Anda di halaman 1dari 7

PENGASAMAN LAUT DI PERAIRAN INDONESIA

Camellia Kusuma Titoa,* dan Eko Susiloa


a
Balai Riset dan Observasi Laut, Pusat Riset Kelautan, Badan Riset Sumber Daya Manusia,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jl. Baru Perancak, Jembrana, Bali, Indonesia

*Koresponden penulis: camellia.tito@gmail.com

Abstrak

Penelitian pengasaman laut di Perairan Indonesia mulai berkembang sejak 10 tahun terakhir, meskipun tidak
signifikan jika dibandingkan dengan penelitian serupa di luar Indonesia. Untuk mengkompilasi data hasil
penelitian tersebut, telah dilakukan identifikasi publikasi dari bentuk paper, laporan kegiatan, laporan tugas
akhir (skripsi/thesis/desertasi) maupun bahan presentasi seminar/workshop/focus group discussion. Dari
identifikasi publikasi didapatkan 24 hasil penelitian yang relevan dengan topik pengasaman laut di Perairan
Indonesia. Beberapa kegiatan penelitian dalam upaya untuk memprediksi implikasi pengasaman laut terhadap
ekosistem perairan telah dilakukan dengan berbagai metode, jenis sampel, perlakuan dan parameter
penelitian, serta lokasi yang juga berbeda, menunjukkan hasil yang bervariasi. Pemutakhiran kompilasi data
hasil penelitian perlu dilakukan secara kontinu sehingga dapat menjadi acuan untuk pengembangan kegiatan
penelitian pengasaman laut di Perairan Indonesia selanjutnya.

Kata kunci: Indonesia, pengasaman laut

Abstract

There is growing concern of research on ocean acidification (OA) in Indonesian waters in the last 10 years.
However, it still lacks of information to similar studies overseas. To compile the data from OA research in
Indonesian waters, research identification has been carried out from paper, activity reports, final project
reports (thesis/dissertation) as well as seminar/workshop/presentation/focus group presentation materials.
From the research identification, it was found 24 research results that relevant to the topic of OA in Indonesian
waters. Several research activities, an effort to predict the implications of OA to aquatic ecosystems, have
been carried out with various methods, samples, treatments, parameters, and different locations, showing
varying results. Updating the compilation of research data needs to be carried out continuously, due to the
needs of further development of OA research in Indonesian waters.

Keywords: Indonesia, ocean acidification

PENDAHULUAN 0,3 – 0,5 unit hingga akhir abad ini,


kecenderungan inilah yang dikenal sebagai
Laut memiliki peranan yang sangat pengasaman laut [2].
penting dalam siklus karbon global. Melalui Penelitian di bidang pengasaman laut
proses-proses fisis dan biologis yang terjadi, berkembang cukup pesat selama beberapa
laut mampu menyerap dan melepaskan karbon dekade terakhir dalam upaya untuk
dioksida (CO2) dari dan ke atmosfer. Dalam memprediksi implikasinya terhadap ekosistem
proses penyerapan CO2 atmosferik oleh laut perairan laut. Sejak tahun 2008, PANGAEA
akan dihasilkan asam karbonik (H2CO3) yang (Data Publisher for Earth & Environmental
dinetralisasi relatif cepat melalui reaksi dengan Science - https://www.pangaea.de) telah
senyawa karbonat yang berasal dari proses melakukan kompilasi data hasil penelitian
pelapukan batuan karbonat daratan dan pengasaman laut dari seluruh dunia. Pada akhir
pemecahan bahan kimia kerangka organisme Januari 2015, tercatat sebanyak 539 paper
laut yang mati, sehingga level pH di laut relatif pengasaman laut telah diarsipkan. Dari hasil
konstan, yaitu sekitar 8 – 8.3 [1]. Peningkatan kompilasi data didapatkan bahwa lebih dari
konsentrasi CO2 atmosferik akibat aktivitas 90% data yang diarsipkan tersebut berasal dari
manusia dapat menurunkan pH air laut hingga paper yang diterbitkan sesudah tahun 2007.
Article history: ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Diterima / Received 25-05-2021
Disetujui / Accepted 31-07-2021
Diterbitkan / Published 31-07-2021
Tito & Susilo / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 419-426

