Kelompok 5 Hukum Tata Negara

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

LEMBAGA NEGARA INDONESIA

Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Hukum Tata Negara

Dosen Pengampu: M. Yusuf, S.H., M.H

DISUSUN OLEH

KELOMPOK V:

1. Gresia Lasmarito (103210010)


2. Ayatullahkomayni (103210013)

SEMESTER IV/A

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Filsafat Hukum Tata Negara dosen pengampu M.Yusuf, S.H., M.H.

Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas kelompok.
Didalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kekeliruan.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyusun
makalah lain di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat tidak hanya bagi kami
tetapi juga bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .........................................................................................................1
C. Tujuan ...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................3

A. Lembaga Negara Indonesia...........................................................................................3


B. Lembaga Negara Independen .......................................................................................11

BAB III PENUTUP .................................................................................................................15

A. Kesimpulan ..................................................................................................................15
B. Saran ............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................16

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga Negara Indonesia adalah sebuah sistem organisasi yang terdiri dari
berbagai lembaga yang dibentuk oleh negara Indonesia. Sistem ini dibentuk sebagai bagian
dari upaya untuk menjalankan pemerintahan negara dengan baik dan efektif. Lembaga
negara bertujuan untuk memberikan layanan publik, menjaga keamanan dan stabilitas
negara, serta menjalankan tugas-tugas pemerintahan lainnya.
Latar belakang terbentuknya lembaga negara Indonesia dapat ditelusuri sejak masa
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Setelah merdeka, Indonesia membutuhkan
sistem pemerintahan yang efektif untuk menjalankan tugas-tugas negara, seperti menjaga
keamanan nasional, membangun ekonomi, dan memberikan layanan publik kepada rakyat.
Seiring perkembangan waktu, sistem lembaga negara Indonesia mengalami
beberapa perubahan. Pada awalnya, sistem pemerintahan Indonesia menggunakan sistem
parlementer dengan presiden sebagai kepala negara. Namun, pada tahun 1959, sistem
pemerintahan berganti menjadi presidensial dengan presiden sebagai kepala negara dan
kepala pemerintahan.
Pada tahun 1998, Indonesia mengalami perubahan politik besar-besaran yang
dikenal sebagai Reformasi. Perubahan ini membawa perubahan signifikan dalam sistem
lembaga negara, di antaranya adalah pemisahan kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan
yudikatif, serta pengembangan sistem otonomi daerah untuk meningkatkan pelayanan
publik dan kemandirian daerah.
Saat ini, sistem lembaga negara Indonesia terdiri dari tiga cabang kekuasaan, yaitu
eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta lembaga-lembaga non-kekuasaan seperti lembaga
ombudsman, lembaga keuangan negara, dan lembaga-lembaga lainnya. Setiap lembaga
negara memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing untuk menjalankan
pemerintahan dengan baik dan efektif.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Apa saja lembaga negara yang ada di Indonesia?
2. Apa saja lembaga negara independent yang ada di Indonesia?

1
C. Tujuan
Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas dapat dapat ditarik tujuan nya yaitu:
1. Dapat mengetahui apa saja Lembaga negara yang ada di Indonesia.
2. Dapat mengetahui apa saja Lembaga negara independent yang ada di Indonesia

