Anda di halaman 1dari 22

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA


KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
NOMOR 178/KEP-DJPB/2020
TENTANG

PENGELOLAAN USAHA PEMBUDIDAYAAN


LOBSTER (Panulirus spp.) DAN KEPITING SOKA (Scylla spp.)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjaga keberadaan dan ketersediaan


populasi sumber daya Lobster (Panulirus spp.), dan Kepiting
(Scylla spp.), serta sebagai tindak lanjut Pasal 3, Pasal 4,
Pasal 5 ayat (1), dan Pasal 7 ayat (3) Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 12 /PERMEN-KP/2020
tentang Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.), Kepiting
(Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus spp.) di Wilayah
Negara Republik Indonesia perlu melakukan penetapan
Pengelolaan Usaha Pembudidayaan Lobster (Panulirus
spp.), dan Kepiting (Scylla spp.);
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur
Jenderal Perikanan Budidaya tentang Pengelolaan Usaha
Pembudidayaan Lobster (Panulirus spp.), dan Kepiting
(Scylla spp.);

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina
Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 200, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6411);
4. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun
2017 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 63
Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
5);
5. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);
6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 7/PERMEN-KP/2018 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 317);
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
12/PERMEN-KP/2020 tentang Pengelolaan Lobster
(Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan
(Portunus spp.) di Wilayah Negara Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
TENTANG PENGELOLAAN USAHA PEMBUDIDAYAAN
LOBSTER (Panulirus spp.) DAN KEPITING SOKA (Scylla spp.),
KESATU : Menetapkan Pengelolaan Usaha Pembudidayaan Lobster
(Panulirus spp.), dan Kepiting (Scylla spp.) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini meliputi tata
cara:
a. Penerbitan Surat Penetapan Pembudidaya Lobster
(Panulirus spp.) dan Kepiting Soka (Scylla spp.),
b. Penerbitan Surat Persetujuan Budidaya Lobster (Panulirus
spp.) Diluar Sumber Benih,
c. Penerbitan Berita Acara Pelepasliaran Lobster (Panulirus
spp.) dan
d. Penerbitan Surat Keterangan Telah Melakukan Budidaya
Lobster (Panulirus spp.).
KEDUA : Daftar formulir sebagaimana dimaksud diktum KESATU,
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Mei 2020

DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA,


ttd.
SLAMET SOEBJAKTO
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN
BUDIDAYA
NOMOR 178/KEP-DJPB/2020
TENTANG PENGELOLAAN USAHA
PEMBUDIDAYAAN LOBSTER (Panulirus spp.) DAN
KEPITING SOKA (Scylla spp.)

BAB I
KETENTUAN UMUM

Dalam Keputusan Direktur Jenderal ini, yang dimaksud dengan:


1. Pembudidayaan Ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan,
dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan
yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk
memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah
dan/atau mengawetkannya.
2. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus
hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.
3. Pembudi Daya Ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
Pembudidayaan Ikan.
4. Pembudi Daya Ikan Kecil adalah pembudi daya ikan yang melakukan
Pembudidayaan Ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
5. Surat Izin Usaha Perikanan, yang selanjutnya disingkat SIUP, adalah izin
tertulis yang harus dimiliki Setiap Orang untuk melakukan usaha
perikanan dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam
izin tersebut.
6. Tanda Daftar Pembudi Daya Ikan Kecil, yang selanjutnya disingkat TDPIK,
adalah tanda pencatatan yang harus dimiliki oleh Pembudi Daya Ikan Kecil
7. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau Korporasi.
8. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas
pelaku usaha yang diperoleh dari sistem online single submission dalam
rangka pelaksanaan kegiatan perizinan berusahaanya dengan usaha
9. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi
baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perikanan.
11. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang mempunyai tugas teknis
di bidang perikanan budidaya.
12. Dinas adalah satuan kerja perangkat daerah yang membidangi urusan
perikanan di provinsi, kabupaten atau kota.
13. Tim Due Diligence KKP adalah Tim yang dibentuk oleh Menteri untuk
melakukan penilaian administratif dan teknis terhadap calon eksportir
pembudidaya benih bening lobster.
BAB II
SURAT PENETAPAN PEMBUDIDAYA LOBSTER (Panulirus spp.) DAN
KEPITING SOKA (Scylla spp.)

A. Kriteria dan persyaratan


Pelaku Usaha untuk melakukan usaha Pembudidayaan lobster
dan/atau kepiting soka di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia wajib memperoleh surat penetapan sebagai Pembudi Daya lobster
dan/atau kepiting soka dari Direktur Jenderal.
Kewajiban memiliki surat penetapan pembudidaya lobster dan kepiting
soka dikecualikan bagi pemerintah, pemerintah daerah, dan perguruan
tinggi untuk pendidikan, penelitian, pengembangan, pengkajian dan atau
penerapannya di wilayah Negara Republik Indonesia
Adapun untuk memperoleh surat penetapan sebagai Pembudi Daya
lobster dan/atau kepiting soka, pelaku usaha harus mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal melalui Call centre Whatsapp
Gateway (WA Gateway) 0822 99999 6660 dengan memenuhi persyaratan
dan melampirkan dokumen sebagai berikut:
1. data pelaku usaha dan informasi jenis usaha, paling sedikit memuat:
a. Foto diri Pembudi Daya
b. Nomor Induk Kependudukan
c. alamat lokasi usaha budidaya;
d. jenis Ikan yang dibudidayakan; dan
e. teknologi yang digunakan.
2. SIUP atau TDPIK;
3. surat pernyataan komitmen untuk menggunakan benih dari nelayan
terdaftar bagi pembudidayaan lobster;
4. surat pernyataan komitmen untuk melepasliarkan Lobster sebanyak
2% dari hasil panen Lobster pembesaran dengan berat minimal lobster
yang dilepasliarkan adalah 50 g/ekor bagi pembudidayaan lobster; dan
5. surat pernyataan komitmen untuk memiliki sarana dan prasarana
pembenihan setelah 3 (tiga) tahun melakukan pembesaran bagi
pembudidayaan kepiting soka.
Bagi eksportir calon Pembudi Daya Lobster selain melengkapi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan:
1. rencana bisnis meliputi rencana investasi dan waktu usaha, strategi
pemasaran, rencana keuangan, tujuan ekspor, alur proses produksi,
dan volume produksi;
2. rencana usaha budidaya meliputi lokasi budidaya, luas lahan,
kapasitas dan jumlah sarana produksi yang digunakan, daftar
Pembudi Daya atau Kelompok Pembudi Daya yang akan berkerjasama,
kebutuhan benih, sistem manajemen pakan (penyimpanan, jenis dan
sumber pakan), segmentasi usaha budidaya, dan status kepemilikan
fasilitas;
3. surat pernyataan komitmen untuk melakukan kerjasama melibatkan
masyarakat atau pembudi daya setempat; dan
4. surat pernyataan komitmen akan membudidayakan benih bening
yang diperoleh dari kuota penangkapan yang diberikan oleh Direktorat
Jenderal yang membidangi perikanan tangkap.
B. Mekanisme Penerbitan Surat Penetapan Pembudi Daya Lobster dan/atau
Kepiting Soka
1. Berdasarkan permohonan yang diajukan pelaku usaha, Direktur
Jenderal menugaskan Tim Adminstrator Pusat untuk melakukan
penilaian terhadap kesesuaian dokumen persyaratan dalam jangka
waktu paling lama 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya permohonan
secara lengkap, yang hasilnya berupa diterima atau tidak diterima.
Apabila hasilnya berupa diterima, Direktur Jenderal menerbitkan
surat penetapan sebagai pembudidaya lobster dan/atau kepiting soka.
2. Bagi pelaku usaha eksportir permohonan yang diajukan akan
diverifikasi Tim Due Diligence KKP, verifikasi tersebut meliputi
verifikasi teknis dan penilaian lapangan oleh melakukan dalam jangka
waktu paling lama 5 (hari) kerja, yang hasilnya berupa persetujuan
atau penolakan. Apabila hasil verifikasi teknis disetujui, maka
Direktur Jenderal menerbitkan surat penetapan sebagai Pembudi
Daya (formulir 1 dan formulir 2).
3. Surat Penetapan Pembudi Daya Lobster dan/atau kepiting berlaku
untuk 1 tahun
4. Pembudi Daya Lobster dan/atau kepiting wajib menandatangani Surat
Pernyataan/Pakta Integritas bermaterai (sesuai dengan format pada
formulir 3 dan dikirimkan kepada Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya cq. Direktorat Produksi dan Usaha, paling lambat 2 bulan
setelah tanggal penerbitan Surat Penetapan Pembudi Daya
BAB III
SURAT PERSETUJUAN PEMBUDIDAYAAN LOBSTER
DI LUAR SUMBER BENIH

A. Kriteria dan persyaratan


Pembudidayaan Losbter di luar wilayah sumber benih harus
memenuhi persyaratan berupa surat persetujuan dari Direktur Jenderal
dan memiliki surat keterangan asal benih dari Dinas setempat.
Kriteria dan peryaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan
surat persetujuan pembudidayaan lobster di luar sumber benih dari
Direktur Jenderal harus melampirkan dokumen sebagai berikut:
1. Surat penetapan sebagai Pembudi Daya Lobster; dan
2. Surat Dukungan Budidaya Lobster Di Luar Wilayah Sumber Benih dari
Dinas setempat di lokasi budidaya akan dilakukan (formulir 4)
Dalam hal melakukan pengiriman benih losbter ke luar wilayah
sumber benih untuk tujuan budidaya wajib:
1. dilengkapi Surat Keterangan Asal Benih dari Dinas setempat
2. mematuhi aturan perundang-undangan yang berlaku dibidang
karantina ikan dalam hal pengiriman benih lobster antar area/antar
pulau.

B. Mekanisme Penerbitan Surat Persetujuan Pembudidayaan Lobster di luar


Sumber Benih
1. Berdasarkan permohonan dari Pelaku Usaha, Direktur Jenderal
menugaskan Tim Adminstrator Pusat untuk melakukan penilaian
terhadap kesesuaian dokumen persyaratan dalam jangka waktu paling
lama 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap,
yang hasilnya berupa diterima atau tidak diterima.
2. Apabila hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada angka 1 diterima,
Direktur Jenderal menerbitkan surat persetujuan pembudidayaan
lobster di luar wilayah sumber benih (formulir 5)
BAB IV
BERITA ACARA PELEPAS LIARAN LOBSTER
A. Kriteria dan persyaratan
Sesuai dengan komitmen yang telah dibuat, Pembudi Daya lobster
wajib melepasliarkan Lobster sebanyak 2% dari hasil panen Lobster
pembesaran dengan berat minimal lobster yang dilepasliarkan adalah 50
g/ekor.
Adapun kriteria dan persyaratan pelepasliaran lobster sebagai berikut:
1. Disaksikan dan dihadiri oleh Dinas setempat serta dibuktikan dengan
Berita Acara Pelepasliaran (formulir 6)
2. sebelum melepasliarkan lobster harus mempertimbangkan antara
lain:
a. Kondisi lobster
Kondisi lobster yang akan dilepasliarkan yaitu lobster yang
sehat dan tidak stress yang ditandai dengan pergerakan aktif,
exoskeleton cerah, tubuh berwarna cerah, terdapat pergerakan
antena, anggota tubuh lengkap, tangkai mata sangat responsive.
b. Penanganan Losbter
Penanganan lobster sebelum dilepasliarkan meliputi
menjaga salinitas dan suhu pada bak penampungan, memberikan
sistem aerasi yang baik, melakukan penggantian air sebanyak
25% hingga 50% air setiap hari, menempatkan bak penampungan
pada pencahayaan yang redup dan memberikan pelindung
(shelter) sebagai tempat bersembunyi lobster.
c. Pengemasan
Metode pengemasan dilakukan dengan cara metode basah
yaitu pengemasan lobster beserta air medianya dengan
menggunakan fiberglass, styrofoam, atau wadah lainya yang
dilengkapi dengan instalasi aerasi atau metode kering yaitu
dengan cara memasukan lobster ke kotak styrofoam/bak
fiber/wadah lainnya yang berisi air laut dan dilengkapi dengan
aerasi dan dilakukan pembiusan terlebih dahulu dengan
menggunakan suhu dingin melalui penurunan suhu air secara
bertahap menggunakan es batu sampai lobster inactive.
Selanjutnya lobster dibungkus dengan kertas koran dan
dimasukkan ke dalam styrofoam serta ditambahkan es batu/ gel
ice hingga suhu kotak pengemasan berkisar antara 25 - 26ºC.
d. Lokasi pelepasliaran
1) tidak dipengaruhi oleh aliran air tawar dan aliran lain dari
daratan, terlindung dari angin kencang dan ombak besar,
dengan substrat dasar adalah pasir atau pasir berlumpur;
2) memiliki persyaratan fisik-kimiawi perairan paling sedikit
meliputi perairan jernih atau kecerahan air lebih dari 3 m,
kedalaman air minimal 5-10 m, salinitas 30-35 ppt, suhu
perairan 26-29ºC, pH 7,3-8,3, dan Oksigen terlarut antara 4-
7 mg/L;
3) ketersediaan pakan alami sesuai ukuran lobster;
4) memiliki shelter alami berupa rumput laut atau lamun atau
coral hidup;
5) bebas dari gangguan predator;
6) keterjangkauan letak habitat dari daratan untuk
memudahkan mobilisasi lobster yang akan dilepasliarkan;
dan
7) di wilayah perairan sesuai dengan penetapan kawasan yang
telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal yang membidangi
pengelolaan ruang laut.
e. Cara pelepasliaran
1) Tebar spot, yaitu pelepasliaran seluruh lobster di satu titik di
kawasan yang telah ditentukan, teknik ini dilakukan pada
wilayah perairan yang tidak terlalu luas.
2) Tebar scatter yaitu pelepasliaran lobster di lebih dari satu
titik di dalam satu kawasan perairan, teknik ini dilakukan
untuk kawasan perairan yang cukup luas.
3) tebar trickle yaitu pelepasliaran yang dilakukan beberapa kali
selama periode tertentu di salah satu kawasan perairan,
teknik ini dilakukan untuk wilayah perairan yang luas dan
sifat perairannya tidak banyak berubah dari waktu ke waktu.
4) Pelepasliaran dilakukan dengan menggunakan pipa dua tali
yang dimasukan dalam air. Pada saat pipa menyentuh dasar
laut maka satu tali pipa dilepas.
B. Mekanisme Penerbitan Berita Acara Pelepasliaran Lobster
1. Pembudi Daya memberitahukan kepada Dinas setempat sebelum
dilakukannya pelepasliaran.
2. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud angka 1 dilengkapi dengan
rencana pelepasliaran yang meliputi lokasi pelepasliaran, ukuran dan
jumlah yang akan dilepasliarkan.
3. Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud angka 2, Dinas
menerbitkan Surat Keterangan Asal, sebagai kelengkapan ijin
mengangkut Lobster dari lokasi budidaya menuju lokasi pelepasliaran
dan menetapkan waktu pelaksanaan pelepasliaran. Lokasi dan cara
pelepasliaran di tentukan oleh Direktur Jenderal yang membidangi
pengelolaan ruang laut.
4. Pelaksanaan pelepasliaran disertai penandatanganan Berita Acara
Pelepasliaran oleh Dinas setempat.
BAB V
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN
PEMBUDIDAYAAN LOBSTER

A. Kriteria dan persyaratan


Eksportir yang akan melakukan pengeluaran benih lobster harus
melakukan usaha pembudidayaan lobster didalam negeri terlebih dahulu
dengan melibatkan masyarakat atau bekerja sama Pembudi Daya
setempat.
Adapun kriteria pelibatan masyarakat atau kerja sama dengan
Pembudi Daya setempat sebagai berikut:
1. masyarakat yang berdomisili di area pembudidayaan lobster yang
tidak terdaftar sebagai pembudidaya lobster;
2. keterlibatan masyarakat dapat berupa minimal 50 (lima puluh) persen
pekerja merupakan masyarakat setempat atau berupa usaha investasi
saham oleh masyarakat/kelompok masyarakat/Badan Usaha Milik
Desa (Bumdes) sebesar minimal 10% dari modal kegiatan
pembudidayaan oleh eksportir;
3. kegiatan kerjasama dengan pembudidaya dapat berupa penyediaan
benih, pakan, KJA, skema kerjasama intiplasma atau kerjasama lain
yang dapat mendukung pemberdayaan dan peningkatan
kesejahteraan pembudidaya lobster; dan
4. keterlibatan masyarakat atau kerjasama dengan Pembudi Daya
setempat dituangkan dalam dokumen kontrak atau dokumen
kerjasama yang disepakati oleh para pihak dan diketahui oleh Dinas.
Eksportir yang melakukan Usaha Pembudidayaan lobster didalam
negeri dibuktikan dengan surat keterangan telah melakukan
pembudidayaan lobster di dalam negeri
Adapun persyaratan untuk memperoleh Surat keterangan telah
melakukan usaha pembudidayaan lobster yaitu dengan mengajukan
permohonan kepada Direkur Jenderal dengan melampirkan dokumen
sebagai berikut:
1. surat penetapan sebagai Pembudi Daya Lobster;
2. surat penetapan sebagai Eksportir lobster dari Direktur Jenderal yang
membidangi perikanan tangkap;
3. kontrak kerja atau perjanjian kerjasama dengan masyarakat atau
Pembudi Daya setempat;
4. berita acara pelepasliaran lobster yang disaksikan dan ditanda tangani
oleh Dinas setempat;
5. surat keterangan asal benih dari Dinas setempat; dan
6. laporan pembudidayaan losbter memuat informasi kapasitas produksi,
asal benih, waktu pemeliharaan, jumlah panen, waktu panen,
penerapan prinsip-prinsip Cara Pembesaran Ikan yang Baik; distribusi
hasil pembudidayaan dan dilengkapi dengan foto saat panen dan
pelepasliaran.

B. Mekanisme Penerbitan Surat Keterangan telah melakukan usaha


pembudidayaan losbter
1. Berdasarkan permohonan eksportir, Direktur Jenderal menugaskan
Tim Adminstrator Pusat untuk melakukan penilaian terhadap
kesesuaian dokumen persyaratan dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap, yang
hasilnya berupa diterima atau tidak diterima.
2. Apabila hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disetujui,
Direktur Jenderal menerbitkan surat keterangan telah melakukan
pembudidayaan lobster di dalam negeri (formulir 7).
BAB VI
PELAPORAN

A. Pelaporan
Pelaku usaha yang melakukan usaha pembudidayaan lobster
dan/atau kepiting soka wajib membuat laporan kegiatan setiap 3 (tiga)
bulan, yang memuat:
a. realisasi investasi yang meliputi jumlah produksi, waktu panen, dan
distribusi hasil ; dan
b. nilai produksi hasil Pembudidayaan.
Laporan tersebut disampaikan ke Direktur Jenderal

B. Sanksi
Bagi pelaku usaha yang tidak melaksanakan kewajiban pelaporan
akan dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis,
pembekuan surat penetapan sebagai Pembudi Daya lobster dan/atau
kepiting soka dan pencabutan surat penetapan sebagai Pembudi Daya
lobster dan/atau kepiting soka. Adapun mekanisme sanksi administratif
sebagai berikut:
1) Peringatan tertulis dikenakan 1 (satu) kali dalam jangka waktu paling
lama 1 (satu) bulan.
2) Pembekuan Surat Penetapan dikenakan dalam jangka waktu paling
lama 1 (satu) bulan apabila sampai dengan berakhirnya peringatan
tertulis tidak memenuhi kewajiban.
3) Pencabutan Surat Penetapan dikenakan apabila jangka waktu
pembekuan Surat Penetapan berakhir dan tidak memenuhi kewajiban.

DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA,


ttd.
SLAMET SOEBJAKTO
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN
BUDIDAYA
NOMOR 178/KEP-DJPB/2020
TENTANG PENGELOLAAN USAHA PEMBUDIDAYAAN
LOBSTER (Panulirus spp.) DAN KEPITING SOKA
(Scylla spp.),

DAFTAR FORMULIR

No. Formulir ISI FORMULIR


1 Formulir 1 Surat Penetapan Pembudi Daya Lobster

2 Formulir 2 Surat Penetapan Pembudi Daya Kepiting Soka

3 Formulir 3 Surat Pernyataan/Pakta Integritas

4 Formulir 4 Surat Dukungan Dinas untuk Budidaya Losbter di


luar Sumber Benih
5 Formulir 5 Surat Persetujuan Pembudidayaan Lobster di Luar
Wilayah Sumber Benih

6 Formulir 6 Berita Acara Serah Pelepasliaran Lobster Hasil


Budidaya

7 Formulir 7 Surat Keterangan telah melakukan Pembudidayaan


Lobster Bagi Eksportir Benih Bening Lobster

DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA,


ttd.
SLAMET SOEBJAKTO
FORMULIR 1
BENTUK DAN FORMAT
SURAT PENETAPAN
PEMBUDIDAYA LOBSTER
NOMOR...................................

Sehubungan dengan permohonan dari Pembudidaya Lobster Nomor ...... tanggal


.... hal ........, dengan ini memberikan Penetapan Pembudidaya Lobster (Panulirus
spp.) kepada:
Nama Pelaku Usaha :
SIUP/TDPIK :
Alamat Usaha :
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Berkomitmen untuk mematuhi aturan yang tertulis pada Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 12/Permen-KP/2020 tentang Pengelolaan
Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus spp.)
Di Wilayah Negara Republik Indonesia dan turunannya.
2. Berkomitmen untuk menggunakan Benih Lobster hanya dari Nelayan yang
sudah terdaftar.
3. Berkomitmen untuk melakukan pelepasliaran lobster sebanyak 2 (dua)
persen dari jumlah (ekor) hasil panen (dengan ukuran minimal 50 gr).
4. Berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat dan menjaga kestabilan
harga Benih Lobster untuk pembudidaya.
5. Surat Penetapan ini berlaku selama 1 tahun;

QR Code Identitas Jakarta,


pembudiaya
melalui WA Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,
Gateway
…………………………..

Tembusan
1. Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Kelautan dan Perikanan
2. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan
3. Kepala BKIPM, Kementerian Kelautan dan Perikanan
4. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
FORMULIR 2
BENTUK DAN FORMAT
SURAT PENETAPAN
PEMBUDIDAYA KEPITING SOKA
NOMOR...................................

Sehubungan dengan permohonan dari Pembudidaya Kepiting Nomor ......


tanggal .... hal ........, dengan ini memberikan Penetapan Pembudidaya Kepiting
(Scylla spp) kepada:
Nama Pelaku Usaha :
SIUP/TDPIK :
Alamat Usaha :
Dengan ketentuan sebagai berikut:
Berkomitmen untuk memiliki Sarana dan Prasarana Pembenihan setelah 3
tahun melakukan usaha pembesaran;
Surat Penetapan ini berlaku selama 1 tahun.

Jakarta,
QR Code Identitas
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,
pembudiaya melalui
WA Gateway

…………………………..

Tembusan
1. Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Kelautan dan Perikanan
2. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan
3. Kepala BKIPM, Kementerian Kelautan dan Perikanan
4. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
FORMULIR 3

BENTUK DAN FORMAT


SURAT PERNYATAAN/PAKTA INTEGRITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Jabatan :
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
Lokasi Usaha :

No Penetapan Pembudidaya :

Bersama ini secara sadar dan bersungguh – sungguh menyatakan :


1. Berkomitmen untuk mematuhi aturan yang tertulis pada Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 12/Permen-KP/2020 tentang Pengelolaan Lobster
(Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus spp.) Di Wilayah
Negara Republik Indonesia dan turunannya.
2. Berkomitmen untuk menggunakan Benih Lobster hanya dari Nelayan yang sudah
terdaftar.
3. Berkomitmen untuk melakukan pelepasliaran lobster sebanyak 2 (dua) persen dari
jumlah (ekor) hasil panen (dengan ukuran minimal 50 gr).
4. Berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat dan menjaga kestabilan harga
Benih Lobster untuk pembudidaya.

Demikian Surat pernyataan/pakta integritas ini, saya buat dengan sebenarnya,


tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

………………, …………..
Pembuat Penyataan,

QR CODE Materai
(Nama Lengkap dan Jelas)
FORMULIR 4

BENTUK DAN FORMAT


KOP DINAS
SURAT DUKUNGAN BUDIDAYA LOBSTER
DI LUAR WILAYAH SUMBER BENIH

Nomor : ………………, …………


Lampiran :
Hal : Dukungan Budidaya Lobster di Luar Wilayah Sumber Benih

Yth. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya


cq. Direktur Produksi dan Usaha Budidaya
Di Jakarta

Bersama ini kami menyampaikan dukungan untuk melaksanakan


Budidaya Lobster di Luar Wilayah Sumber Benih pada:

Nama Pelaku Usaha :


NIB :
Alamat Usaha :
Lokasi Budidaya : Desa :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Titik Koordinat :

Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.


Kepala Dinas KP Provinsi

( )
Tembusan
1. Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan
2. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan
3. Kepala BKIPM, Kementerian Kelautan dan Perikanan
FORMULIR 5
BENTUK DAN FORMAT
SURAT PERSETUJUAN
PEMBUDIDAYAAN LOBSTER DILUAR WILAYAH SUMBER BENIH
NOMOR...................................

Sehubungan dengan permohonan dari ...... Nomor ...... tanggal .... hal ........ dan
berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilaksanakan, dengan ini memberikan
Persetujuan untuk melakukan budidaya lobster (Panulirus spp.) diluar wilayah
sumber benih, kepada:
Nama Pelaku Usaha :
NIB :
Alamat Usaha :
Lokasi Budidaya : Desa :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Titik Koordinat :

Dengan ketentuan sebagai berikut :


1. Surat Persetujuan ini digunakan untuk melakukan budidaya lobster
(Panulirus spp) di luar sumber benih, sesuai dengan lokasi yang di usulkan;
2. Surat persetujuan ini berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun

Jakarta,
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,
QR Code Identitas
pembudiaya melalui …………………………..
WA Gateway

Tembusan
1. Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan,
2. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan
3. Kepala BKIPM, Kementerian Kelautan dan Perikanan
4. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
FORMULIR 6

= KOP SURAT =
BERITA ACARA PELEPASLIARAN
LOBSTER HASIL BUDIDAYA
Nomor : ........................................................

Pada hari ini ………… tanggal ……………… bulan …………….. tahun


……………. yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : ………………………………..
2. NIK : ………………………………..
3. Jabatan : ........................................
4. Kelompok / Perusahaan : ………………………………..
5. Nomor Penetapan Pembudidaya Lobster: ……………..
Dengan ini menyatakan bahwa telah dilakukan pelepasliaran berupa
lobster hasil budidaya dengan ukuran ……………. sebanyak …………… ekor, yang
berlokasi di Perairan ………., Desa/Kelurahan ………, Kecamatan ………,
Kota/Kabupaten ……….., Provinsi ……….
Dengan disaksikan oleh :
1. Nama : ………………………………..
2. Jabatan : ………………………………..
3. Alamat : ........................................
dan
1. Nama : ………………………………..
2. Jabatan : ………………………………..
3. Alamat : ........................................
Demikian Berita Acara Pelepasliaran ini dibuat dengan sebenarnya
dengan kondisi sadar serta disaksikan dan ditandangani oleh Para Pihak pada
hari ini dan tanggal tersebut di atas, untuk dipergunakan sebaik – baiknya
dengan penuh tanggung jawab.
Pelaksana Kegiatan

(……………………..)
NIK. ………………..

Mengetahui / Menyaksikan

(………………………) (……………………..)
Jabatan …………… Jabatan …………

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan


(atau yang mewakili/ditugaskan)
Kab / Kota …………..

(…………………)
NIP. ……………
Tembusan Yth:
1. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya`
2. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap
3. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
4. Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
5. Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
6. Kepala Dinas Provinsi yang membidangi Perikanan
FORMULIR 7

BENTUK DAN FORMAT


SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PEMBUDIDAYAAN LOBSTER BAGI
EKSPORTIR BENIH BENING LOBSTER
NOMOR...................................

Sehubungan dengan permohonan dari ...... Nomor ...... tanggal .... hal ........ dan
berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilaksanakan, dengan ini memberikan
Surat Keterangan Telah Melakukan Pembudidayaan Lobster untuk Eksportir
Benih Bening Lobster kepada:

Nama Pelaku Usaha :


NIB :
Alamat Usaha :

Dengan ketentuan sebagai berikut :


Surat Keterangan ini digunakan sebagai bukti bahwa eksportir telah melakukan
pembudidayaan lobster.
Surat keterangan ini berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun

Jakarta,
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,
QR Code Identitas
pembudiaya melalui
WA Gateway

…………………………..
Tembusan
1. Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan,
2. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan
3. Kepala BKIPM, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Anda mungkin juga menyukai