Sebagian besar paper tersebut adalah hasil presentasi seminar/workshop/focus group


penelitian yang di lakukan di daerah perairan discussion.
lintang tinggi di belahan bumi utara (79%),
sebagian kecil lainnya di belahan bumi selatan LOKASI PENELITIAN
dan perairan kutub (Gambar 1) [3].
Lokasi penelitian menunjukkan titik
-90 -80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

sampling pengambilan sampel (biota dan air),


pengukuran in situ dan cakupan area analisis
dalam pemodelan oseanografi. Dari kompilasi
hasil penelitian pengasaman laut di Perairan
Indonesia didapatkan sebanyak 63% penelitian
dilakukan di Perairan Indonesia Tengah (Bali,
Lombok, dan Sulawesi) [4], [5], [6], [7], [8],
[9], [10], [11], [12], [13, [14], [15], [16], [17],
[18], [19], 21% di Perairan Indonesia Barat
(Natuna dan Pulau Seribu) [20], [21], [22],
Jumlah Lokasi Penelitian

[23], [24], [25], dan sebagian lainnya di


Perairan Indonesia Timur (Maluku) [8], [26],
[27] (Gambar 2). Sementara itu, 2 penelitian
dengan cakupan lokasi seluruh Perairan
Indonesia adalah penelitian dengan metode
pemodelan oseanografi dan penelitian
kebijakan [28], [29].
Garis Lintang (oLU)
Gambar 1. (a) Identifikasi lokasi penelitian dari
kompilasi data oleh PANGAEA dan
(b) Distribusi lokasi penelitian
berdasarkan garis lintang (Yang et
al., 2016)

Meskipun belum teridentifikasi dalam


database PANGAEA, telah dilakukan
beberapa penelitian dengan topik pengasaman
laut di Perairan Indonesia. Dalam studi ini
dilakukan identifikasi hasil penelitian
pengasaman laut di Perairan Indonesia selama
kurun waktu 10 tahun terakhir. Gambar 2. Identifikasi lokasi (tanda bintang
berwarna merah) penelitian
IDENTIFIKASI HASIL PENELITIAN pengasaman laut di Perairan
Indonesia.
Identifikasi publikasi hasil penelitian
pengasaman laut di Perairan Indonesia METODE PENELITIAN
dilakukan dengan menggunakan kata kunci:
pH perairan Indonesia, pengasaman laut Berdasarkan identifikasi publikasi
Indonesia, ocean acidification Indonesia, didapatkan 24 hasil penelitian yang relevan
karbon dioksida perairan Indonesia dan carbon dengan topik pengasaman laut di Perairan
dioxide Indonesia. Hasil penelitian yang Indonesia. Dari jumlah tersebut, 50%
disajikan dalam studi ini memenuhi kriteria diantaranya adalah hasil eksperimen
sebagai berikut: (1) penelitian dilakukan di laboratorium dengan perlakuan tertentu
Perairan Indonesia, (2) hasil penelitian telah terhadap sampel biota, analisis dan identifikasi
dipublikasikan dalam bentuk paper, laporan sampel air dan karang di laboratorium [5], [6],
kegiatan, laporan tugas akhir [11], [12], [13], [14], [15], [20], [21], [22],
(skripsi/thesis/desertasi) maupun bahan [24], [25], [26], 21% dari hasil pengukuran
beberapa parameter secara in situ dan
420 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Tito & Susilo / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 419-426