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Lembaga Negara Di Indonesia


1. Lembaga Negara Indonesia Sebelum Amandemen
Dalam UUD 1945 (yang disahkan 18 Agustus 1945) tidak ditemui satu pun
istilah “lembaga negara”. Istilah yang ada adalah “badan”, misalnya Badan
Pemeriksa Keuangan/BPK (Pasal 23 ayat (5) UUD 1945) dan “Badan Kehakiman”
(Pasal 24 UUD 1945). Istilah “lembaga negara” dijumpai dalam dua Ketetapan
MPRS, yaitu:
a. Ketetapan MPRS RI Nomor X/MPRS/1966 tentang Kedudukan Semua
Lembaga-Lembaga Negara Tingkat Pusat dan Daerah pada Posisi dan
Fungsi yang Diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945; dan
b. Ketetapan MPRS RI Nomor XIV/MPRS/1966 tentang Pembentukan
Panitia-Panitia Ad Hoc MPRS yang Bertugas Melakukan Penelitian
Lembaga-Lembaga Negara, Penyusunan Bagan Pembagian Kekuasaan di
Antara Lembaga-Lembaga Negara Menurut Sistem Undang-Undang Dasar
1945, Penyusunan Rencana Penjelasan Pelengkap Undang-Undang Dasar
1945 dan Penyusunan Perincian Hak-Hak Asasi Manusia. Selain itu, dalam
UUD 1945 juga tidak dijumpai istilah “lembaga tertinggi negara” dan
“lembaga tinggi negara”. Pada bagian akhir “Ketetapan MPRS RI Nomor
XX/MPRS/1966 tentang Memorandum Dewan Perwakilan Rakyat Gotong
Royong Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia,” dicantumkan
”Skema Susunan Kekuasaan di Dalam Negara Republik Indonesia”, yang
menempatkan MPR sebagai lembaga negara tertinggi di bawah UUD 1945;
sedangkan MA, BPK, DPR, presiden dan DPA adalah lembaga negara di
bawah MPR. Namun demikian Ketetapan MPRS tersebut sama sekali tidak
menggunakan istilah “lembaga negara tertinggi” dan “lembaga tinggi
negara”. Istilah “lembaga tertinggi negara” dijumpai dalam Ketetapan MPR
RI Nomor I/MPR/1978 tentang Peraturan Tata Tertib MPR, yang
menyatakan MPR adalah lembaga tertinggi negara. Hal tersebut dapat
dilihat pada ketentuan Pasal 2 yang menegaskan, “Majelis adalah
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia dan merupakan lembaga tertinggi
negara, pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat”. Selain itu
istilah “lembaga tertinggi negara” dan “lembaga tinggi negara” terdapat
dalam Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan
Hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau Antar
Lembaga-Lembaga Tinggi Negara. Sesuai dengan Pasal 1 Ketetapan MPR
tersebut, Lembaga tertinggi negara adalah MPR sedangkan lembaga tinggi
negara adalah Presiden, DPA, DPR, BPK, dan MA. Dengan demikian,
sebelum Perubahan UUD 1945, lembaga negara (alat perlengkapan negara)

3
terdiri dari lembaga tertinggi negara dan lembaga tinggi negara. Tugas dan
kewenangan lembaga negara dibedakan secara struktural. Dengan demikian
ada hierarki vertikal-struktural.
2. Lembaga Negara Indonesia Setelah Amandemen
Pada Perubahan Ketiga UUD 1945 yang berlangsung pada tahun 2001,
ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 mengalami perubahan, yang semula berbunyi,
“Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat,” menjadi, “Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.” Dengan demikian Indonesia tidak
lagi menganut prinsip supremasi parlemen, melainkan prinsip supremasi konstitusi.
Sejalan dengan itu terbit Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2003 tentang
Peninjauan Kembali Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002. Pada Pasal 1
angka 4 Ketetapan MPR tersebut, “Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1978 tentang
Kedudukan dan Hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau
Antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara,” dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Dengan demikian sesuai dengan UUD NRI Tahun 1945, tidak ada lagi lembaga
negara yang disebut atau diberi kedudukan sebagai “lembaga tertinggi negara” dan
“lembaga tinggi negara”. Lembaga yang ada adalah “Lembaga negara”. Tugas dan
kewenangan lembaga negara dibedakan secara horizontal-fungsional
Sebagai negara demokrasi, pemerintahan Indonesia menerapkan teori trias
politika. Trias politika adalah pembagian kekuasaan pemerintahan menjadi tiga
bidang yang memiliki kedudukan sejajar.1 Ketiga bidang tersebut yaitu:
a. Legislatif, bertugas membuat undang undang. Bidang legislatif adalah
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
b. Eksekutif, bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang.
Bidang eksekutif adalah presiden dan wakil presiden beserta menteri-
menteri yang membantunya.
c. Yudikatif, bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Adapun
unsur yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah
Konstitusi (MK).
Lembaga-lembaga negara Indonesia diposisikan sesuai dengan ketiga unsur di
depan. Selain Lembaga tersebut masih ada lembaga yang lain. Lembaga tersebut
antara lain Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Komisi Yudisial (KY), dan
Mahkamah Konstitusi (MK). Lembaga-lembaga negara seperti Komisi Yudisial
(KY) dan Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga baru. Selain itu amandemen
UUD 1945 juga menghapuskan Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Sebagai

