Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Ruang Lingkup Analisis Makro Ekonomi

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Pengantar Ekonomi Makro
Dosen Pengampu : Dr. Deddy Rusyandi, SE, MSi

Disusun oleh :

NOVA ALYSA DNH A11219008


JULIA PUTRI HERMAWAN A11219001

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BANDUNG EKUITAS


FAKULTAS EKONOMI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
kami kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah dengan judul
“Ruang Lingkup Analisis Makro Ekonomi “ dengan tepat waktu. Tidak lupa
menyampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan masukan yang bermanfaat dalam penyusunan makalah ini. Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen Bapak Dr. Deddy Rusyandi, SE,
MSi pada mata kuliah “Pengantar Ekonomi Makro”.

Meskipun telah mengumpulkan banyak referensi untuk penyusunan makalah usaha


ini, namun kami menyadari bahwa masih adanya kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu
kami mengharapkan saran serta masukan dari pembaca dan semoga makalh usaha ini bisa
memberikan atau menambah wawasan para pembaca, dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Demikian semoga makalah kami dapat diterima dan dapat dijadikan bahan referensi
yang mendukung berbagai pihak dalam mengembangkan usaha dengan baik sekian dan
terima kasih

Bandung, 22 September 2022


BAB I

PENDAHULUAN

Dalam ruang lingkup kebijakan makroekonomi, sektor keuangan menjadi alat transmisi
kebijakan moneter, yang mengacu pada kebijakan otoritas moneter suatu negara yang
menyangkut masalah-masalah moneter. Dalam perkembangan sejarah peradaban manusia,
peranan uang dirasakan sangat penting. Hampir tidak ada satu pun bagian dari kehidupan
ekonomi manusia yang tidak terkait dengan keberadaan uang. Pengalaman menunjukkan bahwa
jumlah uang beredar di luar kendali dapat menimbulkan konsekuensi atau pengaruh yang buruk
bagi perekonomian secara keseluruhan. Konsekuensi atau pengaruh buruk dari kurang
terkendalinya perkembangan jumlah uang beredar tersebut antara lain dapat dilihat pada kurang
terkendalinya perkembangan variabel- variabel ekonomi utama, yaitu tingkat produksi (output)
dan harga.
Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga
melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam jangka panjang dapat mengganggu
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila peningkatan jumlah uang beredar sangat rendah,
maka kelesuan ekonomi akan terjadi. Apabila hal ini berlangsung terus menerus, kemakmuran
masyarakat secara keseluruhan pada gilirannya akan mengalami penurunan. Kegiatan
pengendalian jumlah uang beredar tersebut lazimnya disebut dengan kebijakan moneter, yang
pada dasarnya merupakan salah satu bagian intergal dari kebijakan ekonomi makro yang
ditempuh oleh otoritas moneter.
Tujuan kebijakan yang ingin dicapai oleh kebijakan moneter dan kebijakan makro adalah
pencapaian stabilitas ekonomi makro, seperti stabilitas harga (rendahnya laju inflasi),
pertumbuhan ekonomi serta tersedianya lapangan/kesempatan kerja. Secara prinsip terdapat
beberapa strategi dalam mencapai tujuan kebijakan moneter. Masing-masing strategi memiliki
karakteristik sesuai dengan indikator nominal yang digunakan sebagai nominal anchor (dasar
acuan). Beberapa strategi pelaksanaan kebijakan moneter tersebut antara lain : (1) exchange rate
targeting/penargetan nilai tukar, (2) monetary tergeting/penargetan besaran moneter, (3) inflation
targeting/penargetan inflasi, (4) implicit but not explicit anchor/strategi kebijakan moneter tanpa
jangkar yang tegas.
Tingginya angka inflasi dapat berdampak pada sektor perbankan. Oleh karena itu, Bank
Indonesia juga perlu untuk menetapkan tingkat suku bunga (BI Rate) yang sesuai sebagai dasar
atau patokan bank umum dan swasta untuk menentukan suku bunga mereka agar mereka dapat
tetap likuid dan menguntungkan. Salah satu penyebab krisis yang dialami oleh Indonesia adalah
inflasi yang berkepanjangan. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga
secara tajam ( absolute ) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup
lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara
(Khalwaty, 2000).

