HarlinaRATU Bindosastra
HarlinaRATU Bindosastra
net/publication/341568589
CITATIONS
READS
4
876
1 author:
Ratu Wardarita
Universitas PGRI Palembang
27 PUBLICATIONS 47 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ratu Wardarita on 22 May 2020.
2)
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas PGRI Palembang, Indonesia
1)
lina59118@gmail.com
2)
ratuwardarita@yahoo.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peran pembelajaran bahasa dalam pembentukan karakter
para siswa sekolah dasar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi para guru
sekolah dasar, khususnya guru kelas rendah untuk menjadikan bahasa sebagai salah satu sarana
pembentukan karakter anak. Penelitian ini merupakan kajian teoretis dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran bahasa di sekolah dasar
khususnya di kelas rendah, sangat berperan besar dalam pembentukan karakter anak, seperti karakter
ramah, sopan santun, percaya diri, menghargai orang lain, nasionalisme, dan saling menghormati, baik
itu melalui bahasa ibu maupun bahasa Indonesia selaku bahasa nasional. Pembentukan karakter dalam
pembelajaran bahasa pada siswa sekolah dasar kelas rendah tersebut tidak hanya melalui materi ajar,
model pembelajaran, dan penilaian otentik, tetapi juga melalui contoh perilaku dari guru, pembiasaan, dan
suasana belajar yang aktif, kreatif, menarik, dan menyenangkan.
Abstract
The purpose of this study is to describe the role of language learning in character building for elementary
school students. The results of this study are expected to provide a reference for elementary school
teachers, unusually low-grade teachers, to make language a means of shaping children's character. This
research is a theoretical study using qualitative descriptive methods. The results showed that language
learning in primary schools, especially in low grades, played a significant role in shaping the character
of children, such as friendly characters, good manners, self-confidence, respect for others, nationalism,
and mutual respect, both through mother tongue and Indonesian as a national language. The formation
of characters in language learning in low-grade elementary school students is not only through teaching
materials, learning models, and authentic assessments, but also through examples of teacher behavior,
habituation, and an atmosphere of learning that is active, creative, interesting, and fun.
Keywords: language learning, character building, elementary school students
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam nilai-nilai karakter. Oleh karena itu,
penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. dalam pendidikan karakter juga harus
Teknik pengumpulan data yang digunakan disertai emosi, sehingga benar-benar
berupa teknik dokumentasi, yaitu data yang tumbuh kesadaran dari dalam diri siswa
berupa buku, catatan, transkrip, surat kabar, untuk melakukan nilai-nilai kebaikan
majalah, jurnal, dan lain-lain. Teknik tersebut. Adapun menurut Mulyasa
analisis data menggunakan deskriptif (2018:9), terdapat sembilan pilar karakter
analitis melalui kajian teoretis dan mulia yang bisa menjadi acuan dalam
serangkaian data pikir logis yang dapat pendidikan karakter baik di sekolah
dipakai untuk mengonstruksi sejumlah maupun di masyarakat di antaranya: cinta
konsep menjadi proposisi, postulat, Allah dan kebenaran, tanggung jawab,
aksioma, asumsi, untuk mengonstruksinya disiplin dan mandiri, amanah, hormat dan
menjadi teori. santun, kasih sayang, peduli dan kerja
sama, percaya diri, kreatif dan pantang
menyerah, adil dan berjiwa kepemimpinan,
Hasil dan Pembahasan
baik dan rendah hati, toleran dan cinta
Hakikat Pendidikan Karakter
damai.
Pendidikan karakter memiliki makna
lebih tinggi dari pendidikan moral karena
Pembelajaran Bahasa untuk Pendidikan
pendidikan karakter tidak hanya berkaitan
Karakter
dengan benar salah, tetapi bagaimana
Hubungan pendidikan karakter
menanamkan kebiasaan tentang hal-hal
dengan pembelajaran bahasa itu sama
yang baik dalam kehidupan, sehingga siswa
pentingnya karena keduanya memiliki
memiliki kesadaran dan pemahaman yang
keterikatan satu sama lain (Sulistiyowati,
tinggi serta komitmen yang tinggi untuk
2013:317). Berbahasa adalah kegiatan
melaksanakan nilai-nilai kebaikan itu dalam
manusiawi, yakni kegiatan yang setiap saat
kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2018:3).
dilakukan oleh manusia dan hanya manusia
Wynne (dikutip Mulyasa, 2018:4)
yang mampu menggunakan bahasa dalam
mengemukakan bahwa karakter berasal dari
rangka mengembangkan dirinya,
bahasa Yunani “to mark” (menandai) dan
mengembangkan budayanya,
memfokuskan pada bagaimana menerapkan
mengembangkan peradaban dan mengubah
nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata
atau bahkan melestarikan lingkungan untuk
atau perilaku sehari-hari. Sejalan dengan
kepentingan lingkungan. Oleh karena itu,
pendapat tersebut, Dirjen Pendidikan
wajarlah jika manusia sangat memerlukan
Agama Islam, Kementrian Agama Republik
bahasa dalam rangka menunjukkan
Indonesia (2010) mengemukakan bahwa
eksistensi diri dalam menempuh hidup dan
karakter dapat iartikan sebagai totalitas ciri-
kehidupan, sekaligus sebagai citra diri dari
ciri pribadi yang melekat dan dapat
seorang penutur.
diidentifikasi pada perilaku individu yang
Menyikapi bahwa bahasa sebagai
bersifat unik, dalam arti secara khusus
cerminan diri seorang penutur, maka setiap
pribadi ini membedakan individunya
orang harus berhati-hati dalam berbicara
dengan yang lain. Dengan demikian, istilah
dan harus memahami benar cara terbaik
karakter berkaitan erat dengan personality
dalam menggunakan bahasa. Atas dasar
(kepribadian) seseorang, sehingga ia bisa
inilah kemudian muncul aturan-aturan atau
disebut sebagai orang yang berkarakter jika
pedoman berbahasa yang kemudian dikenal
perilakunya sesuai dengan etika dan kaidah
dengan istilah kesantunan berbahasa atau
masyarakat. Meskipun demikian, kebiasaan
etika berbahasa (Abidin, 2013:46). Untuk
berbuat baik tidak selalu menjamin
mencapai tujuan berkomunikasi dengan
seseorang yang telah terbiasa tersebut
lawan tutur secara wajar, maka kesantunan
secara sadar menghargai pentingnya nilai-
berbahasa dan etika berbahasa harus
nilai karakter. Hal ini boleh jadi perbuatan
digunakan secara integratif. Untuk
tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk
mencapai ini, maka seorang penutur
berbuat salah karena sesuatu hal, bukan
terlebih dahulu harus menguasai bahasa itu
karena tingginya penghargaan terhadap
sendiri karena penguasaan berbahasa akan
Available online at:
http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index
66 Harlina & Ratu, Peran Pembelajaran Bahasa…
Oleh karena itu, pada masa ini, Conny; Semiawan. (2009). Penerapan
semua potensi tumbuh-kembang anak harus Pembelajaran pada Anak. Jakarta: PT
diperhatikan agar bisa berkembang dengan Indeks.
baik, terutama dalam pembentukan karakter
karena pada usia inilah karakter itu akan Djamarah, Syaiful Bahri. (2010). Guru dan
lebih mudah ditanamkan ke dalam diri anak Anak Didik Dalam Intraksi Edukatif.
melalui teladan perilaku dari orang-orang Jakarta: Rineka Citra.
sekitar dan juga rangsangan berupa ilmu,
pemahaman, dan kebiasaan. Kadir, H. Abdul dan Hj. Hanun Asrorah
Berkaitan dengan itu, menurut (2015). Pembelajaran Tematik.
Makmur (dikutip Kusumayani, 2015:1), ada Jakarta: Rajagrafindo Persada.
beberapa hal yang harus diperhatikan
seorang guru/orang tua dalam Kusumayani, Sekar Purbaiti. (2015).
perkembangan anak SD kelas rendah, di Karakteristik Siswa Kelas Rendah
antaranya: mengembang- kan konsep- dan Pembelajarannya. Yogyakarta:
konsep yang perlu bagi kehidupan sehari- UNY.
hari, mengembangkan kata hati, moralitas,
dan nilai-nilai kebaikan yang ada di Mulyasa. (2018). Manajemen Pendidikan
masyarakat, mencapai kebebasan pribadi, Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
menumbuhkan sikap sosial.
Mustari, Mohamad. (2014). Nilai Karakter
Simpulan Refleksi untuk Penddikan. Jakarta:
Pembelajaran bahasa, terutama Raja Grapindo Persada.
bahasa Indonesia memiliki peran yang
sangat penting dalam pembentukan karakter Nafi’ah, Siti Anisatun. (2018). Model-
siswa. Oleh karena itu, pembelajaran Model Pembelajaran Bahasa
bahasa terutama di sekolah dasar khususnya Indonesia di SD/MI. Mojokerto: Ar-
pada siswa kelas rendah harus dilaksanakan rezz Merka.
secara aktif, inovatif, kreatif, menarik, dan
menyenangkan. Sulistiyowati, Eni. (2013) “Pendidikan
Pembentukan karakter dalam Karakter dalam Pembelajaran Bahasa
pembelajaran bahasa pada siswa SD kelas Indonesia”. Jurnal Edukasi
rendah tidak hanya melalui materi ajar, Penelitian Pendidikan Islam. 8 (2):
model pembelajaran, dan penilaian otentik, 317.
namun juga melalui contoh perilaku dari
guru, pembiasaan dan suasana belajar yang Syah, Muhibbin. (2011). Psikologi Belajar.
menyenangkan. Dengan demikian, Jakarta: Grapindo Persada.
diharapkan siswa dapat tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang berkarakter
seperti: ramah, sopan, percaya diri dan lain-
lain.
Daftar Pustaka
View publication