Anda di halaman 1dari 132

ASPEK HUKUM

KONTRAK KONSTRUKSI

INSTANSI PEMERINTAH

Dicuplik dari bahan tayang


Ir. Haris Puradiredja oleh Ir. Indraswari.H
I. PENDAHULUAN (1)
A. GAMBARAN UMUM KONDISI PENGADAAN
JASA KONSTRUKSI PEMERINTAH SAAT
INI
* KKN DIMANA-MANA
* INTERVENSI ATASAN
* LEMAHNYA MORAL
* KESADARAN HUKUM STAKEHOLDER
LEMAH
I. PENDAHULUAN (2)
B. DAMPAK YANG TIMBUL
* BANYAK YANG TIDAK MAU JADI
PPK/PANITIA PENGADAAN
* PEMBANGUNAN BIDANG INFRASTRUKTUR
TERHAMBAT
* KUALITAS HASIL PEKERJAAN BURUK
I. PENDAHULUAN (3)
C. LANGKAH TINDAK TURUN TANGAN
* YANG PERLU DILAKUKAN
* YANG SUDAH DILAKUKAN
I. PENDAHULUAN (4)
D. KONDISI YANG DIINGINKAN :
* memahami aspek hukum perjanjian
* memiliki pengetahuan mengenai kondisi
pengadaan dg segala permasalahan
* mengetahui bentuk kontrak, cara menyusun
dan memprediksi risiko
* memahami implementasi Perikatan HK
I. PENDAHULUAN (5)
D. KONDISI YANG DIINGINKAN (lanjutan)
* memahami pasal-pasal UUJK, berikut PP
dan Keppres no.80 tahun 2003 beserta
perubahan-perubahannya
* mengerti prosedur dan tatacara
penyelesaian sengketa
E. RUANG LINGKUP
* Aspek hukum terkait pelaksanaan Kontrak
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
II. ASPEK HUKUM KONTRAK
DALAM KONTRAK KERJA
KONSTRUKSI
A. KENAPA KITA
PERLU MEMAHAMI
HUKUM KONTRAK
1. Pemahaman PPK / para stake holder atas
hukum kontrak lemah, tidak menyadari bahwa
konsekwensi tanda tangan kontrak adalah
hukum
2. Penegak hukum yang sering kebablasan,
contoh pertanyaan auditor KPK : Kalau dalam
lelang harga ketinggian , apakah boleh
ditangkap ?
3. Adanya KKN semakin merajalela.
4. Dengan pemahaman hukum kontrak yang
cukup, diharapkan para PPK tidak gentar lagi
menghadapi tekanan, ancaman, gugatan,
tuntutan dari pihak manapun
5. Mengurangi perbedaan interpretasi dengan
para auditor / penegak hukum
PENGANTAR HUKUM
Fungsi dan Tujuan
 FUNGSI HUKUM
sebagai pelindung kepentingan manusia baik
sebagai individu maupun sebagai suatu kelompok.

 TUJUAN POKOK HUKUM :


a. Menciptakan tatanan masyarakat yang tertib
b. Menciptakan ketertiban dan keseimbangan

 Dalam mencapai tujuannya hukum bertugas :


1. Menetapkan hak dan kewajiban antar
perorangan dalam masyarakat.
2. Membagi wewenang dan mengatur cara
memecahkan masalah hukum
3. Memelihara kepastian hukum
B. BAGAN BIDANG HUKUM
TERKAIT DENGAN PENGADAAN
BARANG / JASA INSTANSI
PEMERINTAH
BIDANG HUKUM YANG TERKAIT DENGAN PENGADAAN
BARANG / JASA INSTANSI PEMERINTAH

1. Hukum Administrasi Negara (HAN)/


Hukum Tata Usaha Negara
mengatur hubungan hukum antara penyedia jasa dan
pengguna jasa konstruksi pada periode persiapan prakontrak
sampai dengan kontrak siap untk ditandatangani
2. Hukum Perdata
mengatur hubungan hukum antara penyedia jasa dan
pengguna jasa sejak penandatanganan kontrak sampai
serah terima akhir pekerjaan
3. Hukum Pidana
mengatur hubungan hukum antara penyedia dan pengguna
jasa sejak persiapan prakontrak sampai dengan serah terima
akhir pekerjaan
Bagan Bidang Hukum Terkait Dengan
Pengadaan Barang / Jasa Instansi
Pemerintah

Persiapan Siap tandatangan Penandatangan Berakhirnya


prakontrak Kontrak Kontrak Kontrak

HAN H. Perdata

H. Pidana
C. SUMBER HUKUM TERKAIT
PELAKSANAAN KONTRAK
( HUKUM KONTRAK )
PENGADAAN BARANG / JASA
INSTANSI PEMERINTAH
1. Pengertian Hukum Kontrak
( Latar belakang )
dapat diartikan sbg. seperangkat peraturan
hukum yang mengatur hubungan manusia
HUKUM dengan manusia lainnya.
(KUHP)
sudah ada sejak sebelum manusia lahir ke
dunia sampai dengan manusia itu meninggal
dunia.

KONTRAK yaitu pasal2 dalam dokumen yang mengatur


(UU No. 18/1999) hubungan perjanjian antara Pengguna Jasa
Js. Konstruksi dan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan
pekerjaan pengadaan barang / jasa.

adalah seperangkat peraturan yang


HUKUM mengatur hubungan hukum antara
KONTRAK Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan kontrak pengadaan
barang / jasa
2. Hukum Perdata dalam
Kontrak Pengadaan barang / Jasa
Instansi Pemerintah

1. Hubungan hukum antara pengguna jasa dengan


penyedia jasa yang terjadi dari sejak
penandatangan kontrak s/d berakhirnya kontrak
merupakan hubungan hukum privaat yang diatur
oleh Hukum Perdata :
a. KUHPerdata, BW Indonesia diumumkan 30 April 1847 Staadblad No.
32 berlaku 1948 (Hukum Perdata Material)Buku III Psl 1233–Psl 1864
b. KUH Acara Perdata, (HIR=Hukum acara yang diberlakukan bagi
Bumi putera di PN Jawa dan Madura diperbaharui dg Staadblad N0. 44
th 1941 (Hukum Perdata Formal)
c. UU lainnya seperti : UU TPK, UU No. 5 th 1999, UU No. 31 th 1999,
UU Jakonst. No.18 th 1999, dll.
3. Sumber Hukum Kontrak

a. KUHPerdata Buku III :


Pasal 1266, 1267, 1320 – 1337, 1338, 1339, 1604 – 1617,
1967
b. UU 18 Tahun1999 Tentang Jasa Konstruksi;
c. PP 28,29 dan 30 Tahun 2000 ( Tentang : Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi; Masyarakat Jasa Kontruksi; dan
Pengawasan Jasa Konstruksi;
d. Keppres 80/2003 Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya.
e. Kepmen. PU dan Permen PU terkait Bidang Konstruksi
f. Keputusan Instansi Teknis terkait lainnya
g. Guidelines dari Negara pemberi pinjaman
(dalam hal dana dari PHLN)
4. Sumber Hukum Kontrak
(Standar Internasional)

1). Loan Agreement,


2). Guideline For Procurement,
3). Project Appraisal Document,
4). Minute Of Negotiation,
5). Keppres No 80 Tahun 2003.
5. Sumber Hukum Kontrak
( yang bersifat PUBLIK / memaksa )

a. UU 5/1999 : Larangan Praktek Monopoli dan


Persaingan Usaha Tidak Sehat;
b. UU 28/1999 : Penyelenggara Negara yg Bersih
dan Bebas dari KKN;
c. UU 31/1999 : Pemberantasan TPK;
d. UU 20/2001 : Perub. UU 31 TAHUN 1999
Pemberantasan TPK;
e. UU 30/2002 : Komisi Pemberantasan TPK;
f. UU 17/2003 : Keuangan Negara;
g. UU 1/2004 : Perbendaharaan Negara.
6. URUTAN HIRARKI SURAT PERJANJIAN
( KONTRAK )
A. SURAT PERJANJIAN KONTRAK
B. SURAT PENUNJUKAN PENYEDIA JASA
C. SURAT PENAWARAN
D. ADENDUM DOKUMEN KONTRAK
E. SYARAT-SYARAT KHUSUS KONTRAK
F. SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK
G. SPESIFIKASI KHUSUS
H. SPESIFIKASI UMUM
I. GAMBAR-GAMBAR
J. DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA
K. DOKUMEN LAINNYA
BILA TERJADI PERTENTANGAN, BERLAKU
BERDASARKAN HIRARKI YANG DITETAPKAN.
D. HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
DALAM PENGADAAN BARANG /
JASA INSTANSI PEMERINTAH
1. Hukum Administrasi Negara (HAN)

a. Mengatur hubungan hukum antara negara


(pejabat negara) dengan masyarakat;

b. Hubungan hukum antara Pengguna jasa dengan


penyedia jasa yang terjadi pada proses persiapan
pengadaan s/d Kontrak siap di ttd adalah
merupakan hubungan hukum yang diatur oleh
HAN;

c. Semua Keputusan Pengguna jasa dalam proses ini


merupakan keputusan pejabat negara sehingga
kalau tidak puas/tidak terima maka penyedia jasa
dapat menuntut dengan atau tanpa ganti rugi ke
PTUN;
2. Persyaratan Keputusan Pejabat Negara
Yang Dapat Dituntut ke PTUN (UU No. 5
Tahun 1986 tentang PTUN) :
1. Dari Sifat Tuntutan tersebut :
> Sifatnya berupa penetapan, bukan pengaturan;
> Sifatnya individuil (bukan untuk umum);
> Sifatnya kongkrit /tidak abstrak.

2. Bertentangan dengan perundang-undangan


yang berlaku;
3. Menggunakan kewenangan tidak sesuai dengan
tujuan kewenangan pejabat yang mengeluarkan
kewenangan;
4. Keputusan yang diambil tanpa pertimbangan yang
benar;
3. Beberapa hal penting dalam HAN
1. Hukum acara yang digunakan sama dengan
hukum acara yang digunakan pada peradilan
umum.

2. Tenggang waktu untuk mengajukan gugatan


ditetapkan 90 hari sejak diterima atau
diumumkannya Keputusan pejabat negara tsb.

3. Selama belum ada pembuktian sebaliknya, maka


setiap keputusan pejabat negara harus selalu
dianggap benar oleh karena itu selalu dapat
dilaksanakan (sanggahan / pengaduan harus
dijawab, proses pengadaan jalan terus).
3. Beberapa hal penting dalam HAN
4). Yang menjadi Subjek Hukum nya :
> pegawai negeri (PNS, tentara, polisi, pegawai BUMN)
> Jabatan - jabatan (pimpro, direktur, dirjen, menteri)
> jawatan publik, dinas-dinas, BUMN /BUMD
> Pemerintah daerah dan Negara
5). Prinsip Hukum
Ada 15 prinsip HAN antara lain Prinsip Legalitas (legality principle),
Prinsip Oportunitas (Oportunity principle), ……….dst.

> Prinsip Oportunitas disebut juga sebagai PRINSIP DISKRESI (Prajudi


1983)
disebut juga sebagai prinsip FREIES ERMESSEN (Bachsan Mustofa
1985)
yaitu bahwa pejabat pemerintahan dalam pengambilan keputusan
memiliki kebebasan yang dilandasi KEBIJAKSANAAN.

> Azas ini merupakan kewenangan yang dimilki aparatur pemerintah pada
sasaran atau manfaat yang dicapai (doelmatigheid) demi kesejahteraan
masyarakat dan atau mencegah kerugian negara yang lebih besar, dengan tetap
dilandasi hukum yang berlaku bagi aparatur pemerintah tersebut.
4. Contoh kasus dalam HAN
1). Pelelangan di RSUD Ciamis :
> lelang dibatalkan pada perioda pemasukkan penawaran
> peserta lelang menggugat ke PTUN dan menang, putusan
PTUN : proses lelang harus dilanjutkan (bagaiman cara
melanjutkannya ?)
> perserta lelang yang kalah mengajukan sanggahan
(katanya : monopoli)
> Peserta lelang yang menyanggah mengadukan ke polisi

2). Proses di PTUN pelelangan di Lombok


Barat
> Bupati membatalkan penandatanganan kontrak dengan alasan :
Kualifikasinya tidak sesuai, Bupati Lombok Barat di PTUN kalah
> Menurut informasi : Naik banding ke Pengadilan Tinggi dan menang
E. HUKUM PERDATA
DALAM PELAKSANAAN KONTRAK
KERJA KONSTRUKSI INSTANSI
PEMERINTAH
1. SKEMA PELAKSANAAN KONTRAK ( FIDIC)
Submission of
Advance Payment
Within 60 Days
Approval
Mobilization
Letter of from Exim
30 Days
Acceptance Bank China
FHO
Contract
Commencement PHO ( Defect Liability
Signing of work ( Taking Over Certificate )
Notice to Certificate )
Commence
PCM

Max
30 days FIELD CCO
Site Take ENGINERING
Over
Max Employer and
Submis of 30 days Establishment
Performance of site office Contractor
Bond responsibility for
Building Failure
Max Max
Max 10 years
28 Days 60 days CONSTRUCTION PERIOD MAINTENANCE
65 MONTHS ( 1950 DAYS ) PERIOD
12 MONTHS

CONTRACT PERIOD

VALIDITY OF PERFORMANCE BOND

14 Days
1. Ketentuan Umum
Hukum Perdata
a. Mengatur hubungan hukum privaat (pribadi)
masyarakat (sebagai pribadi atau badan hukum)
dengan masyarakat lain atau dengan negara sebagai
badan hukum publik ;

b. Hubungan hukum antara Pengguna jasa dengan


penyedia jasa yang terjadi dari sejak
penandatangan kontrak s/d berakhirnya kontrak
merupakan hubungan hukum privaat yang diatur
oleh Hukum Perdata;

c. Semua sengketa yang terjadi dalam hubungan


hukum privaat diselesaikan di Peradilan Umum atau
Lembaga Arbitrase.
2. Sumber Hukum Perdata

1. Hukum Adat (Hukum perdata tak tertulis)


2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPer) atau Burgerlijke Wetbook
(BW Indonesia diumumkan 30 April 1847
Staadblad No. 32 berlaku 1948),(Hukum perdata
tertulis) sering disebut sebagai HUKUM KONTINENTAL
3. Kitab UU Acara Perdata atau HIR
diperbaharui dengan Staadblad No. 44 th 1941
4. Undang – undang lain terkait, diluar
tersebut 1, 2, dan 3.
3. Kitab Undang – Undang
Hukum Perdata (KUHPer)
> Buku kesatu tentang “Perihal Orang”
 Buku kedua tentang “Perihal Benda”
 Buku ketiga tentang “Perihal
Perikatan”
( Pasal 1604 – 1617 ttg Pekerjaan
Pemborongan jasa konstruksi)
> Buku keempat tentang Pembuktian
dan Daluwarsa
4. TEMPAT PENGATURAN
PERIKATAN HUKUM KONTRAK

Hukum Kontrak diatur dalam


> Buku III KUH Perdata
TENTANG PERIKATAN
> terdiri dari 18 bab dan 631 pasal,
> dimulai dari Pasal 1233 sampai
dengan Pasal 1864 KUH Perdata
5. PRINSIP - PRINSIP PERIKATAN
DALAM HUKUM PERDATA
ANTARA LAIN :
a. Prinsip kebebasan bertindak (KUHPerdata pasal 1338)
b. Prinsip perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik
(KUHPerdata 1338)
c. Prinsip semua harta kekayaan seseorang menjadi
jaminan bagi semua hutang – hutangnya
d. Prinsip Acto Pauliana, bahwa diperbolehkannya bagi
kreditor (o yang berpiutang) untuk membatalkan
semua perjanjian dengan debitur (o yang berhutang)
yang dilakukan dengan itikad buruk
6. PASAL - PASAL KUH PERDATA TERKAIT
DENGAN HUKUM KONTRAK

a . KUH PERDATA pasal 1604 s.d pasal 1617


tentang Perjanjian pemborongan Jasa
konstruksi

Beberapa ketentuan yang saat ini masih


digunakan dalam Pelaksanaan kontrak,
antara lain :
1. Pasal 1608 Pekerjaan yang diserahkan
secara sebagian – sebagian
2. Pasal 1609 tentang tanggung jawab
kegagalan bangunan paling lama 10 tahun
6. PASAL - PASAL KUH PERDATA TERKAIT
DENGAN HUKUM KONTRAK

b . KUH PERDATA pasal 1320 s.d pasal 1337 tentang


syarat sahnya suatu perjanjian , bahwa :

. Para pihak harus jelas


. Dibuat tidak dengan paksaan atau penipuan
. Cakap untuk membuat perjanjian
. Obyeknya harus jelas

. Tidak mengandung kepalsuan / yang terlarang,


bertentangan dengan kesusilaan / kepentingan
umum
6. PASAL - PASAL KUH PERDATA TERKAIT
DENGAN HUKUM KONTRAK

c. Pasal 1338 dan tentang Akibat


Persetujuan
> Pada dasarnya para pihak dapat memperjanjikan apa
saja, prinsip dasar ini dikenal sebagai “
Kebebasan berkontrak “
disimpulkan dalam pasal 1338 ayat 1 :

Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang


- undang berlaku sebagai undang – undang bagi
mereka yang membuatnya.
6. PASAL - PASAL KUH PERDATA TERKAIT
DENGAN HUKUM KONTRAK
c. Pasal 1338 tentang Akibat Persetujuan.

> Tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan


kedua belah pihak.

