Anda di halaman 1dari 9

KEMAS 9 (2) (2014) 197-205

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

EVALUASI KEBIJAKAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DALAM


PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI DI INDONESIA

Helmizar

Jurusan Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Adanya kenyataan bahwa AKI meningkat progresif, walaupun telah dibentuk suatu
Diterima 14 November 2013 kebijakan jampersal. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebijakan dan
Disetujui 28 November 2013 menganalisis evaluasi implementasi kebijakan Jampersal ditingkat pelayanan kesehatan
Dipublikasikan Januari 2014
ibu hamil dan melahirkan dan dukungan pemerintah daerah kabupaten-kota serta
Keywords: stake holder lainnya. Analisis evaluasi kebijakan menggunakan metode observasional
MDGs; prospektif, dengan pendekatan analisis semi kuantitatif kualitatif. Hasil analisis dari
MMR; beberapa aspek kebijakan meliputi pengambil atau pembuat keputusan, pelaksana
IMR; kebijakan, lingkungan kebijakan, penerima kebijakan, dan dampak kebijakan. Dari hasil
Jampersal. analisis dapat disimpulkan bahwa kebijakan Jampernal belum mampu mencapai hasil
yang diharapkan dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB), bahkan kenyataan yang dihadapi saat ini menunjukan hasil yang negatif
terhadap tujuan yang hendak dicapai. Perlunya peningkatan payung hukum kebijakan
Jampersal dalam bentuk Instruksi Presiden (INPRES), sehingga akan mengikat para
pelaku kebijakan yang terkait di kabupaten-kota.

EVALUATION ANALYS OF JAMPERSALPOLICY TO DECREASED


MATERNAL AND INFANT MORTALITY RATE IN INDONESIA

Abstract
The fact maternal mortality rate increased progressively although the system has been
established of universal delivery coverage (Jampersal) policy, so that the purpose of this
study was analyze evaluation of the policy implementation of universal delivery coverage
(Jampersal) in health maternal pregnancy and implication supporting from government
and other stakeholders in city-district level. Evaluation analysis of the implementation of
Jampersal policy used prospective observational method and used qualitative and quantita-
tive analysis. The results of the analysis showed that some aspects of the policy include mak-
ing or policy-makers, policy implementers, policy environment, recipient policies, and the
impact of policies. The result of analysis can be concluded that the policy Jampersal not been
able to achieve the expected results in decrease mother mortality rate (MMR) and infant
mortality rate, even the current reality was showed the negative results from objectives to
be achieved. The needed for increased legal protection in the form of policy Jampersal such
as Presidential Instruction (INPRES) , so it will be binding on the relevant stakeholders in
districts and cities.

© 2014 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Kampus FKM Universitas Andalas,
Jln.Perintis Kemerdekaan No.94 Jati-Padang, Sumatera Barat
Email :eelbiomed@gmail.com
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205