1
A. Ahsin Thohari, “Kedudukan Komisi-komisi Negara dalam Striktur Ketatanegaraan Indonesia”, Jurnal Hukum
Jentera, edisi 12 Tahun III, April-Juni 2006

4
penggantinya, Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas
memberi nasihat dan pertimbangan pada Presiden.
Berikut adalah nama lembaga-lembaga negara hasil amandemen UUD 1945,
fungsi, tugas dan wewenangnya.
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih
melalui pemilihan umum untuk masa jabatan selama lima tahun dan berakhir
bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang
dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR.
Sesuai dengan Pasal 3 Ayat 1 UUD 1945 MPR amandemen mempunyai tugas
dan wewenang sebagai berikut:
a) Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar
b) Melantik presiden dan wakil presiden
c) Memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa
jabatannya menurut undang-undang dasar

MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di Ibukota Negara. Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak berikut
ini:

a) Mengajukan usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar


b) Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan
c) Memilih dan dipilih
d) Membela diri
e) Imunitas
f) Protokoler
g) Keuangan dan administratif.

Anggota MPR mempunyai kewajiban sebagai berikut:

a) Mengamalkan Pancasila
b) Melaksanakan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan
c) Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan
nasional
b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai
lembaga negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta
pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat
pusat.
Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
ditetapkan sebagai berikut:
a) Jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang

5
b) Jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan
sebanyak- banyak 100 orang
c) Jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan
sebanyak- banyaknya 50 orang.

Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR


berdomisili di Ibukota Negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun
dan berakhir pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji
yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna DPR.

Lembaga negara DPR mempunyai fungsi berikut ini:

a) Fungsi legislasi, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga pembuat


undang-undang.
b) Fungsi anggaran, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga yang berhak
untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
c) Fungsi pengawasan, artinya DPR sebagai Lembaga yang melakukan
pengawasan terhadap pemerintahan yang menjalankan undang-undang.

DPR sebagai lembaga negara mempunyai hak-hak, antara lain sebagai berikut:

a) Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada


pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis
serta berdampak luas bagi kehidupan masyarakat.
b) Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap
suatu kebijakan tertentu pemerintah yang diduga bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
c) Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan
pendapat terhadap kebijakan pemerintah mengenai kejadian yang luar
biasa yang terdapat di dalam negeri disertai dengan rekomendasi
penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi
dan hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR maka dibentuk
komisi-komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra
kerja
c. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga negara baru yang
sebelumnya tidak ada. DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang
berkedudukan sebagai lembaga negara. DPD terdiri atas wakil-wakil dari
provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum. Anggota
DPD berdomisili di daerah pemilihannya, tetapi selama bersidang bertempat
tinggal di Ibukota Republik Indonesia. Masa jabatan anggota DPD adalah lima

6
tahun. Sesuai dengan Pasal 22 D UUD 1945 maka kewenangan DPD, antara
lain sebagai berikut:
a) Dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah,
pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
b) Ikut merancang undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran,
serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.
c) Dapat memberi pertimbangan kepada DPR yang berkaitan dengan
rancangan undang-undang, RAPBN, pajak, pendidikan, dan agama.
d) Dapat melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan
undang-undang otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan
keuangan pusat dengan daerah, pajak, pendidikan, dan agama.

d. Presiden dan Wakil Presiden


Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif yaitu
presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Presiden
mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai
kepala negara. Sebelum adanya amandemen UUD 1945, presiden dan wakil
presiden dipilih oleh MPR, tetapi setelah amandemen UUD1945 presiden dan
wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum.
Sebagai seorang kepala negara, menurut Undang-Undang Dasar Negara
Republik IndonesiaTahun 1945, Presiden mempunyai wewenang sebagai
berikut:
a) Membuat perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
b) Mengangkat duta dan konsul. Duta adalah perwakilan negara Indonesia
di negara sahabat. Duta bertugas di kedutaan besar yang ditempatkan di
ibu kota negara sahabat itu. Sedangkan konsul adalah lembaga yang
mewakili negara Indonesia di kota tertentu di bawah kedutaan besar
kita.
c) Menerima duta dari negara lain
d) Memberi gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan lainnya kepada warga
negara Indonesia atau warga negara asing yang telah berjasa
mengharumkan nama baik Indonesia.

7
Sebagai seorang kepala pemerintahan, presiden mempunyai kekuasaan
tertinggi untukmenyelenggarakan pemerintahan negaranIndonesia.
Wewenang, hak dan kewajiban Presiden sebagai kepala pemerintahan,
diantaranya:

a) Memegang kekuasaan pemerintah menurut Undang-Undang Dasar


b) Berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) kepada DPR
c) Menetapkan peraturan pemerintah
d) Memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala
Undang- Undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta
berbakti kepada Nusa dan Bangsa
e) Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung. Grasi adalah pengampunan yang diberikan oleh
kepala negara kepada orang yang dijatuhi hukuman. Sedangkan
rehabilitasi adalah pemulihan nama baik atau kehormatan seseorang
yang telah dituduh secara tidak sah atau dilanggar kehormatannya.
f) Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
DPR. Amnesti adalah pengampunan atau pengurangan hukuman yang
diberikan oleh negara kepada ahanan-tahanan, terutama tahanan politik.
Sedangkan abolisi adalah pembatalan tuntutan pidana.

Selain sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, seorang presiden


juga merupakan panglima tertinggi angkatan perang. Dalam kedudukannya
seperti ini, presiden mempunyai wewenang sebagai berikut:

a) Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan


negara lain dengan persetujuan DPR
b) Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR
c) Menyatakan keadaan bahaya
e. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan
kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu diketahui
bahwa peradilan di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum, peradilan
agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara (PTUN). Kewajiban
dan wewenang Mahkamah Agung, antara lain sebagai berikut:2
a) Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-

2
Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945, (Yogyakarta: UII
Press), 82-83.

8
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
undang-undang
b) Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi
c) Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan
rehabilitasi.
f. Mahkamah Konstitusi
Pembentukan MK merupakan salah satu perkembangan pemikiran hukum
dan kenegaraan modern yang muncul di abad ke-20. Keberadaan Mahkamah
Konstitusi diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi.
Menurut undang-undang, Mahkamah Konstitusi adalah salah satu salah satu
Lembaga Yudikatif selain Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Dalam versi lain ada beberapa pengertian
terkait Mahkamah Konstitusi, antara lain; lembaga tinggi Negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan Kehakiman
bersama-sama dengan Mahkamah Agung.3
Ditilik dari aspek waktu, Indonesia merupakan negara ke-78 yang
membentuk MK dan sekaligus sebagai negara pertama di dunia yang
membentuk lembaga ini pada abad ke-21. Tanggal 13 Agustus 2003 inilah yang
kemudian disepakati para hakim konstitusi menjadi hari lahir Mahkamah
Konstitusi.4
Menguji apakah suatu produk hukum yang ditelurkan oleh para wakil rakyat
itu konstitusional atau tidak, atau bahkan bertentangan dengan hirarki undang-
undang yang ada di Indonesia. Tugas MK adalah guna mempertahankan:
a) Terciptanya prinsip” pemisahan Kekuasaan(separation of law) dan
cheeks and balance” sebagai pengganti system supremasi parlemen
yang berlaku pada masa sebelumnya.
b) Mengontrol peranan hukum dari proses produk keputusan politik yang
hanya didasarkan padanprinsip The rule of majority (suara terbanyak),
yang senyatanya berdasar suka atau tidak suka bukan atas dasar
keadilan.
c) Mengawal (the guardian) dan mengawasi norma-norma hukum dasar
yang terkandung dalam UUD 1945.

3
Jimly Asshiddiqie, “Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar
1945”, 75.
4
Jimly Asshiddiqie, Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemen dalam Sejarah: Telaah Perbandingan Konstitusi
Berbagai Negara, 76

9
Visi: Tegaknya Konstitusi dalam rangka mewujudkan cinta Negara hokum dan
demokrasi demi kehidupan kebangsaan kenegaraan yang bermartabat.