eksperimen secara in situ (mesocosm) [4], [7], pengukuran beberapa parameter perairan dan
[9], [24], [27], dan 8% penelitian dilakukan pertumbuhan. Penelitian dengan sampel air
dengan pemodelan oseanografi [19], [28]. laut mengukur parameter sistem karbonat air
Teridentifikasi pula sebanyak 16% penelitian laut (tekanan parsial CO2 (pCO2), dissolved
lainnya merupakan gabungan dari beberapa inorganic carbon (DIC), alkalinitas total (TA),
metode tersebut [8], [10], [15], [16], [17], [18] dan pH), parameter fisik (suhu, konduktivitas,
dan sebuah penelitian tentang kebijakan daily light internal), parameter kimia (salinitas,
mitigasi dan adaptasi pengasaman laut [29]. alkalinitas, oksigen terlarut, nitrat, nitrit, fosfat,
ammonia, silikat), dan parameter biologi
OBYEK PENELITIAN (klorofil). Pada sampel biota, beberapa
parameter pertumbuhan yang diukur yaitu laju
Sebanyak 25% penelitian pengasaman pertumbuhan, laju fotosintesis, laju kalsifikasi,
laut di Perairan Indonesia merupakan hasil densitas sel, komposisi, kelimpahan,
pengukuran beberapa parameter perairan, baik keanekaragaman, dan jaringan histopatologi.
pengukuran secara in situ maupun analisis Dari sampel karang keras Porites dapat diukur
sampel air di laboratorium [7], [10], [27], [28]. laju pertumbuhan dan proksi paleo-suhu dan
Selain sampel air, beberapa penelitian paleo-salinitas (isotop δ18O dan Sr/Ca) serta
menggunakan biota karang sebagai sampel paleo-pH (isotop δ 11B).
untuk dianalisis di laboratorium yaitu: 17% Sebanyak 35% penelitian pengasaman
penelitian menggunakan sampel karang lunak laut di Perairan Indonesia telah melakukan
dari jenis Sarcophyton [6], [20], [22], [26], 8% pengukuran parameter sistem karbonat air laut
karang keras dari jenis Porites [16], [17], [18], baik secara in situ maupun dengan analisis
[21], dan 4% karang bercabang dari jenis sampel air di laboratorium [7], [8], [10], [15],
Acropora [11]. Teridentifikasi pula biota [16], [17], [18], [20], [22], [28]. Sebagian besar
mikroalga (16%) [5], [6], [13], [14], penelitian (43%) yang menggunakan sampel
fitoplankton (8%) [4], [9], dan lamun (8%) biota melakukan pengukuran beberapa
[23], [25] digunakan sebagai sampel pada parameter pertumbuhan [4], [5], [6], [9], [11],
eksperimen laboratorium dengan perlakuan pH [13], [14], [23], [25], [26]. Sementara itu,
yang bervariasi. Sebagian kecil penelitian sebagian penelitian lainnya mengukur
lainnya menggunakan biota kerang dan ikan parameter fisik, kimia [12], [21], dan juga
sebagai obyek penelitiannya [12], [19]. gabungan beberapa parameter tersebut [19],
[24], [27].

Gambar 3. Identifikasi obyek penelitian


pengasaman laut di Perairan Gambar 4. Identifikasi parameter sistem
Indonesia. karbonat air laut pada penelitian
pengasaman laut di Perairan
Indonesia.
PARAMETER PENELITIAN
Parameter sistem karbonat air laut
Dalam setiap penelitian, sampel dan merupakan parameter yang paling banyak
perlakuan akan menentukan parameter apa saja digunakan untuk mengindikasikan terjadinya
yang dapat terukur. Penelitian pengasaman pengasaman laut [30]. Dalam penelitian
laut di Perairan Indonesia melakukan pengasaman laut di Perairan Indonesia
421 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Tito & Susilo / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 419-426

(Gambar 4), pH (69 %) [5], [6], [7], [10], [11], (Desember-Januari-Februari) pH di Perairan
[12], [15], [16], [17], [18], [20], [22], [23], Indonesia lebih tinggi daripada musim timur
[24], [25], [27], [28], dan pCO2 (61%) [4], [6], (Juni-Juli-Agustus). Variabilitas pH selama 18
[7], [8], [9], [10], [11], [13], [14], [15], [16], tahun (1992-2009) tidak berubah signifikan,
[17], [18], [19], [20], [22] adalah parameter namun trend perubahan pH menunjukkan
sistem karbonat air laut yang paling banyak adanya kenaikan pH di Perairan Indonesia
diukur. Parameter karbonat air laut lainnya Barat dan sebaliknya, terjadi penurunan pH di
yang diukur yaitu, TA (44%) [4], [7], [8], [10], Perairan Indonesia Timur. Lebih lanjut hasil
[11], [15], [16], [17], [18], [20], [22], [28], dan penelitian ini menunjukkan bahwa fenomenan
DIC (17%) [4], [15], [16], [17], [18], [28]. El Nino Southern Oscilation (ENSO) dan
Indian Oscillation Dipole (IOD) tidak
HASIL PENELITIAN berpengaruh signifikan terhadap pH di
Perairan Indonesia [28].
Berdasarkan penelitian pengasaman laut Sebanyak 13% penelitian dengan
di Perairan Indonesia yang menggunakan menggunakan metode pengukuran in situ
sampel biota, sebanyak 67% hasil penelitian secara temporal dan spasial, belum dapat
menunjukkan dampak negatif penurunan pH memberikan gambaran tentang terjadinya
terhadap pertumbuhan biota fitoplankton pengasaman laut di lokasi penelitian, karena
[4],[9], Halimeda sp. [5],[6], Acropora sp. monitoring pH di ekosistem perairan
[11], Perna viridis [12], Chaetoceros sp. [13], membutuhkan observasi secara kontinu dalam
Tetraselmis chui [14], Cymodocea rotundata jangka waktu yang panjang (time series). Salah
[23], dan Thalassia hemprichii [25]. Sebanyak satu hasil penelitian observasi pengasaman laut
26% penelitian lainnya menggunakan biota di Perairan Atlantik Utara, yang telah
Sarcophyton sp. yag diambil dari 4 lokasi dilakukan selama 3 dekade (1983-2011),
berbeda yaitu Pesisir Minahasa di Sulawesi mengamati adanya penurunan pH sebesar 0,05
Utara [8], Pulau Gunung Api di Banda Neira dengan laju penurunan rata-rata sebesar -
[20], Pulau Panggang di Kepulauan Seribu 0,0017/tahun [33]. Namun demikian, inisiatif
[26], dan Pulau Umang-umang di Lampung untuk memulai sebuah penelitian harus
Selatan [22], menunjukkan bahwa biota ini dilakukan sehingga dapat dilanjutkan secara
cukup resisten dan mampu beradaptasi kontinu untuk mendapatkan hasil yang
terhadap penurunan pH lingkungannya. komprehensif.
Sementara itu, hasil penelitian pada 2 spesies Berdasarkan hasil penelitian tentang
ikan tuna menunjukkan respon yang berbeda kebijakan mitigasi dan adaptasi pengasaman
terhadap penurunan pH. Spesies Thunnus laut di Indonesia, direkomendasikan sebuah
albacares cenderung memberikan respon program untuk melakukan monitoring
negatif (konsentrasi larva dan juvenile pengasaman laut dan kondisi terumbu karang
menurun), sebaliknya, Katsuwonus pelamis dan perlunya dilakukan identifikasi kapasitas
cenderung memberikan respon positif adaptif lokal yang telah dimiliki, pentingnya
(konsentrasi larva dan juvenile naik) dengan ekologi dan solusi sosial-ekonomi dalam
menurunnya pH perairan [19]. Perbedaan menghadapi dampak pengasaman laut
respon ini dipengaruhi oleh kemampuan terhadap terumbu karang di Indonesia. Namun
spesies untuk beradaptasi dengan perubahan yang paling efektif untuk menekan
lingkungannya, dalam hal ini penurunan pH, pengasaman laut adalah dengan mengurangi
melalui adaptasi lokal dan plastisitas fenotipik emisi gas CO2 ke atmosfer [34]. Yang juga
secara kontinu dan bertahap. Kemampuan tidak kalah pentingnya adalah peningkatan
adaptasi ini mencakup segala aspek biologi resiliensi terumbu karang dengan
yang dapat dipengaruhi lingkungan, termasuk meminimalisir tekanan terhadap terumbu
morfologi, fisiologi, genetika molekuler, karang, antara lain penerapan strategi untuk
respon individu, dan fenologi yang dapat [31], mengurangi pencemaran dan pengelolaan
[32]. perikanan dengan membatasi kegiatan
Hasil penelitian dengan menggunakan penangkapan ikan dengan cara-cara yang dapat
metode pemodelan oseanografi secara umum merusak ekosistem [29].
menunjukkan bahwa pada musim barat
422 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Tito & Susilo / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 419-426

