Anda di halaman 1dari 14

” “BERPRINSIP DAN BERSIKAP SESUAI AJARAN

NAHDLATUL ULAMA
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ASWAJA

Dosen pengampu : Zakiyah B.Z M.pd

Di susun oleh :

Aulia rahmawati (2021400123)

PRODI INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NURUL JADID

PAITON-PROBOLINGGO

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Al hamdulillah puji syukur kami haturkan kepada yang maha kuasa, atas rahmat dan
hidayahnya kami bisa merampungkan makalah yang berjudul “Berprinsip dan bersikap sesuai
ajaran Nahdlatul Ulama”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas manusia
pilihan yang telah menuntun kita kepada ajaran agama yang benar yakni agama islam.

Makalah yang berjudul”Berprinsip dan bersikap sesuai ajaran Nahdlatul Ulama” di


susun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah ASWAJA Jurusan
Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Nurul Jadid.

Makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin, akan tetapi kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami mohon kritik dan saran
yang membangun agar menjadi motivasi yang lebih baik lagi kedepannya.

Probolinggo, 18 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.Latar Belakang................................................................................................................................1
1.1.Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.2. Tujuan penulisan makalah..........................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1. Prinsip dan Sikap Kebangsaan Nahdlatul ulama’.......................................................................3
2.2.Prinsip Mabadi Khairu Ummah...................................................................................................5
2.3. Prinsip Maslahatul Ummah.........................................................................................................6
2.4. Prinsip dan Sikap Nahdlatul Ulama dalam Tradisi dan Budaya..................................................8
2.5. Prinsip Berpolitik Nahdlatul Ulama............................................................................................9
BAB III................................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
3.1. Kesimpulan..........................................................................................................................11
3.2. Kritik dan saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Nahdlatul ulama (NU) merupakan Jam’iyah Diniyah Islamiyah, yang didirikan pada
tanggal 31 januari 1926. NU didirikan oleh para ulama yang memiliki kesamaan visi dan misi
yaitu dalam paham ASWAJA (ahlus sunnah waljama’ah). Paham aswaja bersumber dari
sebutan yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu Ahlussunnah “maa ana ‘alaihi
al yauma wa ashaabi” (Apa yang aku berada diatasnya bersama para sahabatku).

Dengan kata lain ASWAJA adalah ajaran (wahyu Allah) yang di sampaikan nabi
Muhammad SAW kepada para sahabatnya dan diamalkan olehnya bersama para sahabatnya.
Dari itu intinya terletak pada keterpaduan iman, islam, dan ihsan yang tercermin pada cara
berpikir, bersikap, berprinsip dan berperilaku dalam seluruh aspek kehidupan Jam’iyah
nahdlatul ulama sesuai dengan paham ahlussunnah waljama’ah.

Dari sejak awal berdirinya Nahdlatul ulama, para anggota Jam’iyah NU terutama
pemimpin dan ulama NU memiliki karakter, prinsip dan sikap keberagaman dan
kemasyarakan yang khas.

1.1. Rumusan Masalah


1. Bagaimana prinsip Jam’iyah NU dalam berbangsa dan bernegara?
2. Bagaimana prinsip Mabadi Khairu Ummah?
3. Bagaiman prinsip Maslahatul ummah ?
4. Bagaiman sikap NU terhadap tradisi dan budaya?
5. Bagaimana sikap berpolitik Nahdlatul Ulama?

1.2. .Tujuan penulisan makalah


1. Mahasiswa mampu memahami dan mengamalkan prinsip dan sikap yang sesuai
dengan ajaran ASWAJA dalam aspek berbangsa dan bernegara.
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengamalkan prinsip dan sikap mabadi
khairu ummah .
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengamalkan prinsip maslahatul ummah.
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengamalkan bagaimana sikap NU terhadap
tradisi dan budaya.
1
5. Mahasiswa mampu memahami cara berpolitik sesuai ajaran Nahdlatul ulama’.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Prinsip dan Sikap Kebangsaan Nahdlatul ulama’
A. Nahdlatul ulama’, Aswaja dan Kebangsaan.
Nahdlatul ulama’ merupakan organisasi kemasyarakatan yang menganut paham
ahlussunnah waljama’ah (ASWAJA) memiliki konsep terhadap masalah kebangsaan yang
menjadi karakter pokok NU yaitu komitmen dan konsistensinya yang sangat tinggi terhadap
berlakunya ajaran islam Aswaja dan persoalan kebangsaan. Karakter tersebut menjadi ruh
organisasi Nahdlatul ulama’ yang diwujudkan dalam praksis kehidupan berorganisasi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Aswaja sebagai sebuah akidah yang muncul dari pemikiran imam Abu hasan al
asy’ari dan imam Abu mansyur almaturidi tidak membatasi diri dari kehidupan bernegara.
Bahkan fiqih siyasah menjadi dasar bagi para ulama’ untuk mengonsep korelasi hukum
dengan prinsip kebangsaan dan kenegaraan.