Misi: Mewujudkan Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu kekuasaan


kehakiman yang modern dan terpercaya. Membangunkonstitusionalitas
Indonesia dan budaya sadar berkonstitusi.

g. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial tidak memiliki kekuasaan yudikatif. Kendati Undang-
undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menempatkan pembahasan
mengenai Komisi Yudisial pada Bab IX tentang Kekuasaan Kehakiman, tetapi
komisi ini tidak memiliki kekuasaan kehakiman, dalam arti menegakkan
hukum dan keadilan serta memutus perkara. Komisi Yudisial, sesuai pasal 24B
UUD 1945, 20 bersifat mandiri dan berwenang mengusulkan personalia hakim
berupa pengajuan calon hakim agung kepada DPR sehubungan dengan
pengangkatan hakim agung. Komisi ini juga mempunyai wewenang dalam
menjaga serta menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim.
Dengan demikian, Komisi Yudisial lebih tepat dikategorikan sebagai
Independent Body yang tugasnya mandiri dan hanya berkait dengan kekuasaan
Yudikatif dalam penentuan personalia bukan fungsi yudikasi langsung.
Peraturan mengenai Komisi Yudisial terdapat di dalam Undang-undang nomor
22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial.
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang
berikut ini:
a) mengusulkan pengangkatan hakim agung
b) menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim.
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman
di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan
persetujuan DPR.

Komisi Yudisial bertanggungjawab kepada publik melalui DPR, dengan


cara menerbitkan laporan tahunan dan membuka akses informasi secara
lengkap dan akurat, yang fungsinya adalah karena:
a) Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri,
yang mempunyai wewenang mengusulkan pengangkatan Hakim
Agung kepada DPR, atau

10
b) Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan
dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau
pengaruh kekuasaan lainnya. (pasal 2 UU no. 22 tahun 2003 Komisi
Yudisial)
h. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Kedudukan BPK sejajar dengan lembaga negara lainnya. Untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan
Pemeriksan Keuangan yang bebas dan mandiri. Jadi, tugas BPK adalah
memeriksa pengelolaan keuangan negara. Hasil pemeriksaan BPK diserahkan
kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya. Berdasarkan
UUD 1945 Pasal 23 F maka anggota BPK dipilih oleh DPR dengan
memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh presiden. BPK
berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

B. Lembaga Negara Independen


Salah satu fenomena yang sangat penting pasca perubahan Undang-Undang Dasar
1945 adalah bertebarannya lembaga-lembaga negara mandiri (state auxiliary agencies)
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Lembaga-lembaga tersebut dibentuk dengan
dasar hukum yang berbeda-beda, baik dengan konstitusi, undang-undang, bahkan ada
yang dibentuk dengan keputusan presiden saja.
Suatu perubahan konfigurasi politik dari otoritarianisme menuju demokrasi yang
diterapkan dalam sebuah negara mutlak menuntut adanya pergeseran pengelolaan
kekuasaan dari yang semula bersifat personal menjadi bersifat impersonal. Pada saat yang
bersamaan, hal ini mengakibatkan pembagian kekuasaan negara yang sebelumnya
dianggap sebagai doktrin yang mapan mengalami koreksi dan dirasakan tidak cukup lagi
sekadar mengklasifikasikannya menjadi kekuasaan pemerintah, kekuasaan membuat
undang-undang, dan kekuasaan kehakiman.
Sekadar menunjuk contoh, di Inggris komplikasi persoalan-persoalan
kemasyarakatan yang timbul akibat adanya perubahan konfigurasi sosial-politik berupa
Revolusi Industri pada abad ke-18 dan 19 tidak bisa diselesaikan dengan mengandalkan
mekanisme kelembagaan yang telah ada sebelumnya, melainkan direspons dengan
membentuk badan-badan yang bersifat khusus yang dilakukan oleh parlemen.
Pembentukan badan-badan yang bersifat khusus ini dianggap sebagai jawaban yang
paling tepat dan diidealkan mampu menangani dan menyelesaikan kompleksitas
persoalan-persoalan ketatanegaraan melalui cara yang terlembagakan dengan baik.5

5
A. Ahsin Thohari, “Kedudukan Komisi-komisi Negara dalam Striktur Ketatanegaraan Indonesia”, Jurnal Hukum
Jentera, edisi 12 Tahun III, April-Juni 2006.

11
Oleh karena itu, bersamaan dengan derasnya komplikasi persoalan-persoalan
kemasyarakatan yang muncul itu ratusan badan yang sama sekali baru didirikan dengan
tujuan untuk melakukan tugas-tugas semacam (1) membuat peraturan, seperti Komisi
Keselamatan dan Kesehatan Kantor Perdagangan yang Jujur (The Health and Safety
Commission The Office of Fair Trading); (2) memberikan nasihat, seperti Komisi Daerah
(Countryside Commission); dan (3) menyelesaikan perselisihan, seperti Komisi untuk
Persamaan Rasial (The Commission for Racial Equality). Alasan utama yang ditunjuk
berkenaan dengan pembentukan badan-badan tersebut adalah untuk meminimalisasi
pengaruh kaum aristokrat dan memberikan penegasan terhadap konsep pemisahan
kekuasaan. Nomenklatur yang diberikan untuk lembaga-lembaga itu pun berlainan satu
sama lain, seperti korporasi publik, quoqos (badan non-pemerintah semiotonom), badan
non-departemen, badan publik, komisi, dewan, atau badan ad hoc yang biasanya dasar
pembentukannya dapat berupa undang-undang, piagam kerajaan, tindakan administratif,
atau perjanjian.
Pada prinsipnya, lembaga-lembaga ekstra itu selalu diidealkan bersifat independen
dan sering kali memiliki fungsi campuran yang semilegislatif dan regulatif,
semiadministratif, dan bahkan semiyudikatif. Oleh karena itulah muncul istilah badan-
badan independen dan berhak mengatur dirinya sendiri (independent and self-regulatory
bodies) yang berkembang di berbagai negara.
Menurut Hans Kelsen, organ negara itu setidaknya menjalankan salah satu dari 2
(dua) fungsi, yakni fungsi menciptakan hukum (law-creating function) atau fungsi yang
menerapkan hukum (law-applying function). Dengan menggunakan analisis Kelsen
tersebut, Jimly Asshiddiqie menyimpulkan bahwa pascaperubahan UUD 1945, dapat
dikatakan terdapat 34 lembaga negara. Dari 34 lembaga negara tersebut, ada 28 lembaga
yang kewenangannya ditentukan baik secara umum maupun secara rinci dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ke-28 lembaga negara inilah yang dapat disebut
sebagai lembaga negara yang memiliki kewenangan konstitusional atau yang
kewenangannya diberikan secara eksplisit oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

Komisi-komisi independent dimaksud dapat diuraikan di bawah ini dan dikelompokkan


sebagai berikut:

1. Lembaga Tinggi Negara yang sederajat dan bersifat independen, yaitu:


1) Presiden dan Wakil Presiden;
2) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
3) Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
4) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
5) Mahkamah Konstitusi (MK);
6) Mahkamah Agung (MA);
7) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

12
2. Lembaga Negara dan Komisi-Komisi Negara yang bersifat independen
berdasarkan konstitusi atau yang memiliki constitutional importance lainnya,
seperti:
1) Komisi Yudisial (KY);
2) Bank Indonesia (BI) sebagai Bank sentral;
3) Tentara Nasional Indonesia (TNI); Kepolisian Negara Republik Indonesia
(POLRI);
4) Komisi Pemilihan Umum (KPU);
5) Kejaksaan Agung yang meskipun belum ditentukan kewenangannya dalam
UUD 1945 melainkan hanya dalam UU, tetapi dalam menjalankan tugasnya
sebagai pejabat penegak hukum di bidang pro justisia, juga memiliki
constitutional importance yang sama dengan kepolisian;
6) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga dibentuk berdasarkan UU
tetapi memiliki sifat constitutional importance berdasarkan Pasal 24 ayat
(3) UUD 1945;
7) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOM-NAS-HAM) yang dibentuk
berdasarkan Undang-undang tetapi juga memiliki sifat constitutional
importance.
3. Lembaga-Lembaga Independen lain yang dibentuk berdasarkan undang-undang,
seperti:
1) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK);
2) Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU);
3) Komisi Penyiaran Indonesia (KPI);
4. Lembaga-lembaga dan komisi-komisi di lingkungan eksekutif (pemerintah)
lainnya, seperti Lembaga, Badan, Pusat, Komisi, atau Dewan yang bersifat khusus
di dalam lingkungan pemerintahan, seperti:
1) Konsil Kedokteran Indonesia (KKI);
2) Komisi Pendidikan Nasional;
3) Dewan Pertahanan Nasional;
4) Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas);
5) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI);
6) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT);
7) Badan Pertanahan Nasional (BPN);
8) Badan Kepegawaian Nasional (BKN);
9) Lembaga Administrasi Negara (LAN);
10) Lembaga Informasi Nasional (LIN).

13
5. Lembaga-lembaga dan komisi-komisi di lingkungan eksekutif (pemerintah)
lainnya, seperti:
1) Menteri dan Kementerian Negara;
2) b) Dewan Pertimbangan Presiden;
3) c) Komisi Hukum Nasional (KHN);
4) d) Komisi Ombudsman Nasional (KON);
5) e) Komisi Kepolisian;
6) f) Komisi Kejaksaan.
6. Lembaga, Korporasi, dan Badan Hukum Milik Negara atau Badan Hukum yang
dibentuk untuk kepentingan negara atau kepentingan umum lainnya, seperti:
1) Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA;
2) Kamar Dagang dan Industri (KADIN);
3) Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)
4) BHMN Perguruan Tinggi;
5) BHMN Rumah Sakit;
6) Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia (KORPRI);
7) Ikatan Notaris Indonesia (INI);
8) Persatuan Advokat Indonesia (Peradi);

14
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga negara di Indonesia terdiri dari beberapa jenis, antara lain lembaga
eksekutif, lembaga legislatif, dan lembaga yudikatif. Lembaga negara independen adalah
lembaga yang tidak terikat pada kepentingan politik atau kepentingan pribadi tertentu,
tetapi bertugas untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu yang penting untuk negara.
Lembaga eksekutif di Indonesia adalah Presiden dan Wakil Presiden yang memimpin
pemerintahan. Mereka memiliki tugas untuk mengambil keputusan dan melaksanakan
kebijakan negara, serta menjalankan tugas-tugas administratif untuk menjaga stabilitas dan
kesejahteraan negara. Lembaga legislatif di Indonesia adalah Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), yang memegang kendali atas pembuatan
undang-undang dan pengawasan kegiatan pemerintah.
Lembaga yudikatif di Indonesia adalah Mahkamah Agung, yang memiliki tugas untuk
menyelesaikan sengketa hukum dan menegakkan hukum dengan adil dan transparan.
Lembaga negara independen di Indonesia antara lain adalah Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM), Ombudsman Republik Indonesia, dan lain-lain. Mereka bertanggung
jawab untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu yang sangat penting untuk menjaga
integritas dan kesejahteraan negara, seperti pemberantasan korupsi, pengawasan
penggunaan anggaran negara, penegakan hak asasi manusia, dan menyelesaikan keluhan
masyarakat terhadap pelayanan publik.
Dalam kesimpulannya, lembaga negara dan lembaga negara independen memiliki
peran yang sangat penting dalam menjaga stabilitas, keamanan, dan kesejahteraan negara
Indonesia. Keduanya bekerja sama untuk menciptakan sistem pemerintahan yang baik dan
menjamin hak-hak warga negara dilindungi.

B. Saran
Demikianlah makalah tentang Lembaga Negara Indonesia yang telah penulis paparkan
guna memenuhi tugas kelompok. Kami menyadari makalah jauh dari sempurna maka dari
itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah
ini. Harapan pemakalah, semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan baru dan
memberikan manfaat bagi kita semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Kostitusionalisme Indonesia. Jakarta: Kerjasama Antara. 2010

Dr. Tundjung Herning Sitabuana, S.H., C.N., M.Hum. Hukum Tata Negara Indonesia.
Jakarta:Konpress. 2020

Dr. Yusri Munaf, S.H., M.Hum. Konstitusi dan Kelembagaan Negara. Pekanbaru:Marpoyan
Tujuh. 2014

Martha Eri Safira, M.H. Hukum Tata Negara Dalam Bingkai Sejarah dan Perkembangan
Ketatanegaraan Di Indonesia. Ponorogo:CV Senyum Indonesia. 2016

16

Anda mungkin juga menyukai