Anda di halaman 1dari 4

Yuni sari

1. Jelaskan perbedaan prinsip sistem sonar: single SONAR, sistem sweep SONAR, dan sistem
swath SONAR!
Perbedaan prinsip sistem sonar:
a. Single SONAR: Prinsip kerja single SONAR adalah dengan mengirimkan satu sinyal suara
tunggal ke dasar laut dan kemudian mendeteksi pantulannya. Sistem ini bekerja dengan
menghitung waktu yang dibutuhkan untuk sinyal suara kembali ke sensor, sehingga dapat
menentukan jarak antara sensor dan objek yang dipantulkan. Namun, single SONAR memiliki
cakupan yang terbatas dan tidak memberikan informasi yang detail.
b. Sistem sweep SONAR: Prinsip kerja sistem sweep SONAR melibatkan pemindaian area
tertentu dengan mengirimkan serangkaian sinyal suara dalam pola pemindaian yang teratur.
Sensor akan mengukur waktu tempuh sinyal suara yang dipantulkan oleh objek di dasar laut.
Dengan menggabungkan informasi dari serangkaian pemindaian, sistem ini dapat
menghasilkan gambaran yang lebih rinci tentang bentuk dan struktur dasar laut.
c. Sistem swath SONAR: Prinsip kerja sistem swath SONAR adalah dengan menggunakan
serangkaian sensor yang dipasang di bawah kapal. Setiap sensor menghasilkan pita suara yang
lebar yang mencakup area tertentu di dasar laut. Dengan menggabungkan data dari semua
sensor, sistem ini dapat menghasilkan gambaran luas dan detail tentang dasar laut dalam waktu
yang relatif singkat.
2. a. Dalam pekerjaan pengukuran dan pengolahan multi-beam echosounder mengapa perlu
dilakukan koreksi-koreksi berikut ini?
b. Dan apa yang terjadi jika koreksi tersebut tidak dilakukan?
- Koreksi offset statis sensor
- Koreksi pasang surut
- Koreksi kecepatan gelombang suara

a. Koreksi-koreksi dalam pengukuran dan pengolahan multi-beam echosounder:


Koreksi offset statis sensor: Koreksi offset statis sensor dilakukan untuk memperbaiki
perbedaan posisi antara sensor sonar dan titik referensi pada kapal. Hal ini penting agar posisi
titik pantulan yang terdeteksi oleh sensor sesuai dengan posisi sebenarnya di dasar laut.
Koreksi pasang surut: Koreksi pasang surut dilakukan untuk memperhitungkan pengaruh
pasang surut terhadap kedalaman yang diukur. Pasang surut dapat mempengaruhi tinggi
permukaan laut dan menyebabkan kesalahan dalam pengukuran kedalaman.
Koreksi kecepatan gelombang suara: Koreksi kecepatan gelombang suara dilakukan untuk
memperhitungkan perbedaan kecepatan suara di air yang dapat dipengaruhi oleh suhu,
salinitas, dan tekanan. Mengingat bahwa kecepatan suara bukan konstan, koreksi ini diperlukan
untuk menghasilkan pengukuran yang akurat.
b. Konsekuensi jika koreksi-koreksi tersebut tidak dilakukan adalah pengukuran kedalaman
yang tidak akurat. Tanpa koreksi offset statis sensor, posisi titik pantulan yang terdeteksi akan
mengalami pergeseran yang signifikan. Tanpa koreksi pasang surut, kedalaman yang diukur
akan terpengaruh oleh perubahan tinggi permukaan laut akibat pasang surut. Dan tanpa koreksi
kecepatan gelombang suara, estimasi kedalaman akan mengalami kesalahan karena kecepatan
suara yang tidak konsisten.
3. a. Dalam kalibrasi patch-test, jelaskan kegiatan apa saja yang harus dilakukan?
Kegiatan dalam kalibrasi patch-test:
• Identifikasi/reduksi kesalahan karena pergerakan kapal (roll pitch heave)
• Menentukan titik koordinat yang akan digunakan sebagai referensi. Biasanya titik ini
berada di atas permukaan air yang datar, seperti dermaga atau platform pengukuran.
• Mengatur alat pemetaan hidrografi (seperti multi-beam echosounder) dalam mode
kalibrasi. Pastikan semua pengaturan dan parameter yang diperlukan telah diatur
dengan benar.
• Mengukur kedalaman dari titik referensi yang telah ditentukan menggunakan alat
pemetaan hidrografi. Pengukuran ini akan digunakan sebagai data referensi.
• Membandingkan data referensi dengan hasil pengukuran yang diperoleh dari alat
pemetaan hidrografi. Jika ada perbedaan, koreksi dapat diterapkan pada data pemetaan
hidrografi untuk meningkatkan akurasi.
b. Area yang bagaimana yang cook untuk dipilih dalam tahapan kalibrasi tersebut? Area yang
cocok untuk dipilih dalam tahapan kalibrasi patch-test adalah area dengan kedalaman yang
stabil dan relatif datar. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pengukuran referensi yang
dilakukan memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Selain itu, area tersebut harus bebas dari
gangguan seperti pergerakan air yang kuat atau pantulan gelombang yang dapat mengganggu
pengukuran dan mempengaruhi hasil kalibrasi.
4. Gambarkan alur pengolahan data MBES yang pernah anda lakukan, dan jelaskan masing-
masing tahapannya!
Tahapan alur pengolahan data MBES yang pernah saya lakukan meliputi:
• Pengumpulan data: Data MBES dikumpulkan dengan mengoperasikan perangkat
multi-beam echosounder di kapal. Sinyal suara dikirimkan ke dasar laut dan pantulan
suara direkam bersama dengan informasi posisi dan waktu.
• Pre-processing: Data awal yang dikumpulkan sering kali mengandung noise dan
gangguan. Tahap pre-processing melibatkan pembersihan data dari noise, filtering, dan
penghapusan pantulan yang tidak valid atau ekstrim. Tujuannya adalah meningkatkan
kualitas data sebelum proses pengolahan selanjutnya.
• Beamforming: Data yang sudah melewati tahap pre-processing kemudian diolah untuk
menghasilkan data beamformed. Proses ini melibatkan penyesuaian sudut beam,
penyesuaian posisi sonar, dan penyelarasan timing untuk memperoleh gambaran yang
akurat.
• Pemotongan batas permukaan laut: Data yang berada di atas permukaan laut dipotong
dan dihapus untuk mendapatkan data dasar laut yang sebenarnya. Hal ini dilakukan
dengan memperhitungkan perubahan kecepatan suara dalam air dan faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi kedalaman.
• Mosaicking: Data beamformed yang sudah dipotong dan dibersihkan digabungkan
untuk membentuk citra dasar laut yang lengkap dan kontinu. Proses mosaicking
mempertimbangkan posisi relatif antara setiap data beam dan memastikan adanya
tumpang tindih yang cukup untuk menghasilkan citra yang terintegrasi dengan baik.
• Interpretasi dan analisis: Citra dasar laut yang dihasilkan digunakan untuk interpretasi
dan analisis lebih lanjut. Informasi seperti struktur dasar laut, fitur topografi, atau objek
bawah air dapat diekstraksi dari data ini untuk keperluan pemetaan hidrografi atau
penelitian ilmiah.

5. Jelaskan bagaimana prinsip identifikasi lapisan-lapisan batuan di bawah dasar permukaan


laut menggunakan alat seismik atau SBP (sub bottom profiler). Berikan gambar untuk
memperjelas jawaban anda!
Prinsip identifikasi lapisan-lapisan batuan di bawah dasar permukaan laut menggunakan alat
seismik atau SBP (sub bottom profiler) didasarkan pada prinsip pemantulan gelombang suara.
Ketika gelombang suara dipancarkan ke dasar laut, gelombang tersebut akan merambat ke
bawah dan memantul kembali ke permukaan. Pada saat memantul, gelombang suara akan
mengalami perubahan kecepatan dan arah, tergantung pada sifat fisik lapisan-lapisan batuan
yang dilalui. Dengan menganalisis pola dan karakteristik pantulan gelombang suara, kita dapat
mengidentifikasi lapisan-lapisan batuan yang berbeda di bawah dasar permukaan laut. Lapisan-
lapisan batuan yang lebih padat atau keras cenderung memantulkan gelombang suara dengan
amplitudo yang lebih besar dan waktu tempuh yang lebih pendek, sedangkan lapisan yang lebih
lemah atau lunak akan memantulkan gelombang suara dengan amplitudo yang lebih rendah
dan waktu tempuh yang lebih lama.
Gambar :
6. Dalam pemetaan hidrografi untuk peker jaan pemasangan kabel laut, pekerjaan apa saja yang
harus dilakukan dan apa saja yang perlu diperhatikan?
Dalam pemetaan hidrografi untuk pekerjaan pemasangan kabel laut, ada beberapa pekerjaan
yang perlu dilakukan dan faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa
hal yang biasanya terlibat dalam proses tersebut:
• Survei Pendahuluan: Pada tahap ini, survei pendahuluan dilakukan untuk
mengumpulkan data awal tentang area pemasangan kabel laut yang dimaksud. Ini
melibatkan pengumpulan informasi topografi dasar, data oseanografi, dan data
hidrografi yang ada.
• Perizinan dan Peraturan: Selama seluruh proses pemetaan hidrografi dan pemasangan
kabel, perizinan dan peraturan yang berlaku harus diperhatikan dengan cermat. Ini
termasuk memperoleh izin dari otoritas maritim dan mematuhi persyaratan lingkungan
yang berlaku.
• Pemetaan Hidrografi: Ini adalah tahap penting dalam pekerjaan pemasangan kabel laut.
Pemetaan hidrografi melibatkan penggunaan teknologi seperti sonar dan pemanduan
gelombang untuk mengumpulkan data tentang topografi dasar laut, termasuk
kedalaman, gundukan, lembah, dan fitur lainnya. Data ini diperlukan untuk menentukan
jalur optimal untuk pemasangan kabel laut.
• Analisis Data: Setelah data pemetaan hidrografi dikumpulkan, dilakukan analisis untuk
mengidentifikasi jalur yang paling cocok dan aman untuk pemasangan kabel laut. Pada
tahap ini, faktor-faktor seperti kedalaman laut, stabilitas dasar laut, kecepatan arus,
gempa bumi, vulkanisme, dan faktor lingkungan lainnya dievaluasi.
• Desain Jalur Kabel: Berdasarkan analisis data, jalur kabel laut yang optimal dan aman
direncanakan. Ini melibatkan penentuan titik awal dan titik akhir kabel, serta pemilihan
jalur yang menghindari hambatan seperti terumbu karang, zona perlindungan
lingkungan, dan kabel atau pipa yang ada.
• Pemetaan Lintasan: Setelah desain jalur kabel selesai, lintasan kabel laut dipetakan
secara rinci. Ini mencakup penentuan titik-titik kritis seperti titik keluar dan masuk
daratan, serta lokasi persilangan dengan kabel atau infrastruktur lainnya.
• Pemetaan Bawah Laut: Sebelum pemasangan kabel sebenarnya, pemetaan bawah laut
tambahan mungkin diperlukan untuk memperoleh data yang lebih terperinci tentang
karakteristik dasar laut di sepanjang jalur kabel yang dipilih. Hal ini bisa melibatkan
penggunaan teknologi seperti ROV (Remotely Operated Vehicle) atau AUV
(Autonomous Underwater Vehicle) untuk mengumpulkan data tambahan yang
diperlukan.
• Penyusunan laporan: Setelah pekerjaan pemetaan hidrografi selesai, laporan yang
komprehensif harus disusun. Laporan ini harus mencakup detail tentang hasil survei,
peta hidrografi, analisis risiko, jalur kabel laut yang direkomendasikan, dan
rekomendasi lain yang relevan.

Perlu diperhatikan bahwa setiap proyek pemasangan kabel laut mungkin memiliki
persyaratan khusus dan prosedur yang berbeda tergantung pada lokasi geografis dan
kondisi lingkungan setempat. Oleh karena itu, penting untuk mengkonsultasikan pakar
hidrografi atau perusahaan yang berpengalaman dalam pemetaan dan pemasangan
kabel laut untuk memastikan keberhasilan

Yuni sari

Anda mungkin juga menyukai