Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341568589

PERAN PEMBELAJARAN BAHASA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA


SEKOLAH DASAR Harlina 1) Ratu Wardarita 2) Sekolah Dasar Negeri I Supat,
Sekayu 2)

Article · April 2020

CITATIONS
READS
4
876

1 author:

Ratu Wardarita
Universitas PGRI Palembang
27 PUBLICATIONS 47 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ratu Wardarita on 22 May 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Bindo Sastra 4 (1) (2020): 63-68 63

PERAN PEMBELAJARAN BAHASA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER


SISWA SEKOLAH DASAR

Harlina1) Ratu Wardarita2)

Sekolah Dasar Negeri I Supat, Sekayu


1)

2)
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas PGRI Palembang, Indonesia
1)
lina59118@gmail.com
2)
ratuwardarita@yahoo.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peran pembelajaran bahasa dalam pembentukan karakter
para siswa sekolah dasar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi para guru
sekolah dasar, khususnya guru kelas rendah untuk menjadikan bahasa sebagai salah satu sarana
pembentukan karakter anak. Penelitian ini merupakan kajian teoretis dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran bahasa di sekolah dasar
khususnya di kelas rendah, sangat berperan besar dalam pembentukan karakter anak, seperti karakter
ramah, sopan santun, percaya diri, menghargai orang lain, nasionalisme, dan saling menghormati, baik
itu melalui bahasa ibu maupun bahasa Indonesia selaku bahasa nasional. Pembentukan karakter dalam
pembelajaran bahasa pada siswa sekolah dasar kelas rendah tersebut tidak hanya melalui materi ajar,
model pembelajaran, dan penilaian otentik, tetapi juga melalui contoh perilaku dari guru, pembiasaan, dan
suasana belajar yang aktif, kreatif, menarik, dan menyenangkan.

Kata kunci: pembelajaran bahasa, pembentukan karakter, siswa sekolah dasar

Abstract
The purpose of this study is to describe the role of language learning in character building for elementary
school students. The results of this study are expected to provide a reference for elementary school
teachers, unusually low-grade teachers, to make language a means of shaping children's character. This
research is a theoretical study using qualitative descriptive methods. The results showed that language
learning in primary schools, especially in low grades, played a significant role in shaping the character
of children, such as friendly characters, good manners, self-confidence, respect for others, nationalism,
and mutual respect, both through mother tongue and Indonesian as a national language. The formation
of characters in language learning in low-grade elementary school students is not only through teaching
materials, learning models, and authentic assessments, but also through examples of teacher behavior,
habituation, and an atmosphere of learning that is active, creative, interesting, and fun.
Keywords: language learning, character building, elementary school students

©Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UM Palembang

Pendahuluan pendidikan seseorang. Penggunaan bahasa


Pembelajaran bahasa memiliki peran yang lemah lembut, sopan santun,
yang sangat penting, bukan hanya untuk sistematis, teratur, jelas, dan lugas itu
membina keterampilan komunikasi mencerminkan pribadi penuturnya yang
melainkan juga untuk kepentingan berpendidikan dan memiliki pribadi yang
penguasaan ilmu pengetahuan. Melalui baik. Sebaliknya, melalui penggunaan
bahasalah manusia belajar berbagai macam bahasa yang kasar, menghujat, mencaci-
ilmu pengetahuan di dunia. Oleh karena itu, maki, menghina, itu mencerminkan pribadi
sudah selayaknya pembelajaran bahasa di yang tidak berpendidikan dan tidak berbudi.
sekolah dilaksanakan dengan sebaik- Bahasa sudah dikenal siswa sejak
baiknya, karena bahasa merupakan dari lingkungan keluarga, lingkungan
cerminan pribadi, karakter, bahkan sekolah dan lingkungan masyarakat. Semua

