Admin,+29.+419 425+Camelia+Tito
Admin,+29.+419 425+Camelia+Tito
Abstrak
Penelitian pengasaman laut di Perairan Indonesia mulai berkembang sejak 10 tahun terakhir, meskipun tidak
signifikan jika dibandingkan dengan penelitian serupa di luar Indonesia. Untuk mengkompilasi data hasil
penelitian tersebut, telah dilakukan identifikasi publikasi dari bentuk paper, laporan kegiatan, laporan tugas
akhir (skripsi/thesis/desertasi) maupun bahan presentasi seminar/workshop/focus group discussion. Dari
identifikasi publikasi didapatkan 24 hasil penelitian yang relevan dengan topik pengasaman laut di Perairan
Indonesia. Beberapa kegiatan penelitian dalam upaya untuk memprediksi implikasi pengasaman laut terhadap
ekosistem perairan telah dilakukan dengan berbagai metode, jenis sampel, perlakuan dan parameter
penelitian, serta lokasi yang juga berbeda, menunjukkan hasil yang bervariasi. Pemutakhiran kompilasi data
hasil penelitian perlu dilakukan secara kontinu sehingga dapat menjadi acuan untuk pengembangan kegiatan
penelitian pengasaman laut di Perairan Indonesia selanjutnya.
Abstract
There is growing concern of research on ocean acidification (OA) in Indonesian waters in the last 10 years.
However, it still lacks of information to similar studies overseas. To compile the data from OA research in
Indonesian waters, research identification has been carried out from paper, activity reports, final project
reports (thesis/dissertation) as well as seminar/workshop/presentation/focus group presentation materials.
From the research identification, it was found 24 research results that relevant to the topic of OA in Indonesian
waters. Several research activities, an effort to predict the implications of OA to aquatic ecosystems, have
been carried out with various methods, samples, treatments, parameters, and different locations, showing
varying results. Updating the compilation of research data needs to be carried out continuously, due to the
needs of further development of OA research in Indonesian waters.
eksperimen secara in situ (mesocosm) [4], [7], pengukuran beberapa parameter perairan dan
[9], [24], [27], dan 8% penelitian dilakukan pertumbuhan. Penelitian dengan sampel air
dengan pemodelan oseanografi [19], [28]. laut mengukur parameter sistem karbonat air
Teridentifikasi pula sebanyak 16% penelitian laut (tekanan parsial CO2 (pCO2), dissolved
lainnya merupakan gabungan dari beberapa inorganic carbon (DIC), alkalinitas total (TA),
metode tersebut [8], [10], [15], [16], [17], [18] dan pH), parameter fisik (suhu, konduktivitas,
dan sebuah penelitian tentang kebijakan daily light internal), parameter kimia (salinitas,
mitigasi dan adaptasi pengasaman laut [29]. alkalinitas, oksigen terlarut, nitrat, nitrit, fosfat,
ammonia, silikat), dan parameter biologi
OBYEK PENELITIAN (klorofil). Pada sampel biota, beberapa
parameter pertumbuhan yang diukur yaitu laju
Sebanyak 25% penelitian pengasaman pertumbuhan, laju fotosintesis, laju kalsifikasi,
laut di Perairan Indonesia merupakan hasil densitas sel, komposisi, kelimpahan,
pengukuran beberapa parameter perairan, baik keanekaragaman, dan jaringan histopatologi.
pengukuran secara in situ maupun analisis Dari sampel karang keras Porites dapat diukur
sampel air di laboratorium [7], [10], [27], [28]. laju pertumbuhan dan proksi paleo-suhu dan
Selain sampel air, beberapa penelitian paleo-salinitas (isotop δ18O dan Sr/Ca) serta
menggunakan biota karang sebagai sampel paleo-pH (isotop δ 11B).
untuk dianalisis di laboratorium yaitu: 17% Sebanyak 35% penelitian pengasaman
penelitian menggunakan sampel karang lunak laut di Perairan Indonesia telah melakukan
dari jenis Sarcophyton [6], [20], [22], [26], 8% pengukuran parameter sistem karbonat air laut
karang keras dari jenis Porites [16], [17], [18], baik secara in situ maupun dengan analisis
[21], dan 4% karang bercabang dari jenis sampel air di laboratorium [7], [8], [10], [15],
Acropora [11]. Teridentifikasi pula biota [16], [17], [18], [20], [22], [28]. Sebagian besar
mikroalga (16%) [5], [6], [13], [14], penelitian (43%) yang menggunakan sampel
fitoplankton (8%) [4], [9], dan lamun (8%) biota melakukan pengukuran beberapa
[23], [25] digunakan sebagai sampel pada parameter pertumbuhan [4], [5], [6], [9], [11],
eksperimen laboratorium dengan perlakuan pH [13], [14], [23], [25], [26]. Sementara itu,
yang bervariasi. Sebagian kecil penelitian sebagian penelitian lainnya mengukur
lainnya menggunakan biota kerang dan ikan parameter fisik, kimia [12], [21], dan juga
sebagai obyek penelitiannya [12], [19]. gabungan beberapa parameter tersebut [19],
[24], [27].
(Gambar 4), pH (69 %) [5], [6], [7], [10], [11], (Desember-Januari-Februari) pH di Perairan
[12], [15], [16], [17], [18], [20], [22], [23], Indonesia lebih tinggi daripada musim timur
[24], [25], [27], [28], dan pCO2 (61%) [4], [6], (Juni-Juli-Agustus). Variabilitas pH selama 18
[7], [8], [9], [10], [11], [13], [14], [15], [16], tahun (1992-2009) tidak berubah signifikan,
[17], [18], [19], [20], [22] adalah parameter namun trend perubahan pH menunjukkan
sistem karbonat air laut yang paling banyak adanya kenaikan pH di Perairan Indonesia
diukur. Parameter karbonat air laut lainnya Barat dan sebaliknya, terjadi penurunan pH di
yang diukur yaitu, TA (44%) [4], [7], [8], [10], Perairan Indonesia Timur. Lebih lanjut hasil
[11], [15], [16], [17], [18], [20], [22], [28], dan penelitian ini menunjukkan bahwa fenomenan
DIC (17%) [4], [15], [16], [17], [18], [28]. El Nino Southern Oscilation (ENSO) dan
Indian Oscillation Dipole (IOD) tidak
HASIL PENELITIAN berpengaruh signifikan terhadap pH di
Perairan Indonesia [28].
Berdasarkan penelitian pengasaman laut Sebanyak 13% penelitian dengan
di Perairan Indonesia yang menggunakan menggunakan metode pengukuran in situ
sampel biota, sebanyak 67% hasil penelitian secara temporal dan spasial, belum dapat
menunjukkan dampak negatif penurunan pH memberikan gambaran tentang terjadinya
terhadap pertumbuhan biota fitoplankton pengasaman laut di lokasi penelitian, karena
[4],[9], Halimeda sp. [5],[6], Acropora sp. monitoring pH di ekosistem perairan
[11], Perna viridis [12], Chaetoceros sp. [13], membutuhkan observasi secara kontinu dalam
Tetraselmis chui [14], Cymodocea rotundata jangka waktu yang panjang (time series). Salah
[23], dan Thalassia hemprichii [25]. Sebanyak satu hasil penelitian observasi pengasaman laut
26% penelitian lainnya menggunakan biota di Perairan Atlantik Utara, yang telah
Sarcophyton sp. yag diambil dari 4 lokasi dilakukan selama 3 dekade (1983-2011),
berbeda yaitu Pesisir Minahasa di Sulawesi mengamati adanya penurunan pH sebesar 0,05
Utara [8], Pulau Gunung Api di Banda Neira dengan laju penurunan rata-rata sebesar -
[20], Pulau Panggang di Kepulauan Seribu 0,0017/tahun [33]. Namun demikian, inisiatif
[26], dan Pulau Umang-umang di Lampung untuk memulai sebuah penelitian harus
Selatan [22], menunjukkan bahwa biota ini dilakukan sehingga dapat dilanjutkan secara
cukup resisten dan mampu beradaptasi kontinu untuk mendapatkan hasil yang
terhadap penurunan pH lingkungannya. komprehensif.
Sementara itu, hasil penelitian pada 2 spesies Berdasarkan hasil penelitian tentang
ikan tuna menunjukkan respon yang berbeda kebijakan mitigasi dan adaptasi pengasaman
terhadap penurunan pH. Spesies Thunnus laut di Indonesia, direkomendasikan sebuah
albacares cenderung memberikan respon program untuk melakukan monitoring
negatif (konsentrasi larva dan juvenile pengasaman laut dan kondisi terumbu karang
menurun), sebaliknya, Katsuwonus pelamis dan perlunya dilakukan identifikasi kapasitas
cenderung memberikan respon positif adaptif lokal yang telah dimiliki, pentingnya
(konsentrasi larva dan juvenile naik) dengan ekologi dan solusi sosial-ekonomi dalam
menurunnya pH perairan [19]. Perbedaan menghadapi dampak pengasaman laut
respon ini dipengaruhi oleh kemampuan terhadap terumbu karang di Indonesia. Namun
spesies untuk beradaptasi dengan perubahan yang paling efektif untuk menekan
lingkungannya, dalam hal ini penurunan pH, pengasaman laut adalah dengan mengurangi
melalui adaptasi lokal dan plastisitas fenotipik emisi gas CO2 ke atmosfer [34]. Yang juga
secara kontinu dan bertahap. Kemampuan tidak kalah pentingnya adalah peningkatan
adaptasi ini mencakup segala aspek biologi resiliensi terumbu karang dengan
yang dapat dipengaruhi lingkungan, termasuk meminimalisir tekanan terhadap terumbu
morfologi, fisiologi, genetika molekuler, karang, antara lain penerapan strategi untuk
respon individu, dan fenologi yang dapat [31], mengurangi pencemaran dan pengelolaan
[32]. perikanan dengan membatasi kegiatan
Hasil penelitian dengan menggunakan penangkapan ikan dengan cara-cara yang dapat
metode pemodelan oseanografi secara umum merusak ekosistem [29].
menunjukkan bahwa pada musim barat
422 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Tito & Susilo / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 419-426
cross-shelf reef zones,” IOP Conf. [19] C. K. Tito dan E. Susilo, “The response
Series: Earth and Environmental of tuna larvae to ocean acidification in
Science, vol. 253, 012022, Apr 2019. the Indonesian fisheries management
[12] A. Kabangnga dan K. Yaqin, area 713: case study in the Gulf of Bone,
“Penggunaan imunitas kerang hijau Indonesia,” in prep.
(Perna viridis) sebagai biomarker untuk [20] H. I. Januar, N. P. Zamani, D. Soedarma,
mendeteksi pengaruh pengasaman laut dan E. Chasanah, “Bioactive
terhadap toksisitas logam Pb,” Octopus cembranoid composition in the soft coral
Jurnal Ilmu Perikanan, vol. 8, no. 2, hal. Sarcophyton glaccumon the response to
8-14, Des 2019. changing pH,” Ilmu Kelautan, vol. 22,
[13] S. Sahabuddin, J. Jompa dan N. no. 1, hal. 25-30, Mar 2017.
Rukminasari, “Photophysiology [21] I. S. Nurhati, M. Wall, F. Muhammad, J.
response of non-calcifying microalgae Fietzke, S. Y. Cahyarini, dan E. A.
Chaetoceros sp. on increasing Boyle, “Coral records of ocean
anthropogenic carbon dioxide and acidification and coral calcification
temperature,” IOP Conf. Series: Earth variations in Western Indonesia over the
and Environmental Science, vol. 521, past centuries,” Presented at IOC-
012025, Jul 2020. WESTPAC 10th Intl Scientific
[14] A. Tahir , N. Rukminasari , K. Yaqin dan Conference, Apr 2017.
M. Lukman, “Increasing CO2 [22] T. N. Sujatmiko, P. Hasanah, T. D.
concentration impact upon nutrient Wibisono, A. T. Mahadi, H. I. Januar,
absorption and removal efficiency of dan N. P. Zamani, “The potency of soft
supra intensive shrimp pond wastewater coral Sarcophyton in Krakatau Seas as
by marine microalgae Tetraselmis chui,” cytotoxic test and its relation towards
International Journal of water acidification,” Omni-Akuatika,
Phytoremediation, vol. 23, no. 1, hal. vol. 15, no. 2, hal. 12-19, Nop 2019.
64-71, Jul 2020. [23] Y. Andika, M. Kawaroe, H. Effendi, dan
[15] H. B. Prayitno, R. Puspitasari, S. N. P. Zamani, “Pengaruh kondisi pH
Jandang, K. Triana, E. Taufiqurrahman, terhadap respons fisiologis daun lamun
L. Lestari, A. Afdal, I. Wulandari, H. jenis Cymodocea rotundata,” J. Ilmu
Harmesa, H. Meirinawati, S. Lastrini, dan Teknologi Kelautan Tropis, vol. 12,
M. T. Kaisupy, dan A. J. Wahyudi, no. 2, hal. 485-493, Agu 2020.
“Establishing an ocean acidification [24] M. J. Rugebregt dan I. S. Nurhati2,
monitoring system for the tropical “Preliminary study of ocean
waters of Indonesia facing regional acidification: relationship of pH,
climate variability,” ASEAN Journal on temperature, and salinity in Ohoililir,
Science & Technology for Development, Southeast Maluku,” IOP Conf. Series:
vol. 37, no. 3, hal. 123–133, Des 2020. Earth and Environmental Science, vol.
[16] Balai Penelitian dan Observasi Laut, 618, 012004, Dec 2020.
“Studi implikasi pengasaman laut pada [25] B. T. K. Ilhami, M. Kawaroe, H.
ekosistem terumbu karang di kawasan Effendi, dan N. P. Zamani, “The effect
Coral Triangle Initiative (CTI),” of acidification on growth and
Laporan Kegiatan, 51 hal., Des 2012. photosynthesis rate of seagrass
[17] Balai Penelitian dan Observasi Laut, Thalassia hemprichii (Ehrenberg.)
“Studi implikasi pengasaman laut pada Ascherson,” J. Ilmu dan Teknologi
ekosistem terumbu karang di kawasan Kelautan Tropis, vol. 12, no. 3, hal. 687-
Coral Triangle Initiative (CTI),” 696, Des 2020.
Laporan Kegiatan, 52 hal., Des 2013. [26] H. I. Januar, N. P. Zamani, D. Soedarma,
[18] Balai Penelitian dan Observasi Laut, dan E. Chasanah, “Cembranoids content
“Studi implikasi pengasaman laut pada of soft coral Sarcophyton from acidified
ekosistem terumbu karang di kawasan environment at Volcano Island,
Coral Triangle Initiative (CTI),” Indonesia,” Squalen Bull. of Mar. and
Laporan Kegiatan, 67 hal., Des 2014.
424 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Tito & Susilo / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 419-426
Fish. Postharvest and Biotech., vol. 12, ocean change,” Phil. Trans. R. Soc. B,
no. 1, hal. 35-40, Mei 2017. vol. 367, hal. 1733-1745, Jun 2012.
[27] I. Y. Ikhsani, D. M. Siahaya, F. R. T. [32] C. A. Vargas, N. A. Lagos, M. A.
Saputra, dan S. Likumahua, “Coastal Lardies, C. Duarte, P. H. Manríquez, V.
acidification as nutrients over M. Aguilera, B. Broitman, S.
enrichment impact: a case study in Widdicombe, dan S. Dupont, “Species-
Ambon Bay, Indonesia,” Omni- specific responses to ocean acidification
Akuatika, vol. 13, no. 1, hal. 86-95, Mei should account for local adaptation and
2017. adaptive plasticity, ” Nat. Ecol. Evol.,
[28] M. R. Putri, A. Setiawan, dan M. Safitri, vol. 1, no. 0084, hal. 1-7, Mar 2017.
“Variation of Ocean pH in the Indonesia [33] N.R. Bates, M. H. P. Best, K. Neely, R.
Waters,” AIP Conference Proceedings, Garley, A.G. Dickson, dan R. J.
vol. 1677, 060021, Sep 2015. Johnson, “Detecting anthropogenic
[29] V. W. Y. Lam, S. Chavanich, S. carbon dioxide uptake and ocean
Djoundourian, S. Dupont, F. Gaill, G. acidification in the North Atlantic
Holzer, K. Isensee, S. Katua, F. Mars, Ocean,” Biogeosciences, vol. 9, no. 7,
M. Metian, dan J. M. Hall-Spencer, hal. 2509-2522, Jul 2012.
“Dealing with the effects of ocean [34] IPCC, “Summary for Policymakers. In:
acidification on coral reefs in the Indian Global warming of 1.5°C. An IPCC
Ocean and Asia,” Regional Studies in Special Report on the impacts of global
Marine Science, vol. 28, 100560, Mar warming of 1.5°C above pre-industrial
2019. levels and related global greenhouse gas
[30] C. Cantoni, A. Luchetta, M. Celio, S. emission pathways, in the context of
Cozzi, F. Raicich, dan G. Catalano, strengthening the global response to the
“Carbonate system variability in the threat of climate change, sustainable
Gulf of Trieste (North Adriatic Sea),” development, and efforts to eradicate
Estuar Coast Shelf Sci., vol. 115, hal. poverty,” World Meteorological
51-62, Des 2012. Organization, Geneva, Switzerland, 32
[31] T. G. Evans dan G. E. Hofmann, hal., 2018.
“Defining the limits of physiological
plasticity: how gene expression can
assess and predict the consequences of