Pendahuluan nan (Jampersal) yang berkaitaan dengan mem-


beri kemudahan untuk mendapat akses ke
Pembangunan kesehatan adalah bagian pelayanan kesehatan. Kebijakan Jampersal ini
yang tak terpisahkan dari pembangunan na- diperkuat dengan Permenkes No 2562 tahun
sional yang bertujuan meningkatkan kesa- 2011 tentang Jaminan Persalinan (Jampersal).
daran, kemauan dan kemampuan hidup sehat Untuk mengawal pelaksanaan/imple-
bagi setiap orang agar terwujud derajat keseha- mentasi kebijakan Jampersal itu dilapangan
tan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kese- maka Permenkes No. 2562/ MENKES/ PER/
hatan memiliki peran ganda dalam pembangu- XII/ 2011 merupakan petunjuk Teknis dari
nan nasional, oleh karena di satu sisi kesehatan Kebijakan Jaminan Persalinan. Dalam per-
merupakan tujuan dari pembangunan, sedang timbangannya Permenkes No. 2562/ 2011 itu
disisi yang lain kesehatan merupakan modal ditegaskan bahwa: 1) Dalam rangka menu-
dasar dalam pembangunan nasional (Depkes, runkan angka kematian ibu dan anak serta
2006). mempercepat pencapaian tujuan MDG’s telah
Pengertian sehat seperti yang tercantum ditetapkan kebijakan bahwa setiap ibu yang
dalam UU No 36 tahun 2009 adalah keadaan melahirkan, biaya persalinannya ditanggung
sehat yang meliputi fisik, mental, spiritual mau- oleh Pemerintah melalui Program Jaminan
pun sosial yang memungkinkan setiap orang Persalinan dan 2) Agar program jaminan per-
untuk hidup produktif secara sosial dan ekono- salinan dapat berjalan efektif dan efesien diper-
mis. Definisi sehat menurut UU No 36/2009 lukan petunjuk teknis pelaksanaan.
itu mirip dengan definisi sehat menurut WHO, Walaupun kebijakan Jampersal itu di-
yaitu kondisi sempurna baik fisik, mental dan luncurkan dengan tujuan yang sangat jelas,
sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau yaitu untuk menurunkan angka kematian ibu
kelemahan. (AKI), dan Angka kematian bayi (AKB), akan
Untuk menilai derajat kesehatan suatu tetapi yang terjadi justru sebaliknya, dimana
bangsa WHO dan berbagai lembaga Interna- AKI yang pada tahun 2007 adalah 228/100.000
sional lainnya menetapkan beberapa alat ukur kelahiran hidup, ternyata dari data SDKI pada
atau indikator, seperti morbiditas penyakit, tahun 2012 menunjukan AKI naik secara men-
mortalitas kelompok rawan seperti bayi, balita jadi progresif menjadi 359/100.000 kelahiran
dan ibu saat melahirkan. Alat ukur yang paling hidup.
banyak dipakai oleh negara-negara didunia Kenyataan yang ada AKI tidak turun
adalah , usia harapan hidup (life expectancy), sesuai target yang telah ditetapkan, bahkan pada
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian survey-survey tahun 2012 justru AKI makin
Bayi (AKB) . Angka-angka ini pula yang men- tinggi, sehingga banyak pertanyaan yang mun-
jadi bagian penting dalam membentuk indeks cul berkaitan tidak sesuainya harapan dengan
pembangunan manusia atau Human Develop- fakta di lapangan, sehingga perlu dilakukan
ment Index (HDI), yang menggambarkan ting- kajian atau analisis evaluasi kebijakan publik,
kat kemjuan suatu bangsa. khusus tentang “Kebijakan Jampersal” dalam
Indonesia sebagai sebuah negara besar rangka penurunan angka kematian ibu dan
dengan penduduk terbesar keempat setelah bayi di Indonesia. Analisis evaluasi kebijakan
India, China dan USA masih sangat tertinggal Jampersal ini bertujuan untuk diperolehnya in-
dalam pembangunan sektor kesehatan, seperti formasi tentang evaluasi implementasi Jamper-
dapat dilihat dari ranking HDI diantara ne- sal di tingkat Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil,
gara di dunia, yaitu Malaysia (64), Thailand yang meliputi antenatal care, pertolongan per-
(103) dan Singapura (26), sedangkan Indonesia salinan, perawatan nifas dan perawatan neona-
berada pada ranking ke 121 dari 187 negara di tus serta evaluasi dukungan pemerintah daerah
dunia pada tahun 2011. (BAPPENAS, 2011) kabupaten-kota dan stake holders lainnya.
Untuk mempercepat penurunan AKI
dan AKB yang masih tinggi itu, maka Menteri Metode
Kesehatan pada tahun 2011 mengeluarkan Ke-
bijakan yang dikenal dengan Jaminan Persali- Analisis evaluasi kebijakan Jampersal ini

