Anda di halaman 1dari 2

1.

Bagaimana menurut saudara tentang pelaksanaan pemberian bantuan hukum oleh


Lembaga Bantuan Hukum kepada korban kejahatan, apakah sudah efektif atau belum,
berikan analisa saudara?
2. Salah satu yang menjadi akar permasalahan di Lapas/Rutan adalah kelebihan daya tampung
(over capacity). Akibat dari adanya over kapasitas tersebut, antara lain berdampak pada
buruknya kondisi kesehatan dan suasana psikologis warga binaan dan tahanan, mudahnya
terjadi konflik antar penghuni Lapas/Rutan, pembinaan menjadi tidak optimal dan tidak
berjalan sesuai ketentuan serta terjadi pembengkakan anggaran akibat meningkatnya
konsumsi air, listrik, dan bahan makanan. Puncaknya terjadinya kerusuhan dan kasus
pelarian warga binaan dan tahanan karena pengawasan yang tidak maksimal akibat dari
tidak seimbangnya jumlah penjaga tahanan/petugas pemasyarakatan dengan penghuni
Lapas/Rutan, menurut saudara solusi apa yang bisa dilakukan aparat penegak hukum untuk
mengatasi permasalahan tersebut?

Jawab :

1. Proses pemberian bantuan hukum yang dapat diberikan kepada korban kejahatan secara
umum mengikuti ketentuan perUndang-Undangan, seperti yang tercantum dalam UU No.
16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum dan PP No. 42 Tahun 2013 tentang Syarat dan
Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum. Dalam proses peradilan pidana pendampingan yang
dilakukan dimulai pada saat korban mulai melaporan perkara ke kepolisian hingga perkara
tersebut dijatuhi putusan di pengadilan. Pengawalan perkara untuk memastikan tidak
terjadinya pencideraan hak-hak korban dalam proses bergulirnya perkara tersebut. Selain
itu pengawalan perkara yang dilakukan juga bertujuan untuk mengawasi kinerja penegak
hukum dalam pelaksanaan perkara tidak mengesampingkan korban. Pengetahuan guna
mencegah terulangnya tindak kejahatan yang sam
Pemberian Bantuan Hukum terhadap korban dilaksanakan berdasarkan alas an bahwa
korban merupakan pihak yang lemah dan sangat rentan untuk dicederai rasa keadilannya
jika ditilik dari suatu perkara. Korban merupakan titik pusat mengapa perkara tersebut
bergulir di pengadilan. Keadilan yang ingin didapatkan dari proses peradilan pidana dalam
suatu perkara merupakan keadilan yang sesungguhnya merupakan hak dari korban.
Namun, dalam praktiknya seringkali korban dicederai hakhaknya dan dipersulit untuk
mendapatkan keadilan yang merupakan haknya tersebut. Dalam pelaksanaanya di
Indonesia, pemberian bantuan hokum terhadap korban mulai terlihat cukup baik, semoga
dengan demikian keadilan dapat ditegakan.

2. Pada dasarnya berbagai kebijakan telah diambil untuk mengatasi permasalahan over
kapasitas tersebut diantaranya melalui rehabilitasi bangunan hingga pembangunan gedung
baru dengan tujuan menambah daya tampung Lapas dan Rutan. Namun kebijakan tersebut
tidak secara signifikan mampu mengatasi permasalahan over kapasitas mengingat
penambahan jumlah tahanan dan warga binaan yang masih jauh lebih banyak akibat dari
tingginya tingkat kriminalitas dimasyarakat. Penyelesaian permasalahan over kapasitas ini
seharusnya berfokus pada proses sebelum masuknya “orang-orang bermasalah” tersebut
ke lembaga pemasyarakatan yaitu pada tahap penyidikan di kepolisian, penuntutan di
kejaksaan, sampai ke tahap putusan pengadilan. Hal ini sangat penting agar tidak semua
pelaku kejahatan harus masuk ke lembaga pemasyarakatan padahal beberapa tindak pidana
justru dapat diselesaikan di tingkat kepolisian dan kejaksaan tanpa harus dilakukan
hukuman badan berupa pemidanaan. Upaya yang mungkin lebih tepat dilakukan untuk
menanggulangi kelebihan daya tampung di lembaga pemasyarakatan ini salah satunya
dapat ditempuh dengan pendekatan Restorative Justice, yaitu pergeseran pemidanaan
dalam sistem peradilan pidana yang lebih mengutamakan keadilan bagi korban dan pelaku
tindak pidana selain bisa juga dengan alternatif hukuman seperti kerja sosial dan lainnya.
Bagir Manan, menguraikan substansi restorative justice yang berisi prinsip-prinsip:
membangun partisipasi bersama antara pelaku, korban, dan kelompok masyarakat
menyelesaikan suatu peristiwa atau tindak pidana; menempatkan pelaku, korban, dan
masyarakat sebagai ‘stakeholders’ yang bekerja bersama dan langsung berusaha
menemukan penyelesaian yang dipandang adil bagi semua pihak (win-win solutions).

Anda mungkin juga menyukai