Tabel 1.1
Tingkat Infilasi di Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Dapat dilihat pada tabel 1.1 tentang tingkat inflasi di Indonesia lima tahun terakhir yaitu
mulai dari tahun 2013-2017 mengalami fluktuatif. Pada tahun 2013 tingkat inflasi mencapai 8.38
% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 8.36 %. Pada tahun 2015 mengalami
penurunan yang signifikan yaitu 3.35 % dan pada tahun berikutnya kembali mengalami
penurunan sebesar 3.02 %. Namun, pada tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 3.61 %.
Besarnya tingkat suku bunga (BI Rate) manjadi salah satu faktor bagi perbankan untuk
menentukan besarnya suku bunga yang ditawarkan kepada masyarakat.
Bank Indonesia secara konsisten mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas
makroekonomi. Upaya menjaga stabilitas makroekonomi sangat penting karena akan menjadi
pijakan yang kuat untuk memasuki periode pemulihan ekonomi.
Ahli-ahli ekonomi berkeyakinan bahwa dalam suatu perekonomian yang sepenuhnya
diatur oleh mekanisme pasar, siklus kegiatan ekonomi sangat stabil. Perkembangan yang sangat
pesar ini dapat diikuti oleh kemunduran kegiatan perekonomian yang serius. Siklus kegiatan
ekonomi seperti ini dapat menimbulkan akibat buruk kepada perekonomian dan masyarakat,
salah satunya pengangguran dan inflasi yang menimbulkan akibat buruk atas kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat. Untuk menghindari terwujudnya masalah-masalah tersebut usaha-
usaha perlulah dilakukan agar siklus kegiatan perusahaan bergerak dengan stabil.

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Kebijakan Moneter dan Masalah Inflasi Yang Terjadi di
Indonesia”

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana permasalah inflasi yang terjadi di Indonesia

1.3 Tujuan Penulisan Laporan


1. Sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Makroekonomi
3. Untuk mengetahui bagaimana permasalah inflasi yang terjadi di Indonesia
BAB II
Referensi

2.1 Buku Ekonomi Makro Sadono Sukiro


Analisis makroekonomi merupakan analisis terhadap keseluruhan kegitan perekonomian.
Analisisnya bersifat umum dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
unit- unit kecil dalam perekonomian. Dalam menganalisis kegiatan pembeli (dalam
makroekonomi mereka dinamakan sebagai konsumen) yang dianalisis bukanlah mengenai
tingkah laku seorang pembeli tetapi keseluruhan pembeli yang ada dalam perkonomian.
Aspek pertama yang dibahas dalam teori makroekonomi adalah mengenai penentuan
tingkat kegiatan perekonomian negara. Analisis menerangkan tentang sampai dimana suatu
perekonomian akan menghasilkan barang dan jasa. Analisis dalam makroekonomi merincikan
penheluaran agregrat kepada 4 komponen: pengeluaran rumah tangga, pengeluaran pemerintah,
pengeluaran perusahaan dan ekspor dan impor.
Teori makro ekonomi meliputi juga analisis dalam berbagai aspek berikut :
1. masalah ekonomi yang dihadapi, terutama penggangguran dan inflasi, dan bentuk
kebijakan pemerintah untuk mengatasinya.
2. peranan uang dalampenentuan kegiatan ekonomi.

Peranan kebijakan pemerintah yaitu langkah-lanhkah pemerintah terutama dalam mengat


asi masalah pengganguran dan inflasi dibedakan kepada dua bentuk kebijakann yaitu kebijakan
fiscal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiscal yaitu upaya pemerintah mengubah struktur dan
jumlah pajak dan pengeluarannya dengan maksud untuk mempengaruhi tingkat perekonomian.
Sedangkan kebijakan monter adalah langkah-langkah pemeritah dalam mempengaruhi jumlah
uang dalam perekonomian mengubah suku Bungan dengan tujuan untuk mengatasi
persekonomian yang dihadapi.
2.2 Referensi Lain
BAB III
PERMASALAHAN INFLASI DI INDONESIA

Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam
secara perekonomian. Tingkat inflasi (presentasi penambahan kenaikan harga) berbeda dari satu
peridode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari suatu ke negara lain. Adakalanya tingkat
inflasi mencapai dianatara 4-10%. Inflasi sangat serius dapat mencapai tingkat beberapa puluh
atau beberapa ratus persen dalam setahun.

Faktor-Faktor Penyebab Inflasi


Masalah kenaikan harga yang berlaku di berebagi negara di akibatkan oleh banyak faktor.
Di negara-negara industri pada umunya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua
masalah berikut:
i. Tingkat pengeluaran yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang-
barang dan jasa-jasa. Keinginan untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan akan
mendorong para konsumen meminta barang itu pada harga yang lebih tinggi. Sebaliknya, para
pengusaha akan mencoba menahan barangnya dan hanya menjual kepada pembeli-pembeli yang
bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi. Kedua-dua kecendrungan ini akan
menyebabkan kenaikan harga-harga.
ii. Pekerja-pekerja di berbagi kegiatan ekonomi menuntuk kenaikan upah. Apabila para
pengusaha mulai menghadapi kesukaran dalam mencari tambahan pekerja untuk menambah
produksinya, pekerja –pekerja yang ada akan terdorong untuk menuntut kenaikan upah. Apabial
tuntutan kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi dar berbagai
barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekoomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan
mendorong perusahaan-perusahaan menaikan harga-harga barang mereka.
Disamping itu inflasi dapat pula berlaku sebagi akibat dari (i) kenaikan harga-harga barang yang
diimpor, (ii) penambahan penawaran uang berlebihan tanpa di ikuti pertambahan produksi dan
penawaran barang,dan (iii) kekacauan politik dan ekonomi.