198
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205

mengunakan metode observasional prospektif Informasi untuk menganalisis kebijakan


dengan mengikuti perjalanan dan implemen- Jampersal diperoleh melalui beberapa pen-
tasi kebijakan dengan menganalisis dampak dekatan sebagai berikut :
kebijakan terhadap isu strategis yaang menjadi (1) Kajian literatur tentang isu strategis
masalah utama , yaitu tingginya AKI dan AKB, yang berkaitan dengan kebijakan Jampersal,
serta faktor-faktor yang mempengaruhi imple- (2) Kajian tentang pola analisis kebijakan ber-
mentasi kebijakan tersebut yaitu : dasarkan konsep dan pemikiran pakar kebija-
(1) Permasalahan yang berhubungan kan publik, (3) Analisis temuan penulis dalam
dengan pelaksanaan Jampersal berdasarkan melakukan penelitian dalam 3 tahun terakhir
studi literatur dan pengalaman dari studi-studi bersama Tim Peneliti Pusat Studi Kesehatan
lapangan berkaitan dengan KB-Kependudukan Masyarakat Universitas Andalas yang beker-
yang berhubungan dengan kehamilan dan per- jasama dengan BKKBN Perwakilan Provinsi
salinan dan pernah dilakukan tahun 2012 di Sumatera Barat.
Provinsi Sumatera Barat Analisis data dengan mengunakan me-
(2) Kebijakan yang pernah dibuat Pemda tode analisis semi kuantitatif kualitatif dengan
kab-kota yang berakibat buruk terhadap Kebi- cara membandingkan data-data laporan na-
jakan Jampersal, seperti Perda Kab-Kota yang sional dengan data-data hasil pengumpulan
berhubungan pengobatan gratis data primer terkait keluarga berencana, keseha-
(3) Hasil kebijakan Jampersal dalam me- tan ibu dan bayi di Propinsi Sumatera Barat.
mecahkan masalah tingginya angka kematian
ibu dan angka kematian bayi dengan menga- Hasil dan Pembahasan
nalisis hasil SDKI tahun 2012 dan studi-studi
lainnya yang berkaitan dengan kehamilan dan Kebijakan Jampersal adalah sebuah ke-
persalinan dan KB Kependudukan. bijakan publik, karena Kebijakan Jampersal

Gambar 1. Latar belakang masalah

199
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205

adalah sebuah kebijakan pemerintah, yaitu daerahnya, termasuk hal-hal yang secara teknis
Kementerian Kesehatan yang bertujuan untuk tercantum dalam PMK No 2562/Menkes/ Per/
kepentingan orang banyak (publik), seperti XII/201.
yang didefinisikan oleh banyak pakar kebija-
kan publik, khususnya kebijakan untuk menu- (2) Pelaksana Kebijakan Jampersal
runkan angka kematian ibu dan angka kema- Pelaksana kebijakan Jampersal adalah
tian anak. Unit-Unit Pelayanan kesehatan, mulai yang ter-
Menurut pakar Kebijakan Publik, penger- bawah (pelayanan kesehatan primer) Polindes,
tian kebijakan publik adalah “segala sesuatu Puskesmas, Rumah sakit pemerintah/swasta,
yang dikerjakan oleh pemerintah, mengapa Praktek dokter/bidan swasta dll (Poned dan
mereka melakukan agar hasilnya membuat se- :Ponek), seperti bidan/ perawat , dokter umum,
buah kehidupan yang lebih baik”. Sesuai dengan dokter spesialis kebidanan yang terikat kepada
pandangan pakar tersebut maka analisis kebija- aturan yang dibuat oleh Pemda kab-kota, seba-
kan publik, dalam hal ini Kebijakan Jampersal gai tindak lanjut dari kewenangan yang dimi-
dapat dilakukan melalui analisis beberapa as- likinya sesuai dengan UU No 32/2007 tentang
pek dari kebijakan itu, yaitu: 1) Pengambil atau Pemerintah daerah.
pembuat keputusan, 2) Pelaksana Kebijakan, 3)
Lingkungan kebijakan, 4) Penerima Kebijakan (3) Lingkungan Kebijakan Jampersal
, 5) Dampak Kebijakan terhadap isu strategis Lingkungan kebijakan adalah daerah
yang menyebabkan dibuatnya kebijakan terse- kabupaten-kota di seluruh Indonesia dengan
but (Elgar, 2005; Baggot, 2010) kewenangan yang telah dimiliki oleh pemerin-
Latar belakang dikeluarkannya Kebi- tah daerah kabupaten- kota sesuai dengan UU
jakan Jampersal seperti terlihat pada bagan No 32/2007 tentang Pemerintah daerah yang
gambar 1. Upaya untuk menurunkan angka harus tunduk kepada peraturan per- UU an
kematian ibu dan kematian bayi yang sangat yang berlaku atau diberlakukan sebagai tindak
tinggi itu dikeluarkan dalam bentuk Kebijakan lanjut dengan UU tersebut.
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Keseha- Berkaitan dengan UU No 32/2007 itu,
tan nomor 2562/ Menkes/Per/XII/2011 Ten- kabupaten-kota telah menyusun RPJMD, Ren-
tang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. Ke- stra dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
bijakan Jampersal itu memberi jaminan pada (RKPD) tiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah
seluruh ibu hamil dengan pelayanan antenatal (SKPD), khususnya tentang kesehatan, seperti
care (ANC), partus dan post partus dengan gra- Perda berobat gratis untuk warga Kab-kota),
tis, termasuk pemakaian alat kontrasepsi pasca Perda tentang Pengelolaan Keuangan daerah,
partus. dll. Dengan demikian maka SKPD Kesehatan
seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
(1) Pembuat Kebijakan Jampersal dan Dinas Kesehatan Daerah dengan jajaran-
Pembuat Kebijakan adalah Menteri nya sampai ke Puskesmas dan Polindes , Prak-
Kesehatan dengan payung Hukum Peraturan tek Bidan dan Rumah Bersalin Swasta harus
Menteri Kesehatan (PMK) No 2562/Menkes/ tunduk kepada Perda-Perda yang ada di dae-
Per/XII/2011, yang isinya berupa petunjuk rah kerjanya, sehingga PMK No 2562 tentang
teknis bagi pelaksana kebijakan Jampersal di Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jampersal lebih
lapangan Pada hal dalam UU No 32/2004 ten- banyak diabaikan oleh para pelaksana pelayanan
tang pemerintah daerah, pada pasal 14 huruf kesehatan di lapangan
e, yang berbunyi “Urusan wajib yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah untuk ka- (4) Penerima Manfaat dari Kebijakan Jamper-
bupaten/kota merupakan urusan yang berskala sal (Kelompok sasaran)
kabupaten/kota meliputi (c) penanganan bi- Penerima manfaat dari kebijakan Jamper-
dang kesehatan . Pasal 22 huruf (c), tentang pe- sal adalah masyarakat banyak (publik), khu-
nyediaan fasilitas kesehatan. Dengan demikian susnya wanita hamil, yang sangat sedikit
maka pemerintah kabupaten-kota mempunyai sekali mendapat informasi, sosialisasi ataupun
kewenangan mengurus masalah kesehatan di penyuluhan (KIE) tentang tujuan dan substan-

200
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205

si Jampersal pada umumnya. Informasi yang banyaknya dukun tidak terlatih yang memberi-
sampai ke kelompok sasaran hanya tentang kan jasa pemeriksaan kehamilan dan pertolongan
ANC, Persalinan, Nifas dan pelayanan keseha- persalinan (Mariati U, 2011; Isti M, 2011; Um-
tan neonatal untuk masyarakat secara gratis. mul, 2011).
Masyarakat penerima adalah Penerima man-
faat atau sasaran kebijakan tidak paham ten- (5) Dampak Kebijakan Jampersal Terhadap
tang tujuan, substansi kebijakan dan dampaknya Kesehatan Ibu dan Anak
terhadap kesehatan mereka. Kebijakan Jampersal tidak memberikan
Hasil studi tentang pemasangan IUD efek atau dampak yang berarti terhadap kes-
(MKJP) yang dilakukan di RSUP M.Djamil Pa- ehatan ibu. Dari informasi yang didapat tern-
dang, sebagai satu-satunya RS Pemerintah yang yata berbagai dampak yang diharapkan tidak
menjalankan pemasangan alat kontrasepsi pas- muncul. Kebijakan Jampersal ternyata tidak
ca salin di Provinsi Sumatera Barat adalah 31.8 didukung secara utuh dan substansial oleh
% ibu telah mencabut IUD pasca salin kurang Pemda kab-kota dan unit-unit kerja dibawahn-
dari 3 bulan dan >60 % ibu telah mencabut ya. Situasi ini dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.
IUD kurang dari 6 bulan, dan >80 % pencabu- Hasil studi di beberapa negara berkem-
tan IUD pasca Salin itu dilakukan di praktek bang termasuk Indonesia telah membuktikan
bidan swasta . bahwa hampir 35% kelahiran atau sekitar 200
Hasil studi determinan penyebab ke- juta kelahiran adalah merupakan Unmet need
matian ibu dan kematian bayi di Provinsi Su- KB atau terjadinya kelahiran yang disebabkan
matera Barat tahun 2007 juga menemukan tidak adanya alat kontrasepsi. Tingginya an-
besarnya kasus kematian ibu di rumah sakit gka Unmet need KB ini sebagian besar dialami
pemerintah yang disebebkan oleh beberapa oleh keluarga sangat miskin, memiliki tingkat
faktor yaitu jauhnya jarak antara rumah sakit pendidikan rendah, tinggal di daerah miskin
dengan tempat asal rujukan ibu, keterlambatan perkotaan dan dialami wanita dibawah usia 19
dukun atau petugas kesehatan merujuk, keter- tahun.
lambatan pengambilan keputusan oleh kelu- Kebijakan Jampersal sebenarnya meru-
arga, kelalaian ibu dalam memeriksa diri saat pakan sebuah upaya terobosan untuk meny-
hamil, faktor petugas rumah sakit (terutama iasati stagnasi dalam pencapaian tujuan pem-
rumahsakit umum daerah) yang belum memi- bangunan kesehatan, yang berkaitan dengan
liki science of crisis yang memadai serta masih Kesehatan Ibu Anak yang juga merupakan

Tabel 1. Pencapaian Kinerja Pelayanan Jampersal Di Indonesia Tahun 1991-2012

No Indikator 1991 2010 2012 Target MDGs

1 AKI per 100,000/KH 390 228 359 102


Kota 63.8
2 Pertolongan Persal Nakes 40.7 82.2 90.0
Desa 53.0
3 TFR 3.0 2.6 2.6 2.1
4 CU 47.1 57.4 62.0 65
5 CU MKJP 25.8 10.9 12.6
Cakupan ANC K1 75.0 92.7 73.5 95
6
K4 56.0 61.4 62.1 90
7 Unmet need KB 12.7 9.1 11.0 5
Sumber : Diolah dari laporan SDKI tahun 2007, SDKI tahun 2012 dan Riskesdas Tahun 2010 (Depkes,
2008), (Depkes, 2011b), (BKKBN, 2013)

201
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205

Tabel 2. Angka kematian neonatum, post-neonatum, bayi, anak dan balita untuk periode 10 ta-
hun menurut provinsi, Indonesia Tahun 2012

Kematian Kematian Kematian Kamatian Kematian


Provinsi
neonatum post-neonatum Bayi Anak Balita
Sumatera

Aceh 28 18 47 6 52

Sumatera Utara 26 14 40 15 54

Sumatera Barat 17 10 27 7 34

Riau 15 9 24 4 28

Jambi 16 18 34 3 36

Sumatera Selatan 20 8 29 9 37

Bengkulu 21 8 29 7 35

Lampung 20 10 30 8 38

Bangka Belitung 20 7 27 6 32

Kepulauan Riau 21 13 35 8 42
Jawa

DKI Jakarta 15 7 22 10 31

Jawa Barat 17 13 30 9 38

Jawa Tengah 22 10 32 7 38

DI Yogyakarta 18 7 25 5 30

Jawa Timur 14 15 30 4 34

Banten 23 9 32 7 38
Bali & Nusa
Tenggara

Bali
18 11 29 4 33
NTB
33 24 57 18 75
NTT
26 19 45 14 58

202
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205

Lanjutan tabel 2.

