Septian - Laporan Kuliah Magang Industri
Septian - Laporan Kuliah Magang Industri
Disusun Oleh :
Kelas : MS - 4A
TAHUN 2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN
Septian Wijaya
NIM 4.21.19.0.21
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Dosen Pembimbing
Teknik Mesin Produksi dan Perawatan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-
Nya, sehingga penulis dapat Menyusun dan menyelesaikan laporan kuliah magang
industri dengan judul “Perancangan Alat Pembalik Container Menggunakan
Motor DC Guna Mengurangi Man Power di PT. Kimia Farma Plant Semarang”
dapat terselesaikan dengan baik.
1. Bapak Prof. Dr. Totok Prasetyo, B.Eng (Hons), M.T., IPU, Asean.Eng,
ACPE selaku Direktur Politeknik Negeri Semarang.
2. Bapak Abdul Syukur Alfauzi, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Mesin Politeknik Negeri Semarang.
3. Bapak Dr. Ampala Khoryanton, S.T., M.T. selaku kaprodi Teknik Mesin
Produksi dan Perawatan.
4. Bapak T. Anggit Kristiawan, S.T., M.Eng. selaku Dosen Pembimbing.
5. Bapak Salman Muttaqien selaku Plant Manager PT. Kimia Farma Plant
Semarang.
6. Ibu Nurul Fitri Handayani selaku Supervisor Pengawasan Mutu PT. Kimia
Farma Plant Semarang yang sudah menyambut dan memberikan
bimbingan awal kepada penulis.
7. Bapak Handoyo selaku Supervisor Teknik Pemeliharaan PT. Kimia Farma
Plant Semarang sekaligus sebagai pembimbing lapangan penulis.
iii
8. Semua karyawan di PT. Kimia Farma Plant Semarang yang telah
membimbing dan membantu penulis dalam melaksanakan kegiatan kuliah
magang industri.
9. Teman-teman kuliah magang industri di PT. Kimia Farma Plant Semarang
dan seluruh teman-teman Program Studi Sarjana Terapan Teknik Mesin
Produksi dan Perawatan.
10. Keluarga tercinta terkhususkan kepada orang tua saya yang selama ini
memberikan dukungan, do’a dan bantuan yang telah diberikan baik segi
material maupun moral.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu
memberikan perhatian, do’a, bimbingan serta pengarahan hingga kuliah
magang industri ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan kuliah magang industri ini masih jauh
dari kata sempurna, hal ini karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan kuliah magang industri ini dapat bermanfaat bagi industri,
pihak akademik, serta semua pihak maupun pembaca. Terimakasih.
Septian Wijaya
NIM 4.21.19.0.21
iv
DAFTAR ISI
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
BAB 2 ..................................................................................................................... 4
v
2.2.4 Peralatan Keselamatan Kerja PT. Kimia Farma Plant Semarang ... 23
2.3 Jenis Usaha dan Jenis Produk PT. Kimia Farma Plant Semarang .......... 28
BAB 3 ................................................................................................................... 32
3.2 Proses Produksi & Perawatan Pada PT. Kimia Farma Plant Semarang . 62
BAB 4 ................................................................................................................... 81
vi
4.3.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................. 86
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 3. 20 Pipa Outdoor AC Pada Ruang Alkohol ......................................... 47
Gambar 3. 21 Pembersihan AC Pada Departemen Produksi Kosmetik................ 47
Gambar 3. 22 Perbaikan Dan Pengecekan Stopper Yang Rusak .......................... 48
Gambar 3. 23 Pembersihan Filter Dash Collector................................................ 49
Gambar 3. 24 Pembersihan AC AHU 10PK ......................................................... 50
Gambar 3. 25 (a) Pemasangan Komponen Motor Induksi, dan (b) Pembersihan
Ulir ........................................................................................................................ 51
Gambar 3. 26 Penggantian Ball Valve Refrigerant Dan Akumulator ................... 51
Gambar 3. 27 Progres Alat Improvement .............................................................. 52
Gambar 3. 28 Proses Perbaikan AC ...................................................................... 52
Gambar 3. 29 Filter Dash Collector ..................................................................... 53
Gambar 3. 30 Proses Machining ........................................................................... 54
Gambar 3. 31 Proses Pembersihan AC ................................................................. 54
Gambar 3. 32 Proses Penyetelan Timer ................................................................ 55
Gambar 3. 33 Pemasangan Kanopi ....................................................................... 55
Gambar 3. 34 Pembongkaran dan Pembersihan Ulir Bedak ................................. 56
Gambar 3. 35 Pembongkaran dan Pembersihan Ulir Bedak ................................. 57
Gambar 3. 36 Pembongkaran dan Pembersihan Conveyor Bedak ........................ 57
Gambar 3. 37 Pembersihan AC Pada Ruang QC .................................................. 58
Gambar 3. 38 Penggantian Bearing Motor Induksi .............................................. 59
Gambar 3. 39 Penggantian Bearing Motor Induksi .............................................. 60
Gambar 3. 40 Pemasangan Instalasi AC ............................................................... 60
Gambar 3. 41 Pemasangan Instalasi AC ............................................................... 61
Gambar 3. 42 Penyambungan Pipa AC................................................................. 62
Gambar 3. 43 Pembersihan Evaporator ................................................................ 62
Gambar 3. 44 Alur Proses Produksi Kosmetik ..................................................... 66
Gambar 3. 45 Alur Proses Produksi Minyak ........................................................ 69
Gambar 3. 46 Flowchart Proses Produksi Minyak ............................................... 70
Gambar 3. 47 Diagram Alir Proses Pengolahan RBD (Refind Bleached
Deodorize) Castor Oil .......................................................................................... 71
ix
Gambar 4. 1 Fishbone Diagram ............................................................................ 82
Gambar 4. 2 Skema Pelaksanaan Proyek Simulasi FEA ...................................... 89
Gambar 4. 3 DC Motor 5GN100K Super Gear Head ........................................... 96
Gambar 4. 4 Motor Speed Controller.................................................................... 97
Gambar 4. 5 Alternatif Desain Kontruksi Alat Pembalik Container .................... 99
Gambar 4. 6 Bentuk Plat Pembalik Container .................................................... 100
Gambar 4. 7 Stainless Steel Type 304L .............................................................. 103
Gambar 4. 8 Stainless Steel Angle Bar AISI 304 ............................................... 104
Gambar 4. 9 Stainless Steel 304 Tube ................................................................ 106
Gambar 4. 10 Displacement Plat Pembalik Container ....................................... 106
Gambar 4. 11 Pengujian Stress Plat Pembalik Container ................................... 106
Gambar 4. 12 Pengujian Stress Pada Stainless Steel Angle Bar ......................... 107
Gambar 4. 13 Pengujian Displacement Pada Stainless Steel Angle Bar ............. 107
Gambar 4. 14 Safety Factor Pada Stainless Steel Angle Bar .............................. 108
Gambar 4. 15 Pengujian Stress Pada Dudukan Motor ........................................ 108
Gambar 4. 16 Displacement Pada Dudukan Motor ............................................ 109
Gambar 4. 17 Safety Factor Pada Dudukan Motor ............................................. 109
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kuliah magang industri merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi
mahasiswa semester 7 (tujuh) Program Studi Sarjana Terapan Teknik Mesin
Produksi dan Perawatan yang bertujuan untuk Menerapkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) yang diperoleh selama perkuliahan untuk mengidentifikasi,
menganalisis, dan menyelesaikan permasalahan nyata di industri. Kegiatan kuliah
magang industri ini dilaksanakan dalam kurun waktu 10 minggu yang bertempat
di PT. Kimia Farma Plant Semarang.
1
US-FDA Approva. Penempatan kuliah magang industri khususnya di PT. Kimia
Farma Plant Semarang merupakan salah satu kebijakan dari Ketua Program Studi
Sarjana Terapan Teknik Mesin Produksi dan Perawatan. PT. Kimia Farma Plant
Semarang sendiri memiliki beberapa prospek kerja atau kegiatan di lapangan yang
sesuai apa yang dipelajari selama perkuliahan seperti: sistem elektro pneumatik,
sistem otomasi, mekatronika, proses machining, penggerindaan, pembubutan,
pengelasan, perencanaan instalasi pabrik, dan lain sebagainya. Hal ini menjadi
salah satu faktor mengapa PT. Kimia Farma Plant Semarang dijadikan tempat
kuliah magang industri.
Ruang lingkup secara umum kegiatan kuliah magang industri Program Studi
Sarjana Terapan Teknik Mesin Produksi dan Perawatan Politeknik Negeri
Semarang adalah penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam
bidang teknologi produksi dan perawatan di PT Kimia Farma Plant Semarang.
Ruang lingkup secara khusus kegiatan kuliah magang industri Program Studi
Sarjana Terapan Teknik Mesin Produksi dan Perawatan Politeknik Negeri
Semarang adalah rekayasa optimasi dan inovasi alat pembalik container
menggunakan motor DC sehingga dapat mengurangi man power sesuai apa yang
dikeluhkan oleh pihak industri pada departemen produksi kosmetik PT. Kimia
Farma Plant Semarang.
1.3 Tujuan
2
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan kuliah magang industri di PT. Kimia
Farma Plant Semarang adalah :
a. Mampu menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang
diperoleh selama perkuliahan melalui program kuliah magang industri di
PT. Kimia Farma Plant Semarang.
b. Mampu mengidentifikasi permasalahan dan memberikan ide solusi
pemecahan masalah yang terjadi pada proses produksi kosmetik PT. Kimia
Farma Plant Semarang.
c. Mampu merealisasikan serta mengimplementasikan ide dan inovasi
Perancangan Alat Pembalik Container Menggunakan Motor DC Guna
Mengurangi Man Power pada departemen produksi kosmetik di PT. Kimia
Farma Plant Semarang.
d. Mampu menganalisa pengaruh implementasi Perancangan Alat Pembalik
Container Menggunakan Motor DC Guna Mengurangi Man Power pada
departemen produksi di PT. Kimia Farma Plant Semarang baik dari sisi
pengurangan waktu proses, pengurangan man power serta produktifitas
maupun kualitas.
e. Mampu mengolah dan menganalisa permasalahan realistis di lapangan
berdasarkan keluhan yang diajukan dari beberapa departemen seperti AC
mengalami mati tiba-tiba, AC tidak dingin, pembongkaran AC, cleaning
service AC karena tersumbat debu powder, pembongkaran dryer karena
compressor tidak bekerja Identifikasi motor induksi dan lain-lain.
3
BAB 2
PENGENALAN UMUM OBJEK MAGANG
PT. Kimia Farma Plant Semarang yang terlihat pada gambar 2.1 diatas
merupakan perusahaan yang bergerak pada produksi kosmetik dan pengolahan
minyak jarak yang didirikan pada 7 Juni 1971. Awalnya PT. Kimia Farma Plant
Semarang ini bernama PT. Kimia Farma “Pabrik Castor Oil Dan Derivat” yang
diresmikan oleh Presiden Soeharto kala itu. PT. Kimia Farma Plant Semarang
memiliki banyak peralihan nama dari tahun ke tahun berdasarkan capaian prestasi
yang diraih.
Area PT. Kimia Farma Plant Semarang dapat terlihat pada gambar 2.2 sebagai
berikut :
4
Gambar 2. 2 Area PT. Kimia Farma Plant Semarang
(Sumber : https://goo.gl/maps/6LMBabNSnc4k7ELF7 )
PT. Kimia Farma Plant Semarang merupakan industri yang bergerak pada
bidang produksi kosmetik dan pengolahan minyak jarak (edible dan non-edible)
yang sudah bersertifikasi HALAL dan tentunya mengedepankan kualitas produk
yang memenuhi persyaratan kualitas sistem manajemen mutu ISO 9001.
5
2.1.2 Sejarah Singkat PT. Kimia Farma Plant Semarang
Sejarah singkat PT. Kimia Farma Plant Semarang akan diuraikan pada
tabel 2.1 dibawah, sejarah singkat mencakup sejarah awal berdiri dan beberapa
sertifikasi yang pernah didapatkan oleh PT. Kimia Farma Plant Semarang hingga
saat ini.
6
yang bisa dikonsumsi.
April 2021 PT. Kimia Farma Plant Semarang mendapatkan sertifikasi
FSSC 22000 (Food Safety System Certification) dari SGS
untuk produksi minyak edible.
Desember 2021 PT. Kimia Farma Plant Semarang mendapatkan sertifikasi
BLUE rating atas kerja kerasnya dari Menteri Lingkungan
Hidup & Kehutanan RI.
Januari 2022 PT. Kimia Farma Plant Semarang mendapatkan sertifikasi
KOSHER dari Orthodox Jewish Community Kashut
Singapore.
Februari 2022 PT. Kimia Farma Plant Semarang mendapatkan sertifikasi
Occupational Health and Safety management System
(SMK3) Gold Flag dari BKI.
PT. Kimia Farma Plant Semarang tentunya memiliki logo perusahaan yang
dijadikan sebagai identitas perusahaan sebagai bentuk perwakilan citra
perusahaan sebagaimana terlihat pada gambar 2.3. Logo PT. Kimia Farma Plant
Semarang belum pernah mengalami perubahan apapun dari awal sampai
sekarang beroperasi.
Tata letak PT. Kimia Farma Plant Semarang dapat dilihat pada gambar
berikut :
7
Gambar 2. 4 Denah Site Plan PT. Kimia Farma Plant Semarang
(Sumber : Dokumen Maintenance)
Sarana bangunan yang ada di PT. Kimia Farma Plant Semarang meliputi :
8
Semarang 11 dan penyimpanan produk jadi. Gedung 5 digunakan untuk
pengecatan tangki minyak sesuai dengan warna kode minyak yang di
produksi.
4. Terdiri dari 4 bangunan gudang. Gudang 1 dan 2 digunakan untuk
penyimpanan bahan kemas sediaan kosmetik, digunakan untuk
menyimpan bahan-bahan yang dipakai untuk mengemas produk seperti
brosur, label, box, container bedak. Gudang 3 digunakan untuk
penyimpanan container minyak. Gudang 4 digunakan untuk
penyimpanan serbaguna.
5. Bangunan penunjang meliputi kantin, masjid, poliklinik, lapangan,
bengkel perbaikan, dan pemeliharaan alat, kamar mesin boiler. Selain itu
juga terdapat Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
6. Unit penyimpanan bahan baku terletak dekat dengan gedung produksi
minyak, hal ini bertujuan untuk kemudahan dalam penyimpanan
sementara sebelum dibawa ke gedung produksi minyak.
7. Ruang Steam (boiler) terletak berdekatan dengan gedung produksi
minyak, hal ini bertujuan untuk memudahkan transportasi Steam ke
tangki deodorisasi yang terdapat pada gedung minyak.
8. Ruang produksi minyak makan (edible oil) terpisah dengan ruang
produksi minyak non makan (non edible oil), walaupun masih dalam satu
gedung yang sama, hal ini bertujuan agar dapat efektif ketika keduanya
beroperasi, dan tidak terjadi kontaminasi antara minyak makan (edible
oil) dengan minyak non makan (non edible oil).
9. Gudang manufaktur bahan kemas, berdekatan dengan gudang jadi
minyak, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam memindahkan bahan
kemas ke gudang penyimpanan, dikarenakan proses filling berada di
gudang jadi minyak.
9
Gambar 2. 5 Denah Site Plan Gudang Produksi PT. Kimia Farma Plant
Semarang
(Sumber : Dokumen Maintenance)
1. Ruang proses non edible oil dan edible oil terletak didalam satu
gedung, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam transportasi
utilitas.
2. Ruang proses non edible oil terpisah dengan ruang edible oil, hal ini
bertujuan untuk menghindari agar tidak saling terkontaminasi.
3. Ruang ampas edible oil dan non edible oil terletak di belakang, hal ini
bertujuan untuk memudahkan transportasi limbah ampas.
a. Pengantar Manajemen
10
distribusi dan perdagangan, pemasaran, ritel farmasi, laboratorium klinik
dan klinik kesehatan.
Visi
11
Misi
a. Amanah
12
Harmonis yaitu saling peduli dan menghargai perbedaan. Contoh
panduan perilaku: 1) Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya.
2) Suka menolong dan membantu orang lain. 3) Membangun lingkungan
kerja yang kondusif.
d. Loyal
13
aturan atau prinsip tertentu yang ditetapkan baik berdasarkan yang
diperlakukan dengan yang tidak diperlukan dan klasifikasi.
b. Seiton, memiliki arti menyimpan barang ditempat yang tepat atau
seharusnya dengan tujuan untuk mengurangi waktu proses karena
pencarian. Penataan diawali dengan studi efisiensi intensif dan
mendetail. Berikut ini adalah beberapa hal yang diperhatikan dalam
menerapkan Seiton :
- Eliminasi barang yang tidak digunakan.
- Penyimpanan barang tak terduga.
- Penyimpanan barang yang jarang digunakan.
- Penyimpanan barang yang sewaktu-waktu digunakan.
- Penyimpanan barang yang sering digunakan di area kerja atau
penyimpanan pribadi oleh pekerja. Efisiensi, keamanan, mutu
penyimpanan dan area tata letak juga harus diperhatikan agar
barang yang disimpan tetap dapat mendukung kelancaran dalam
bekerja dan menyingkat waktu proses produksi.
c. Seiso, memiliki arti pembersihan yaitu membersihkan barang-barang
atau area kerja menjadi bersih dan bebas dari kotoran dan sampah yang
mengganggu kelancaran proses produksi. Istilah 5R pembersihan
berarti membuang sampah, kotoran, benda-benda asing, serta
membersihkan segala sesuatu. Pembersihan merupakan satu bentuk
dari pemeriksaan langkah-langkah dalam pembersihan yaitu :
- Membersihkan segala sesuatu dan menangani penyebab
keseluruhannya (makro).
- Membersihkan tempat kerja dan bagian mesin khusus (individual).
- Membersihkan bagian dan alat khusus, serta mengidentifikasi
penyebab kotoran untuk dibersihkan (mikro).
d. Seiketsu, memiliki arti pemantapan yaitu pemeliharaan secara terus
menerus dan berulang-ulang dari 3S yang telah dilakukan yaitu
pemilahan, penataan dan pembersihannya. Pemantapan mencakup
kebersihan pribadi dan lingkungannya. Pemantapan memerlukan
14
manajemen visual yang dapat dilakukan dengan pemberian kode
warna, label dan peta.
e. Shitsuke, memiliki arti pembiasaan mengenai disiplin dan
pembentukan perilaku secara benar dan yang baik ditempat kerja.
Penerapan 5R tidak akan berhasil tanpa pembiasaan. Salah satu cara
pembiasaan adalah dengan merancang daftar periksa atau check sheet
yang juga merupakan bentuk dari pengontrolan terlaksananya 5R.
15
Hampir semua kelas terapi diakomodasi oleh produk perusahaan yang
terdiri lebih dari 385 item produk dan dipasarkan keseluruh Indonesia serta
di ekspor ke beberapa negara melalui jaringan distribusi perseroan atau
yang memiliki perjanjian dengan perseroan. Sebagai bagian dari tanggung
jawab sosialnya Kimia Farma berkomitmen untuk memastikan pasokan
obat generik yang tetap ke pasar.
16
Melalui sinergi dengan kelompok usaha, Grup Kimia Farma berupaya
menghadirkan produk dan layanan bermutu. Di samping itu, sinergi dalam
Holding BUMN Farmasi memperkuat fokus bisnis Kimia Farma, dan menjadi
fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan di masa datang.
17
1. Manager
2. Asisten Manager
18
pencapaian target produksi secara optimal sesuai dengan arahan dan
kebijakan manager plant.
3. Supervisor
19
b. Supervisor Pengemasan Produksi Kosmetik
20
f. Supervisor Pengadaan
g. Supervisor Penyimpanan
j. Supervisor SDM-Umum
21
Semarang secara menyeluruh meliputi administrasi personalia,
penilaian prestasi, pelatihan dan pengembangan, hubungan industrial,
pelayanan kesehatan, dan kesejahteraan karyawan yang optimal dan
memenuhi kebutuhan operasional plant serta mendukung kelancaaran
operasional plant secara menyeluruh.
k. Supervisor Akuntansi
22
n. Ahli Muda K3
Jam kerja operasional PT. Kimia Farma Plant Semarang diatur sebagai
berikut :
Alat pelindung kepala yang biasa disebut safety helmet dan mopcap
merupakan alat pelindung yang berbentuk helm atau kain penutup kepala
yang harus di gunakan setiap orang yang memasuki area proses produksi
pabrik. Semua pelindung kepala yang disediakan oleh perusahaan sudah
23
sesuai dengan standar. Macam-macam safety helmet dan mopcap yang
digunakan di PT. Kimia Farma Plant Semarang diantaranya :
1. Helm putih, digunakan untuk bagian dokumen.
2. Helm orange, digunakan oleh bagian maintenance dan bagian
pengolahan limbah.
3. Helm biru, digunakan untuk pengemudi truk forklift.
4. Helm merah, digunakan untuk bagian pemadam kebakaran.
5. Mopcap (kain penutup kepala), digunakan karyawan yang bekerja
pada bagian produksi kosmetik.
Jumlah seluruh safety helmet dan mopcap yang ada di PT. Kimia
Farma Plant Semarang dihitung dari jumlah karyawannya. Sedangkan
untuk tamu ataupun peserta magang apabila meninjau kegiatan yang
mewajibkan menggunakan alat pelindung diri maka akan disediakan oleh
pabrik.
Jumlah seluruh safety glasses yang ada di PT. Kimia Farma Plant
Semarang dihitung dari jumlah karyawannya. Sedangkan untuk tamu
24
ataupun peserta magang apabila meninjau kegiatan yang mewajibkan
menggunakan alat pelindung diri maka akan disediakan oleh pabrik.
Jumlah seluruh alat pelindung telinga yang ada di PT. Kimia Farma
Plant Semarang dihitung dari jumlah karyawannya. Sedangkan untuk tamu
ataupun peserta magang apabila meninjau kegiatan yang mewajibkan
menggunakan alat pelindung diri maka akan disediakan oleh pabrik.
Jumlah seluruh alat pelindung tangan yang ada di PT. Kimia Farma
Plant Semarang dihitung dari jumlah karyawannya. Sedangkan untuk tamu
25
ataupun peserta magang apabila meninjau kegiatan yang mewajibkan
menggunakan alat pelindung diri maka akan disediakan oleh pabrik.
Selain Alat Pelindung Diri (APD) yang sudah disiapkan oleh PT.
Kimia Farma Plant Semarang seperti diatas, dipasang juga rambu-rambu
K3 untuk pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.
26
Setiap layout gedung, tempat kerja dan perkantoran di PT. Kimia Farma
Plant Semarang memiliki pintu darurat yang disertai dengan petunjuk arah
keluar berupa tanda panah yang mengarahkan ke pintu darurat.
Sedangkan prosedur K3 yang telah dibuat oleh PT. Kimia Farma Plant
Semarang mengenai rencana pemulihan keadaan darurat antara lain :
27
penggunaanya serta sebuah kartu merah yang menunjukkan kondisi
APAR itu sendiri. Jenis-jenis APAR yang tersedia di PT. Kimia
Farma Plant Semarang antara lain :
2.3 Jenis Usaha dan Jenis Produk PT. Kimia Farma Plant Semarang
28
beberapa kegiatan usaha, sehingga produk dapat memenuhi target dan standar
yang diterapkan.
29
3. Bedak salicyl 2%, 60
gram.
4. Marcks Venus
Dynamic varian :
invisible, Natural
Beige, Ivory.
5. Salicyl Fresh.
6. Soya Oil.
7. Olien Oil.
8. Coconut Oil.
30
9. Peanut Oil.
Jalur distribusi Kimia Farma diawali dari Pabrik Kimia Farma yang
kemudian disalurkan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF). Selanjutnya, PBF
akan menyalurkan atau mendistribusikan obat tersebut kepada Apotek, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Balai Pengobatan dan Toko Obat.
31
BAB 3
PELAKSANAAN MAGANG
32
bentuk prosedur kerja di PT. Kimia Farma Plant Semarang. Pengenalan profil
perusahaan (company profile) dan penjelasan alur produksi secara singkat oleh
Bu Fitri sebagai bentuk pembekalan dasar sebelum prosesi magang dimulai. Hal
tersebut bertujuan supaya peserta atau mahasiswa magang memiliki gambaran
kasar terkait kegiatan-kegiatan yang ada di industri, mahasiswa dapat
mengetahui sejarah perusahaan, profil perusahaan, visi misi perusahaan dan
mampu menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), serta memahami
alur proses produksi di PT. Kimia Farma Plant Semarang. Kegiatan selanjutnya,
penulis diarahkan menuju ruang supervisor maintenance dan pemeliharaan
untuk pembekalan lebih lanjut. Kegiatan pembekalan dilakukan oleh Bapak
Handoyo selaku supervisor maintenance dan pemeliharaan sekaligus dilakukan
observasi ke beberapa departemen untuk pengenalan denah lokasi PT. Kimia
Farma Plant Semarang. Tujuan kegiatan tersebut adalah supaya mahasiswa
magang memiliki gambaran denah lokasi dan memahami fungsi dari masing-
masing departemen mulai dari pengolahan minyak, warehouse, departemen
produksi bedak, manajemen dan lain sebagainya.
33
(a) (b)
Gambar 3. 1 (a) Boiler, dan (b) Panel Boiler
(Sumber : Dokumen Pribadi)
(a) (b)
Gambar 3. 2 (a) Perbaikan Master Kopling, dan (b) Penambahan Lampu Custom
Pada Truk Minyak
(Sumber : Dokumen Pribadi)
34
Kegiatan pada hari keempat, penulis melakukan observasi khususnya pada
departemen produksi kosmetik dan departemen pengolahan minyak. Kegiatan
observasi dilakukan dengan beberapa teman magang dari departemen lain yang
dipandu oleh Bu Fitri. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan relasi dan juga
saling bertukar informasi terkait departemen masing-masing. Pada produksi
kosmetik terdapat beberapa tahapan umum, mulai dari raw material,
pengelompokan bedak, pengayakan bedak dari debu dan kotoran, proses
produksi, hingga proses pengemasan. Kebanyakan proses produksi dan
pengemasan kosmetik dilakukan manual, sehingga dinilai kurang efektif dan
efisien. Kemudian dilanjutkan menuju proses pengolahan minyak yang dipandu
oleh karyawan terkait pengolahan minyak. Secara garis besar pengolahan
minyak dilakukan dengan 6 tahapan, yaitu penimbangan berat minyak,
netralisasi (penetralan kandungan minyak), decolourisasi (pemucatan warna
minyak), deodorisasi (penghilangan bau pada minyak), cooling (proses
pendinginan minyak), dan Filling (proses penyaringan minyak sebelum
diproduksi).
(a) (b)
Gambar 3. 3 (a) Ruang Produksi Kosmetik dan (b) Ruang Porduksi Minyak
(Sumber : Dokumen Pribadi)
35
tidak berfungsi dengan maksimal dan dapat mempengaruhi kualitas udara yang
nantinya di distribusikan pada produksi kosmetik. Tahap awal pemeliharaan
yaitu dilakukan pengecekan mulai dari fungsi kompresor, fungsi fan dan fungsi
kelistrikan. Setelah dilakukan pengecekan ternyata kerusakan dryer disebabkan
oleh beberapa factor, yaitu kelistrikan konsleting karena banjir, fan mati,
pressure kompresor kurang responsive, dan kurangnya thermostat.
36
(a) (b)
Gambar 3. 5 (a) Pemasangan Bendera 5R dan (b) Penggantian Flow Meter
Minyak
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Kegiatan pada hari kedua minggu kedua, penulis membantu teknisi atau
karyawan maintenance melakukan pemasangan lampu LED pada departemen
produksi minyak. Pemasangan lampu LED dilakukan dengan tujuan
memberikan penerangan untuk meminimalkan potensi bahaya yang terjadi
ketika bekerja. Setelah selesai membantu, penulis kembali ke loker untuk
melanjutkan pembuatan laporan dan log book.
37
Hal ini bertujuan supaya alcohol yang disimpan terjaga suhu dan temperaturnya.
Proses pemasangan intalasi AC dilakukan selama berhari-hari dikarenakan
proses pemasangan tidak bisa instan dan harus menunggu material yang
dibutuhkan dari tim pengadaan. Proses pemasangan dimulai dari tahap
pelubangan dinding, pembuatan dudukan AC dan gambaran kasar dimana AC
akan ditempatkan.
38
(a) (b)
Gambar 3. 8 (a) Pembersihan AC Pada Ruang Pengemasan dan (b) Filter AC
(Sumber : Dokumen Pribadi)
39
Kegiatan pada hari kedua minggu ketiga, penulis melakukan rancang
desain terkait improvement yang akan dipakai. Sebelum dibuat lebih lanjut,
penulis melakukan diskusi dengan beberapa pihak karyawan maintenance
terkait desain alat yang akan dibuat perihal manfaat, keunggulan, kelemahan dan
efisiensi apabila diaplikasikan di ruang produksi kosmetik. Berdasarkan
pengamatan, hasil diskusi dan saran dari karyawan maintenance, maka dibuatlah
dua alternatif desain dengan tenaga penggerak yang sama yakni menggunakan
motor dengan pembalik container yang berbeda. Selanjutnya, penulis mencoba
melakukan presentasi ke asisten manager dan supervisor maintenance terkait
kasaran alternatif desain yang dibuat. Ide improvement dan alternatif desain yang
ditawarkan mendapat tanggapan positif karena sejalan dengan apa yang
diinginkan oleh pihak industri yakni pengurangan man power. Setelah
melakukan presentasi dan diskusi, pihak industri yang diwakili oleh asisten
manajer dan supervisor maintenance setuju untuk mengangkat ide alat pembalik
container dengan pemilihan alternatif desain 1 untuk direalisasikan. Alternatif
desain bisa dilihat sebagaimana gambar berikut.
(a) (b)
40
Kegiatan pada hari ketiga minggu ketiga, penulis membantu kembali
pemasangan AC pada ruang alcohol. Pemasangan sudah memasuki tahap
finishing, dimana komponen AC dan kelistrikan sudah terpasang dan siap untuk
di uji coba. Selain itu, dilakukan pula pengecekan terkait in-door dan out-door
AC apakah terdapat kesalahan atau kegagalan saat dioperasikan.
41
Kegiatan kuliah magang industri hari pertama pada minggu keempat, diawali
dengan pembukaan forum diskusi oleh supervisor maintenance yang kemudian
penulis manfaatkan untuk bertanya dan berdiskusi tentang alat improvement
yang akan dibuat. Selanjutnya, penulis melakukan observasi kembali ke
departemen produksi kosmetik gedung 2 untuk mengetahui kondisi real apakah
alat improvement bisa diterapkan disana. Setelah melakukan observasi, penulis
kembali membantu karyawan maintenance untuk memperbaiki water pump AC
yang mengalami kebocoran pada seal nya. Penggantian seal dilakukan dengan
cepat dan segera dilakukan pemasangan dengan tujuan supaya proses
pengayakan bedak dapat beroperasi kembali.
(a) (b)
Gambar 3. 12 (a) Seal dan (b) Water Pump Type Vane Pump
(Sumber : https://www.apepumps.co.za/)
42
Gambar 3. 13 Penggantian Conveyor Yang Rusak
(Sumber : Dokumen Pribadi)
43
karyawan maintenance disana, walaupun tak jarang pula penulis tetap
menyempatkan untuk membantu karyawan maintenance sewaktu-waktu
diperlukan.
44
3.1.5 Kegiatan Kuliah Magang Industri Minggu Kelima
(a) (b)
45
Gambar 3. 18 Pengecekan AC Pada Ruang QC
(Sumber : Dokumen Pribadi)
46
freon yang masuk ke dalam in-door. Kebocoran freon disebabkan karena pipa
sambungan kurang kencang.
47
3.1.6 Kegiatan Kuliah Magang Industri Minggu Keenam
48
collector mengalami kelemahan penyedotan adalah filter yang kotor dan banyak
tersumbat oleh serbuk bedak, sehingga filter perlu dilepas dan dibersihkan
menggunakan angin bertekanan. Selain itu, perlu diketahui bahwa proses
pembersihan harus mematuhi dan menerapkan standart yang ada yakni, diruang
khusus dan memakai safety seperti masker, kacamata, penutup rambut dan
menggunakan jas.
49
Gambar 3. 24 Pembersihan AC AHU 10PK
(Sumber : Dokumen Pribadi)
(a) (b)
50
Gambar 3. 25 (a) Pemasangan Komponen Motor Induksi, dan (b)
Pembersihan Ulir
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Kegiatan pada hari kedua dan hari ketiga minggu ketujuh, penulis
melanjutkan proses pembuatan alat improvement. Proses pembuatan meliputi
pemotongan pelat, penggerindaan, pengikiran, pengelasan, dan pengeboran.
Progres alat mencapai 80% dan perlu dilakukan percobaan secara kasar sebelum
diaplikasikan ke lapangan.
51
Gambar 3. 27 Progres Alat Improvement
(Sumber : Dokumen Pribadi)
52
penyedotan melalui filter untuk menyaring bedak supaya tidak ada benda
ataupun kotoran yang masuk menuju ruang pengayakan. Penyebab utama dash
collector mengalami kelemahan penyedotan adalah filter yang kotor dan banyak
tersumbat oleh serbuk bedak, sehingga filter perlu dilepas dan dibersihkan
menggunakan angin bertekanan. Selain itu, perlu diketahui bahwa proses
pembersihan harus mematuhi dan menerapkan standart yang ada yakni, diruang
khusus dan memakai safety seperti masker, kacamata, penutup rambut dan
menggunakan jas.
53
Gambar 3. 30 Proses Machining
(Sumber : Dokumen Pribadi)
54
hari ketiga penulis juga membantu teknisi melakukan penyetelan timer dan
conveyor yang sedang di improve oleh departemen teknik pemeliharaan.
55
dilakukan karena mesin pengayaan pada saat sedang digunakan timbul suara
bising dan bergetar. Penulis dan teknisi melakukan tindakan overhoul pada
motor pengayaan untuk dilakukan pergantian bearing dan seal.
56
Gambar 3. 35 Pembongkaran dan Pembersihan Ulir Bedak
(Sumber : Dokumen Pribadi)
57
(Sumber : Dokumen Pribadi)
58
Gambar 3. 38 Penggantian Bearing Motor Induksi
(Sumber : Dokumen Pribadi)
59
Gambar 3. 39 Penggantian Bearing Motor Induksi
(Sumber : Dokumen Pribadi)
60
Kegiatan hari Ketiga minggu kesepuluh, penulis bersama karyawan
maintenance melanjutkan proses pemasangan AC, dalam proses pemasangan
AC terdapat kendala dalam proses pemasangan pipa AC karena kondisi tempat
yang sempit dan bentuk pipa yang tidak sesuai. Untuk mengatasi hal tersebut,
karyawan maintenance memotong beberapa pipa inlet dan outlet yang
disesuaikan dengan space yang ada. Kemudian, pipa dibuat countersink
menggunakan tool set pipa yang nantinya pipa disambung menggunakan las
asetelyne. Penyambungan pipa harus rapat supaya tidak terjadi kebocoran
nantinya.
61
Gambar 3. 42 Penyambungan Pipa AC
(Sumber : Dokumen Pribadi)
3.2 Proses Produksi & Perawatan Pada PT. Kimia Farma Plant Semarang
PT. Kimia Farma Plant Semarang memiliki beberapa departemen atau divisi
untuk menunjang produk dari raw material hingga barang jadi, antara lain :
departemen proses produksi kosmetik, departemen pengemasan produksi
kosmetik, departemen produksi minyak, departemen sistem mutu (quality
62
assurance), departemen pengawasan mutu (quality control), departemen
pengadaan, departemen penyimpanan, departemen pengendalian proses produksi,
departemen teknik pemeliharaan, departemen SDM umum, dan departemen
akuntansi. Quality control merupakan seluruh rangkaian kegiatan yang secara
efektif, digunakan untuk mengembangkan, melestarikan dan meningkatkan
kualitas dari suatu produk. Tujuan pelaksanaan quality control yaitu untuk
memastikan kualitas produk yang akan diperjualbelikan sudah sesuai dengan
standar perusahaan. Quality assurance adalah setiap proses sistematis untuk
menentukan apakah suatu produk atau layanan memenuhi persyaratan yang
ditentukan. Quality assurance lebih berfokus pada prosedur dan proses. Tujuan
dari pelaksanaan quality assurance sendiri adalah untuk membantu memastikan
bahwa perusahaan atau organisasi membuat dan mengirimkan produk yang baik
dan bebas dari cacat, sehingga memenuhi kebutuhan dan harapan dari pelanggan.
Pengolahan minyak dan produksi kosmetik adalah dua hal dengan tahapan proses
yang berbeda. Secara umum pengolahan minyak memiliki lima tahapan, antara
lain : tahap penimbangan (yaitu minyak ditimbang terlebih dahulu sebelum
diproses sesuai dengan kapasitas tangki dan kebutuhan yang diinginkan), tahap
netralisasi (yaitu proses penghilangan kadar asam yang tinggi pada minyak sesuai
dengan standar industri dan kebutuhan yang diperlukan oleh konsumen atau
pasar), tahap decolorisasi (yaitu proses pemudaran warna pada minyak yakni
setelah tahap netralisasi minyak masih belum netral sepenuhnya dari asam dan
minyak masih berwarna kuning, sehingga perlu dilakukan netralisasi tahap kedua
dengan pemucatan warna minyak dari kuning menjadi putih pucat), tahap
deudorisasi (yaitu salah satu proses yang bertujuan untuk menghilangkan bau
pada minyak dengan menggunakan uap panas bertekanan 15 bar yang dihasilkan
dari boiler) dan cooler (yaitu proses pendinginan pada minyak dengan
menggunakan metode sirkulasi sekitar 5-8 jam hingga tekanan dan temperature
pada minyak menurun untuk selanjutnya diproses pada ruang produksi).
Berbeda dari pengolahan minyak, pada produksi kosmetik ada dua tahapan
umum yakni tahap produksi dan tahap pengemasan. Tahap produksi yakni proses
pemberian powder secara otomatis menggunakan mesin filling berbasis otomasi
pada container yang kemudian ditutup dengan inner dan outer cover secara
63
manual oleh operator. Tahap produksi menggunakan sistem otomasi conveyor
sebagai pengatur mobilisasi container (produk kosmetik) dari ruang produksi ke
ruang pengemasan, pemakaian photoelectric sensor serta part detector sensor
sebagai pemicu untuk menggerakkan stopper ketika ada gerakan dari produk dan
pneumatik sebagai sumber tenaga penggerak stopper dan solenoid. Sedangkan
tahap pengemasan, ada beberapa proses antara lain : proses printing index, proses
pelapisan sticker, dan proses shrinking. Container yang sudah masuk ke dalam
ruang pengemasan harus dibalik terlebih dahulu untuk pemberian label index pada
bagian bawah container, proses ini masih menggunakan tenaga manual operator 1
hingga 2 orang. Setelah itu dilanjutkan dengan proses pelapisan sticker pada
bagian samping container yang masih dilakukan manual menggunakan man
power sebanyak 8 hingga 10 orang dimasing-masing proses. Hal ini terjadi karena
mesin labeling sticker mengalami kecacatan ketika dioperasikan, sehingga pihak
industri memutuskan untuk menggunakan man power sampai mesin labeling
sticker diperbaiki dan dapat digunakan kembali. Proses terakhir yaitu shrinking
adalah proses penyusutan plastis kemasan pada container yang dilakukan
menggunakan mesin shrink tunel. Perlu diketahui bahwa produk yang sudah jadi
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan jumlah 6 produk per
kelompok. Proses pengelompokan ini menggunakan plastic shrink yang dilakukan
secara manual oleh operator. Kemasan plastik shrink wrap atau yang lebih dikenal
dengan plastik shrink film yang bekerja dengan cara menyusut, dan berfungsi
untuk dijadikan sebagai segel pada produk atau sebagai label pada kemasan.
Plastik shrink film adalah plastik yang terbuat dari film plastik polimer. Ketika
panas diterapkan pada plastik tersebut makan plastik tersebut dapat menyusut erat
mengikuti bidang yang dikemas, sangat cocok untuk dijadikan sebagai segel atau
label pada kemasan atau bahkan dapat digunakan untuk membungkus produk
berat. Secara detail kegiatan produksi akan dijelaskan sebagai berikut :
3.2.1 Produksi
64
lainnya akan terhambat pula. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap
perusahaan untuk selalu memantau dan melakukan pengawasan terhadap
kegiatan produksi di dalam perusahaannya.
PT. Kimia Farma Plant Semarang memiliki dua alur proses produksi yaitu
departemen produksi kosmetik dan departemen produksi minyak yang masing-
masing mempunyai alur produksi yang berbeda. Alur produksi keduanya akan
dijelaskan secarai lengkap mengenai urutan yang harus dikerjakan saat proses
produksi dan beberapa penjelasan singkat mengenai proses terebut.
a. Produksi Kosmetik
65
Raw Material Filtrasi I Pengayakan Filtrasi II
Filling
Pemberian Penutupan
Printing
Shrinking sticker pada inner dan
Labeling
kemasan outer cover
1. Raw material, yaitu bahan baku datang dan dipilah terkait kondisi dan
kualitasnya. Bahan baku yang tidak memenuhi standart dan kualitas
yang diterapkan pada PT. Kimia Farma Plant Semarang akan
dikembalikan kepada pihak distributor, sedangkan bahan baku yang
memenuhi syarat akan disimpan di gudang terlebih dahulu yang
kemudian akan dilanjutkan ke proses filtrasi I pada dash collector.
2. Filtrasi I, yaitu proses penyaringan bahan baku (serbuk bedak) yang
akan disalurkan pada tabung untuk proses pengayakan. Proses
penyaringan menggunakan filter dengan tenaga vacuum menggunakan
motor induksi yang dihubungkan dengan fin untuk menyedot serbuk
bedak. Hal ini tentunya membutuhkan tenaga yang cukup besar.
3. Pengayakan, yaitu proses pemisahan bahan baku dari debu atau
material lainnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan bahan yang
benar-benar bersih dan terkontaminasi dari material lainnya. Hasil
pengayakan akan dimasukkan ke dalam drum atau tabung yang
nantinya tabung tersebut akan di filtrasi-kan kedalam mesin filling.
4. Filtrasi II, yaitu proses yang sama seperti sebelumnya dimana powder
di dalam drum yang sudah dilakukan proses pengayakan akan di sedot
66
menggunakan vacuum dan ulir yang akan masuk menuju mesin filling
(pengisian).
5. Filling, yaitu proses pengisian powder pada container. Proses
pengisian menggunakan mesin filling yang diatur takaran pengisiannya
berdasarkan timer lamanya proses filling untuk didapatkan berat yang
sesuai dengan standart perusahaan yakni berkisar 56.3 – 56.6 gram.
Cara kerja mesin filling sendiri berkaitan dengan timer, elektro
pneumatic dan sistem otomasi.
6. Penutupan inner dan outer cover, yaitu proses pemberian cover pada
container dengan tujuan supaya container dapat dilakukan proses
labeling pada ruang pengemasan. Pemberian cover masih
menggunakan tenaga operator (manual). Perlu dicatat bahwa sebelum
labeling, container harus dalam keadaan terbalik, dikarenakan proses
labeling dilakukan pada bagian bawah container.
7. Printing index, yaitu proses pemberian label index pada bagian bawah
container menggunakan mesin printing. Tujuan diberikannya label
index adalah untuk memberikan informasi mengenai kualitas, brand,
kode produksi, komposisi, logo ataupun nama perusahaan tempat
produk diproduksi.
8. Pemberian sticker pada kemasan, yaitu pemasangan atau pemberian
sticker kemasan pada bagian samping produk. Hal ini ditujukan untuk
mendiskripsikan merk, komposisi ataupun kualitas. Proses pemberian
sticker masih menggunakan tenaga operator.
9. Shrinking, yaitu proses penyusutan plastic sebagai cover luar kemasan.
Hal ini bertujuan untuk menjaga kondisi kemasan dan memudahkan
operator dalam melakukan pendataan. Perlu diketahui bahwa setelah
pemberian sticker, kemasan dikelompokkan menjadi 6 produk tiap
kelompok. Pengelompokan ini menggunakan plastic shrink film yang
dilakukan oleh operator (manual). Produk yang sudah dikelompokkan
akan dimasukkan ke dalam mesin shrinking dengan suhu berkisar
36.5°-40°C supaya plastic shrink film menyusut sesuai dengan bentuk
produk. Setelah melalui proses shrinking produk kemudian
67
dimasukkan kedalam kardus untuk didistribusikan ke konsumen atau
partner perusahaan.
b. Produksi Minyak
PT. Kimia Farma Plant Semarang memproduksi dua jenis minyak, yaitu
edible oil dan non edible oil. Kedua jenis minyak tersebut diproduksi ketika
ada permintaan dari konsumen. Non edible oil biasanya digunakan untuk
bahan kosmetik seperti shampo, parfum, dan minyak rambut. Sedangkan
edible oil digunakan untuk campuran pangan seperti makanan ringan,
campuran susu, minyak goreng, mayones, dan sebagainya. Alur produksi
edible oil dan non edible oil memiliki kesamaan, namun menggunakan
mesin yang berbeda. Selain itu, proses pengolahan edible oil lebih ketat dan
harus memenuhi persyaratan HACCP serta HALAL. Dalam satu kali proses
(1 batch) kapasitasnya sebanyak 6000 kg dengan bahan baku berupa RB
atau minyak setengah jadi tidak melalui proses netralisasi dan
decolourisasi. Proses produksi edible oil dilakukan pada yellow area dan red
area. Pada ruangan yellow area petugas harus menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) lengkap, dilakukan pengecekan suhu, dan mencuci tangan
terlebih dahulu sebelum masuk pada area produksi. Adapun proses
pengolahan minyak sebelum diproduksi terlihat seperti gambar berikut :
68
Gambar 3. 45 Alur Proses Produksi Minyak
(Sumber : (Safitri, 2021))
69
Gambar 3. 46 Flowchart Proses Produksi Minyak
(Sumber : (Safitri, 2021))
70
Gambar 3. 47 Diagram Alir Proses Pengolahan RBD (Refind Bleached
Deodorize) Castor Oil
(Sumber : (Safitri, 2021))
1. Raw material, yaitu bahan baku datang dan dipilah terkait kondisi dan
kualitasnya. Bahan baku yang tidak memenuhi standart dan kualitas
yang diterapkan pada PT. Kimia Farma Plant Semarang akan
dikembalikan kepada pihak distributor, sedangkan bahan baku yang
memenuhi syarat akan disimpan di gudang terlebih dahulu. Bahan
baku masuk ke dalam industri dimuat dalam sebuah truck minyak.
2. Pengujian mutu bahan baku, yaitu proses pengecekan dan pelaksanaan
uji terkait kualitas bahan baku. Hal ini bertujuan untuk
mengelompokkan bahan baku sesuai dengan kandungan dan kualitas
yang dimiliki sebelum dilakukan proses produksi.
71
3. Pengisian tangki penampung, bertujuan untuk memindahkan minyak
dari truck menuju ruangan pengolahan minyak yang kemudian
dimasukkan ke dalam timbangan.
4. Penimbangan minyak, yaitu proses penimbangan untuk didapatkan
berat dari minyak terhadap tangki produksi. Berat minyak harus
sesuai, sehingga memiliki cakupan yang tepat ketika dimasukkan
kedalam tangki untuk diolah dan diproduksi.
5. Netralisasi, yaitu proses penetralan kandungan pada minyak. Perlu
diketahui bahwa bahan baku mengandung asam yang sangat tinggi,
hal ini menyebabkan minyak terlalu kental, sehingga dengan adanya
proses netralisasi ini diharapkan dapat memisahkan kandungan
minyak untuk didapatkan tekstur minyak yang cair. Proses netralisasi
menggunakan kandungan NaCl + garam atau menggunakan NaOH
dengan suhu kisaran 90°C yang dicampurkan merata dengan minyak.
Setelah tercampur merata, minyak di dalam tangki akan didiam kan
selam kurun waktu 2-3 jam.
6. Filtrasi I, yaitu proses penyaringan yang dilakukan untuk memisahkan
minyak dari material atau benda-benda yang ikut tercampur. Setelah
proses netralisasi, minyak ditampung di dalam sebuah tabung terlebih
dahulu yang kemudian akan di vacuum menuju tangki produksi
selanjutnya. Proses vacuum melalui perpipaan yang didalamnya
terdapat filter sebagai media penyaring dari kotoran.
7. Decolorisasi, yaitu proses pemucatan warna pada minyak. Perlu
diketahui bahwa bahan baku minyak memiliki warna kuning pekat
dikarenakan kandungan asam yang cukup tinggi. Proses pemucatan ini
hampir sama dengan proses netralisasi bedanya pada unsur yang
digunakan yakni memakai hydrogen. Hal ini bertujuan untuk
memucatkan warna dan mengurangi kandungan zat-zat lain dalam
minyak yang tidak diinginkan, seperti sabun, logam, fosfolipida,
senyawa-senyawa hasil oksidasi, dan senyawa poli aromatik.
8. Deodorisasi, yaitu proses penghilangan bau pada minyak. Bahan baku
minyak memiliki bau yang sangat menyengat, hal ini tentunya bisa
72
merugikan konsumen apabila tidak dinetralisir. Proses penghilangan
bau menggunakan uap bertekanan tinggi yang dihasilkan dari boiler.
Proses deodorisasi ini dilakukan selama 6 jam dimana minyak di
dalam tangki disirkulasikan secara terus menerus sampai bau pada
minyak hilang dan penambahan asam sitrat untuk menjernihkan
minyak. Pemberian suhu panas juga berbeda-beda terhadap jenis
minyak yang diproduksi, untuk minyak jarak diperlukan suhu berkisar
90°C, sedangkan untuk minyak soya bean diperlukan suhu antara 40°-
60°C.
9. Cooling, yaitu proses pendinginan minyak. Proses pendinginan
dilakukan sebelum minyak diproduksi dan waktu pendinginan yang
cukup lama. Media pendingin (coller) menggunakan air yang dipasok
dari colling tower. Proses pendinginan dilakukan selama 8 jam untuk
didapatkan suhu yang diinginkan.
10. Filtrasi II, yaitu, proses penyaringan minyak dari tangki pendingin
untuk disalurkan menuju ruang produksi. Proses penyaringan
menggunakan mesin filter dengan media penyaring menggunakan
kain.
3.2.2 Perawatan
73
dilakukan overhoul ataupun breakdown mesin. Jadwal pelaksanaan maintenance
dilakukan per minggu, per bulan ataupun per tahun berdasarkan waktu
pemakaian dan dimensi alat. Berikut merupakan jadwal penggantian komponen
untuk dilakukan pemeliharaan terhadap periode pelaksanaannya, sebagai
berikut:
Tabel 3. 2 Pemeliharaan AC
74
Tabel 3. 3 Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Non-Edible dan Penunjang
75
Mesin Las Platinum 12 bulan
Mesin Las Listrik Portabel 12 bulan
Mesin Forklift 3 bulan
76
Tabel 3. 5 Pemeliharaan Alat Produksi Kosmetik
77
Tabel 3. 6 Pemeliharaan Civil Lingkungan
78
industri. Departemen produksi kosmetik merupakan ruangan dengan space
terbatas yang tidak sebanding dengan jumlah operator yang bekerja.
Banyaknya operator menjadikan padatnya mobilisasi dan kurang leluasanya
proses produksi, hal ini menjadi point utama pihak industri ingin melakukan
pengurangan man power.
79
model seluncuran yang terdapat lubang sebagai pembaca apakah container
posisi terbalik atau tidak. Ide didapatkan dari gagasan asisten manager yang
dipaparkan ketika presentasi alternatif desain yakni pada hari kedua minggu
ketiga tanggal 22 November 2022. Pihak perusahaan menekankan segala ide
dan alat improvement harus memiliki fungsi utama untuk mengurangi man
power.
80
BAB 4
HASIL KONSENTRASI MAGANG
PT. Kimia Farma Plant Semarang merupakan industri yang bergerak pada
bidang produksi kosmetik dan pengolahan minyak jarak (edible dan non-edible)
yang sudah bersertifikasi HALAL dan tentunya mengedepankan kualitas produk
yang memenuhi persyaratan kualitas sistem manajemen mutu ISO 9001. PT.
Kimia Farma Plant Semarang berkomitmen untuk selalu meningkatkan kualitas
dan kuantitas melalui beberapa cara, yang pertama adalah penggunaan mesin dan
peralatan penunjang produksi yang sesuai standart dan mengikuti perkembangan
teknologi terkini. Kemudian yang kedua adalah penggunaan bahan baku yang
berkualitas dan yang ketiga adalah peningkatan efektifitas dan efisiensi dalam
penerapan metode pengolahan dan proses produksi.
81
dimasing-masing proses. Hal ini terjadi karena mesin labeling sticker mengalami
kecacatan ketika dioperasikan, sehingga pihak industri memutuskan untuk
menggunakan man power sebagai pengganti mesin labeling sticker sampai mesin
labeling sticker diperbaiki dan dapat digunakan kembali. Proses terakhir yaitu
shrinking adalah proses penyusutan plastis kemasan pada container yang
dilakukan menggunakan mesin shrink tunel. Perlu diketahui bahwa produk yang
sudah jadi dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan jumlah 6 produk
per kelompok.
82
efek ataupun dampak dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas produk.
Fishbone diagram dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang signifikan
serta memberi efek terhadap sebuah even. Fishbone diagram terdiri dari man
(manusia), machine (mesin), method (metode), material (bahan), measurement
(pengukuran) dan environment (lingkungan). Kualitas produk kosmetik yang
dihasilkan pada departemen produksi kosmetik di PT. Kimia Farma Plant
Semarang tentunya disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :
83
kerusakan, sehingga tidak ada tindakan preventif yang dilakukan untuk
meminimalkan terjadinya kerusakan berlebih.
c. Method (metode), yaitu penjelasan mengenai proses, prosedur dan
peraturan spesifik bagaimana produk itu dibuat. Seperti yang telah
dijelaskan pada paragraf sebelumnya, terdapat beberapa proses yang perlu
dilakukan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku di
perusahaan atau industri. Semua proses saling berkaitan satu sama lain,
jika ada satu proses yang dihilangkan maka produk tidak akan bisa
memiliki kualitas yang baik. Tentunya setiap proses harus dilaksanakan
dan dijalankan sesuai prosedur dan aturan yang telah ditetapkan industri.
d. Material (bahan), yakni semua komponen yang dibutuhkan selama proses
produksi berlangsung, bisa meliputi bahan dasar, raw material, barang
pendukung bagi operator, pena, buku dan lain sebagainya. Semua lini
harus saling membantu dan berkolaborasi sehingga proses produksi dapat
berjalan dengan semestinya. Setiap man power yang bekerja baik itu
operator ataupun supervisor departemen kosmetik memerlukan support
alat sebagai penunjang berhasilnya pekerjaan. Seperti halnya operator
yang membutuhkan sarung tangan untuk menjaga kualitas produk ketika
bersentuhan dengan tangan, supervisor yang membutuhkan pena dan buku
sebagai catatan terkait perkembangan dan kendala yang dialami selama
proses produksi, ruang pengemasan yang membutuhkan AC untuk
mendinginkan ruangan demi menjaga kualitas produk dan lain sebagainya.
e. Measurement (pengukuran), yaitu sebuah cara pengambilan data dari
proses yang dipakai untuk menentukan kualitas proses produksi.
Parameter pengecekan raw material powder di PT. Kimia Farma Plant
Semarang menggunakan parameter pengecekan bidang farmasi pada
departemen quality control yang meliputi pengecekan kualitas powder,
pengecekan kadar kandungan, dan susut pengeringan. Selain itu, bentuk
dan kebersihan kemasan juga menjadi salah satu faktor baik tidaknya
kualitas produk. Sebelum produk dimasukkan kedalam kardus untuk
didistribusikan, seringkali dilakukan pengecekan apakah terdapat
84
kecacatan atau kerusakan pada kemasan. Sehingga dapat disimpulkan
terdapat 2 faktor pengukuran, yakni kualitas powder dan kualitas kemasan.
f. Environment (lingkungan), yakni kondisi di sekitar tempat kerja, seperti
suhu udara, tingkat kebisingan, kelembaban udara, dan lain sebagainya.
Perlu diketahui bahwa ruang pengemasan harus mempunyai suhu yang
dingin untuk menjaga kemasan dan menjaga kualitas powder, sehingga
dipasang sekitar 7-8 unit AC yang berfungsi untuk mendinginkan ruangan.
85
“Perancangan Alat Pembalik Container Menggunakan Motor DC Guna
Mengurangi Man Power di PT. Kimia Farma Plant Semarang” dengan tujuan
mengurangi operator dan proses pembalikan yang lebih smooth.
4.3 Pembahasan
Teori alternatif desain atau design thinking, adalah bentuk gagasan dari
sudut pandang seorang desainer guna mengatasi masalah yang sedang
dihadapi menggunakan model pendekatan dengan human oriented
86
(Glinski, 2012). Sedangkan, argument lain berkata bahwa design thinking
adalah kecakapan berpikir suatu desain yang dapat dilihat berdasarkan
pada model-model kreasi barunya, hal ini disebabkan pada proses desain
lebih menegaskan pada posibilitas, aktivitas sebuah persepsi dan kegiatan
praktek (Bono, 2000).
Tahapan pelaksanaan design thinking sebagaimana dikemukakan oleh
(Kelley & Brown, 2018) yaitu: empathize, define, ideate, prototype, dan
test.
- Empathize, merupakan kondisi ketika seorang design thinker sudah
mengetahui user atau pengguna yang akan dituju, maka perlu
mengetahui pengalaman, emosi, dan situasi dari si pengguna.
- Define, merupakan pandangan dan pemikiran design thinker
setelah mengerti kebutuhan pengguna, selanjutnya desainer perlu
menggambarkan sebuah ide atau pandangan user yang akan
menjadi dasar dari produk atau aplikasi yang akan dibuat.
- Ideate, merupakan kegiatan desainer yang bertujuan
menggambarkan ide dengan kebutuhan yang ada perihal solusi
yang dibutuhkan.
- Prototype, merupakan implementasi dari ide yang sudah
didapatkan dalam bentuk sebuah aplikasi maupun produk uji coba.
Hal ini dilakukan karena tujuan awal dari design thinking adalah
menciptakan produk nyata sesuai dengan keinginan dan scenario
pengguna.
- Test, yaitu pelaksanaan uji coba alat atau produk yang sudah dibuat
dengan pengguna. Hal ini dilakukan dengan tujuan didapatkannya
masukkan, saran atau kritik yang membangun untuk melakukan
perbaikan pada produk yang sudah ada dan sebagai patokan ketika
membuat produk baru yang lebih baik.
87
Metode lainnya adalah metode analitik, untuk melakukannya diperlukan
suatu persamaan matematika yang merupakan model dari perilaku fisik.
Semakin rumit perilaku fisiknya (karena kerumitan bentuk geometri,
banyaknya interaksi beban, constrain, sifat material, dan lain-lain) maka
semakin sulit atau bahkan mustahil dibangun suatu model matematik yang
bisa mewakili permasalahan tersebut. Alternatif metodenya adalah dengan
cara membagi kasus tadi menjadi bagian-bagian kecil yang sederhana
yang mana pada bagian kecil tersebut kita bisa membangun model
matematik dengan lebih sederhana. Kemudian interaksi antar bagian kecil
tersebut ditentukan berdasarkan fenomena fisik yang akan diselesaikan.
Metode ini dikenal sebagi metode elemen hingga, karena kita membagi
permasalahan menjadi sejumlah elemen tertentu (finite) untuk mewakili
permasalah yang sebenarnya jumlah elemennya adalah tidak berhingga
(kontinum).
Menurut sumber website (infimech, 2019), finite element analysis
(FEA) adalah suatu cara atau metode numeris untuk mendapatkan
penyelesaian dari persamaan diferensial maupun persamaan integral.
Penyelesaian persamaan diferensial didasarkan pada penyederhanaan
persamaan diferensial yang kompleks dan banyak menjadi persamaan
diferensial biasa, kemudian diselesaikan dengan mengintegralkan secara
numeris dengan menggunakan metode Euler atau Runge-Kutta. Dalam
FEA, obyek baik berupa luasan (2D) maupun volume (3D) dipecah
menjadi elemen kecil-kecil kemudian dengan memasukan nilai batasan
(biasanya pada permukaan) dan nilai awal (sebagai trial and error) pada
rumus-rumus yang ada (misalnya persamaan diferensial). Perhitungan
seperti itu dilakukan berulang-ulang (iterasi) sehingga diperoleh hasil yang
tepat (masuk toleransi). Perhitungan ini bila dilakukan secara manual
akan sulit dan memerlukan waktu yang lama, namun dengan bantuan
sebuah komputer, perhitungan menjadi mudah dan cepat. Dengan
perkembangan computer yang pesat, maka bermunculan banyak software
FEA untuk membantu merancang suatu komponen dan sistem.
88
Gambar 4. 2 Skema Pelaksanaan Proyek Simulasi FEA
(Sumber : Dokumen Pribadi)
89
- Processing, yaitu proses pembuatan simulasi dimana user perlu
mendefinisikan persamaan yang akan digunakan pada simulasi,
serta user perlu mendefinisikan kondisi batas (boundary condition)
yang sesuai dengan kondisi aslinya. Karena model simulasi
merupakan kondisi ideal, sehingga terdapat variable yang
diasumsikan ideal.
- Post-Processing, merupakan tahap akhir dari proses simulasi. Pada
tahap ini biasanya berisi tentang: tegangan, deformasi dan von
mises.
𝑃𝑂𝑢𝑡
𝑇=
𝜔
Dimana :
T = Torsi Motor DC
𝑃𝑂𝑢𝑡 = Daya Keluaran Motor DC
𝜔 = Omega
90
Dari rumus diatas dapat dijabarkan lagi bahwa
𝑃𝑂𝑢𝑡 = 𝐸𝑎. 𝐼𝑎
Dan
2𝜋𝑁
𝜔=
60
Dimana :
Ea = Tegangan Motor
Ia = Arus Motor
N = Kecepatan Motor
- Perhitungan Poros
𝑃𝑂𝑢𝑡
𝑇=
2𝜋𝑁⁄
60
- Perhitungan Bearing
91
(Sumber : (Deutschman, 1975))
𝑇𝑓 . 𝑛 𝑓. 𝐹𝑟 . 𝑑. 𝑛
𝑓𝐻𝑃 = =
63025 126050
Dimana :
𝑓𝐻𝑃 = Daya yang hilang karena gesekan (𝐻𝑝)
𝑇𝑓 = Torsi akibat gesekan (lbf.in)
𝐹𝑟 = Gaya radial pada bearing (lbf)
𝑓 = Koefisien gesek bearing (tabel 4.1)
𝑑 = Diameter lubang bearing
𝑛 = Putaran poros (rpm)
Selain itu, perlu diprediksi juga umur dari bearing itu sendiri.
Apabila diberikan asumsi putaran bearing adalah konstan, maka
prediksi umur bearing (dinyatakan dalam jam) dapat ditulis dengan
persamaan sebagai berikut :
92
𝐶 𝑏 106
𝐿10ℎ = ( ) 𝑥
𝑃 60. 𝑛
Dimana :
𝐿10ℎ = Umur bearing (jam kerja)
𝐶 = Beban dinamis (lbf)
𝑃 = Beban Eqivalen (lbf)
𝑏 = Konstanta tipe beban
𝑛 = Putaran poros (rpm)
93
Tabel 4. 4 Faktor X dan Y
94
Tabel 4. 6 Tabel Roll Bearing 2
95
fluks magnet dengan arah dari kutub utara ke kutub selatan, sedangkan
kumparan jangkar menghasilkan fluks magnetik yang melingkar. Motor
arus searah bekerja berdasarkan arus searah yang mengalir
melalui penghantar listrik yang ditempatkan pada suatu medan magnet.
Gaya gerak listrik timbul pada penghantar listrik tersebut dan
menghasilkan torsi yang mengakibatkan terjadinya rotasi secara mekanik.
Terjadinya rotasi kemudian membuat motor arus searah dapat berputar,
(Irawati, 2020).
96
Daya Keluaran : 40 W
Torque : 136
Speed : 3000 rpm
Weight : 2.5 Kg
(Sumber : https://id.aliexpress.com/item/32835124647.html)
97
f. Factor Of Safety
𝜎𝑡 𝑚𝑎𝑥
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 =
𝑣
Dimana
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 = Tegangan yang diijinkan
𝜎𝑡 𝑚𝑎𝑥 = Tegangan Tarik maksimum
𝑣 = Angka keamanan (tabel 4.8)
98
4.3.2 Proses Perancangan Pembalik Container
a. Pembuatan Desain
(1) (2)
99
fungsikan seperti gerak katup membuka dan menutup, sedangkan alternatif
desain 2 menggunakan plat-plat yang disusun melingkar pada roller yang
dimodel fungsikan seperti kincir air. Karena terdapat perbedaan tersebut,
alternatif desain 1 dan alternatif desain 2 memiliki keunggulan dan
kelemahan yang berbeda jika ditinjau dari plat pembalik container-nya.
(1) (2)
Gambar 4. 6 Bentuk Plat Pembalik Container
(Sumber : Dokumen Pribadi)
100
Alternatif desain 2 yang dimodel fungsikan kincir air memiliki
keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya sendiri adalah
pentransmisian container dari conveyor filling menuju conveyor
pengemasan dapat dilakukan dengan smooth dikarenakan plat-plat yang
tersusun pada roller membentuk sirip yang menjaga kondisi container
tetap aman dan ditransmikian dengan cara diluncurkan, sehingga
meminimalkan cover outer pada container terbuka. Sedangkan, untuk
kelemahannya sendiri adalah berat konstruksi yang besar dan kerangka
yang cukup rumit. Hal tersebut dikarenakan desain dibuat tanpa
mempertimbangkan ukuran dan bentuk ruangan, sehingga membuat
alternatif desain 2 ini sulit untuk dibuat.
b. Pemilihan Material
Stainless steel atau baja tahan karat adalah baja paduan yang memiliki
sifat ketahanan terhadap pengaruh oksidasi dan korosi (karat). Stainless
steel merupakan logam paduan dari beberapa unsur logam yang dipadukan
dengan komposisi tertentu yang secara luas digunakan dalam industri
kimia, makanan dan minuman, industri yang berhubungan dengan air laut
dan semua industri yang memerlukan ketahanan korosi (Raharjo, 2015).
101
yang sangat tipis. Lapisan ini kedap dan kuat sehingga berfungsi sebagai
pelindung permukaan logam di bawahnya, lapisan tersebut akan mencegah
proses korosi (karat) berkelanjutan. Lapisan ini dapat dikatakan permanen,
karena jika lapisan tersebut rusak misalkan akibat goresan, maka akan
segera terbentuk lapisan Cr-oksida yang baru.
Stainless steel sheet type 304L atau baja tahan karat 304L, juga
dikenal sebagai baja tahan karat ultra-rendah karbon, adalah sejenis
bahan baja tahan karat universal, banyak digunakan dalam produksi
peralatan dan suku cadang yang membutuhkan sifat komprehensif
yang baik (ketahanan korosi dan sifat mampu bentuk). Stainless steel
sheet type 304L merupakan kelas baja yang termasuk paling hemat
biaya. Hal ini menjadikan harga lembaran baja tahan karat 304L lebih
rendah dibandingkan dengan baja tahan karat kelas lain dan semua
produk logam pada umumnya. Ada berbagai versi bahan dengan
kandungan karbon rendah dan karbon tinggi. Versi karbon rendah,
lembaran 304L sangat baik untuk aplikasi pengelasan karena memiliki
presipitasi karbida yang lebih sedikit dan korosi lokal yang lebih
sedikit.
102
(Sumber : https://www.hhanmetal.com/304L-Stainless-Steel-Sheet.html)
Stainless steel angle bar merupakan salah satu material yang biasa
disebut stainless steel siku. Material ini sering dipakai untuk kontruksi
dikarenakan memiliki kekuatan yang cukup kuat untuk menahan
beban berlebih. Stainless steel siku adalah baja struktural karbon yang
digunakan untuk konstruksi dengan bentuk baja yang sederhana.
Dalam penggunaannya, diperlukan kemampuan las yang baik, kinerja
deformasi plastik, dan kekuatan mekanik tertentu. Bahan baku yang
digunakan untuk memproduksi stainless steel siku ini adalah billet
persegi rendah karbon. Stainless steel siku yang sudah jadi dikirimkan
dalam keadaan hot rolling forming, normalizing atau hot rolling state.
103
Tabel 4. 11 Komposisi Stainless Steel Angle Bar AISI 304
(Sumber : https://www.hhanmetal.com/product-item-21.html)
Pipa stainless steel 304 terbuat dari baja tahan karat austenit yang
memiliki komposisi 18% kromium dan 8% nikel. Hal tersebut
menjadikan pipa stainless steel termasuk grade yang paling banyak
digunakan dari semua baja tahan karat di dunia. Tabungnya kuat,
tahan korosi, ringan dan memiliki aplikasi di berbagai industri.
104
kekuatan luluh minimum 205MPa dan kekuatan tarik minimum
515MPa. Pada umumnya pipa stainless steel 304 diaplikasikan
sebagai baja tahan panas yang digunakan pada peralatan makanan,
peralatan kimia umum, peralatan industri energi atom.
Harga pipa baja tahan karat 304 lebih rendah dibandingkan baja
tahan karat kelas lain dan semua produk logam pada umumnya.
Terdapat berbagai versi bahan dengan kandungan karbon rendah dan
tinggi. Spesifikasi pipa dan strip stainless steel UNS S30400
bervariasi dan aplikasinya berbeda tergantung versi material yang
digunakan. Versi rendah karbon, pipa 304L sangat baik untuk aplikasi
pengelasan karena memiliki presipitasi karbida dan korosi lokal yang
lebih sedikit. Ketebalan pipa ASME SA240 stainless steel 304
berkisar hingga 200mm dan lebar serta panjangnya berkisar secara
luas tergantung pada persyaratan aplikasi juga.
(Sumber : https://www.hhanmetal.com/304-Stainless-Steel-Pipe.html)
105
Gambar 4. 9 Stainless Steel 304 Tube
(Sumber : https://www.hhanmetal.com/304-Stainless-Steel-Pipe.html)
106
Setelah dilakukan analisis terkait pengujian stress dan displacement
menggunakan solidwork, dilakukan simulasi pembebanan pada permukaan
plat pembalik yaitu 60 gram. Pembebanan diasumsikan berat container
dengan powder didalamnya berkisar antara 56,6 – 60 gram. Terlihat
seperti gambar, bahwasanya yield strength yang didapatkan adalah
206,807 dengan warna biru yang menandakan masih diangka aman. Hal
ini disebabkan material yang digunakan memiliki spesifikasi yang kuat
dibandingkan beban yang ditampung.
107
Gambar 4. 14 Safety Factor Pada Stainless Steel Angle Bar
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Dapat terlihat pada gambar 4.14 safety factor atau angka keamanan
yang didapatkan oleh stainless steel angle bar dengan pembebanan 2kg
adalah minimal 2018,807. Hal ini berarti bahwa rancangan ini aman untuk
digunakan menurut (Khurmi & Gupta, 2005).
108
Gambar 4. 16 Displacement Pada Dudukan Motor
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Dapat terlihat pada gambar 4.17 safety factor atau angka keamanan
yang didapatkan oleh dudukan motor dengan pembebanan 2kg adalah
minimal 2018,807. Hal ini berarti bahwa rancangan ini aman untuk
digunakan (Khurmi & Gupta, 2005). Selain itu, ditentukan hasil dari
rumus tegangan yang diijinkan adalah sebagai berikut :
515 𝑘𝑔
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 = = 42,916 𝑀𝑃𝑎 = 437,621 ⁄𝑐𝑚2
12
109
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
110
maka dibutuhkan tambahan komponen elektro pneumatic yakni stopper
dari air cylinder dan photoelectric sensor.
b. Semua aktivitas yang dilakukan di PT. Kimia Farma Plant Semarang
harus mematuhi peraturan yang telah ditetapkan untuk meminimalisir
kecelakaan kerja. Alat Pelindung Diri (APD) harus selalu diperhatikan
oleh setiap pihak terkhusus operator bagian produksi kosmetik, operator
bagian produksi minyak dan karyawan maintenance, dikarenakan
banyaknya potensi bahaya yang dihadapi dalam bekerja setiap harinya.
111
DAFTAR PUSTAKA
Bono, E. D. (2000). New Thinking For The New Millenium Entertainment. New
Millenium Entertainment , California.
112
Kalpakjian, S. d. (2009). Manufacturing Engineering and Technology. New York:
Pentice Hall.
Khurmi, R., & Gupta, J. (2005). A Textbook of Machine Design. New Delhi: Eurasia
Publishing House (PVT.) LTD.
Sularso, & Kiyokatsu, S. (1987). Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin.
Jakarta: Pradnya Paramita.
113
LAMPIRAN
114
Lampiran 2 Surat Tugas Dosen Pembimbing
115
Lampiran 4 Surat Keterangan Improvement
116
117
118