Anda di halaman 1dari 5

Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari

secara mandiri oleh peserta didik. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri
karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca
dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa,
pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul diatur sehingga ia
seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan
pengajaran kepada murid-muridnya. Maka dari itulah, media ini sering disebut bahan
instruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran atau
mengajarkan sesuatu kepada para murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup
dengan modul-modul ini (Abdul Majid, 2011 : 176).

Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya
(Directorat Diikmenum,2004).

Menurut Daryanto (2014:9),Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik


apabila terdapat karakteristik sebagai berikut:

1. Self Instructional yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta


didik mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak
lain.
2. Self Contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit
kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu
modul secara utuh.
3. Stand Alone (berdiri sendiri) yaitu modul yang dikembangkan tidak
tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama
dengan media pembelajaran lain
4. Adaptive yaitu modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
5. User Friendly yaitu modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya.
Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan
bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam
merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.

Penulisan modul memiliki tujuan sebagai berikut (Daryanto, 2014:183):


1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbal.
2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta belajar
maupun guru/ instruktur.
3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan
motivasi dan gairah belajar; mengembangkan kemampuan dalam
berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang
memungkinkan siswa atau pebelajar belajar mandiri sesuai kemampuan dan
minatnya.
4. Memungkinkan siswa atau pebelajar dapat mengukur atau mengevaluasi
sendiri hasil belajarnya.
5. Tujuan pendidikan dapat tercapai secara efisien dan efektif.
6. Murid dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan dan
kemampuannya sendiri.
7. Murid dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan
belajar sendiri, baik dibawah bimbingan atau tanpa bimbingan guru.
8. Murid dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara
berkelanjutan
9. Murid benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar.
10. Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuansi yang lebih tinggi melalui
evalusi yang dilakukan pada setiap modul berakhir.

Menurut Rosyid (2010: 4),Pembelajaran menggunakan modul bermanfaat untuk


hal-hal sebagai berikut:

1. Meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka


secara teratur karena kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi
masyarakat.
2. Menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik
3. Secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik secara
bertahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul.
4. Mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai peserta didik
berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat
memutuskan dan membantu peserta didik untuk memperbaiki belajarnya
serta melakukan remediasi.

Menurut Depdiknas (2008), Penulisan modul dilakukan menggunakan prinsip-


prinsip antara lain sebagai berikut:
1. Peserta belajar perlu diberikan secara jelas hasil belajar yang menjadi
tujuan pembelajaran sehingga mereka dapat menyiapkan harapan dan dapat
menimbang untuk diri sendiri apakah mereka telah mencapai tujuan
tersebut atau belum mencapainya pada saat melakukan pembelajaran
menggunakan modul.
2. Peserta belajar perlu diuji untuk dapat menentukan apakah mereka telah
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, pada penulisan modul, tes perlu
dipadukan ke dalam pembelajaran supaya dapat memeriksa ketercapaian
tujuan pembelajaran dan memberikan umpan balik yang sesuai.
3. Bahan ajar perlu diurutkan sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta
didik untuk mempelajarinya. Urutan bahan ajar tersebut adalah dari mudah
ke sulit, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari pengetahuan ke
penerapan.
4. Peserta didik perlu disediakan umpan balik sehingga mereka dapat
memantau proses belajar dan mendapatkan perbaikan bilamana diperlukan.
Misalnya dengan memberikan kriteria atas hasil tes yang dilakukan secara
mandiri.

Menurut Sanjaya (2008:90), Komponen-komponen utama yang perlu tersedia di


dalam modul, yaitu:

a. Tinjauan mata pelajaran adalah paparan umum mengenai keseluruhan


pokok-pokok isi mata pelajaran.
b. Petunjuk memuat antara lain penjelasan tentang berbagai macam kegiatan
yang harus dilakukan, alat-alat yang perlu disediakan, dan prosedur yang
dilakukan.
c. Pendahuluan suatu modul merupakan pembukaan pembelajaran suatu
modul.
d. Kegiatan belajar, bagian ini merupakan “daging” atau inti dalam pemaparan
materi pelajaran.
e. Latihan adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh
siswa setelah membaca uraian sebelumnya.
f. Rambu-rambu jawaban latihan merupakan hal-hal yang harus diperhatikan
oleh siswa dalam mengerjakan.
g. Rangkuman adalah inti dari uraian materi yang disajikan pada kegiatan
belajar dari suatu modul, yang berfungsi menyimpulkan dan memantapkan
pengalaman belajar (isi dan proses) yang dapat mengkondisikan tumbuhnya
konsep atau skema baru dalam pikiran siswa.
h. Tes Formatif, pada setiap modul selalu disertai lembar evaluasi (evaluasi
formatif) yang biasanya berupa tes atau soal-soal latihan.
i. Kunci jawaban tes formatif pada umumnya diletakkan di bagian paling
akhir suatu modul.
j. Umpan balik dan tindak lanjut berisi kegiatan yang harus dilakukan siswa
atas dasar tes formatifnya.

Menurut Borg & Gall (2003: 775) ,Penyusunan modul belajar mengacu pada
kompetensi yang terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan. Terkait dengan hal tersebut
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi atau


tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk
mencapai suatu kompetensi tersebut.
2. Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan pengorganisasian
materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub kompetensi menjadi satu
kesatuan yang sistematis.
3. Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap
kesesuaian modul dengan kebutuhan.
4. Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah
memperoleh masukan dari kegiatan validasi.
Abdul Majid. 2011.Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan standar Kompetensi
Guru.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Borg, Walter.R, Meredith D. Gall. 2003. Education Research: an introduction. New York:
Lonhman, Inc.

Daryanto. 2014. Menyusun Modul Bahan Ajar Untuk Persiapan Guru Dalam Mengajar.


Yogyakarta: Gava Media.

Depdiknas 2008. Teknik Penyusunan Modul. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Dikmenum.2004.Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas

Rosyid. 2010. Prinsip dan Prosedur Penulisan Modul. Diakses pada http://www.rosyid.info
21 Maret 2019 pukul 20.00 WIB.

Sanjaya, Wina. 2008 Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.


Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai