Anda di halaman 1dari 3

Aksi Untuk Hijaukan dan Lestarikan Bumi

Dalam eksistensi hidup, terdapat bagian di muka bumi yang tidak bisa dipisahkan satu sama
lain keberadaannya. Oksigen dan karbondioksida, saling membutuhkan guna memberikan kehidupan
bagi seluruh makhluk hidup. Manusia sebagai makhluk hidup, juga tidak bisa dipisahkan dari alam
tempatnya bermukim. Setelah melalui banyak fase dalam sejarah peradaban, manusia terus
mengksplorasi banyak hal di alam, guna kelangsungan dari eksistensi mereka.

Alam merupakan segala ruang yang digunakan manusia dalam menjalani aktivitas kehidupan,
terdiri atas unsur air, udara, dan tanah sebagai tempat bermukim seluruh makhluk hidup. Diperkiran,
usia bumi telah mencapai 4,5 miliar tahun, Artinya, sudah selama itu planet biru ini menyediakan
ruang untuk kehidupan ekosistem makhluk hidup yang berkembang dari waktu ke waktu. Seiring
berjalannya waktu, bumi terus menerus mengalami perubahan, dinamika ini terjadi akibat dari
bertumbunya jumlah populasi makhluk yang hidup didalamnya. Jika mengacu pada statistika yang
terus bergerak eksponen, saat ini planet bumi telah diisi oleh lebih dari 8 miliar manusia, ditambah
dengan makhluk hidup lain yaitu flora dan fauna yang beranekaragam.

Dengan banyaknya jumlah penduduk di bumi, banyak dampak yang harus dirasakan planet
bumi. Kemajuan teknolagi mendorong banyaknya alat transportasi dan mesin yang harus bekerja
mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat. Secara perlahan, ruang hidup menunjukkan perubahan.
Suhu rata-rata bumi misalnya, telah meningkat 1,1 derajat celcius dalam dua dekade terakhir,
mengakibatkan banyak fenomena tidak normal terjadi dalam bentuk fisik bumi. Pegunungan es yang
ada di kutub utara dan selatan, mencair dan lenyap satu persatu. Curah hujan di bumi meningkat,
mendorong air laut menjadi lebih tinggi. Akhirnya, bisa terjadi banyak bencana dan tragedi. Semua
kerugian ini, berkaitan satu sama lain jika tidak dihentikan dan makhluk hidup akan merasakan
dampaknya.

Aku dan Lingkungan

Perkenalkan, namaku Muhammad Yuan Fauzil, mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan


Internasional pada Universitas Hasanuddin, dan sangat peduli akan keberlangsunganpelestarian
lingkungan. Aku berasal dari sebuah kota kecil bernama Parepare, sekitar 150 Kilometer arah utara
dari ibukota Makassar. Di Parepare, aku lahir dan dibesarkan hingga mengeyam 12 tahun masa
belajar bangku di lembaga pendidikan menengah atas. Sejak SD, aku sudah terbiasa untuk ikut serta
dalam aktivitas sosial dan lingkungan. Semasa Sekolah Dasar, aku aktif dalam kegiatan Praja Muda
Karana (Pramuka), berkemah dan menjelajahi lingkungan sambil belajar tentang alam tempat kita
hidup. Minatku dalam aktivitas sosial, terus diasah tatkala dipercaya untuk mewakili sekolah dalam
lomba inovasi Ilmu Pengetahuan Alam tematik tingkat provinsi. Dalam perlombaan tersebut, peserta
diminta untuk membuat sebuah inovasi lingkungan yang bisa bermanfaat bagi sekolah dan sekitar.
Saat itu, aku menghasilkan inovasi kebun hidroponik antarkelas, yang tumbuhannya menjalar
sepanjang koridor sekolah. Pada saat itu, idenya adalah agar seluruh siswa bisa ikut merawat
tumbuhan yang ada di depan kelas, tanpa harus berkumpul di satu titik. Selain itu, kebun tersebut
bisa menjadi media pembelajaran praktis dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang sangat indah di dalam benak, sampai saya
memutuskan untuk terus terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan saat memasuki bangku Sekolah
Menengah Pertama. Di SMP 2 Parepare tempatku menimba ilmu, terdapat sebuah komunitas antar
siswa bernama SIR GLOWING (Student Intern Respons Global Warming) yang bergerak di bidang
lingkungan dan bertujuan untuk menciptakan kesadaran lingkungan di sekolah. Banyak kegiatan
yang rutin dilaksanakan, seperti pengolahan sampah hingga menjadi kompos, sosialisasi antar kelas
dan sebagainya.