REKOMENDASI update,” Earth Syst. Sci. Data, vol. 8,


hal. 79-87, Feb 2016.
Perkembangan penelitian pengasaman [4] N. Rukminasari, M. Lukman dan S.
laut di Perairan Indonesia belum menunjukkan Sahabuddin, “Increasing CO2
hasil yang signifikan. Beberapa hal yang concentration impact upon natural
menjadi tantangan dalam kegiatan penelitian phytoplankton community at
ini adalah keterbatasan instrumen pengukuran, Spermonde Island, Indonesia:
fasilitas laboratorium, komitmen untuk Mesocosm Study,” International
melaksanakan penelitian secara bertahap Journal of Marine Science, vol.4, no.18,
dalam jangka waktu panjang dan juga hal. 166-178, Feb 2014.
karakteristik Perairan Indonesia yang berbeda [5] N. Rukminasari, N. Nadiarti dan K.
di tiap lokasi. Kontribusi hasil penelitian Awaluddin, “Pengaruh derajat
pengasaman laut perlu terus ditingkatkan untuk keasaman (pH) air laut terhadap
memahami dampaknya terhadap ekosistem konsentrasi kalsium dan laju
perairan di Indonesia. Monitoring pengasaman pertumbuhan Halimeda sp.,” Torani
laut secara in situ di perairan terbuka dan (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan),
pesisir perlu terus dilakukan secara kontinu vol. 24, no. 1, hal. 28-34, Apr 2014.
sesuai standar pengukuran yang akurat untuk [6] S. Sahabuddin, J. Jompa, dan N
memahami pengaruh tekanan lingkungan Rukminasari, “Peningkatan konsentrasi
terhadap organisme dalam ekosistem. karbondioksida dan suhu terhadap
Eksperimen di laboratorium untuk memahami pertumbuhan dan histopatologi
respon spesies terhadap skenario penurunan makroalgatropik Halimeda sp.,” Jurnal
pH juga perlu terus dilakukan agar dapat Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,
diketahui kemampuan organisme untuk vol. 7, no. 2, hal. 681-694, Des 2015.
beradapatasi terhadap perubahan di [7] E. F. Camp, D. J. Suggett, G. Gendron,
lingkungannya. J. Jompa, C. Manfrino, dan D. J. Smith,
“Mangrove and seagrass beds provide
UCAPAN TERIMA KASIH different biogeochemical services for
corals threatened by climate change,”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Front. Mar. Sci., vol. 3, no. 52, hal. 1-
semua pihak yang telah membantu proses 16, Apr 2016.
penyusunan review perkembangan penelitian [8] H. I. Januar, N. P. Zamani, D. Soedarma,
pengasaman laut di Indonesia. Penulis juga dan E. Chasanah, “Changes in soft coral
menyampaikan terima kasih kepada segenap Sarcophyton sp. abundance and
Editor dan Reviewer atas masukkan untuk cytotoxicity at volcanic CO2 seeps in
perbaikan substansi maupun redaksional karya Indonesia,” AIMS Environmental
tulis ilmiah ini. Science, vol. 3, no.2, hal. 239-248, Apr
2016.
DAFTAR PUSTAKA [9] N. Rukminasari, S. Sahabuddin, dan M.
Lukman, “Do increasing CO2
[1] S. C. Doney, “The dangers of ocean concentration impacted on changing
acidification, ” Sci. Am. Scientific phytoplankton assemblages?,” AACL
American, vol. 294, no. 3, hal. 58-65, Bioflux, vol. 11, no. 1, hal. 91-100, Jan
Apr 2006. 2018.
[2] E. H. Buck dan P. Folger, “Ocean [10] F. P. Priyanto, “Earth observation of
acidification,” Congressional Research ocean acidification: the case of Nusa
Service Report for Congress, Prepared Penida, Klungkung, East Bali,”
for Members and Committees of Master’s Thesis, 58 hal., Feb 2019.
Congress, 15 hal., Jul 2009. [11] M. Y. Yusuf, N. Rukminasari, D.
[3] Y. Yang, L. Hanson, dan J. -P. Gattuso, Yanuarita, J. Jompa dan S. Suharto,
“Data compilation on the biological “Effect of increased CO2 concentration
response to ocean acidification: an on the growth rate of Isopora palifera
and Acropora hyacinthus from different
423 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Tito & Susilo / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 419-426

