Pengelolaan Hutan Dan Daerah Aliran Sung
Pengelolaan Hutan Dan Daerah Aliran Sung
Pengelolaan Hutan Dan Daerah Aliran Sung
PENDAHULUAN
Oleh:
Zainal Abidin
Batas DAS
Aliran Permukaan
Sungai
2 2
Kegiatan Strengthening Community Based Forest and
Watershed Management (SCBFWM) adalah pada bagian hulu Sub DAS
Way Besai dengan luas area tangkapan air (catchment area)
44.720 ha. Daerah hulu ini mencakup wilayah Kecamatan Way Tenong,
Kecamatan Air Hitam, Kecamatan Sumber Jaya, Keca- matan Kebun
Tebu, dan Kecamatan Gedung Surian berpenduduk
77.877 jiwa yang sekitar 86% di antaranya bekerja pada sektor
pertanian. Apabila areal non kawasan hutan (APL) seluas 25.743 (33%)
dianggap sebagai lahan pertanian, maka kepadatan agraris Sub DAS
Way Besai adalah 3 orang per ha, atau dengan kata lain rata-rata
kepemilikan lahan pertanian di wilayah tersebut < 0,3 ha per orang.
Sempitnya pemilikan lahan menyebabkan tekanan terhadap lahan,
baik pertanian maupun non pertanian (hutan lindung dan taman
nasional) sangat tinggi. Tekanan terhadap lahan tersebut
menyebabkan penduduk mengopkupasi lahan untuk pertanian
termasuk lahan di areal hutan lindung. Akibat- nya, erosi dan
sedimentasi menjadi tinggi sehingga fluktuasi debit Sub DAS Way
Besai yang jauh diatas normal. Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan mengem- bangkan Hutan
Kemasyarakatan (HKm) sejak awal tahun 2000. Saat ini terdapat 21
kelompok HKm di Lampung Barat dengan izin usaha pengelolaan
hutan kemasyarakat selama 35 tahun.
Dalam rangka memperbaiki kondisi DAS di Indonesia,
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial,
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dengan dukungan United
Nations Development Programme (UNDP) dan Global
Environmental Facilities (GED) melaksanakan berbagai kegiatan dalam
skema proyek Penguatan Pengelolaan Hutan dan DAS Berbasis
Masyarakat (Strengthening Community Based Forest and Watershed
Management). Proyek ini dilaksanakan pada 6 daerah pilot proyek,
yaitu: (1) DAS Gopgopan, Sumatra Utara, (2) Sub- DAS Way Besai,
Provinsi Lampung, (3) Sub-DAS Tulis, Yogyakarta-Jawa Tengah,
(4) DAS Jangkok, Nusa Tenggara Barat,
3 3
(5) DAS Besiam-Noelmina, Nusa Tenggara Timur, dan (6) DAS
Miu, Palu, Sulawesi Tengah.
Program ini dilaksanakan sejak tahun 2010 sampai dengan
tahun 2014. Namun demikian, beberapa persiapan telah dilaksanakan
sebelumnya yaitu persiapan calon lokasi, penilaian, dan keputusan.
Proyek ini didanai oleh Global Environmental Facilities (GEF) dan
UNDP, dengan pelaksana dan pemilik proyek adalah Direktorat
Pengelolaan dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial
(DIRPEP DAS dan PS) Kementerian Kehutanan. Menurut Dokumen
Proyek, komitmen anggaran yang disediakan untuk 5 tahun adalah US $
7 juta.
11..22..
TTUuJjuUaAnNDDanAKNelKuEaLrUanAPRrAoNyeP
SCBFWM yaitu :
1. Membantu pemerintah Indonesia mengurangi degradasi hutan dan
lahan pada wilayah Daerah Aliran Sungai.
2. Memperkuat kelembagaan masyarakat dalam rangka men- dorong
inisiatif dan partisipasi masyarakat.
3. Memperkuat peran serta masyarakat dalam inisiatif pengelola- an
hutan dan DAS secara berkelanjutan.
4 4
4. Meningkatnya kemampuan manajemen proyek dalam pe-
ngelolaan kegiatan.
5 5
1.3. Kerja-Kerja
6 6
kambing, hibah kecil telah memberikan 237 ekor indukan dan
111 ekor anakan, sehingga total kambing yang terfasilitasi
adalah 348 ekor.
4. Penyusunan Model DAS Mikro yang berlokasi di Pekon
Sindang Pagar, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung
Barat.
5. Pelatihan untuk pegawai negeri sipil dengan topik PWM dan PALA
serta metode menghitung kondisi air secara cepat. Pelatihan ini telah
melibatkan 67 pegawai negeri sipil di tingkat kabupaten dan
kecamatan.
6. Rapat-rapat koordinasi para pihak baik pada tingkat keca- matan,
kabupaten, maupun provinsi. Workshop dan rapat juga memfasilitasi
peran forum seperti Forum Hutan Kemasya- rakatan (HKm), Forum
DAS Way Besai Hulu, dan Masyarakat Konservasi Tanah dan Air
Indonesia (MKTI). Dari hasil rapat, beberapa aktivitas lanjutan
dalam rangka menyelesaikan persoalan tapal batas HKm telah
berhasil dilaksanakan, reorganisasi Forum HKm Provinsi terbentuk
pada tahun 2012.
Kerja-kerja tersebut akan semakin memberikan pengaruh yang
besar jika pada akhirnya terjadi perbaikan kondisi Sub-DAS Besai baik
dari ekologi maupun ekonomi masyarakat.
Buku ini akan mendiskusikan beberapa informasi tentang
program SCBFWM serta beberapa aktivitas yang telah dijalankan
selama ini. Buku ini akan disusun dengan pokok bahasan sebagai
berikut
1. Pendahuluan yang menguraikan latar belakang proyek
SCBFWM serta intervensi dari proyek.
2. Bab 2 menguraikan kondisi terkini Sub-DAS Way Besai ter-
masuk kondisi sosial ekonomi, bio-fisik, dan ekologi wilayah.
3. Bab 3 tentang pembelajaran kegiatan SCBFWM selama 2 tahun
kegiatan.
4. Bab 4 tentang kesimpulan dan tindakan yang diperlukan
kedepan (ways forwards).
7 7
1.4 Manfaat Buku
Daftar Pustaka