REFERAT Dislokasi Elbow
REFERAT Dislokasi Elbow
OLEH :
dr.Gerard Benny Nanna
PEMBIMBING :
Dr.Muh.Ihsan Kitta,M.Kes,Sp.OT(K)
Gangguan pada sendi siku mewakili cedera yang melibatkan tiga bagian artikulasi:
radiocapitellar, ulnohumeral, dan sendi radioulnar proksimal. Dislokasi sendi siku pada anak-
anak sebenarnya adalah hal yang tidak umum terjadi. Dari semua cedera siku pada pasien
dengan kerangka yang imatur, Henrikson menemukan bahwa hanya sekitar 3% dari semuanya
yang mengalami dislokasi. Insiden puncak dislokasi siku pada anak biasanya terjadi pada dekade
kedua kehidupannya, biasanya antara usia 13 dan 14 tahun ketika physis mulai menutup.
Berdasarkan data National Electronic Injury Surveilance System, kejadian dislokasi siku pada
remaja usia 10 hingga 19 tahun adalah 6,87 dislokasi per 100.000 orang per tahun dengan rasio
cedera hampir 2:1 pada pria dibandingkan wanita (insiden 8,91 banding 4,72 per 100.000 orang-
tahun). Proporsi terbesar dislokasi siku (44,5%) terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan
olahraga; sepak bola / rugby, gulat, dan bola basket untuk anak laki-laki dan senam dan skating
untuk anak perempuan. Sebuah laporan baru-baru ini tentang epidemiologi dislokasi siku pada
atlet menunjukkan bahwa, dislokasi siku terjadi pada 0,38 per 100.000 paparan atletik. Hampir
60% dari fraktur medial epikondilus berhubungan dengan dislokasi siku pada kelompok usia ini.
Layaknya pada semua kasus dislokasi sendi, prinsip perawatan dengan segera memberikan
reduksi konsentris sendi siku sambil mengidentifikasi dan merawat semua cedera terkait. Tujuan
utamanya adalah memungkinkan gerak terlindungi dan rehabilitasi dengan tujuan
mengembalikan secara penuh gerakan siku tanpa ketidakstabilan berulang.
BAB II
ANATOMI
Dislokasi siku harus dipertimbangkan berdasarkan arah dislokasi dan fraktur terkait yang
mungkin ada dikarenakan adanya struktur neurovaskular dan faktor-faktor penstabil yang
mungkin terlibat. Berdasarkan mekanisme cedera, factor tersebut harus dipertimbangkan untuk
setiap pola dislokasi.
Stabilisator siku terdiri atas dinamis dan statis. Stabilisator siku dinamis terdiri dari otot-
otot siku yang dapat dikontrol secara sadar, yang berubah bergantung pada tingkat kontraksi otot.
Berbeda dengan bahu, penstabil dinamis hanya memainkan peran sederhana dalam stabilitas
siku. Sedangkan stabilisator statis dibagi menjadi tulang dan ligamen.
Geometri dari tulang siku menciptakan engsel yang relative terkendala. koronoid dan
olecranon membentuk setengah lingkaran sekitar 180 derajat dimana troklea humerus
berartikukasi dengan aman. Permukaan cekung dari kepala radial serasi dengan kapitellum
cembung dan memberikan stabilitas pada aspek lateral sendi siku. Konfigurasi tulang pada aspek
medial dan lateral siku saling melengkapi satu sama lain dengan artikulasi ulnohumeral
memberikan stabilitas terhadap translasi medial-lateral atau longitudinal, sedangkan sendi
radiocapitellar memberikan resistensi terhadap kompresi aksial. Bentuk sirkular dari radius
proximal memungkinkan rotasi 180 derajat melalui berbagai Gerakan fleksi dan ekstensi yang
berhubungan dengan lengan bawah.
Tiga komponen ligamen ulnaris kolateral memberikan stabilitas siku tambahan. Ligamen
lateral termasuk ligamen annular yang melekat pada proksimal ulna dan melingkari leher radial
dan ligamen kolateral lateral yang berasal dari lateral epikondilus dan masuk ke dalam ligamen
annular dan aspek lateral proksimal ulna. Peran utama ligamen annular dan kompleks ligamen
kolateral lateral adalah untuk memberikan stabilitas pada sendi radiocapitellar dan radioulnar
proksimal dengan menahan tekanan.
Ligamentum kolateral ulnaris medial adalah penahan terhadap stres valgus,
menghindarkan kejadian patologis dari aspek medial siku. Aspek inferior dari epikondilus
medial, ligamen kolateral medial memiliki dua komponen primer yang berkontribusi terhadap
stabilitas siku; anterior dan posterior. Bagian anterior mengencang saat ekstensi dan serat
posterior mengencang saat fleksi. Terdapat pula ligamen oblik posterior berbentuk kipas yang
menyisipkan olekranon dan berfungsi terutama dalam fleksi dan ligamen transversal kecil
berjalan dari olekranon ke coronoid yang dianggap hanya memiliki sedikit fungsi. Hal ini
menunjukkan bahwa struktur ligamen penstabil utama di siku adalah ligament anterior ulnaris
kolateral.
