Bab 6 Kewajiban Karyawan Dan Perusahaan
Bab 6 Kewajiban Karyawan Dan Perusahaan
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Dosen Pembimbing :
Universitas Sriwijaya
Bab 6
a. Kewajiban ketaatan
Pertama, karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi perintah yang
menyuruh dia melakukan sesuattu yang tidak bermoral.
Kedua, karyawan tidak wajib juga mematuhi perintah atasannya yang tidak
wajar, walaupun dari segi etika tidak ada keberatan.
Ketiga, karyawan juga tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi
kepentingan perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan penugasan yang disepakati,
ketika ia menjadi karyawan di perusahaan itu.
b. Kewajiban konfidensialitas
Alasan utama etika yang mendasari kewajiban ini adalah bahwa perusahaan
menjadi pemilik informasi rahasia itu. Membuka informasi rahasia sama dengan
mencuri. Alasan lain adalah bahwa membuka rahasia perusahaan bertentangan
dengan etika pasar bebas – mampu mengganggu kompetisi bisnis yang fair.
c. Kewajiban loyalitas
Dalam konteks loyalitas ini termasuk juga masalah ettis seperti menerima
komisi atau hadiah selaku karyawan perusahaan. Sebab dapat ditanyakan apakah
dengan praktek itu karyawan tidak merugikan perusahaan.
Jika kesalahan perusahaan kecil saja, misalnya hanya membayar pajak sedikit
kurang dari kewajibannya, hal itu tidak pantas dilaporkan. Norman Bowie dan Ronald
Duska menyebut tiga kemungkinan:
Semua fakta tentang kesalahan harus jelas dan dimengerti dengan betul oleh si
pelapor. Tidak boleh terjadi, orang yang melaporkan sesuatu yang secara faktual
kurang jelas atau kurang dikuasai betul oleh si pelapor. Laporan berupa “ saya
mempunyai kesan… ” atau “ kalau tidak salah… ” tidak dapat diterima. Syarat
kedua ini bisa terpenuhi apabila orang tersebut benar-benar menguasai masalahnya.
Kerugian besar kepada pihak ketiga bukan saja harus menjadi kenyataan
(syarat pertama) , melainkan juga motif untuk melaporkan kesalahan. Tidak etis, bila
orang melapor karena motif yang tidak murni, walaupun kesalahannya memang besar.
d. Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dulu, sebelum kesalahan
perusahaan dibawa keluar
Whistle Blowing adalah masalah etis yang tidak enak untuk semua pihak yang
tersangkut. Untuk bisnis, pelaporan akan membawa banyak kerugian, secara material
maupun moral. Sebab, nama baik merupakan aset yang sangat berharga bagi setiap
perusahaan. Untuk si pelapor juga, whistle blowing adalah langkah yang diambil
dengan berat hati. Ia melakukannya semata-mata terdorong oleh hati nuraninya dan
sebetulnya sangat ingin menyesalkan akibat negatif bagi perusahaan.
Untuk menanggulangi akibat diskriminatif dulu, kini lebih banyak dipakai istilah
affirmative action, aksi afirmatif. Melalui aksi afirmatif, orang mencoba mengatasi
atau mengurangi ketertinggalan golongan yang dulunya didiskriminasi. Satu cara
adalah preferensi dalam menerima karyawan baru. Cara lain adalah menyusun
program jangka panjang, misal dalam jangka waktu 10 tahun jumlah karyawan wanita
harus mencapai 40%.
Keselamatan kerja bisa terwujud bilamana tempat kerja itu aman. Dan tempat
kerja itu aman, kalau bebas dari risiko terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si
pekerja cedera atau bahkan mati. Kesehatan kerja dapat direalisasikan karena tempat
kerja dalam kondisi sehat. Tempat kerja dianggap sehat bila bebas dari risiko
terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit sebagai akibat kondisi kurang baik di
tempat kerja.
Ada aneka macam kecelakaan kerja. Yang minta banyak korban adalah
kecelakaan industri di pabrik-pabrik atau tempat industri lain. Seandainya
dilaksanakan peraturan keselamatan yang mewajibkan memakai sabuk pengaman,
helm pengaman, atau setiap ruang kerja mempunyai pintu atau tangga darurat,
banyak kecelakaan semacam itu bisa dihindarkan.
Kalau kecelakaan kerja hampir selalu terjadi secara mendadak dan langsung
mengakibatkan kerugian, maka penyakit akibat pekerjaan baru tampak sesudah si
karyawan bekerja cukup lama. Selalu sudah diketahui bahwa beberapa macam
pekerjaan mempunyai faktor risiko khusus untuk kesehatan si karyawan.
b. Pertimbangan etika
Setiap pekerja berhak atas kondisi kerja yang aman dan sehat. Kalau belum
meyakinkan, kita bisa merujuk lagi kepada hak setiap manusia untuk tidak
dirugikan dan akhirnya hak untuk hidup.
Dalam deontologi Kant, khususnya dalam pikirannya bahwa manusia selalu
harus diperlakukan sebagai tujuan pada dirinya dan tidak pernah sebagai
sarana belaka.
Sesuai argumentasi utilitarisme, bisa diperlihatkan bahwa tempat kerja yang
aman dan sehat paling menguntungkan bagi masyarakat sendiri, khususnya bai
ekonomi negara.
Kedua, segi etis dari risiko reproduktif atau risiko untuk keturunan si pekerja.
Kerugian kesehatan akibat kondisi kerja tidak dialami oleh si pekerja bagi dirinya
sendiri, melainkan bagi keturunannya. Seperti pada industri kimia, para pekerja wanita
bisa mengalami keguguran, kelahiran dini, atau melahirkan bayi cacat.
Adil tidaknya gaji menjadi lebih kompleks lagi, jika kita akui bahwa imbalan
kerja lebih luas daripada take-home pay saja. Fasilitas khusus seperti kendaraan,
bantuan beras, dan lain-lain harus dipandang juga sebagai sebagian dari imbalan kerja.
Dan lebih penting lagi adalah asuransi kerja, jaminan kesehatan, prospek pensiun, dsb.
Gaji yang relatif rendah bisa mencukupi juga, asalkan dikompensasi oleh jaminan
sosial yang baik serta fasilitas-fasilitas lain.
6 kriteria yang perlu dipertimbangan agar gaji atau upah itu adil atau fair :
Masalah kedua yang ada segi etisnya adalah praktek pembayaran khusus atau
kenaikan gaji yang dirahasiakan terhadap teman-teman sekerja. Bagi para manajer,
cara ini mudah untuk dilaksanakan karena fleksibilitasnya. Tapi efektifitasnya
diragukan, karena kenaikan gaji atau bonus dimaksudkan sebagai stimulans bagi
semua karyawan. Menjadi tidak fair, kalau orang tidak diberitahukan dengan jelas
tentang kemungkinan dan kriteria untuk mendapat kenaikan gaji atau bonus.
Dalam hal ini peraturan hukum harus dipegang dengan seksama. Di samping
itu perusahaan besar sebaiknya mempunyai aturan-aturan internal yang menjamin
prosedur pemberhentian yang jelas dan terbuka.
a. Tuduhan terhadap karyawan harus dirumuskan dengan jelas dan didukung oleh
pembuktian yang meyankinkan
b. Karyawan harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dengan orang yang
menuduhnya, untuk membantah tuduhan dan memperlihatkan bahwa
pembuktiannya tidak tahan uji, kalau ia memang tidak bersalah.
c. Harus tersedia kemungkinan untuk naik banding dalam salah satu bentuk,
sehingga keputusan terakhir diambil oleh orang atau instansi yang tidak
secaara langsung berhubungan dengan karyawan bersangkutan.
Satu cara yang banyak membantu untuk meringankan efek-efek buruk dari PHK
adalah memberitahukan prospek itu kepada karyawan beberapa waktu sebelumnya.
Sengan demikian diberikan kesempatan kepada karyawan untuk mencari pekerjaan
lain.
C. Beberapa Kasus
Dari segi etika, kasus ini kami nilai tidak boleh dilakukan, karena dengan secara
sengaja manajer melakukan kecurangan dan melanggar peraturan yang telah dibuat
dan tentunya menimbulkan pandangan diskriminasi antar karyawan karena lebih
mengutamakan keluarganya daripada kemampuan yang lebih kompeten berdasarkan
hasil ranking tersebut,