Namun ada satu pengalaman yang paling berkesan dalam upayaku untuk melestarikan
lingkungan. Pengalaman tersebut adalah ketika SIR GLOWING mendapatkan pendampingan
lingkungan selama 3 bulan dari program CSR Pertamina. Saat itu, kami didampingi guna
menghasilkan ekosistem pengelolaan lingkungan yang lebih baik, yang bukan hanya melestarikan
tetapi bisa menghasilkan nilai ekonomi dari lingkungan. Selama pendampingan tersebut, kami
diajarkan oleh tim berisi pemerhati lingkungan tentang bagaimana cara mengelola kebun hidroponik
agar bisa subur. Selain itu, dalam pengelolaan sampah, kami dibina untuk merintis bank sampah
sebagai tempat sampah bisa bernilai ekonomi. Praktiknya, sampah dengan jumlah tertentu bisa
ditukarkan dengan uang, kemudian sampah hasil dari akumulasi tersebut, diolah menjadi barang-
barag seperti tas, keranjang dan suvenir lainnya. Di akhir program, kami mempresentasikan seluruh
rangkaian program kerja dan hasil kreasi sampah kami ke pihak Pertamina selaku penyelenggara.
Setiap bagian dari program pendampingan tersebut masih sangat membekas di ingatanku dan
Pertamina telah mengambil peran yang sangat berarti dalam hal membentuk kesadaran pelestarian
lingkungan.

Bagaimana Cara Kita Melestarikan Bumi

Beberapa bulan lalu, saya beruntung memiliki kesempatan sebagai salah satu audiens kuliah
umum terbatas dari Professor Ian Longe, seorang praktisi dan pakar pertambangan dari Amerika
Serikat. Dalam kuliah umumnya di kampusku, dia membahas topik Best Practices in Mining and
Responsibility Mining. Topik ini sangat penting untuk kita pahami, sebab seringkali kita
mendengarkan lontaran kritikan atas aktivitas tambang, eksplorasi kekayaan alam dan sebagainya
yang merugikan bumi. Dalam kuliah tersebut, aku mempelajari setidaknya dua hal, Yang pertama,
bahwa sangat mungkin untuk melakukan aktivitas tambang yang bertanggung jawab dan masih
banyak perusahaan yang melakukan rehabilitasi lingkungan pasca eksplorasi dengan sangat baik.
Apa yang dilakukan oleh Pertamina bisa kita jadikan contoh. Dalam 4 Pilar integral yang menjadi
pedoman Pertamina dalam melakukan Tanggug Jawab Sosial Perusahaan (TJSP), salah satu pilar
yang penting adalah Pertamina Hijau dalam lingkungan. Aktualisasi dari program ini, bisa dilihat
dari beberapa program yang telah dijalankan, seperti Penanaman Pohon Bakau, pembangunan
Stasiun BBM Ramah Lingkungan dan Konservasi Keanakeragaman Hayati. Di samping itu, ada pula
Pilar Pertamina Cerdas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas generasi dengan program-
program pendidikan.

Bagi saya, mengintegrasikan rehabilitasi lingkungan dengan pendidikan sebagai katalisator


adalah kunci dalam melestarikan bumi cara yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa dan agen
perubahan di masyarakat. Dalam Tridarma perguruan tinggi, pengabdian masyarakat adalah nilai
penutup sebab itulah output yang wajib untuk kita lakukan setelah mendulang sebanyak-banyaknya
ilmu pengetahuan di dalam dunia akademik sampai akhir hayat. Sehingga, kita mesti peka dengan
senantiasa mengedukasi masyarakat tentang lingkungan melalui banyak media. Dalam pelestarian
Bumi, yang bisa kita lakukan adalah pertama, kita bisa turun ke masyarakat dalam membuat banyak
kegiatan-kegiatan edukasi berbasis potensi lingkungan masyarakat. Di institusi pendidikan, kita perlu
memasifkan sosialisasi lingkungan hingga ke praktik agar generasi kedepan bisa sadar terhadap
pentingnya peran lingkungan bagi masa depan. Selanjutnya, ekosistem penyadaran lingkungan ini
perlu disambut dengan pemberdayaan lingkungan. Ide saya, kita bisa mencari tahu komoditas apa
yang bisa dihasilkan dan metode terbaik apa yang dilakukan di lingkungan masyarakat, seperti
misalnya bank sampah dan pembangkit listrik tenaga sampah di lingkungan tempat pembuangan
akhir. Dengan pendekatan seperti ini, pemberdayaan masyarakat terhadap lingkungan tidak hanya
melihat pada hulu, tetapi bisa memastikan bahwa hilir mendapatkan perhatian.

Anda mungkin juga menyukai