Available online at:


http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index
64 Harlina & Ratu, Peran Pembelajaran Bahasa…

ini disebut dengan lingkungan pendidikan Begitupun pendidikan berbahasa,


bahasa (Astuti, 2015:332). Lingkungan kemunduran nilai karakter siswa dalam
pendidikan bahasa memiliki pengaruh besar menggunakan bahasa pun terus menurun,
dalam pendidikan anak. Proses pendidikan ini terlihat dari semakin jarangnya kita
bahasa akan berlangsung dengan mendengar kata terima kasih, maaf, atau
lingkungan tertentu yang berhubungan pun permisi yang merupakan salah satu ciri
dengan ruang dan waktu. Oleh sebab itu, dari kesantunan berbahasa, bahkan tidak
lingkungan pendidikan bahasa harus jarang kita mendengar kata-kata vulgar
diciptakan seefektif dan semenarik yang diucapkan siswa. Mengapa hal ini
mungkin, terlebih harus mampu dapat terjadi?
memberikan kontribusi lebih untuk Menurut Furqon (dikutip Astuti,
perkembangan karakter siswa. 2015:332) bahwa terjadinya kemunduran
Sekolah Dasar (selanjutnya disingkat nilai karakter disebabkan oleh dua faktor.
SD) selaku salah satu lingkungan Pertama, selama puluhan tahun sistem
pendidikan bahasapun memiliki peran yang pendidikan di Indonesia kurang
sangat penting dalam membentuk karakter menekankan pada pembentukan nilai-nilai
dan pengetahuan anak. Pembelajaran karakter, namun lebih menekankan pada
bahasa di SD diarahkan untuk pengembangan ranah kognitif saja. Kedua,
meningkatkan pengetahuan dan karakter Kondisi lingkungan yang kurang
siswa, karena bahasa merupakan penunjang mendukung untuk pembangunan karakter
keberhasilan dalam mempelajari semua itu sendiri.
tema dalam setiap pembelajaran. Melalui Pendidikan bahasa merupakan salah
pembelajaran bahasa ini diharapkan mampu satu aspek yang dapat menentukan masa
membantu siswa mengenal dirinya, budaya depan bangsa. Seperti kata pepatah “Bahasa
dan budaya orang lain, sehingga siswa menunjukkan bangsa”. Begitu pentingnya
mampu menggunakan bahasa dengan baik, bahasa dalam kehidupan masyarakat,
santun bisa menghargai lawan bicaranya berbangsa dan bernegara sehingga,
ketika berada ditengah masyarakat, diperlukan suatu kebijakan yang
sekaligus membentuk karakter anak seperti berimplikasi pada pembinaan dan
ramah tamah, lemah lembur, nasionalisme, pembelajaran bahasa di sekolah, salah
menghargai orang lain, dan saling satunya adalah peran guru. Guru adalah
menghormati sejak dini. unsur manusiawi dalam pendidikan, karena
Namun, pada kenyataannya guru merupakan figur utama yang
pendidikan di Indonesia saat ini sedang menempati posisi dan memegang peranan
dihadapkan pada situasi yang kurang penting dalam pendidikan (Djamarah,
menguntungkan. Kondisi ini terjadi sejalan 2010:1). Peran guru dalam upaya
dengan semankin banyaknya kenyataan pembinaan dan pembelajaran bahasa
tentang lemahnya karakter bangsa memegang peranan yang sangat penting
Indonesia, yang selama ini sangat kuat dan karena gurulah yang menjadi figur teladan
teguh memegang sendi-sendi kehidupan bagi siswa, sebagaimana berbicara dengan
yang arif dan bijaksana (Abidin, 2013:43). baik sesuai karakter yang diharapkan. Agar
Bukti nyata lemahnya karakter bangsa ini tujuan pembelajaran bahasa dapat terwujud,
dapat kita saksikan di sekitar lingkungan maka diperlukan pengetahuan dan
kita seperti: budaya korupsi, nepotisme, pemahaman guru berkaitan dengan strategi
kolusi, hilangnya budaya malu, maraknya pembelajaran bahasa, yaitu pendekatan
ketidakjujuran, dan pelemahan potensi anak pembelajaran yang menyeluruh, pendekatan
bangsa oleh pemimpin kita sendiri. Hal ini proses, dan pendekatan komunikatif. Oleh
dapat dilihat melalui kebijakan-kebijakan karena itu, peneliti perlu mengaji peran
yang tidak berpihak pada rakyat ataupun pembelajaran bahasa di sekolah dasar,
perilaku mereka yang tidak sesuai dengan khususnya kelas rendah dalam membentuk
nilai-nilai luhur budaya bangsa yang karakter para peserta didik.
semakin sering kita saksikan.

Available online at:


http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index
Jurnal Bindo Sastra 4 (1) (2020): 63-68 65

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam nilai-nilai karakter. Oleh karena itu,
penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. dalam pendidikan karakter juga harus
Teknik pengumpulan data yang digunakan disertai emosi, sehingga benar-benar
berupa teknik dokumentasi, yaitu data yang tumbuh kesadaran dari dalam diri siswa
berupa buku, catatan, transkrip, surat kabar, untuk melakukan nilai-nilai kebaikan
majalah, jurnal, dan lain-lain. Teknik tersebut. Adapun menurut Mulyasa
analisis data menggunakan deskriptif (2018:9), terdapat sembilan pilar karakter
analitis melalui kajian teoretis dan mulia yang bisa menjadi acuan dalam
serangkaian data pikir logis yang dapat pendidikan karakter baik di sekolah
dipakai untuk mengonstruksi sejumlah maupun di masyarakat di antaranya: cinta
konsep menjadi proposisi, postulat, Allah dan kebenaran, tanggung jawab,
aksioma, asumsi, untuk mengonstruksinya disiplin dan mandiri, amanah, hormat dan
menjadi teori. santun, kasih sayang, peduli dan kerja
sama, percaya diri, kreatif dan pantang
menyerah, adil dan berjiwa kepemimpinan,
Hasil dan Pembahasan
baik dan rendah hati, toleran dan cinta
Hakikat Pendidikan Karakter
damai.
Pendidikan karakter memiliki makna
lebih tinggi dari pendidikan moral karena
Pembelajaran Bahasa untuk Pendidikan
pendidikan karakter tidak hanya berkaitan
Karakter
dengan benar salah, tetapi bagaimana
Hubungan pendidikan karakter
menanamkan kebiasaan tentang hal-hal
dengan pembelajaran bahasa itu sama
yang baik dalam kehidupan, sehingga siswa
pentingnya karena keduanya memiliki
memiliki kesadaran dan pemahaman yang
keterikatan satu sama lain (Sulistiyowati,
tinggi serta komitmen yang tinggi untuk
2013:317). Berbahasa adalah kegiatan
melaksanakan nilai-nilai kebaikan itu dalam
manusiawi, yakni kegiatan yang setiap saat
kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2018:3).
dilakukan oleh manusia dan hanya manusia
Wynne (dikutip Mulyasa, 2018:4)
yang mampu menggunakan bahasa dalam
mengemukakan bahwa karakter berasal dari
rangka mengembangkan dirinya,
bahasa Yunani “to mark” (menandai) dan
mengembangkan budayanya,
memfokuskan pada bagaimana menerapkan
mengembangkan peradaban dan mengubah
nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata
atau bahkan melestarikan lingkungan untuk
atau perilaku sehari-hari. Sejalan dengan
kepentingan lingkungan. Oleh karena itu,
pendapat tersebut, Dirjen Pendidikan
wajarlah jika manusia sangat memerlukan
Agama Islam, Kementrian Agama Republik
bahasa dalam rangka menunjukkan
Indonesia (2010) mengemukakan bahwa
eksistensi diri dalam menempuh hidup dan
karakter dapat iartikan sebagai totalitas ciri-
kehidupan, sekaligus sebagai citra diri dari
ciri pribadi yang melekat dan dapat
seorang penutur.
diidentifikasi pada perilaku individu yang
Menyikapi bahwa bahasa sebagai
bersifat unik, dalam arti secara khusus
cerminan diri seorang penutur, maka setiap
pribadi ini membedakan individunya
orang harus berhati-hati dalam berbicara
dengan yang lain. Dengan demikian, istilah
dan harus memahami benar cara terbaik
karakter berkaitan erat dengan personality
dalam menggunakan bahasa. Atas dasar
(kepribadian) seseorang, sehingga ia bisa
inilah kemudian muncul aturan-aturan atau
disebut sebagai orang yang berkarakter jika
pedoman berbahasa yang kemudian dikenal
perilakunya sesuai dengan etika dan kaidah
dengan istilah kesantunan berbahasa atau
masyarakat. Meskipun demikian, kebiasaan
etika berbahasa (Abidin, 2013:46). Untuk
berbuat baik tidak selalu menjamin
mencapai tujuan berkomunikasi dengan
seseorang yang telah terbiasa tersebut
lawan tutur secara wajar, maka kesantunan
secara sadar menghargai pentingnya nilai-
berbahasa dan etika berbahasa harus
nilai karakter. Hal ini boleh jadi perbuatan
digunakan secara integratif. Untuk
tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk
mencapai ini, maka seorang penutur
berbuat salah karena sesuatu hal, bukan
terlebih dahulu harus menguasai bahasa itu
karena tingginya penghargaan terhadap
sendiri karena penguasaan berbahasa akan
Available online at:
http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index
66 Harlina & Ratu, Peran Pembelajaran Bahasa…

mempengaruhi sikap mental seseorang berkarakter), sehingga lebih mudah untuk


dalam berbahasa. diprovokasi dalam perpecahan.
Sikap mental berbahasa inilah yang Berdasarkan kondisi ini, pendidikan
kemudian menjadi problematika berbahasa karakter sangat dibutuhkan dalam
Indonesia, khususnya dalam kehidupan pembelajaran bahasa agar siswa memiliki
sehari-hari. Pelanggaran berbahasa yang perilaku berbahasa yang baik sesuai dengan
sering kita temui adalah pelanggaran nilai-nilai luhur budaya bangsa. Menurut
norma-norma baku bahasa Indonesia, Abidin (2013:48) pendidikan karakter
apalagi untuk siswa tingkat sekolah dasar. dalam pembelajaran bahasa memiliki dua
Hal ini karena siswa jauh lebih memahami fungsi utama yakni membina karakter
bahasa ibu daripada bahasa Indonesia. secara umum dan membina karakter dalam
Pelanggaran norma berbahasa berbahasa.
sebagai wujud sikap negatif terhadap
bahasa Indonesia diperparah dengan Penerapan Pendidikan Karakter dalam
kenyataan bahwa sebagian besar penutur Pembelajaran Bahasa
bahasa Indonesia tidak lagi memiliki rasa Menurut Abidin (2013:59),
cinta dan bangga terhadap bahasa pendidikan karakter adalah pembelajaran
Indonesia. Para penutur yang demikian itu sendiri, maka pendidikan karakter dapat
akan menggunakan bahasa Indonesia secara diinternalisasikan ke dalam semua mata
tak acuh tanpa memperdulikan mutu dari pelajaran tanpa mengubah materi
bahasa itu sendiri. Bahkan mereka dengan pembelajaran yang sudah ditetapkan dalam
bangga mencampuradukkan bahasa kurikulum. Pada pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan bahasa-bahasa yang Indonesia di sekolah dasar, pendidikan
diciptakan oleh mereka sendiri, dan mereka karakter ini dapat diinternalisasikan ke
begitu bangga menggunakannya. Kondisi dalam setiap tema yang diajarkan, dengan
seperti inilah yang disebut Koentjoroningrat mengemas pembelajaran itu menjadi
(dikutip Abidin, 2013:44) sebagai sikap pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif,
mental negatif yang dimiliki sebagian besar dan menyenangkan.
anak bangsa, sehingga berakibat pada Upaya menyampaikan pendidikan
munculnya penyakit mental tuna harga diri karakter dalam setiap pembelajaran dapat
dan suka latah, yang banyak melekat pada dilakukan melalui: bahan ajar, model
penutur bahasa Indonesia sehingga menjadi pembelajaran, dan penilaian otentik.
problema bagi pengguna bahasa terutama Adapun nila-nilai karakter yang dapat
dalam hal kesantunan berbahasa. dikembangkan dalam pembelajaran bahasa
Padahal kesantunan adalah hal yang adalah: religius, jujur, disiplin, kerja keras,
sangat penting dalam kehidupan, sehingga kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu,
orang yang tidak santun dianggap sebagai semangat kebangsaan, menghargai prestasi,
orang yang tidak penting. Pendidikan bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
kesantunan sangat diperlukan, bahkan inti membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,
dari pendidikan adalah kesantunan itu dan tanggung jawab.
sendiri (Mustari, 2014:135). Dalam
kehidupan sehari-hari, seorang anak Pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar
diharapkan dapat membangun kerja sama Dalam Kurikulum 2013,
dalam hal apapun, membina hubungan yang pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
baik dengan orang-orang di sekitar mereka disampaikan secara terpadu dengan
tanpa memandang unsur SARA, namun pelajaran lain, yang dikemas dalam bentuk
semua itu tidak akan bisa dicapai tanpa tema. Pembelajaran tematik merupakan
adanya nilai kesantunan, terutama program pembelajaran yang berangkat dari
kesantunan berbahasa. Akan tetapi, pada satu tema/topik tertentu dan kemudian
kenyataannya kesantunan berbahasa ini dielaborasi dari berbagai aspek ditinjau dari
masih menjadi sebuah permasalahan, yang berbagai perspektif mata pelajaran yang
masih banyak anak bangsa yang biasa diajarkan di sekolah. Implementasi
menggunakan bahasa tidak sopan (tidak yang demikian mengacu pada pertimbangan

Available online at:


http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index
Jurnal Bindo Sastra 4 (1) (2020): 63-68 67
bahwa pembelajaran tematik sesuai dengan
perkembangan fisik dan psikis anak (Kadir, 2. Secara khusus, agar siswa memiliki
2015:1). kegemaran membaca dan menulis,
Pembelajaran bahasa di sekolah untuk meningkatkan kepribadian,
dasar, khususnya kelas rendah dapat mempertajam kepekaan, kepedulian,
dimulai dari bahasa ibu, agar lebih mudah menumbuhkan rasa percaya diri,
menyampaikan pesan kepada anak. Hal ini tanggung jawab, dan rasa cinta
karena bahasa merupakan penunjang terhadap bahasa Indonesia itu sendiri.
keberhasilan dalam mempelajari semua
mata pelajaran, membantu peserta didik Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (Kelas
mengenal dirinya, budayanya dan budaya Rendah)
orang lain. Seiring dengan perjalanan waktu Tingkatan kelas di SD dapat dibagi
baru kemudian secara perlahan-lahan guru menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas
menyampaikan pembelajaran dan tinggi. Kelas rendah terdiri atas kelas satu,
membiasakan siswa menggunakan bahasa dua dan tiga, sedangkan kelas tinggi terdiri
Indonesia. Siswa diharapkan mampu atas kelas empat, lima dan enam. Di
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik Indonesia rentang usia siswa SD kelas
dan benar dalam mengemukakan pendapat rendah antara 6--9 tahun. Siswa dengan
atau pesan ketika berpatisipasi dalam rentang usia ini termasuk dalam kelompok
masyarakat, baik secara lisan maupun tulis, anak usia dini. Masa usia ini merupakan
sekaligus dapat mengapresiaisi hasil karya masa yang pendek tetapi masa yang sangat
orang lain. Dengan demikian, siswa akan penting bagi usia seseorang. Menurut
tumbuh menjadi generasi yang memiliki Kusmaedi (dikutip Astuti, 2015:335) pada
karakter yang lemah lembut, ramah tamah, masa ini perkembangan sosial anak terjadi
sopan santun, percaya diri, dan lain-lain. dengan cepat, sikap anak mudah berubah-
Standar kompetensi mata pelajaran ubah dan cenderung egois, senang
Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi bertengkar, suka bermain dalam kelompok,
kemampuan minimal peserta didik yang dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
menggambarkan penguasaan pengetahuan, dan suka meniru apa saja yang ada di
keterampilan berbahasa, dan sikap positif sekitarnya.
terhadap bahasa dan sastra Indonesia Menurut Piaget (dikutip Semiawan,
(Nafi’ah, 2018:33). Standar kompetensi ini 2009:50) bahwa pada masa ini anak sudah
merupakan dasar bagi peserta didik untuk memasuki masa pemantapan intelektual,
memahami dan merespons situasi yang ada anak mulai haus akan ilmu pengetahuan.
di sekitar siswa, regional, nasional bahkan Meskipun cara berpikirkan masih bersifat
global, sehingga diharapkan siswa SD bisa holistik dan masih berada dalam tahap
memiliki karakter yang peduli terhadap operasional kongkret, tetapi ia sudah
orang-orang dan lingkungan sekitarnya. memiliki pengetahuan untuk memahami
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD sebab akibat. Di samping itu, anak juga
terdiri dari empat keterampilan, yaitu sudah mulai suka hidup dalam kelompok
menyimak, berbicara, membaca, dan teman sebaya, mulai mengerti hal-hal yang
menulis. Keempat aspek ini disampaikan cocok dan tidak cocok dengan dirinya,
secara seimbang dalam setiap tema, yang mulai mandiri dan gemar belajar. Masih
dikemas secara bersama dengan mata menurut Piaget (dikutip Syah, 2011:30),
pelajaran yang lain. Adapun tujuan anak yang berada dalam tahap operasional
pembelajaran bahasa Indonesia di SD kongkret memperoleh tambahan
terbagi dua yaitu sebagai berikut. kemampuan yang disebut system of
1. Secara umum, agar siswa mampu operations (satuan langkah berpikir) yang
menikmati dan memanfaatkan bahasa berguna bagi anak untuk mengordinasikan
dan karya sastra untuk pemikiran dan idenya dengan peristiwa
mengembangkan kepribadian, tertentu ke dalam pemikirannya sendiri
memperluas wawasan kehidupan, serta sehingga terbentuk sebuah perilaku atau
meningkatkan pengetahuan dan karakter dalam diri anak.
kemampuan berbahasa.

Available online at:


http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index
68 Harlina & Ratu, Peran Pembelajaran Bahasa…

Oleh karena itu, pada masa ini, Conny; Semiawan. (2009). Penerapan
semua potensi tumbuh-kembang anak harus Pembelajaran pada Anak. Jakarta: PT
diperhatikan agar bisa berkembang dengan Indeks.
baik, terutama dalam pembentukan karakter
karena pada usia inilah karakter itu akan Djamarah, Syaiful Bahri. (2010). Guru dan
lebih mudah ditanamkan ke dalam diri anak Anak Didik Dalam Intraksi Edukatif.
melalui teladan perilaku dari orang-orang Jakarta: Rineka Citra.
sekitar dan juga rangsangan berupa ilmu,
pemahaman, dan kebiasaan. Kadir, H. Abdul dan Hj. Hanun Asrorah
Berkaitan dengan itu, menurut (2015). Pembelajaran Tematik.
Makmur (dikutip Kusumayani, 2015:1), ada Jakarta: Rajagrafindo Persada.
beberapa hal yang harus diperhatikan
seorang guru/orang tua dalam Kusumayani, Sekar Purbaiti. (2015).
perkembangan anak SD kelas rendah, di Karakteristik Siswa Kelas Rendah
antaranya: mengembang- kan konsep- dan Pembelajarannya. Yogyakarta:
konsep yang perlu bagi kehidupan sehari- UNY.
hari, mengembangkan kata hati, moralitas,
dan nilai-nilai kebaikan yang ada di Mulyasa. (2018). Manajemen Pendidikan
masyarakat, mencapai kebebasan pribadi, Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
menumbuhkan sikap sosial.
Mustari, Mohamad. (2014). Nilai Karakter
Simpulan Refleksi untuk Penddikan. Jakarta:
Pembelajaran bahasa, terutama Raja Grapindo Persada.
bahasa Indonesia memiliki peran yang
sangat penting dalam pembentukan karakter Nafi’ah, Siti Anisatun. (2018). Model-
siswa. Oleh karena itu, pembelajaran Model Pembelajaran Bahasa
bahasa terutama di sekolah dasar khususnya Indonesia di SD/MI. Mojokerto: Ar-
pada siswa kelas rendah harus dilaksanakan rezz Merka.
secara aktif, inovatif, kreatif, menarik, dan
menyenangkan. Sulistiyowati, Eni. (2013) “Pendidikan
Pembentukan karakter dalam Karakter dalam Pembelajaran Bahasa
pembelajaran bahasa pada siswa SD kelas Indonesia”. Jurnal Edukasi
rendah tidak hanya melalui materi ajar, Penelitian Pendidikan Islam. 8 (2):
model pembelajaran, dan penilaian otentik, 317.
namun juga melalui contoh perilaku dari
guru, pembiasaan dan suasana belajar yang Syah, Muhibbin. (2011). Psikologi Belajar.
menyenangkan. Dengan demikian, Jakarta: Grapindo Persada.
diharapkan siswa dapat tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang berkarakter
seperti: ramah, sopan, percaya diri dan lain-
lain.

Daftar Pustaka

Abidin, Yusuf. (2013). Pembelajaran


Bahasa Berbasis Pendidikan
Karakter. Bandung: Refika Aditama.

Astuti, Tri. (2015).Peran Pembelajaran


Bahasa dalam Pembentukan Karakter.
Jurnal Edukasi. UNIB.

Available online at:


http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index

View publication

Anda mungkin juga menyukai