cross-shelf reef zones,” IOP Conf. [19] C. K. Tito dan E. Susilo, “The response
Series: Earth and Environmental of tuna larvae to ocean acidification in
Science, vol. 253, 012022, Apr 2019. the Indonesian fisheries management
[12] A. Kabangnga dan K. Yaqin, area 713: case study in the Gulf of Bone,
“Penggunaan imunitas kerang hijau Indonesia,” in prep.
(Perna viridis) sebagai biomarker untuk [20] H. I. Januar, N. P. Zamani, D. Soedarma,
mendeteksi pengaruh pengasaman laut dan E. Chasanah, “Bioactive
terhadap toksisitas logam Pb,” Octopus cembranoid composition in the soft coral
Jurnal Ilmu Perikanan, vol. 8, no. 2, hal. Sarcophyton glaccumon the response to
8-14, Des 2019. changing pH,” Ilmu Kelautan, vol. 22,
[13] S. Sahabuddin, J. Jompa dan N. no. 1, hal. 25-30, Mar 2017.
Rukminasari, “Photophysiology [21] I. S. Nurhati, M. Wall, F. Muhammad, J.
response of non-calcifying microalgae Fietzke, S. Y. Cahyarini, dan E. A.
Chaetoceros sp. on increasing Boyle, “Coral records of ocean
anthropogenic carbon dioxide and acidification and coral calcification
temperature,” IOP Conf. Series: Earth variations in Western Indonesia over the
and Environmental Science, vol. 521, past centuries,” Presented at IOC-
012025, Jul 2020. WESTPAC 10th Intl Scientific
[14] A. Tahir , N. Rukminasari , K. Yaqin dan Conference, Apr 2017.
M. Lukman, “Increasing CO2 [22] T. N. Sujatmiko, P. Hasanah, T. D.
concentration impact upon nutrient Wibisono, A. T. Mahadi, H. I. Januar,
absorption and removal efficiency of dan N. P. Zamani, “The potency of soft
supra intensive shrimp pond wastewater coral Sarcophyton in Krakatau Seas as
by marine microalgae Tetraselmis chui,” cytotoxic test and its relation towards
International Journal of water acidification,” Omni-Akuatika,
Phytoremediation, vol. 23, no. 1, hal. vol. 15, no. 2, hal. 12-19, Nop 2019.
64-71, Jul 2020. [23] Y. Andika, M. Kawaroe, H. Effendi, dan
[15] H. B. Prayitno, R. Puspitasari, S. N. P. Zamani, “Pengaruh kondisi pH
Jandang, K. Triana, E. Taufiqurrahman, terhadap respons fisiologis daun lamun
L. Lestari, A. Afdal, I. Wulandari, H. jenis Cymodocea rotundata,” J. Ilmu
Harmesa, H. Meirinawati, S. Lastrini, dan Teknologi Kelautan Tropis, vol. 12,
M. T. Kaisupy, dan A. J. Wahyudi, no. 2, hal. 485-493, Agu 2020.
“Establishing an ocean acidification [24] M. J. Rugebregt dan I. S. Nurhati2,
monitoring system for the tropical “Preliminary study of ocean
waters of Indonesia facing regional acidification: relationship of pH,
climate variability,” ASEAN Journal on temperature, and salinity in Ohoililir,
Science & Technology for Development, Southeast Maluku,” IOP Conf. Series:
vol. 37, no. 3, hal. 123–133, Des 2020. Earth and Environmental Science, vol.
[16] Balai Penelitian dan Observasi Laut, 618, 012004, Dec 2020.
“Studi implikasi pengasaman laut pada [25] B. T. K. Ilhami, M. Kawaroe, H.
ekosistem terumbu karang di kawasan Effendi, dan N. P. Zamani, “The effect
Coral Triangle Initiative (CTI),” of acidification on growth and
Laporan Kegiatan, 51 hal., Des 2012. photosynthesis rate of seagrass
[17] Balai Penelitian dan Observasi Laut, Thalassia hemprichii (Ehrenberg.)
“Studi implikasi pengasaman laut pada Ascherson,” J. Ilmu dan Teknologi
ekosistem terumbu karang di kawasan Kelautan Tropis, vol. 12, no. 3, hal. 687-
Coral Triangle Initiative (CTI),” 696, Des 2020.
Laporan Kegiatan, 52 hal., Des 2013. [26] H. I. Januar, N. P. Zamani, D. Soedarma,
[18] Balai Penelitian dan Observasi Laut, dan E. Chasanah, “Cembranoids content
“Studi implikasi pengasaman laut pada of soft coral Sarcophyton from acidified
ekosistem terumbu karang di kawasan environment at Volcano Island,
Coral Triangle Initiative (CTI),” Indonesia,” Squalen Bull. of Mar. and
Laporan Kegiatan, 67 hal., Des 2014.
424 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Tito & Susilo / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 419-426