> Persetujuan harus dibuat dengan itikad baik


( Hakim dapat memutuskan menyimpang dari
perjanjian menurut hurufnya , bila pelaksanaan
bertentangan dengan itikad baik , melanggar
kepatutan atau keadilan, merugikan negara, ada
unsur penipuan dokumen )
6. PASAL - PASAL KUH PERDATA TERKAIT
DENGAN HUKUM KONTRAK

d. Pasal 1339 tentang Akibat Persetujuan


> Tetapi prinsip kebebasan berkontrak ada batasannya, dan batasan
kebebasan berkontrak diatur dalam Pasal 1339,disebutkan bahwa
batasannya adalah tetap dituntut :
1). Kepatutan ;
2). Kebiasaan ;
3). Undang – undang

 Pasal tersebut memberi kekuasaan kepada hakim untuk mengawasi


Pelaksanaan suatu perjanjian, agar perjanjian itu tidak melanggar
kepatutan atau keadilan, atau
Memberikan kekuasaan kepada hakim untuk menyimpang dari isi
perjanjian manakala pelaksanaan isi perjanjian tersebut
bertentangan dengan itikad baik.
6. PASAL - PASAL KUH PERDATA TERKAIT
DENGAN HUKUM KONTRAK
e. Pasal 1266 dan pasal 1267 tentang “Akibat
Persetujuan”
> Pasal 1266 :
Pembatalan (pemutusan kontrak) harus
dimintakan ke pengadilan.
Saran :
Agar dalam dokumen lelang selalu
dicantumkan “ Mengabaikan atau tidak
memberlakukan KUHPerdata pasal 1266
> Pasal 1267
Pihak yang didolimi, dapat memilih, apakah memaksa pihak
yang wanprestasi untuk memenuhi persetujuan, atau
pembatalan persetujuan, atau penggantian biaya kerugian
dan bunga.
SUMBER HUKUM ACARA PERDATA

1. Herziene Inlands Reglemen (HIR) atau


Reglemen Bumi putera yang diperbaharui
pemerintah belanda Staadblad No. 44 tahun
dan Hukum Acara bagi masyarakat Jawa
dan
(RBg tahun 1943)
2. UU No. 2 tahun 1986 tentang Peradilan
Umum
3. UU No. 14 tahun 1970 tentang Pokok –
pokok kekuasaan Kehakiman yang telah
mengalami perubahan melalui UU No. 43
tahun 1999
4. UU No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah
PRINSIP – PRINSIP HUKUM
ACARA PERDATA
1. Hakim bersifat menunggu (inisiatif berperkara
adalah bukan dari hakim)
2. Hakim dilarang menolak perkara
3. Hakim harus bersikap aktif (berusaha keras
menemukan hukum seadil – adilnya)
4. Hakim harus mendengar kedua pihak (mendengarkan
fakta, alasan, alat-alat bukti)
5. Putusan harus disertai alasan (setiap putusan harus
disertai alasan yang objektif)
6. Peradilan bersifat sederhana, cepat, dan Berbiaya ringan
7. Peradilan berjalan objektif.
8. Hakim tidak menguji undang - undang
7. PASAL – PASAL DALAM
UNDANG - UNDANG JASA KONSTRUKSI
YANG MENGATUR TENTANG KONTRAK
> Pasal 1, AYAT 5
Yang diartikan dengan kontrak kerja
konstruksi adalah keseluruhan dokumen
yang mengatur hubungan hukum antara
pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
penyelenggaran pekerjaan konstruksi
> Pasal 20 Pengikatan pekerjaan
konstruksi:
Dilarang memberikan pekerjaan kepada
penyedia jasa terafiliasi
7. PASAL – PASAL DALAM
UNDANG - UNDANG JASA KONSTRUKSI
YANG MENGATUR TENTANG KONTRAK
 Pasal 22, AYAT 2
Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya
memuat :
1. Para pihak
2. Rumusan pekerjaan
3. Masa pertanggungan ( Asuransi )
4. Jumlah, kualifikasi, klasifikasi tenaga ahli
5. Hak dan kewajiban
6. Cara pembayaran
7. Cidera janji
8. Penyelesaian perselisihan
10. Keadaan memaksa
11. Kegagalan bangunan
12. Perlindungan pekerja
13. Aspek lingkungan
7. PASAL – PASAL DALAM
UNDANG - UNDANG JASA KONSTRUKSI
YANG MENGATUR TENTANG KONTRAK
 Pasal 25 KEGAGALAN BANGUNAN
Ayat 1 : Pengguna jasa dan penyedia jasa
bertanggung jawab atas kegagalan bangunan

Ayat 2 : Tanggung jawab kegagalan banghunan oleh


penyedia jasa adalah maksimal 10 tahun sejak
FHO

Ayat 3 : Kegagalan suatu bangunan ditetapkan oleh


pihak ketiga sebagai Penilai ahli
Tim Penilai ahli mentapkan :
a. Apakah sudah terjadi kegagalan bangunan
b. Kenapa terjadi kegagalan bangunan
c. Berapa besar ganti ruginya
d. Siapa yang salah
7. PASAL – PASAL DALAM
UNDANG - UNDANG JASA KONSTRUKSI
YANG MENGATUR TENTANG KONTRAK
 Pasal 37 PENYELESAIAN SENGKETA
Ayat 1 : Penyelesaian sengketa dapat ditempuh
untuk masalah yang timbul dalam
pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi serta dalam terjadi kegagalan
bangunan

Ayat 2 : Dapat menggunakan jasa pihak ketiga

Ayat 3 : Pihak ketiga dapat dibentuk pemerintah


atau masyarakat jasa konstruksi
8. BEBERAPA HAL PENTING KETENTUAN KONTRAK
BERDASARKAN KEPPRES NO. 80 TAHUN 2003

Ketentuan baru dalam Keppres No. 80 tahun


2003 :

> Memperoleh Persetujuan / Pendapat Ahli Hukum


Kontrak Untuk pekerjaan > Rp. 50 miliar

> Pemutusan kontrak sepihak bila keterlambatan


melebihi nilai jaminan pelaksanaan (KUHPer 1266)
> PPK terlambat membayar, harus memberikan
kompensasi

> PHLN harus mengikuti Keppres No. 80 tahun 2003


kecuali bila bertentangan dengan ketentuan
pemberi pinjaman
8. BEBERAPA HAL PENTING KETENTUAN KONTRAK
BERDASARKAN KEPPRES NO 80 TAHUN 2003

Ketentuan baru dalam Keppres No. 80


tahun 2003 :

> Jaminan pelaksanaan 5% terhadap


nilai kontrak dari Bank
> Ketentuan pembayaran kepada sub
kontraktor
> Uang retensi diganti jaminan pemeliharaan
> Masa pemeliharaan dapat melebihi Tahun
Anggaran
9. BEBERAPA HAL PENTING KETENTUAN KONTRAK
BERDASARKAN PINJAMAN HIBAH LUAR
NEGERI (PHLN)
1. Lingkup keppres :
> Sebagian atau seluruhnya dengan PHLN, harus mengikuti
Keppres no. 80 th 2003 sepanjang tidak bertentangan dg
ketentuan pemberi pinjaman, misalnya :
a. Tidak memberlakukan SBU
b. Tidak memberlakukan ketentuan ijin kantor
perwakilan bagi badan usaha asing (WTO)

2. Contoh Pengertian2 Ketentuan Fidic yang banyak


menimbulkan perbedaan interpretasi :
a. Misalnya, Liquidated Damages for Delays
b. Substantially responsive
c. Perhatikan Skema Pelaksanaan Proyek
d. Pembayaran uang muka, sesudah ttd kontrak / SPMB ?
10. Contoh kasus dalam
Hukum Perdata

1). Pelaksanaan kontrak di Proyek


peningkatan Jalan :
> Kontraktor diputus kontraknya tidak bekerja dalam 1 tahun
> Komitmen atasan di realisasi setelah uang muka dibayar
> 15 tahun kemudian kontraktor menuntut ke pengadilan
> Bagaimana proses gugatan kontraktor ke pengadilan ?
> Penyebab utamanya adalah :
Kekeliruan Panitia lelang dalam melakujkan penilaian
kualifikasi BU pada proses pelalangannya..
11. PENYELESAIAN SENGKETA
PERDATA
 PILIHAN HUKUM
( dalam Penyelesaian sengketa )
 Choice of Law
 Ketentuan yang mengatur tentang hukum apa yang
berlaku dalam hal terjadi sengketa antara para pihak,
ditetapkan dalam dokumen lelang.

 Misalnya dlm hal terjadi sengketa akan diselesaikan


melalui Pengadilan Negeri ATAU
 (harus memilih salah satu).

Catatan :
Penyelesaian perselisihan agar diselesaikan diluar pengadilan,
dalam hal terpaksanya diselesaikan di Pengadilan maka domisili
kantor pengadilan agar ditetapkan dalam dokumen lelang.
> PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA

1 . TIGA CARA PENYELESAIAN SENGKETA


KONSTRUKSI

a. Melalui Badan Pengadilan


b. Arbitrase ( Lembaga / Ad hoc )
c. Alternatip Penyelesaian sengketa

Catatan : Arbitrase = Perwasitan


Arbiter = Wasit
PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA

a . MELALUI BADAN PENGADILAN


1). AGAR DITETAPKAN DALAM DOKUMEN LELANG APAKAH
AKAN DISELESAIKAN DI PERADILAN UMUM ATAU DILUAR
PENGADILAN, BILA TIDAK DISEBUTKAN MAKA BERARTI
MASALAH DISELESAIKAN DI PERADILAN UMUM.

2). PENYELESAIAN DI PERADILAN UMUM KURANG


DIREKOMENDASIKAN KARENA WAKTU LEBIH LAMA, DAN
BIAYA LEBIH MAHAL, TAPI PENYELESAIAN SECARA LITIGASI
TETAP DIGUNAKAN MANAKALA SECARA NON LITIGASI GAGAL.

3). SISTIM LITIGASI TIDAK DIDESAIN UNTUK MENYELESAIKAN


MASALAH, LEBIH MENGUTAMAKAN PENYELESAIAN
BERDASARKAN PENEGAKAN / KEPASTIAN HUKUM.

4) . HAKIM DITETAPKAN OLEH KETUA PENGADILAN.


PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA

b . MELALUI ARBITRASE ( LEMBAGA / AD HOC )


1). Pilihan penyelesaian sengketa harus
ditetapkan dalam kontrak, bila dipilih
Arbitrase, Pengadilan tidak boleh ikut
campur ( UU No. 30 tahun 1999 Pasal 3 ),
dan harus tegas Abitrase mana yang dipilh
( Institusi atau Ad Hoc ).

2). Pemutusan sengketa oleh Arbiter / para


Arbiter berdasarkan Persetujuan, bahwa
para pihak akan tunduk atas segala
keputusan Arbiter yang mereka pilih.
12. PROSES PENYELESAIAN
SENGKETA PERDATA
MELALUI ARBITRASE
13. ALTERNATIP
PENYELESAIAN SENGKETA
13. ALTERNATIP PENYELESAIAN SENGKETA

PENYELESAIKAN DILUAR PENGADILAN MELALUI PIHAK


KETIGA, YANG DILAKUKAN OLEH :

1). MELALUI MEDIASI


( pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian
sengketa)

2). MELALUI KONSILIASI


( penyelesaian sengketa yang diserahkan kepada
komisi)

PENYELESAIAN SENGKETA DILUAR PENGADILAN, TIDAK


BERLAKU TERHADAP TINDAK PIDANA.
PENYELESAIAN SENGKETA SECARA
MEDIASI
1. MEDIASI ADALAH PROSES PENYELESAIAN SENGKETA
BERDASARKAN PERUNDINGAN.
2. MEDIATOR TIDAK MEMPUNYAI KEWENANGAN
MEMUTUSKAN SENGKETA, YANG MEMUTUSKAN PARA
PIHAK SENDIRI.
3. PRODUK MEDIASI ADALAH KESEPAKATAN YANG
DITERIMA PARA PIHAK.
4. KESEPAKATAN MENGIKAT SETELAH TERCANTUM
DALAM KONTRAK.
5. MEDIATOR DIPILIH PERSONIL YANG AHLI DI BIDANGNYA.
6. MEDIATOR HARUS DITERIMA PARA PIHAK YANG
BERSENGKETA.
1). PENYELESAIAN SENGKETA
SECARA MEDIASI
PERAN MEDIATOR :
a. PENYELENGGARA PERTEMUAN
b. PEMIMPIN DISKUSI SECARA NETRAL
c. PENJAGA ATURAN PERUNDINGAN AGAR TERTIB
d. PENGENDALI EMOSI PARA PIHAK
e. PENDORONG PIHAK YANG KURANG MAMPU ATAU
SEGAN MENGEMUKAKAN PENDAPATNYA.

TUGAS MEDIATOR :
a. MEMBUAT NOTULEN PERUNDINGAN
b. MERUMUSKAN TITIK TEMU / KESEPAKATAN PARA PIHAK
c. MENGUSULKAN ALTERNATIP PEMECAHAN MASALAH
d. MEMBANTU MENGANALISA PEMECAHAN MASALAH.
1). PENYELESAIAN SENGKETA
SECARA MEDIASI
FUNGSI MEDIATOR :
a. SEBAGAI KATALISATOR, ARTINYA MAMPU MENDORONG
MENCIPTAKAN SUASANA YANG KONSTRUKTIF DALAM DISKUSI.
b. SEBAGAI PENDIDIK, ARTINYA BERUSAHA MEMAHAMI
ASPIRASI,PROSEDUR KERJA, KENDALA DARI PARA PIHAK
c. SEBAGAI PENTERJEMAH, ARTINYA KOMUNIKATOR DALAM
MERUMUSKAN USULAN PIHAK DALAM BAHASA DAN UNGKAPAN
YANG JELAS
d. SEBAGAI NARA SUMBER, HARUS DAPAT MENDAYAGUNAKAN
SUMBER INFORMASI YANG ADA
e. SEBAGAI PENYANDANG BERITA JELEK, ARTINYA SIAP
MELAKUKAN PERTEMUAN TERPISAH BILA TIMBUL EMOSI
f. SEBAGAI AGEN REALITAS, ARTINYA MAMPU MEMBERIKAN
PENGERTIAN PARA PIHAK BILA USULAN TIDAK MASUK AKAL
g. SEBAGAI KAMBING HITAM, ARTINYA SIAP DISALAHKAN DALAM
MEMBUAT HASIL PERUN DINGAN.
1). PENYELESAIAN SENGKETA
SECARA MEDIASI
PROSES MEDIASI :
a. MEMBUAT AGENDA, MENYETUJUI ATURAN DASAR,
MEMBUAT KONTRAK
b. MENCARI FAKTA2 DAN MENGINVENTARISASI
PERMASALAHAN
c. MENCIPTAKAN PILIHAN DAN ALTERNATIP
d. NEGOSIASI DAN MEMBUAT KEPUTUSAN
e. KLASIFKASI / PENYUSUNAN RENCANA
f. ANALISA TINJAUAN HUKUM (BILA PERLU)
g. PENERAPAN /TINJAUAN DAN REVISI
h. JANGAN MEMULAI TANPA KUASA
1). PENYELESAIAN SENGKETA
SECARA MEDIASI
( Bidang Jasa Konstruksi )

1. MEDIATOR HARUS MEMPUNYAI SERTIFIKAT


KEAHLIAN YANG DITETAPKAN OLEH LPJK

2. MEDIATOR DAPAT DIBANTU OLEH PENILAI


AHLI

3. PENILAI AHLI HARUS MEMPUNYAI SERTIFIKAT


KEAHLIAN DAN TERDAFTAR DI LPJK.
2) PENYELESAIAN SENGKETA
MENGGUNAKAN JASA KONSILIASI
( Bidang Jasa Konstruksi )
1. DILAKUKAN DENGAN BANTUAN SEORANG KONSILIATOR
2. KONSILIATOR DIUSULKAN DALAM DATA LELANG, PENYEDIA
JASA DAPAT MENGUSULKAN NAMA KONSILIATOR LAIN
3. KONSILIATOR HARUS BERSERTIFIKAT KEAHLIAN YANG
DITETAPKAN OLEH LPJK.
4. KONSILIATOR MENYUSUN DAN MERUMUSKAN UPAYA
PENYELESAIAN DAN DITAWARKAN KEPADA PARA PIHAK.
5. BILA DALAM WAKTU TERTENTU YANG DITETAPKAN (28 HARI) TIDAK
ADA PIHAK YANG MENANGGAPI, MAKA
KEPUTUSAN KONSIATOR DINYATAKAN BERLAKU.
6. RUMUSAN PENYELESAIAN MASALAH DITUANGKAN DALAM
KESEPAKATAN TERTULIS DAN MENGIKAT.
F. HUKUM PIDANA
DALAM PROSES PRAKONTRAK
DAN PELAKSANAAN KONTRAK
PENGADAAN BARANG / JASA
INSTANSI PEMERINTAH
3. Hukum Pidana (TP)
 Hukum Pidana (Materil)
 adalah peraturan yang mengatur ttg :
 perbuatan/tindakan yang diancam pidana.
 pertanggung jawaban pidana; dan
 hukuman apa yang dapat dijatuhkan
kepada pelaku Tindak Pidana
 Hukum Pidana Materiil  KUHP.(Wet boek
van Strafrecht - WvS) UU no.73 tahun 1958
menentukan berlakunya UU no.1 tahun 1946
3. Hukum Pidana (TP)
 Hukum Pidana Formil  KUHAP
( UU no.8 tahun 1981)
 Hukum Pidana (Khusus) 
UU tersendiri di luar KUHP.
 Asas : LEX SPECIALIS DEROGAT
LEX GENERALIS.
Contoh:
 UU No.11/1980 : Suap
 UU No.5/1999 : LPM PUTS
(Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat)
 UU No.31/1999 : TPK
Tindak Pidana Umum
Buku Kedua ttg Kejahatan
1. PENIPUAN (Ps. 372 KUHP)
 menguntungkan diri sendiri atau orang lain;
 secara melawan hukum;

 dengan tipu muslihat atau rangkaian


kebohongan; misalnya :
a. Membayar volume pekerjaan fiktif
b. Melakukan pengaturan lelang

 menggerakan orang lain utk menyerahkan barang;


 Max 4 th penjara / denda max rp. 60,-
Lanjutan
2. PEMALSUAN (Ps.263 KUHP)

 membuat atau memalsukan surat yang


dapat menimbulkan hak;
 seolah-olah isinya benar dan tidak
dipalsu, misalnya :
Pemalsuan dokumen dalam
pelelangan seperti Bukti pengalaman,
Sertifikat Badan usaha, pernyataan
tidak black list.
 Berakibat kepentingan masyarakat lain
dirugikan
3. PEMERASAN (Ps. 368 KUHP) Lanjutan

 menguntungkan diri sendiri atau orang lain;


 secara melawan hukum;
 memaksa seseorang dg kekerasan atau
ancaman kekerasan (Premanisme dlm lelang)
 untuk memberikan sesuatu milik orang lain

4. PENYUAPAN (Ps.2 UU 11/1980)


 memberi atau menjanjikan sesuatu kpd orang
lain;
 untuk membujuk agar orang itu berbuat atau
tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya;
 yang bertentangan dg kewenangan atau
kewajibannya yang menyangkut kepentingan
umum;
SUMBER HUKUM ACARA PIDANA

1. UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP


2. UU No. 2 tahun 2002 tentang Pokok – pokok
Kepolisian
3. UU No. 5 tahun 1991 tentang Pokok –
pokok Kejaksaan
4. UU No. 14 tahun 1970 tentang Pokok –
pokok kekuasaan Kehakiman yang telah
mengalami perubahan melalui UU No. 43
tahun 1999
5. UU No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung
6. UU No. 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum
KEWENANGAN
KEPOLISIAN, selaku Penyelidik / Penyidik (Ps.7
KUHAP)
 Menerima laporan atau pengaduan ttg adanya TP;
 Melakukan tindakan pertama di TKP;
 Menyuruh berhenti tersangka dan memeriksa
identitas tersangka;
 Melakukan penangkapan, penahanan,
penggeledahan, dan penyitaan;
 Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
 Melakukan sidik jari dan memotret seseorang;
 Memanggil orang utk diperiksa sbg tersangka atau
saksi;
 Mendatangkan ahli yg diperlukan dlm hubungan
dengan pemeriksaan perkara;
 Mengadakan penghentian penyidikan;
 Mengadakan. tindakan lain menurut hukum yg bertg
jawab;
Lanjutan
KEJAKSAAN, selaku PU – Ps. 14 KUHAP.
 Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidik
 Mengadaan pra-penuntutan dalam hal ada kekurangan pd
penyidikan
 Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan
penahanan atau penahanan lanjutan, dan mengubah status
tahanan
 Membuat surat dakwaan
 Melimpahkan perkara ke pengadilan
 Memberitahukan kepada terdakwa tentang waktu
persidangan
 Melakukan penuntutan
 Menutup perkara demi kepentingan hukum
 Melakukan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung
jawab sebagai penuntut umum.
 Melaksanakan putusan hakim.
Lanjutan
Dalam TP Korupsi
KEJAKSAAN BERWENANG :
Psl.30 UU 16/2004 tentang Kejaksaan RI

 Melakukan penuntutan
 Melaksanakan. penetapan dan putusan pengadilan
 Melaksanakan pengawasan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan, dan putusan lepas bersyarat
 Melakukan penyidikan terhadap tindak
pidana tertentu berdasarkan UU
 Melengkapi berkas perkara tertentu dan dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan.
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK
PIDANA KORUPSI OLEH KEJAKSAAN
Psl. 284 AYAT (2) KUHAP

> Kejaksaan dan Polri mempunyai kewenangan melakukan


Penyelidikan dan penyidikan.
> Bila dilakukan oleh Kejaksaan, maka Surat Perintah Penyelidikan /
Penyidikan ditembuskan ke Kapolres/ Kapolda.
> Penyelidikan : adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk
mencari dan menemukan peristiwa yang diduga sebagai tindak
pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menurut cara yang diatur dalam undang2 ini.
> Data awal diperoleh dari Laporan dan atau pengaduan,
Tindak pidana korupsi antara lain dari :
1. Menteri / Irjen / Itwilprop / bawasda / bawasko
2. Wapres kotak pos 5000
3. BPKP
4. Aparat intelejen
5. DPR, berasal laporan audit BPK
PENYELIDIKAN, PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN
TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KEJAKSAAN
Psl. 284 AYAT (2) KUHAP
> Setelah ada data awal, dikeluarkan Surat Perintah Penyelidikan,
untuk mengetahui ada atau tidaknya tindak pidana korupsi, dan
akhirnya diperoleh “ Bukti permulaan yang cukup “.
> Dilakukan pra pemaparan, bila tidak diperoleh Bukti Permulaan yang
cukup, maka penyelidikan dinyatakan berakhir, bila diperoleh
Bukti Permulaan yang cukup maka ditingkatkan ke tahap Penyidikan,
selanjutnya dikeluarkan Surat Perintah Penyidikan.
> Penyidikan :
adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan
mengumpulkan bukti untuk membuat terang tentang tindak pidana
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
> Bila unsur melawan hukum tidak terbukti, maka diterbitkan Surat
Perintah Pemberhentian Penyidikan (SP3)
> Bila perkara yang disidik didukung alat bukti, maka penyidikan
dilanjutkan ke tahap Penuntutan.
Bahan Diskusi
KASUS PIDANA
Pembangunan Jalan Sanggi-Bengkunat (Lampung)

> UPAYA PEMBEBASAN DARI TAHANAN


1. Telah dibuat Jaminan dari Departemen PU / Biro Hukum dan
dari Keluarga, bahwa tidak akan melarikan diri.
2. Seluruh Dokumen telah disita Kejaksaan, tidak mungkin lagi
untuk menghapuskan barang bukti.
3. Jabatan PPK sudah dicopot, tidak mungkin melakukan
perbuatan yang sama.
PPK , Kontraktor tetap saja tidak dapat
dikeluarkan, walaupun sudah dilakukan teresebut 1,2, dan 3. dan
akhirnya SE
Lanjutan
Dalam Penyelidikan, Penyidikan,
dan Penuntutan KPK berwenang
 Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan
 Mencekal seseorang pergi ke LN
 Meminta keterangan kepada Bank ttg keuangan terdakwa
 Memblokir rekening yang diduga hasil korupsi milik
terdakwa
 Memerintahkan memberhentikan sementara tersangka dari
jabatannya
 Meminta data kekayaan dan data perpajakan terdakwa
 Menghentikan sementara transaksi keuangan, perdagangan dan
perjanjian lainnya yg berhubungan dengan TP korupsi
 Meminta bantuan Interpol menangkap dan menyita barang bukti di
LN
 Meminta bantuan polisi / instansi lain untuk menangkap,
menahan, menggeledah, dan menyita dalam perkara
korupsi.
Tugas-Tugas KPK
 Koordinasi dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan TPK;
 Supervisi terhadap instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan TPK;
 Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
TPK;
 Melakukan tindakan pencegahan TPK;
 Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara;
 Dalam melaksanakan tugas supervisi KPK berwenang
mengambil alih penyidikan atau penuntutan TPK yang
sedang ditangani Kepolisian atau Kejaksaan;
Lanjutan
 Perkara Korupsi yang ditangani KPK:
1. Melibatkan penegak hukum, penyelenggara negara,
atau orang lain yang terkait dengan TPK yg
dilakukan oleh aparat penegak hukum atau
penyelenggara negara;
2. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat;
3. Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp 1
milyar.

 Dalam melaksanakan tugasnya KPK TIDAK


BERWENANG mengeluarkan SP3 (Surat Perintah
Penghentian Penyidikan).
Hukum Pidana dalam Pengadaan
Jasa konstruksi

a. Apabila terjadi tindak pidana dalam proses


pengadaan jasa konstruksi pemerintah maka negara
dapat menuntut untuk diadili di peradilan umum,
seperti :

> Terbukti dilakukan Pengaturan lelang


> Terbukti harga di mark up, terjadi gratifikasi
> Terbukti dilakukan pembayaran fiktif atas
pekerjaan yang tidak dikerjakan
Hukum Pidana dalam Pengadaan
Jasa konstruksi

a. Hukum pidana bersifat publik : walaupun pihak


korban tidak menuntut, negara tetap berhak untuk
menghukum orang yang melakukan perbuatan pidana
tersebut seperti :
> Hasil pekerjaan buruk dan rusak pada masa pemeliharaan, jaksa
menuntut ke pengadilan ( kasus Lampung, Batam)

b. Tuntutan pidana masih tetap berlaku meskipun para


pihak telah membuat perjanjian untuk tidak saling
menuntut atas perbuatan pidana yang dilakukannya
dalam proses pengadaan, seperti :
> Fiktif pekerjaan yang sulit diprediksi, kontraktor diperlakukan
tidak adil, melakukan penuntutan dan namun kemudian
membatalkan tuntutannya
> Hal2 penting ketentuan2 pidana
terkait dengan hukum kontrak
a. Putusan pidana dapat dijadikan dasar / bukti dalam
sengketa
perdata , misalnya :
> terbukti secara dokumentasi melakukan pengaturan
lelang
> Pemalsuan dokumen dalam proses prakualifikasi
b. Bersifat publik , negara tetap berhak menghukum karena
pelanggaran tersebut telah merugikan negara
c. Seseorang dianggap korupsi, apabila :
> menyalahgunakan wewenang
> menguntungkan diri sendiri atau orang lain
> merugikan negara
> Hasil tidak dapat dimanfaatkan sebesar2nya untuk masyarakat
> UNDANG-UNDANG NO 18 TAHUN 1999
TENTANG JASA KONSTRUKSI

PASAL – PASAL PENTING TERKAIT PIDANA :


2 . Pasal 43 ( sanksi pidana )
(1). barang siapa yang melakukan perencanaan tidak memenuhi
ketentuan keteknikan mengakibatkan kegagalan pekerjaan /
kegagalan bangunan, dikenai pidana paling lama 5 tahun
penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% dari
nilai kontrak.

(2). untuk kegagalan pelaksanaan : dikenakan pidana paling


lama 5 tahun penjara atau paling banyak 5% dari nilai
kontrak.

(3). untuk kegagalan pengawasan : dikenakan pidana paling


lama 5 tahun penjara atau paling banyak 10% dari nilai
kontrak.
PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG
PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PASAL – PASAL PENTING TERKAIT :

2. Pasal 31 ( kegagalan pekerjaan konstruksi )


kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil
pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi sebagaimana yang
disepakati dalam kontrak, sebagai akibat kesalahan
pengguna jasa atau penyedia jasa.

3. Pasal 32 ayat (4)


Penyedia jasa wajib mengganti atau memperbaiki kegagalan
pekerjaan konstruksi yang disebabkan kesalahan
penyedia jasa atas biaya sendiri.
UNDANG-UNDANG NO 18 TAHUN 1999
TENTANG JASA KONSTRUKSI
( kegagalan bangunan )
4. Pasal 25

ayat (1) : pengguna jasa dan atau penyedia jasa bertanggung


jawab kegagalan bangunan
ayat (2) : tanggung jawab kegagalan bangunan penyedia jasa
adalah maksimal 10 tahun sejak FHO.
ayat (3) : kegagalan suatu bangunan ditetapkan oleh pihak
ketiga selaku PENILAI AHLI.

KETENTUAN LEBIH LANJUT TENTANG KEGAGALAN


BANGUNAN DITETAPKAN DALAM PP NO.29 TAHUN 2000
PASAL 34 SAMPAI DENGAN PASAL 48.
B. HIRARKI PERUNDANG - UNDANGAN RI

TAP MPR No. III/Tahun 2000 menyebutkan bahwa


hirarki peraturan perundang - undangan RI
terdiri dari :

1. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45);


2. Ketetapan MPR (TAP MPR);
3. Undang-Undang (UU);
4. Peraturan Pemerintah Pengganti UU (PERPU);
5. Peraturan Pemerintah (PP);
6. Keputusan Presiden (KEPPRES);
7. Peraturan Daerah (PERDA).
C. SUMBER HUKUM TERKAIT DENGAN PERIKATAN
HUKUM KONTRAK PENGADAAN JASA
KONSTRUKSI

1. KUHPerdata (BW), Ketentuan yang mengatur tentang


hukum kontrak dalam Buku III KUH Perdata
2 . Undang-undang no 18 tahun 1999 tentang jasa
konstruksi berikut pp no. 28 , 29 , 30 tahun 2000
3 . Undang-undang no 30 tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Pilihan Penyelsaian Sengketa
4 . Keppres no 80 tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan pengadaan barang / jasa
pemerintah
5. Kepmen PU No. 339 tahun 2003, 349 tahun 2004,
181 tahun 2005, Permen PU 2007
6. Ketentuan Pemberi Pinjaman ( dana dari PHLN )
Sumber Hukum Kontrak Konstruksi
yang bersifat PUBLIK (memaksa)
 UU 5/1999 : Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat;
 UU 28/1999 : Penyelenggara Negara yg Bersih dan
Bebas dari KKN;
 UU 31/1999 : Pemberantasan TPK;
 UU 20/2001 : Perub. UU 31/99 tentang
Pemberantasan TPK;
 UU 30/2002 : Komisi Pemberantasan TPK;
 UU 17/2003 : Keuangan Negara;
 UU 1/2004 : Perbendaharaan Negara.
G. HUKUM PERJANJIAN
1. Pengertian PERJANJIAN DAN KONTRAK

Persetujuan Perikatan Abstrak

Perjanjian Kontrak Tertulis

Tidak Terkandung Terkandung


maksud komersil Maksud komersil
1. Pengertian PERJANJIAN dan KONTRAK
Perjanjian (Prof. Subekti)
”suatu peristiwa dimana seorang berjanji
kepada seorang lain atau dimana dua
orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal”.
Persetujuan / perjanjian (Pasal 1313 KUH
Perdata)
”suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain atau lebih”.
Kontrak adalah persetujuan atau Perjanjian
tertulis
2. PENGERTIAN PERIKATAN Lanjutan
 Perikatan adalah suatu hubungan hukum
antara dua orang atau dua pihak
berdasarkan mana pihak yang satu berhak
menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain,
dan pihak yang lain berkewajiban untuk
memenuhi tuntutan itu.
 Setiap perjanjian akan melahirkan
perikatan.
 Kontrak adalah perjanjian yang dibuat
secara tertulis.
2. Unsur - unsur Perjanjian

 Hubungan hukum.
 Dua orang/pihak atau lebih yg mengikatkan diri
( Adanya Para Pihak ).
 Obyek/prestasi yang diperjanjikan (biasanya
sesuatu yang dapat dinilai dengan uang).
 Hak dan kewajiban
( adanya kesepakatan dari para pihak ).
6. Asas-asas Hukum Perjanjian
 Asas Kebebasan berkontrak
 Asas Kesepakatan/konsensualisme
 Asas Kekuatan mengikat
(Pacta Sunt Servanda)
 Asas Itikad Baik
 Asas Keseimbangan
 Asas Kepastian Hukum
 Asas Kepatutan
• Asas Kesepakatan/Konsensualisme
” suatu perjanjian itu sudah lahir sejak saat
tercapainya kata sepakat ” (KUHPer1320).

Asas ini mengandung pengertian bahwa


perjanjian itu sudah sah dan sudah mengikat
apabila sudah dicapai KESEPAKATAN tanpa
adanya suatu formalitas, kecuali ditetapkan lain
berdasarkan undang-undang.
Dalam kontrak konstruksi, kesepakatan
terjadi sejak tanggal diterimanya surat
penunjukan kepada penyedia jasa, dan
tanggal surat kesanggupan penyedia
jasa.
5. Bentuk - Bentuk
Perjanjian / Kontrak
 Perjanjian/kontrak dapat dibuat secara LISAN atau
TERTULIS dalam bentuk akta/akte.
 Akta/akte, adalah pernyataan tertulis yg dibuat dan di tanda
tangani, oleh seseorang atau oleh pihak-pihak dg maksud
untuk digunakan sbg alat bukti.
 Akta/akte dibedakan dalam:
Akta resmi atau otentik (authentiek)
Contoh: Akta Hibah, Akta Pendirian Perusahaan,
Akta Perkawinan, Akta Tanah,

Akta dibawah tangan (onder hands)


Contoh: Perjanjian Perdamaian, Perjanjian Pemborongan,
Perjanjian Utang-piutang dengan bunga.
Perbedaan akta authentiek dan
dibawah tangan
AUTHENTIEK DI BAWAH TANGAN
1. Bentuknya ditentukan 1. Bentuknya bebas;
UU 2. Dapat dibuat oleh setiap
2. Harus dibuat oleh orang yg berkepentingan.

Pejabat yg berwenang. 3. Apabila diakui


mempunyai kekuatan
3. Mempunyai kekuatan pembuktian yang
pembuk-tian yang sempurna.
sempurna.
4. Bila kebenarannya
4. Bila kebenarannya dibantah, maka yang
dibantah, yang mengajukan bukti harus
membantah harus membuktikan
membuktikan ketidak kebenarannya (melalui
benarannya. saksi-saksi)
WAN PRESTASI DAN AKIBAT HUKUMNYA

Wan prestasi (cidera janji ) yaitu keadaan dimana


salah satu pihak tidak melaksanakan atau lalai
melaksanakan prestasi yg menjadi obyek perjanjian.