Akibat Buruk Inflasi


Seperti pengangguran, inflasi juga menimbulkan bebebrapa akibat buruk kepada individu,
masyarakat dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Oleh sebaba itu masalah tersebut
perlu dihindari. Salah satu akibat penting dari inflasi ialah ia cendrung menurunkan taraf
kemakmuran segolongan besar masyarakat. Sebagian besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi
terdiri dari pekerja- pekerja yang bergaji tetap.Inflasi biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan
upah para pekerja. Oleh sebab itu upah rill para pekerja akan merosot disebabkan oleh inflasi dan
keadaan ini berarti tingkat kemakmuran segolongan besar masyarakat mengalami kemerosotan.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk sekiranya
inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi cendrung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak
diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cendrung untuk mengurangi investasi yang
produktif, mengurangi ekspor dan menaikan ekspor dan impor.
Kebijaksanaan pengendalian inflasi bukan hanya dilakukan melalui konsep kaum moneterist
saja, tetapi juga dengan memperhatikan cara pandang yang lebih memandang perlunya
mengatasi hambatan-hambatan struktural yang ada.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Analisis makroekonomi merupakan analisis terhadap keseluruhan kegitan perekonomian.


Analisisnya bersifat umum dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
unit- unit kecil dalam perekonomian. Dalam menganalisis kegiatan pembeli (dalam
makroekonomi mereka dinamakan sebagai konsumen) yang dianalisis bukanlah mengenai
tingkah laku seorang pembeli tetapi keseluruhan pembeli yang ada dalam perkonomian.
Berdasarkan dari hasil data yang dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi
di Indonesia maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perkembangan tingkat inflasi di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi
yang cenderung tidak stabil.
2. Tingkat inflasi di Indonesia lima tahun terakhir yaitu mulai dari tahun 2013-2017
mengalami fluktuatif. Pada tahun 2013 tingkat inflasi mencapai 8.38 % dan pada
tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 8.36 %. Pada tahun 2015 mengalami
penurunan yang signifikan yaitu 3.35 % dan pada tahun berikutnya kembali
mengalami penurunan sebesar 3.02 %. Namun, pada tahun 2017 mengalami kenaikan
sebesar 3.61 %.
3. Masalah inflasi di Indonesia ternyata bukan saja merupakan fenomena jangka pendek,
tetapi juga merupakan fenomena jangka panjang. Dalam arti, bahwa inflasi di
Indonesia bukan semata-mata hanya disebabkan oleh gagalnya pelaksanaan
kebijaksanaan di sektor moneter oleh pemerintah, yang seringkali dilakukan untuk
tujuan menstabilkan fluktuasi tingkat harga umum dalam jangka pendek, tetapi juga
mengindikasikan masih
adanya hambatan-hambatan struktural dalam perekonomian Indonesia yang belum
sepenuhnya dapat diatasi.
SARAN

Saran yang dikemukakan:

1. Untuk menurunkan atau mempertahankan tingkat inflasi agar berada pada tingkat yang
telah di tetapkan oleh Bank Indonesia, maka sebaiknya Bank Indonesia selaku pemegang
otoritas tertinggi dalam kebijkan moneter, harus menjaga agar tingkat BI rate berada pada
tingkat yang tepat sesuai dengan tingkat inflasi yang terjadi, agar jumlah uang beredar
dimasyarakat tetap terjaga dan tidak menimbulkan inflasi.
2. Untuk mengatasi defisit anggaran yang dapat memicu timbulnya inflasi, pemerintah
seharus menjaga atau mengusahakan pengeluaran nya sesuai dengan apa yang telah
dianggarkan agar tidak melebihi pendapatan pemerintah, karena apabila pengeluaran
pemerintah seimbang dengan pendapatan pemerintah maka tingkat inflasi dapat
dipertahankan. Selanjutnya memprioritaskan pengeluaran hanya pada bidang yang produktif
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kapaitas output yang dapat memenuhi kenaikan
permintaan agregat akibat dari ouput tetap dan dapat menekan inflasi.

Anda mungkin juga menyukai