Fish. Postharvest and Biotech., vol. 12, ocean change,” Phil. Trans. R. Soc. B,
no. 1, hal. 35-40, Mei 2017. vol. 367, hal. 1733-1745, Jun 2012.
[27] I. Y. Ikhsani, D. M. Siahaya, F. R. T. [32] C. A. Vargas, N. A. Lagos, M. A.
Saputra, dan S. Likumahua, “Coastal Lardies, C. Duarte, P. H. Manríquez, V.
acidification as nutrients over M. Aguilera, B. Broitman, S.
enrichment impact: a case study in Widdicombe, dan S. Dupont, “Species-
Ambon Bay, Indonesia,” Omni- specific responses to ocean acidification
Akuatika, vol. 13, no. 1, hal. 86-95, Mei should account for local adaptation and
2017. adaptive plasticity, ” Nat. Ecol. Evol.,
[28] M. R. Putri, A. Setiawan, dan M. Safitri, vol. 1, no. 0084, hal. 1-7, Mar 2017.
“Variation of Ocean pH in the Indonesia [33] N.R. Bates, M. H. P. Best, K. Neely, R.
Waters,” AIP Conference Proceedings, Garley, A.G. Dickson, dan R. J.
vol. 1677, 060021, Sep 2015. Johnson, “Detecting anthropogenic
[29] V. W. Y. Lam, S. Chavanich, S. carbon dioxide uptake and ocean
Djoundourian, S. Dupont, F. Gaill, G. acidification in the North Atlantic
Holzer, K. Isensee, S. Katua, F. Mars, Ocean,” Biogeosciences, vol. 9, no. 7,
M. Metian, dan J. M. Hall-Spencer, hal. 2509-2522, Jul 2012.
“Dealing with the effects of ocean [34] IPCC, “Summary for Policymakers. In:
acidification on coral reefs in the Indian Global warming of 1.5°C. An IPCC
Ocean and Asia,” Regional Studies in Special Report on the impacts of global
Marine Science, vol. 28, 100560, Mar warming of 1.5°C above pre-industrial
2019. levels and related global greenhouse gas
[30] C. Cantoni, A. Luchetta, M. Celio, S. emission pathways, in the context of
Cozzi, F. Raicich, dan G. Catalano, strengthening the global response to the
“Carbonate system variability in the threat of climate change, sustainable
Gulf of Trieste (North Adriatic Sea),” development, and efforts to eradicate
Estuar Coast Shelf Sci., vol. 115, hal. poverty,” World Meteorological
51-62, Des 2012. Organization, Geneva, Switzerland, 32
[31] T. G. Evans dan G. E. Hofmann, hal., 2018.
“Defining the limits of physiological
plasticity: how gene expression can
assess and predict the consequences of

425 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai