan gaya belajar ini cenderung lebih terfokus
pada penerapan praktis dari konsep-konsep yang dipelajari. Mereka menyukai
pemecahan masalah teknis dan aplikasi langsung dalam situasi nyata. Konverger
memiliki kemampuan dalam ilmu alam, teknologi, dan matematika.
Perlu dicatat bahwa gaya belajar seseorang dapat mencakup elemen-elemen dari
beberapa gaya yang berbeda dan dapat berubah seiring waktu. Penting bagi pendidik
untuk memahami gaya belajar siswa dan menyajikan materi pembelajaran dengan
beragam pendekatan dan strategi, sehingga dapat mengakomodasi berbagai gaya
belajar yang ada. Dengan memahami gaya belajar siswa, guru dapat meningkatkan
efektivitas pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang
sesuai dengan preferensi mereka.
Teori Kolb, yang dikembangkan oleh David A. Kolb, adalah teori belajar yang
menekankan pentingnya pengalaman nyata dalam proses pembelajaran. Teori ini
berdasarkan pada pandangan bahwa individu belajar melalui siklus empat tahap yang
melibatkan pengalaman konkret, refleksi, pemahaman konseptual, dan penerapan
praktis. Berikut beberapa alasan mengapa menggunakan Teori Kolb dalam konteks
pembelajaran: