MAKALAH Kelompok 10
MAKALAH Kelompok 10
Dosen pengampu:
Ichwan Arifin, LC.,MA
Disusun oleh:
Siti Qurrotul Ain (22050100057)
Kemal Fauzan Suparjo (22050100050)
Nailah Najwa (22050100062)
Fardhan Zahid Musyaffa (22050100054)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat serta karunia Nya untuk kami jadi kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya meski pun dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Harapan kami semoga makalah
ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi, petunjuk maupun pedoman,
juga membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, jadi untuk kedepannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini dengan lebih baik. Kami menyadari bahwa maklah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua peserta yang
bersifat membangun selalu kami diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih untuk semua peserta yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah Yang Maha Kuasa terus meridhai segala usaha kita sebuah. Amin.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Nasikh Mansukh................................................................................. 2
B. Kontroversi Tentang Nasikh Mansukh................................................................. 8
C. Macam-Macam Naskh Dalam Al-Qur’an............................................................. 9
D. Naskh Al-Qur’an dengan As-Sunnah................................................................... 10
E. Urgensi dan Hikmah Nasikh Mansukh................................................................. 11
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan sumber hukum yang pertama bagi umat Islam, sehingga
diyakini oleh setiap Muslim yang bersifat abadi dan universal. Pernyataan tersebut
disepakati semua ulama. Abadi berarti terus berlaku sampai akhir zaman.
Sedangkan universal berarti syari’atnya berlaku untuk seluruh dunia tanpa
memandang perbedaan struktur etnis dan geografis. Hanya saja, dalam menjabarkan
arti abadi dan universal itu menjadi bahan diskusi para ulama karena adanya
perbedaan masalah yang mereka tekankan. Sebagian dari mereka melihat bahwa
faktor kesucian al-Qur’an yang paling menonjol sedangkan yang lainnya
melihat faktor kelanggengan al-Qur’an dalam menjawab setiap tuntutan situasi dan
kondisi.
1. Dalam Ulumul al-Qur’an yang mengundang perdebatan para ulama adalah
mengenai nāsikh mansūkh. Perbedaan pendapat para ulama dalam menetapkan
ada atau tidak adanya ayat-ayat mansūkh (dihapus) dalam al-Qur’an, antara lain
disebabkan adanya ayat-ayat yang tampak kontradiksi bila dilihat dari lahirnya.
Sebagian ulama berpendapat bahwa di antara ayat-ayat tersebut, ada yang tidak
bisa dikompromikan. Oleh karena itu, mereka menerima teori nāsikh
(penghapusan) dalam al-Qur’an. Sebaliknya, bagi para ulama yang berpendapat
bahwa ayat-ayat tersebut keseluruhannya bisa dikompromikan, tidak mengakui
teori penghapusan itu.
2. Persoalan menjadi semakin rumit jika dikaitkan dengan landasan hukum adanya
nāsikh mansūkh itu sendiri yang lahir secara ijtihad, mulai dari landasan hukum
naqliyahnya,
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian nasikh dan mansukh
2. Apa saja syarat syarat nasakh
3. Apa saja pembagian nasakh
4. Bagaimana lingkup nasakh
5. Apa hikmah adanya nasakh dalam alquran
4
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN NASIKH DAN MANSUKH
5
Dalam naskh diperlukan syarat yaitu hukum yang Mansukh adalah
hukum syara', dalil pengahpusan hukum tersebut adalah kitab syar'i
yang datang kemudian dari kitab yang dimansukh, dan kitab yang
6
d. Nash sunnah dengan sunnah, sunnah maca mini terbagi pada
empat macam, yaitu: Naskh sunnah mutawatir dengan sunnah
mutawatir, Naskh sunnah ahad dengan sunnah ahad. naskh sunnah
ahad dengan sunnah mutawatir, dan Naskh mutawatir dengan
sunnah ahad."
7
adalah kitab syar'i yang datang kemudian dari kitab yang dimansukh,
dan kitab yang dihapus atau diangkat hukumnya tidak terikat atau
dibatasi dengan waktu tertentu.
8
a. Naskh Al-Qur'an dengan Al-Qur'an, Para ulama yang mengakui
adanya naskh telah sepakat adanya naskh Al-Qur'an dengan Al-
Qur'an dan itupun telah terjadi menurut mereka. Salah satu
contohnya ayat iddah satu tahun di-naskhan dengan iddah 4 bulan 10
hari
9
yang tidak bisa dikompromikan. Oleh karena itu, mereka menerima
teori nāsikh (penghapusan) dalam al-Qur’an. Sebaliknya, bagi para
ulama yang berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut keseluruhannya
bisa dikompromikan, tidak mengakui teori penghapusan itu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam
mengenai Kontroversi nāsikh mansūkh (Studi pemikiran Imam
Jalāluddīn Al-Suyūtī dan Abū Muslim Al-Isfahānī). Penelitian ini
bersifat kepustakaan yaitu dengan menganalisis data primer yang
terdapat pada karya-karya Imam Jalāluddīn Al-Suyūtī dan Abū Muslim
Al-Isfahānī. Serta berbagai literatur yang berkaitan dengan nāsikh
mansūkh sebagai data sekunder.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif,
penulis mengumpulkan sejumlah kitab dan buku yang berkaitan dengan obyek
penelitian ini seperti kitab-kitab tafsir, buku-buku Ulumul al-Qur’an, majalah,
jurnal, data-data atau informasi yang relevan, dan yang masih ada kaitannya
dengan pembahasan yang telah dirumuskan.
B. Kontroversi
10
Kontroversi teori naskh tidak hanya terjadi antara yang menerima
dan menolak naskh, tetapi juga di kalangan para penerima naskh.
Mereka berpolemik tentang apakah ayat-ayat al-Qur’an bisa di-naskh
dengan selain al-Qur’an. Apakah as-Sunnah bisa me-nasakh al-
Qur’an. Imam Syafi’i menolak otoritas as-Sunnah sebagai Nasikh atas
al-Qur’an ( Asy-Syafi’I, 1992: 6).
Menyikapi adanya kontroversi ulama terhadap eksistensi nasikh dan mansukh
dalam al-Qur’an, maka menurut hemat penulis, bahwa nasikh dan mansukh
hanya berlaku pada nas yang ketentuannya saja (hukum) dihapus, sementara
ungkapannya (tilawah) tetap dipertahankan. Contohnya perubahan masa
iddah satu tahun (Q.S. Al-Baqarah: 240), perubahan arah kiblat, dari baitul
maqdis ke Makkah (Q.S. Al-Baqarah: 142). Pendapat yang diajukan oleh
penulis dengan argumentasi; (1) apabila Nasikh -Mansukh itu belaku pada
penghapusan ayat al-Qur’an maka menunjukkan adanya pertentangan antar
ayat-ayat al-Qur’an dan hal itu adalah suatu yang mustahil, karena al-Qur’an
adalah kitab yang memuat ayat-ayat yang saling memiliki keterkatiatan
(munasabah) (2) berlandaskan definisi nasakh sendiri bahwa “nasakh adalah
menghapuskan hukum syara’ dengan memakai dalil syara’ dengan adamya
tenggang waktu, dengan catatan kalau sekiranya tidak ada nasakh itu tentulah
hukum yang pertama itu tetap berlaku” (3) bertentangan dengan Q.S. al-
Qiyamah: 16-18 dan Q.S. al-A’la: 6.
11
menghapus suatu yang sudah diketahui dengan suatu yang sifat
dugaan/diduga."
Yang artinya:
12
a.Ucapannya itu tiada aku hanya wahyu yang
diwahyukan(kepadanya)."
نا تنسخ من مائية أو للسبها نفت بخبر عنها أو منها ألم تعلم أن هللا على كل شيء قدير
Yang artinya:
"Apa saja ayat yang Kami nasak kan atau kami ini (manusia) lupa
kepadanya, Kami dating kanyang lebih baik atau yang sebanding
dengannya."
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
13
Naskh ialah menghapuskan hukum syara‟ dengan dalil syara‟ yang lain.
sesuatu yang menggantikan, menghapus dan mengubah disebut nasikh,
sedangkan sesuatu yang digantikan, dihapus, dan diubah disebut mansukh.
Pedoman yang dapat membantu kita untuk mengetahui nasikh-mansukh
dalam al-Qur'an ada 3, yaitu : keterangan tegas dari Nabi SAW atau
sahabatnya, kesepakatan umat bahwa ayat tersebut nasikh atau sebaliknya
mansukh, mengetahui ayat mana yang lebih dahulu temurun dan mana yang
kemudian dalam prespektif sejarah.: Bentuk-bentuk naskh dilihat dari segi
otoritasnya ada 4, yaitu : Naskh al-Quran dengan al-Quran, al-Quran dengan
sunnah, sunnah dengan al-Quran, Sunnah dengan sunnah. Namun naskh al-
Quran dengan sunnah, dan naskh sunnah dengan al-Quran merupakan hal
yang tidak mungkin mengingat hadits adalah penjelas al-Quran, maka tidak
mungkin ada pertentangan.4. Macam-macam naskh dilihat dari segi hukum
dan bacaannya ada 3, yaitu : naskh hukum dan tilawah, naskh hukum duna
tilawah, dan naskh tilawah duna hukum. Sedangkan naskh yang terakhir ini
sungguh tidak logis dan hal ini akan menimbulkan kekaburan, karena dalil
merupakan hujjah dari suatu hukum, maka keduanya harus ada, jika dalil itu
tidak ada maka hukumnya juga tidak ada pula.
DAFTAR PUSTAKA
“Naskh Mansukh”
https://sg.docs.wps.com/l/sIO_c4aKqAZPu9JkG?sa=00&st=0
14
https://www.nata.ponpes.id/blog/NASIKH-DAN-MANSUKH-DALAM-
PERDEBATAN-2
15