Salah satu penyusun Naskah khittah NU, KH. Achmad Siddiq dalam bukunya Khittah
Nahdliyah menjelaskan perwujudan atau menifestasi Aswaja dalam konteks kehidupan
bernegara. Manifestasi tersebut sangat terkait dengan kedudukan Negara yang dididirikan
atas dasar tanggungan bersama sebagai sebuah bangsa (nation), sikap terhadap
kedududkan pemimpin dan etika ketika pemimpin perlu diingatkan atas kesalahannya.

Manifestasi Aswaja terhadap kehidupan bernegara terdiri dari tiga hal :

1. Negara nasional (yang didirikan bersama oleh seluruh rakyat) wajib dipelihara dan
dipertahankan eksistensinya.
2. Penguasa Negara (Pemerintah) yang sah harus ditempatkan pada kedudukan yang
terhormat dan ditaati, selama tidak menyeleweng, memerintah ke arah yang
bertentangan dengan hokum dan ketentuan Allah SWT.
3. Ketika terjadi kesalahan dari pihak pemerintah, cara memperingatkannya melalui
tata cara yang sebaik – baiknya.

Ketiga manifestasi Aswaja dalam konteks kehidupan bernegara yang juga menjadi
prinsip akidah Nahdlatul Ulama’ memainkan peran penting untuk memperkuat suatu
2
bangsa. NU sebagai civil society telah mempraktekkan bagaiman agama dan
nasionalisme tidak bertentangan, bahkan saling memperkuat sehingga nasionalisme tidak
kering dan mempunyai pijakan moral, sedangkan agama tidak kehilangan pijakan
dakwahnya.

B. Sikap Kemasyarakatan Kebangsaan Nahdlatul Ulama’


Tujuan NU adalah berlakunya ajaran islam yang menganut paham Ahlussannah
Waljama’ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi
kemaslahatan, kesejahteraan umat demi terciptanya rahmat bagi semesta. Demi
merealisasikan tujuan tersebut, NU memiliki tekad untuk terus mengupayakan
berkembangnya dasar – dasar keagamaan sebagai berikut;

1. Memegang teguh paham Ahlussunnah Waljama’ah yang dijabarkan dalam


Khittah NU, sebagai landasan berfikir, bersikap dan bertindak bagi warga NU.
2. Mengembangkan paham islam Ahlussunnah Waljama’ah dalam kerangka
Amar Ma’ruf Nahi Mungkar yang dijabarkan dalam Manhaj Fikrah
Nahdliyah.
3. Mengimplementasikan Prinsip – prinsip diatas dalam kehidupan sehari – hari
dengan Mabadi Khairu Umma, Yaitu gerakan pembentukan identitas dan
karakter melalui upaya penanaman nilai – nilai luhur yang digali dari paham
kegamaan islam.

Dari dasar – dasar keagamaan dan sikap kemasyarakatan tersebut membentuk 10


perilaku warga NU, baik dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi:

1. Menjunjung tinggi nilai – nilai maupun norma – norma ajaran islam.


2. Mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi.
3. Menjunjung tinggi sifat keikhlasan, berkhidmah dan berjuang.
4. Menjujung tinggi persaudaraaan, persatuan, serta rasa kasih mengasihi.
5. Meluhurkan kemuliaan moral, dan menjunjung tinggi kejujuran, dalam
berfikir,bersikap dan bertindak.
6. Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa dan Negara.
7. Menjunjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari ibadah
kepada allah SWT.

3
8. Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan serta ahli – ahlinya, selalu siap untuk
menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa manfaat bagi
kemaslahatan manusia.
9. Menjunjung tinggi kepoloporan dalam usaha mendorong, memacu dan
mempercepat perkembangan masyarakat.
10. Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa bernegara.

Prinsip-prinsip tersebut yang terimplementasikan sebagaimana mestinya, terbukti


menjadi solusi paling baik dalam kurun waktu yang lalu dan yang akan datang bagi
tatanan kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk.

2.2.Prinsip Mabadi Khairu Ummah


Pada musyawarah nasional alim ulama’ Nahdlatul Ulama’ di lampung tahun 1992,
gerakan Mabadi Khairu Ummah kembali dimunculkan ke permukaan dan bahkan lebih
dikembangkan lagi. Yang pada awalnya hanya terdiri dari tiga prinsip, yaitu Asshidqu, Al
amanah / Alwafa bil Ahdi, Dan Attaawun sebagaimana yang dirumuskan oleh KH.
Mahfudz Shiddiq selaku ketua PBNU pada tahun 1935.

Kemudian dalam MUNAS Alim Ulama dan konbes NU di Bandar Lampung tahun
1992, tiga prinsip tersebut ditambah dua poin lagi yakni Al adalah dan Al istiqamah,
Sehingga menjadi lima prinsip dan disebut juga sebagai “Al mabadi Al khamsah” . Dasar
pemikiran adanya penambahan tersebut adalah perbedaan tantangan situasi yang berbeda
antara tahun 1935 dan tahun – tahun mendatang. Selain itu juga adanya perbedaan sasaran
yang ingin dicapai. Sasaran pada masa tahun 1935 hanya pembentukan jati diri dan watak
warga, sedangkan pada masa sekarang ini diharapkan sebagai modal dasar bagi
pembentukan tata kehidupan baru yang lebih baik.

Berikut ini pengertian lima prinsip Mabadi Khairu Ummah:

1. As shidqu (memiliki integritas kejujuran)


As shidqu artinya kejujuran pada diri sendiri, sesama dan kepada Allah
sebagai pencipta. As shidqu mengandung arti juga keenaran, kenyataan, kesungguhan
dan keterbukaan. Kejujuran dan kebenaran adalah satunya kata dengan perbuatan,
ucapan dengan pemikiran. Apa yang diucapkan sama dengan yang batin.
Keterbukaan merupakan sikap yang lahir dari kejujuran demi mengindarkan
curiga, kecuali dalam hal – hal yang harus dirahasiakan karena alasan pengamanan
dan dan semua keadaan harus diberitakan.
4
2. Al amanah Walwafa bil Ahdi (terpercaya dan taat memenuhi janji)
Dapat dipercaya adalah sifat yang diletakkan pada seseorang yang dapat
melaksanakan semua tugas yang dipikulnya, baik yang bersifat diniah maupun
kemasyarakatan. Sedangkan tepat janji adalah melaksanakan semua perjanjian yang
dibuatnya sendiri maupun perjanjian yang melekat pada kedudukannya sebagai orang
dewasa.
3. Al adalah (tegak lurus dalam meneguhkan rasa adil dan keadilan)
Bersikap adil mengandung pengertian objektif, proporsional dan taat asas,
sehingga dalam menempatkan sesuatu pada tempatnya selalu berpihak dengan
kebenaran dan keadilan, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar.
4. At taawun (saling menolong).
Sikap tolong menolong merupakan sendi dalam tata kehidupan masyarakat.
Yaitu manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup tanpa berintraksi dengan
masyarakat lainnya. Dengan kata lain At taawun adalah menjunjung tinggi solidaritas
sesama manusia dan berintraksi bahu membahu dalam hal kebaikan baik bersifat
material maupun spiritual.
5. Al istiqamah (konsisten)
Al istiqamah dalam mabadi khaira ummah mengandung arti ajeg-jegjeg,
kesinambungan, keberlanjutan, dan kontiniutas.
Ajeg-jejeg artinya tetap dan tidak bergeser dari jalur (thariqah) sesuai dengan
ketentuan Allah, Rasul-Nya, para salaf al salih dan aturan yang telah disepakati
bersama.
Kesinambungan artinya keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang
lain dan antara periode satu dengan periode yang lain sehingga semuanya merupakan
satu kesatuan yang saling menopang dan terkait seperti sebuah bangunan
Keberlanjutan (kontinuitas) artinya bahwa pelaksanaan kegiatan-kegiatan
tersebut merupakan proses yang berlangsung terus menerus tanpa mengalami
kemandekan, merupsalinakan suatu proses maju, bukannya berjalan di tempat.
Mabadi khaira ummah adalah jalan panjang bagi terwujudnya obsesi warga
Nahdliyyin untuk menjadi umat terbaik yang dapat berperan positif di tengah masyarakat.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan konsep Waljamaah. Karena Waljamaah
merupakan barometer keberhasilan mabadi khaira ummah sebagai karakter kaum
Nahdliyyin.

5
2.3. Prinsip Maslahatul Ummah
Maslahatul Ummah adalah sesuatu yang mengandung nilai manfaat dilihat dari
kepentingan umat manusia dan tiadanya nilai mudharat yang terkandung di dalam, baik
yang dihasilkan dari kegiatan jalbul manfa’ah (mendapatkan manfaat) maupun daf’ul
mafsadah (menghindari kerusakan).

Maslahatul ummah harus selaras dengan tujuan syariat, yaitu terpeliharanya lima hak
dan jaminan dasar manusia (al-ushul al khamsah), yang meliputi:

a. Keselamatan keyakinan agama


b. Keselamatan jiwa (dan kehormatan).
c. Keselamatan akal
d. Keselamatan keluarga dan keturunan.
e. Keselamatan hak milik.

Nahdlatul Ulama sebagai organisasi kemasyarakatan dalam prinsip Maslahatul


ummah memiliki tiga aspek penting yang menjadi fokus pengembangngan untuk
meningkatkan kemajuannya di era modernisasi, berikut tiga aspek yang dimaksud adalah:

1. Penguatan ekonomi
Di masa modernisasi saat ini masyarakat nahdliyin harus berhadapan dengan
perkembangan dunia industri yang sangat pesat. Otomatis keahlian dan
kemandirian masyarakat Nahdliyin di sektor agrarian harus siap dan akrab dengan
industrialisasi, modernisasi, komersialisasi, dan manajerialisasi produk-produk
agraria.
Dengan terjadinya perubahan tersebut, NU setidaknya memerlukan sebuah
penguasaan baru dalam masalah ekonomi. Perubahan ini bukan dimaksudkan
untuk mengubah pola hidup masyarakat melainkan meningkatkan kemampuan
dan keahlian masyarakat Nahdliyin di berbagai bidang seperti pertanian,
perkebunan, nelayan dan sector usaha kecilmenengah lainnya guna meningkatkan
nilai tambah beebrapa sector yang sesuai dengan standar usaha yang berlaku saat
ini.
2. Pendidikan
a. pendidikan pengajaran formal
Sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan yang turut serta
mencerdaskan bangsa Nahdlatul ulama sangat menaruh perhatian besar

6
terhadap dunia pendidikan. Pondok pesantren yang semula tradisional di
format membentuk kelas berjenjang yang lambat laun menjdi Madrasah.
Madrasah dan Pondok pesantren merupakan kontribusi nyata warga NU
terhadap tegak dan kemajuan bangsa ini. Oleh karena itu, ditengah perubahan
orientasi hidup masyarakat, pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai bekal
bagi warga NU untuk bisa membaca dan menulis, melainkan juga memahami
dan menguasai ilmu pengetahuan yang terus berkembang pesat nyaris tanpa
batas.
b. Pengajaran lingkungan
Bagi NU pendidikan harus berlangsung sejak dalam buaian hingga
keliang lahat. Artinya pendidikan tidak hanya dilakukan di sekolah, akan
tetapi juga di masyarakat. Baik buruknya seseorang juga dipengaruhi dan
mempengaruhi lingkungansekitarnya. Karena itu para Ulama tidak saja
mendidik santri agar menjadi generasi penerus bangsa yang berguna tapi juga
ngayomi lan ngayemi masyarakat umum. Untuk itu, pengajaran dan
pendidikan tentang dampak lingkungan juga menjadi perhatian NU. Sebab, hal
ini mengandung konsekuen bagi NU untuk senantiasa memberikan
keteladanan / uswah kepada masyarakat luas.
3. Pelayanan sosial
Salah satu motivasi kelahiran Nahdlatul Ulama adalah karena kesadaran
buruknya pelayanan masyarakat rakyat kecil di tempat masyarakat warga nahdliyin
berada. Dari kesadaran itu Nahdlatul Ulama harus memprioritaskan program dan
usahanya dalam bidang mengentaskan kemiskinan, perbaikan kesehatan, dan
perbaikan tingkat pendidikan. Seberapapun kemampuannya, tiap warga NU harus
berusaha menjadi pelayan bagi pengentasan penderitaaan masyarakat. Mereka yang
kompeten harus berusaha sekuatnya untuk mengangkat saudara-saudaranya yang terus
terjerat kemiskinan, kekurangan gizi dan kesehatan, serta rendahnya peendidikan.