BAB III
KLASIFIKASI
Dislokasi siku terdiri dari empat klasifikasi yang dibedakan berdasarkan posisi sendi
radioulnar proksimal terhadap distal humerus; posterior, anterior, medial, atau lateral. Dislokasi
posterior biasanya dibagi lagi menjadi cedera posterolateral dan posteromedial. Terkadang sendi
radioulnar proksimal juga terganggu. Ketika ini terjadi, jari-jari dan ulna dapat terpisah satu
sama lain. Translokasi radius dan ulna adalah hal yang jarang terjadi, dengan radius medial dan
ulna lateral.
1. Dislokasi Siku Posterior
o Penilaian dan Mekanisme Cedera pada Dislokasi Siku Posterior.
Sebagian besar dislokasi siku posterior dimulai dengan gangguan pada ligamen lateral
dan berlanjut sepanjang struktur kapsuler anterior ke ligamen medial. Meskipun kemungkinan
besar mekanisme ini semakin jarang terlihat pada dislokasi siku posteromedial, untuk dislokasi
siku posterior dan posterolateral yang lebih umum. Pencitraan MRI berbasis studi mencatat
bahwa cedera ligamen kolateral ulnaris medial lebih sering terjadi daripada cedera kolateral
ulnaris. Sebagian besar dislokasi siku posterior dimulai dari tekanan pada valgus siku
menyebabkan kegagalan ligamen kolateral ulnaris medial atau apofisis epikondilus medial,
menyebabkan fraktur epikondilus medial. Ketika radius proksimal dan ulna bergeser ke lateral,
koronoid terlepas dari tendon biseps yang bertindak sebagai pusat rotasi lengan bawah yang
bergeser. Gerakan paksa dari abduksi dan ekstensi menyebabkan rotasi eksternal lengan bawah,
dengan gangguan jaringan lunak anterior, hasilnya adalah dislokasi siku posterior atau
posterolateral.
Dislokasi sendi siku posterior sering terjadi dengan fraktur penyerta. Evaluasi terbaru
menyebutkan angka kejadian tersebut hingga 78%. Fraktur tersering yang menyertai adalah
fraktur medial epikondilus (55%), prosesus koronoideus, dan fraktur kepala dan leher radius.
Sedangkan fraktur yang melibatkan epikondilus lateral, kondilus lateral, olecranon, kapitellum,
dan troklea lebih jarang terjadi. Mengingat korelasi antara fraktur medial epikondilus, prosesus
koronoid dan proximal radius dengan dislokasi sendi siku, maka mengevaluasi stabilitas sendi
siku pada jenis fraktur tersebut sangat penting dilakukan.
Dislokasi sendi siku posterior biasanya menyebabkan cedera jaringan, melip uti cedera
neurovascular dan fraktur penyerta. Kapsula anterior gagal meregang. Membuka ruang pada
sendi. Dikarenakan banyaknya kartilago pada aspek posterolateral kondilus lateral, kapsula
posterior mungkin tidak dapat menempel kembali dengan kuat saat penyembuhan. Kurangnya
perlekatan yang kuat diyakini menjadi faktor dislokasi siku berulang.
Ketika terjadi dislokasi siku, aspek medial humerus distal biasanya menonjol antara
pronator teres posterior dan brachialis anterior. Saraf median dan arteri brakialis terletak tepat di
atas humerus distal di jaringan subkutan. Pada dislokasi siku posterior, saraf ulnaris sangat
rentan terkena resiko karena posisinya berada di posterior epikondilus medial. Dalam kasus
klinis, cedera saraf ulnaris adalah paling sering terjadi. Cedera yang terjadi biasanya merupakan
peregangan neurapraksia yang sembuh tetapi terkadang saraf ulnaris terperangkap oleh fraktur
epikondilus medial. Saraf median berisiko terjepit di siku dengan reduksi hiperekstensi.
o Tanda dan gejala Dislokasi siku posterior
Dislokasi siku posterior harus dibedakan dari fraktur supracondylar atau physeal tipe
ekstensi dari humerus distal. Dengan semua cedera ini, pembengkakan mungkin cukup
besar. Pembengkakan pada dislokasi biasanya lebih ringan dibandingkan dengan fraktur
humerus suprakondilar tipe III. Krepitus biasanya tidak ada pada anak-anak dengan
dislokasi dan lengan bawah tampak memendek. Tonjolan yang dihasilkan oleh
permukaan artikular humerus distal dan teraba sebagai permukaan artikular tumpul.
Ujung olekranon bergeser ke posterior dan proksimal sehingga bentuk segitiga dengan
epikondilus hilang. Kulit mungkin memiliki tampilan berlesung di atas fossa olecranon.
Jika dislokasi terjadi di posterolateral, kaput radius juga dapat menonjol dan mudah
dipalpasi pada jaringan subkutan.
o Pencitraan Radiologi pada Dislokasi Siku Posterior
Terdapat superimposisi yang lebih besar dari humerus distal pada radius proksimal dan
ulna pada tampilan AP. Kaput radius mungkin bergeser ke proksimal dan lateral, atau
mungkin tepat di belakang middistal humerus, tergantung apakah dislokasinya
posterolateral, posterior, atau posteromedial.
4. Dislokasi divergen
Dislokasi ini ditandai dengan dislokasi siku posterior disertai dengan disrupsi membran
interosseous antara radius proksimal dan ulna dengan perpindahan caput radius lateral
dan ulna proksimal medial. Dislokasi ini sangat jarang. Dislokasi divergen sering
disebabkan oleh trauma berenergi tinggi. Sering disertai fraktur terkait dari leher radial,
ulna proksimal, dan prosesus koronoideus.
o Penanganan pada dislokasi siku divergen
Dislokasi divergen biasanya mudah direduksi menggunakan reduksi tertutup dengan
anestesi. Reduksi dicapai dengan menerapkan traksi longitudinal dengan siku setengah
ekstensi dan menekan radius proksimal dan ulna secara bersamaan.
Cedera pada apofisis epikondilar medial paling sering terjadi sebagai cedera akut di mana
peristiwa yang berbeda menghasilkan pemisahan sebagian atau seluruh fragmen apofisis.
Tiga teori telah diajukan tentang mekanisme cedera apofisis epikondilar medial akut:
pukulan langsung, mekanisme avulsi, dan hubungan dengan dislokasi siku. Cidera
biasanya terjadi pada anak laki-laki dengan umur diantara 9 sampai 14 tahun
Epidemiology :
Angka kejadian diatas 20 persen dari semua kasus pediatri dan usia muda pada fraktur
elbow.
Pathoanatomy : mekanisme avulsi , fraktur terjadi sekunder akibat dari valgus stress
dengan kontraksi daei flexor dan otot pronator, yang berikutnya adalah trauma langsung.
Cidera yang menyertai biasanya ada dislokasi elbow pada sekitar 50-60% dari semua
kasus
ANATOMY:
Osteology :
Epicondylus medial: central ossifikasi terakhir yang berfusi pada distal humerus, tidak
terlibat pada pertumbuhan longitudinal (Apofisis), merupakan origo dari flexor dan
pronator mass dan UCL
Otot dan ligament:
common flexor-pronator wad muscles of medial epicondyle
pronator teres
flexor carpi radialis
palmaris longus
flexor digitorum superficialis
flexor carpi ulnaris
Vascularisasi:
anterior
o Cabang dari inferior ulnar collateral artery
posterior
o Cabang dari superior and inferior ulnar collateral artery
PEMERIKSAAN FISIK
valgus instability
ecchymosis (terutama pada direct trauma)
ulnar nerve disfungsi- motor and sensory function harus selalu didokumentasikan
bengkak yang luas bisa menandakan kemungkinan terdapat dislokasi elbow
o Pencitraan Radiologi
Dibutuhkan pencitraan AP dan lateral. Pelebaran atau ketidakteraturan garis apophyseal
mungkin merupakan satu-satunya petunjuk pada fraktur yang sedikit tergeser atau tidak
tergeser. Petunjuknya adalah epikondilus tidak pada posisi normalnya hanya medial dan
posterior metafisis medial.
o Penanganan
Terlepas dari apakah pendekatan nonoperatif atau operatif dipilih untuk pengelolaan
fraktur epikondilus medial tertentu, tujuan pengobatan tetap untuk memperoleh
penyembuhan fraktur dan untuk mendorong kembalinya gerakan, kekuatan, dan stabilitas
siku. Mayoritas penanganan adalah nonoperatif, adapaun indikasi operatif adalah
terjepitnya fragment medial epicondyle pada sendi dan open fraktur
Meskipun kemampuan kita untuk mengukur perpindahan fraktur mungkin kurang akurat
daripada yang kita yakini di masa lalu, perpindahan tetap merupakan fraktur yang penting
untuk dipertimbangkan saat membuat keputusan pengobatan. Faktor tambahan yang perlu
dipertimbangkan termasuk jebakan fragmen intraartikular, gejala saraf ulnaris, lengan
dominan, dan tingkat aktivitas pasien.