Ps 1236 & Ps 1243 KUHPerdata : pihak yang melakukan wan


prestasi wajib mengganti kerugian yang dapat berbentuk
biaya-biaya, kerugian yang diderita, dan bunga.
Seseorang dinyatakan telah melakukan wan prestasi
apabila
1. tidak melakukan apa yang diperjanjikan akan dilakukan; ATAU
2. melakukan apa yang diperjanjikan, tetapi tidak sebagaimana
yang dijanjikan; ATAU
3. melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat; ATAU
4. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukan.
Pasal 1238 KUHPer: pihak yang lalai tidak dapat
dinyatakan telah melakukan wan prestasi sebelum ada
teguran (somasi) kepada pihak yang melakukan wan
prestasi.
Wan prestasi (Ps 23 huruf g PP No. 29/2000)
1. Oleh Penyedia Jasa yang meliputi:
tidak menyelesaikan tugas;
tidak memenuhi mutu,
tidak memenuhi kuantitas;
tidak menyerahkan hasil pekerjaan;

2. Oleh Penguna Jasa yang meliputi:


terlambat membayar;
tidak membayar;
terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan.

Akibat hukum wan prestasi dapat mengakibatkan


pembatalan/pemutusan suatu perjanjian.
Ps 1266 KUHPerdata pemutusan kontrak harus
dilakukan melalui pengadilan.

Pemutusan dapat dilakukan oleh salah satu pihak


tanpa melalui pengadilan apabila para pihak sepakat
mengabaikan berlakunya Pasal 1266 KUHPerdata
(pemutusan kontrak di proyek peningkatan jalan)

Keadaan Memaksa (KUHPer psl. 1244, 1245)


Keadaan memaksa (keadaan kahar) atau overmacht
atau force majeure
adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak
yang menyebabkan kewajiban yang ditentukan dalam dokumen
kontrak tidak dapat dilaksanakan.

Klausula keadaan memaksa harus ditentukan dengan jelas dan


tegas, bilamana perlu untuk menilai suatu keadaan memaksa
ditentukan oleh pihak ketiga yang independence.
Bentuk & Jenis Perjanjian ,
dan Materai :

a. Bentuk Perjanjian :
1) Perjanjian Lisan;
2) Perjanjian Tertulis (KONTRAK) dibedakan :
a). Dibawah tangan
b). Didaftarkan ke Notaris
c). Dilegalisir tandatangan para pihak oleh
Notaris
d). Dibuat dihadapan Notaris
catatan : kontrak yang dibuat dihadapan Notaris
bisa karena diharuskan oleh peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
Bentuk , Jenis Perjanjian , dan Materai :

b. Jenis Perjanjian :
1) Perjanjian yang lahir karena UU;
2). Perjanjian di luar UU;

c. Materai ( UU Materai No. 13 Tahun 1985 )


1). Pasal 1 : Dengan nama Bea Materai berarti dikenakan
pajak atas dokumen yang disebut dalam UU ini.
2). Pasal 2 ayat (1) : “ Dikenakan Bea materai atas
dokumen yang berbentuk : (a). Surat perjanjian dan
surat – surat lainnya yang dibuat dengan tujuan
untuk digunakan sebagai alat pembuktian
mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang
bersifat perdata “
6. Perikatan Kontrak Jasa Konstruksi

a. Pengertian Perikatan Kontrak jasa konstruksi


adalah perikatan antara pengguna jasa dengan
penyedia jasa dalam pelaksanaan pengadaan
jasa konstruksi.

b. Unsur perjanjian pengadaan jasa konstruksi :

1) Adanya para pihak : pihak pengguna jasa dan


pihak penyedia jasa ;

2) Adanya kesepakatan para pihak ;


3) Adanya obyek perjanjian : jasa konstruksi ;
c. Jenis Perjanjian
Pengadaan Jasa konstruksi :

1). Berdasarkan jenis pekerjaannya


(Keppres 80 Tahun 2003) :
a) Perjanjian pengadaan jasa konsultansi konstruksi ;
b) Perjanjian pengadaan jasa pemborongan konstruksi.

2) Berdasarkan jenis pekerjaannya


(PP 29 Tahun 2000) :
a) Perjanjian pengadaan jasa perencana konstruksi;
b) Perjanjian pengadaan jasa pelaksana konstruksi;
c) Perjanjian pengadaan jasa pengawas konstruksi.
3). Berdasarkan bentuk imbalan :

a). Lump sum


(PP No. 29 tahun 2000 pasal 21 ayat (1)) ;

> Volume yang tercantum dalam dokumen lelang


tidak boleh diukur ulang.
> Harga tetap selama tidak ada perintah
perubahan.
> Resiko pengguna jasa lebih kecil.
> Jumlah yang dibayar lebih pasti.
> Resiko lebih ada di penyedia jasa.
> Nilai kontrak dapat berubah bila diperintahkan.
> Resiko salah hitung volume ada di penyedia
jasa.
3). Berdasarkan bentuk imbalan :
b). Harga satuan
(PP No. 29 tahun 2000 pasal 21 ayat (2) ;
> Volume pekerjaan yang dilaksanakan diukur ulang
> Harga satuan tidak boleh dirubah
> Yang dibayar = volume yang diukur x harga satuan
> Tidak ada resiko kelebihan pembayaran
> Tidak ada windfall profit bagi penyedia jasa
> Perlu pengawasan yang lebih seksama
> Tidak ada resiko kelebihan pembayaran
> Dimungkinkan sering terjadi pengukuran ulang

c). Gabungan lump sum dan harga satuan;


> Dimungkinkan gabungan antara a) dan b)
3). Berdasarkan bentuk imbalan :

d). Terima jadi ( Design & Build / Turnkey);


> Fidic membedakan Design & Build dan Turnkey dari segi
pembayarannya
> Penyedia jasa memperoleh imbalan atas jasa perencanaan
dan biaya pelaksanaan
> Perencana menerima tugas dari Penyedia jasa Turnkey Builder
> Biasanya tidak ada pengawasan dari pengguna jasa tetapi
ada wakil direksi (owners representative)
> Perlu jaminan pembayaran dari pengguna jasa
> Isi kontrak hampir sama dengan bentuk kontrak lainnya
> Perlu lebih berhati-hati dalam memilih penyedia jasa
> Mengandung resiko komersial, karena tergantung kepada
stabilitas keuangan penyedia jasa

e). Porsentase.
4). Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan :
a). Tahun tunggal;
. Satu tahun anggaran

b). Tahun jamak.


. Dua tahun anggaran atau lebih
. Dengan ijin multi year

5). Berdasarkan jumlah pengguna jasa :


a). Kontrak pengadaan tunggal;
. Dengan satu sumber dana (mata anggaran)

b). Kontrak pengadaan bersama.


. Dengan dua sumber dana atau lebih
d. Bentuk Kontrak Pengadaan Jasa Konstruksi :

1) Kontrak Surat Perintah Kerja (SPK)


( kontrak dibawah 50 juta).

2) Kontrak Kecil Jasa Konstruksi.

2) Kontrak Besar Jasa Konstruksi

e. Sistimatika Kontrak SPK :


1) Komparisi (Pembukaan).
2) Isi Perjanjian.
3) Penutup.
BUTIR-BUTIR DALAM DOKUMEN
KONTRAK YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. CIDERA JANJI (oleh Pengguna jasa atau oleh Penyedia jasa )


2. KEGAGALAN KONSTRUKSI (Cipularang)
3. PEKERJAAN AKIBAT BENCANA ALAM (Tsunami Aceh).
4. PENYELESAIAN PERSELISIHAN.
5. KETENTUAN TTG KLAIM ( contoh : Batutegi ).
6. KETENTUAN TENTANG SUB KONTRAKTOR.
7. KETENTUAN TENTANG PEKERJAN TAMBAH.
8. PEMUTUSAN KONTRAK SECARA SEPIHAK
9. KEGAGALAN BANGUNAN.
10. JAMINAN-JAMINAN.
11. ESKALASI (PENYESUAIAN HARGA AKIBAT KENAIKAN BBM)
12. PEMBAYARAN GANTI RUGI AKIBAT KETERLABATAN PEMBAYARAN
13. WAKTU PEMELIHARAAN MELEWATI TAHUN ANGGARAN
14. JAMINAN PELAKSANAAN DAN JAMINAN PEMELIHARAAN
H. Wanprestasi, Perbuatan
Melawan Hukum (PMH),
&
Hapusnya Perikatan
1. Wanprestasi
 Pengertian
“ tidak terlaksananya perjanjian karena
kelalaian salah satu pihak ”

WANPRESTASI (KUHPer Ps. 1243)

BENTUK PERNYATAAN LALAI (KUHPer Ps.1238)

SOMASI (PERINGATAN, AANMANING)


1. Wanprestasi
(KUHPerdata psl 1236 dan psl.1243)
 Bentuk wanprestasi
1. Tidak Melaksanakan Perjanjian sesuai kontrak
2. Tidak Melaksanakan pekerjaan sesuai spesifikasi
3. Terlambat menyelesaikan pekerjaan sesuai kontrak
4. Pekerjaan hal yg tidak boleh dilakukan / dilarang.

 Hukuman bagi Penyedia jasa yang Lalai


1. Membayar Ganti Rugi
2. Pembatalan Perjanjian / pelaksanaan perjanjian
3. Peralihan resiko (kewajiban memikul kerugian)
4. Membayar Biaya Perkara
1. Wanprestasi
 Wanprestasi
1. Harus diingatkan / ditegur mengacu
kepada dokumen kontrak
2. Kontraktor diberi waktu yang cukup untuk
memenuhi kewajibannya
3. Dinyatakan lalai kalau melebihi waktu yang
ditetapkan.

 KUHPer Pasal 1267 (pemenang dapat


memilih)
1. Pemenuhan perjanjian

2. Pembayaran ganti rugi

3. Pembatalan perjanjian

4. Pembatalan + ganti rugi


1. Wanprestasi
 Pembelaan Penyedia Jasa
yang dituduh lalai :
1. Keadan Memaksa (keadaan tak terduga)
2. Pengguna jasa sendiri telah lalai
(execptio non adimpleti contractus)
3. Pengguna jasa telah melepaskan
haknya.
(mis : tidak akan menuntut ganti rugi)
(rechtsverwerking)
Wan prestasi ( Ps 23 huruf g ,
PP No. 29/2000 )
1. Oleh Penyedia Jasa yang meliputi :
> tidak menyelesaikan tugas;
> idak memenuhi mutu,
> tidak memenuhi kuantitas;
> tidak menyerahkan hasil pekerjaan;

2. Oleh Penguna Jasa yang meliputi :


> terlambat membayar;
> tidak membayar;
> terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan.

Akibat hukum wan prestasi dapat mengakibatkan


pembatalan/pemutusan suatu perjanjian.
2. Keadaan Memaksa
> Overmacth / force majeur
Overmatch = keadaan memaksa
> Tiga unsur overmacht adalah :
1. Tidak memenuhi prestasi
2. Ada sebab yg terletak diluar kesalahan
penyedia jasa
3. Faktor penyebab itu tidak dapat diduga
sebelumnya & tidak dapat
dipertanggung jawabkan kepada
pengguna jasa.
2. Keadaan Memaksa
 Dua ajaran tentang overmacht :

1. Ajaran yang Obyektif (de objective


overmachtsleer) atau absolut.
 Dalam keadaan memaksa

 Unsur impossibilitas

2. Ajaran yg Subyektif (de subjective


overmachtsleer) atau relatif.
 Dlm keadaan memaksa

 Unsur diffikultas
2. Keadaan Memaksa
 Bentuk keadaan memaksa
1. Bentuk umum
keadaan iklim, kehilangan, dan pencurian
2. Bentuk khusus
Undang-undang, peraturan pemerintah dan
pemogokan
3. Perbuatan Melawan Hukum
 Pengertian
Sbg perbuatan/kealpaan yg bertentangan :
(1) hak subyektif orang lain / masyarakat,
(2) kewajiban hukum si pelaku, (3) kesusilaan , (4) Keadilan
(5) Kepatutan, (6) terjadi kerugian orang lain / masyarakat,
(7) ada sebab akibat antara kesalahan dan kerugian,
(8) ketelitian dan kehati-hatian

 Syarat-syarat PMH
1. Harus ada perbuatan
2. Melawan Hukum
3. Ada kesalahan
4. Ada kerugian
5. Ada hubungan sebab akibat antara kesalahan dan kerugian.
3. Perbuatan Melawan Hukum
Pengertian melawan hukum menurut
UU No. 31 tahun 1999

1. Pasal 2
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan negara atau
perekonomian, dipidana seumur hidup atau paling singkat 4
tahun dan paling lama 20 tahun, denda paling sedikit rp. 200
juta dan paling banyak rp. 1 milyar.

2. Pasal 3
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan negara atau perekomian, dipidana seumur hidup
atau paling singkat 1 tahun dan paling lama 20 tahun, atau
denda paling sedikit rp. 20 juta dan paling banyak rp. 1 milyar
3. Perbuatan Melawan Hukum
 Alasan Pembenaran PMH
(Rechtvaardigingsgronden)

“ alasan yg menghapuskan sifat melawan


hukumnya
perbuatan ”

Empat alasan pembenaran :


1. Keadaan Memaksa (overmacht)
2. Pembelaan terpaksa
(misalnya Fiktif di akhir TA)
3. Melaksanakan UU
4. Perintah Atasan
(ada bukti perintah ngatur lelang)
3. Perbuatan Melawan Hukum
 Tuntutan berdasarkan Ps. 1365
KUHPerdata
1. Ganti rugi dlm bentuk uang atas kerugian
yg ditimbulkan;
2. Ganti rugi dlm bentuk
natura/dikembalikan dalam keadaan
semula
3. Pernyataan, bahwa perbuatan yang
dilakukan adalah melawan hukum
4. Melarang dilakukannya perbuatan
tertentu.
4. Wanprestasi & Perbuatan
Melawan Hukum
 Tujuan :
1. Wanprestasi adalah menempatkan
penggugat pd posisi seandainya
perjanjian terlaksana  ganti
ruginya expectation loss

2. PMH adalah Menempatkan


penggugat pd posisi sebelum
terjadi PMH  ganti ruginya
kerugian nyata.
4. Wanprestasi & PMH
 Point penting :

“ suatu perbuatan yg melanggar


perjanjian
dapat juga merupakan perbuatan
melanggar UU ”
Apakah gugatannya wanprestasi atau
PMH ?
5. Hapusnya Perikatan
Hapusnya perikatan
(KUHPerdata 1381)
> Berdasarkan Perjanjian
1. Pembayaran
2. Novasi (pembaharuan utang)
3. Kompensasi (perjumpaan hutang)
4, Percampuran utang
5. Pembebasan utang
6. Batal/ pembatalan utang
7. Berlaku syarat batal.

> Berdasakan Undang-Undang


8. Konsinyasi (pembayaran diikuti penitipan)
9. Musnahnya barang terhutang
10. Daluwarsa 30 tahun ( KUHPer, Buku IV Pasal 1967 )
Hapusnya perikatan
(dalam Praktek Pelaksanaan)

 Jangka waktunya berakhir


 Dilaksanakannya obyek perjanjian
sesuai kontrak
 Kesepakatan dua belah pihak
 Pemutusan secara sepihak
 Adanya keputusan pengadilan.
6. Batal / Pembatalan Perjanjian

Pengaturan Pasal 1446-1456 KUHPer


 Pembatalan perjanjian yang dpt dimintakan
(verniettigbaar atau voidable) yang berhubungan
dengan syarat-syarat sahnya suatu perjanjian
(Pasal 1320 KUHPer, syarat obyektif tidak
terpenuhi)
 Cara pembatalan perjanjian yang melanggar
syarat subyektif.
a. Aktif  menggugat
b. Pasif  digugat, pembelaan.
 Batas waktu penuntutan pembatalan 5 th
( 1454 KUHPer)
Berlakunya syarat batal
> Pengaturan Pasal 1265 KUHPerdata
( Syarat batal adalah suatu syarat yang apabila
terpenuhi, menghentikan perjanjian dan membawa
segala sesuatu kembali pada keadaan semula
seolah-olah tidak pernah terjadi perjanjian ).

> Pengaturan pasal 1266 KUHPerdata


Dalam perjanjian timbal balik, bila salah satu pihak tidak
memenuhi kewajibannya, maka pembatalan harus
dimintakan ke pengadilan
7. Kesimpulan
 Hapusnya perikatan dapat terjadi karena beberapa
sebab yang secara garis besar dapat dibedakan
menjadi :
1. Karena pemenuhan perikatan itu sendiri, yaitu pembayaran,
penawaran pembayaran tunai disertai penyimpanan atau penitipan,
pembaharuan utang
2. Karena terjadi suatu peristiwa perdata yang menghapuskan
kewajiban kedua belah pihak dalam perikatan, yaitu terjadi
perjumpaan utang, dan percampuran utang
3. Karena terjadi suatu perbuatan hukum yang menghapuskan kewajiban
debitor dalam perikatan yaitu pembebasan utang oleh kriditor.
4. Karena musnahnya obyek dalam perikatan, dalam hal ini
dikaitkan dengan suatu kebendaan yang harus diserahkan (jadi yang
terkait dengan perikatan untuk menyerahkan sesuatu)
7.Kesimpulan
5. Karena tidak terpenuhinya syarat lahirnya suatu
perikatan
6. Karena terpenuhinya syarat batal dalam suatu
perikatan bersyarat.
7. Karena lewatnya waktu (daluwarsa)

Anda mungkin juga menyukai