2.4. Prinsip dan Sikap Nahdlatul Ulama dalam Tradisi dan Budaya
Mengikuti teladan Nabi dan Walisongo, Nahdlatul Ulama selalu memandang
kebudayaan secara positif dalam praktik dan dakwah. Berdakwah harus dilaksanakan dengan
cara yang bijaksana termasuk memandang kebudayaan dalam berdakwah. Bahkan dalam
pandangan fikih tradisi dan budaya dapat menjadi sumber sebuah hukum islam, inilah wujud
dari islam nusantara. Islam yang memberikan apresiasi terhadap kebudayaa dan tradisi.

7
Dalam sejarah kelahiran Nahdlatul Ulama salah satu diantara semangatnya adalah
untuk mempertahankan tradisi dan khazanah budaya yang menopang ajaran dan syiar agama.
Serta menjadikan budaya sebagai infrastruktur agama. Tentu saja selama tradisi, budaya, dan
adat istiadat tidak bertentangan dengan syariat islam. Sebab agama kering tanpa budaya.
Kaidah fikihnya, “ Al muhafadhzah ‘alal-Qadim al-alshalih Wal-akhdhzu bil jadid al-
ashlah”. Yang artinya melestarikan nilai-nilai lama yang baik dan menerapkan nilai-nilai
baru yang lebih baik.

Di dalam masyarakat Indonesia yang memiliki beragam tradisi dan budaya .


Nahdlatul Ulama melihatnya sebagai suatu keniscayaan . Mengingat keberagaman adalah
anugrah yang harus disyukuri sekaligus menjadi energi untuk maju bersama. Dan ditengah
keberagaman yang berbeda beda inilah Nahdlatul Ulama harus tetap menjaga persaudaraan
antar umat manusia. Dalam hal ini Nahdlatul Ulama merumuskan tiga jenis persaudaraan
yaitu :

1. Ukhuwah basyariyah (persaudaraan antara umat manusia manusia).


2. Ukhuwah wathaniyah (persaudaraan bangsa).
3. Ukhuwah islamiyah (persaudaraan umat isalam).

Dan dari persaudaraan inilah Nahdlatul ulama memiliki rasa tenggang rasa yang tinggi
sehingga tercipta kehidupan yang aman dan damai di tengah tengah tradisi dan budaya yang
beragam.
2.5. Prinsip Berpolitik Nahdlatul Ulama
Lima tahun setelah keputusan Muktamar di Situbondo 1984, Muktamar NU merumuskan
pedoman berpolitik bagi warga Nahdliyin dengan menekankan akhlakul karimah, baik berupa
etika sosial maupun norma politik. Nahdlatul Ulama mengimbau pada warganya agar
melakukan politik secara benar dan bertanggung jawab dan dengan cita-cita menegakkan
akhlaqul karimah dan dijalankan dengan proses yang selalu berpegang teguh pada prinsip
akhlakul karimah.
Mengingat pentingnya politik sebagai sebuah sarana perjuangan, di samping sarana sosial
dan pendidikan maka warga nahdliyin diberikan tuntunan yang mudah dipahami dan
sekaligus mudah dilaksanakan yaitu berupa sembilan butir pedoman berpolitik warga
Nahdliyin. Melalui sembilan pedoman tersebut warga Nahdliyin diharapkan bisa menjadi
teladan dalam menjalankan politik, di mana norma dan etika selalu dikedepankan.
Berikut ini Sembilan pedoman berpolitik warga Nahdliyin:

8
1. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama mengandung arti keterlibatan warga Negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara secara menyeluruh sesuai dengan pancasila dan
UUD 1945.
2. Politik bagi Nahdlatul Ulama adalah politik yang berwawasan kebangsaan dan menuju
integrasi bangsa dengan langkah- langkah yang senantiasa menjunjung tinggi persatuan
dan kesatuan untuk mencapai cita – cita bersama, yaitu terwujudnya masyarakat adil
dan makmur lahir dan batin dan dilakukan sebagai amal ibadah menuju kebahagiaaan di
dunia dan kehidupan di akhirat.
3. Politik bagi Nahdlatul ulama adalah pengembangan nilai-nilai kemerdekaan yang hakiki
dan demokratis, mendidik kedewasaan bangsa untuk menyadarai hak, kewajiban dan
tanggung jawabuntuk mencapai kemaslahatan bersama.
4. Berpoltik bagi Nahdlatul ulama haruslah dilakuakan dengan moral, etika dan budaya
yang berketuhanan Yang Maha Esa, berprikemanusiaan yang adil yang dan beradab,
menjujng tinggi persatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh khidmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
5. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama haruslah dilakukan dengan kejujuran nurani dan moral
agama, konstitusional, adil sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang disepakati,
serta dapat mengembangkan mekanisme musyawarah dalam memecahkan masalah
bersama.
6. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama dilakukan untuk memperkokoh konsensus-konsensus
nasional dilaksanakan sesuai dengan akhlakul karimah sebagai pengamalan ajaran Islam
Ahlussunnah Waljamaah.
7. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama, dengan dalih apapun tidak boleh memecah belah
persatuan.
8. Perbedaan pandangan di antara aspirasi-aspirasi politik warga nahdlatul Ulama harus
tetap berjalan dalam suasana persaudaraan, tawadlu’ dan saling menghargai satu sama
lain, sehingga dalam berpolitik itu tetap dijaga persatuan dan di lingkungan Nahdlatul
Ulama.
9. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama menuntut adanya kmunikasi ke,masyarakatan timbal
balik dalam pembangunan nasional untuk menciptakan iklim yang memungkinkan
perkembangan organisasi kemasyarakatan yang lebih mandiri dan mampu
melaksanakan fungsinya sebagai sarana masyarakat untuk berserikat, menyalurkan
aspirasi serta berpartisipasi dalam pembangunan.

9
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari sejak awal berdirinya Nahdlatul ulama, para anggota Jam’iyah NU terutama
pemimpin dan ulama NU memiliki karakter, prinsip dan sikap keberagaman dan
kemasyarakan yang khas. Prinsip dan sikap Nahdlatul ulama tersebut terbagi ke
dalam beberapa aspek yaitu:

a. Prinsip kebangsaan
b. Prinsip mabadi khairu ummah
c. Prinsip maslahatul ummah
d. Prinsip dan sikap dalam tradisi dan budaya
e. Prinsip Berpolitik

Prinsip dan sikap dari berbagai aspek tersebut haruslah menjadi pedoman,
diamalkan dan dilestarikan sehingga tujuan yang menjadi cita-cita Nahdlatul ulama
bisa tercapai.
3.2. Kritik dan saran
Supaya menjadi motivasi dan perbaikan kedepannya penulis mengharap kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca. Penulis sudah mengusahakan yang terbaik
tetapi makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan memiliki kekurangan sehingga
penulis sangat mengharapkan sekali kritik dan saran dari pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://nu.or.id/fragmen/wujud-karakter-aswaja-dalam-kehidupan-bernegara-8Zbyg
https://pcnucilacap.com/nu-aswaja-dan-kebangsaan/
https://www.qoroa.id/2021/08/mabadi-khaira-ummah.html
https://islam.nu.or.id/syariah/fasal-tentang-maslahah-amp8216ammah-kepentingan-
umum-1-SXPto
https://gusmbeling.blogspot.com/2022/02/maslhatul-ummah-nu-di-era-modernisasi-
gusmbeling
https://www.republika.co.id/berita/pzsq99320/bagaimana-pandangan-nu-terhadap-
kebudayaan
https://mediaindonesia.com/humaniora/213965/nu-lahir-mempertahankan-tradisi-dan-
khazanah-budaya
https://www.nu.or.id/fragmen/pedoman-berpolitik-warga-nu-3MqA

11

Anda mungkin juga menyukai