Kalimantan

Kalimantan Barat
18 13 31 6 37
Kalimantan
Tengah 25 24 49 8 56

Kelimantan 30 14 44 13 57
Selatan
12 9 21 10 31
Kalimantan Timur
Sulawesi

Sulawesi Utara 23 9 33 4 37

Sulawesi Tengah 26 32 58 28 85

Sulawesi Selatan 13 12 25 13 37

Sulawesi Tenggara 25 20 45 10 55

Gorontalo 26 41 67 11 78

Sulawesi Barat 26 34 60 11 70
Maluku & Papua

Maluku 24 12 36 24 60

Maluku Utara 37 24 62 25 85

Papua Barat 35 39 74 38 109

Papua 27 27 54 64 115

Jumlah 20 14 34 10 43

Sumber: Arah Kebijakan dan Strategis BKKBN Tahun 2013 ((BKKBN), 2012)

salah satu tujuan MDGs 2015, yaitu tujuan ke 5, Asamwah, 2011).


yaitu penurunan AKI menjadi 102 per 100.000 Dengan sangat jelasnya kaitan antara
kelahiran hidup dan AKB menjadi 16 per 1000 Kebijakan Jampersal itu dengan Penurunan
kelahiran hidup. AKI dan AKB, sebagai salah satu tujuan MDGs
Untuk mencapai tujuan itu ada beberapa itu maka sangat perlu dilakukan evaluasi dan
sasaran antara yang harus dicapai, diantara- analisis kebijakan Jampersal itu.
nya ANC, pertolongan persalinan oleh tenaga Dibawah ini seperti yang disajikan pada
kesehatan berkualitas, pemasangan alkon KB tabel 1 dan tabel 2 diperlihatkan bagaimana
MKJP pasca salin, penurunan Unmet need dan tidak jalannya kebijakan itu dengan melihatkan
lain-lain (Byrne A, 2012; Lang, 2011; Lia, 2010; variabel-variabel utama dari kebijakan itu seba-

203
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205

gai berikut : matian bayi sebesar 38,45 per 1.000 kelahiran


(1) AKI, justru meningkat menjadi 359/ hidup. (Bappeda, 2010)
100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012), (2) AKB
hanya turun dari 34 /1000 kelahiran hidup pada Penutup
Tahun 2007 menjadi 32/1000 kelahiran hidup Ta-
hun 2012 (SDKI 2012), (3) Persalinan dengan Dari uraian tentang evluasi kebijakan
Nakes hanya naik 1 %, bahkan di pedesaan Jampersal dengan memahami beberapa aspek
justru menurun, sejalan dengan meningkatnya dari sebuah kebijakan publik maka dapat ditarik
angka kemtian ibu, (4) Angka TFR stagnan 2.6 kesimpulan bahwa : Kebijakan Jampersal ada-
sejak 15 tahun terakhir, (5) Cakupan K4 juga lah sebuah kebijakan terobosan untuk menca-
kenaikannya tidak memberi arti yang bermak- pai tujuan pembangunan kesehatan,khususnya
na , (6) Peserta KB aktif memang naik cukup tujuan MDGs tahun 2015 sesuai dengan PMK
tinggi menjadi 62 %, pada tahun 2012, yaitu No 2562 tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis
mendekati target MDGs 65 %, akan tetapi ke- Jampersal. Pelaksana kebijakan Jampersal
naikan peserta KB dengan MKJP sebagai salah adalah jajaran kesehatan dan yang di kabu-
satu variabel utama dari kematian ibu tidak paten-kota yang memiliki kewenangan wajib
tampak sama sekali. Peserta KB dengan MKJP mengurus bidang kesehatan di walayahnya
(implant, MOW/MOP dan IUD) pada tahun sesuai dengan UU No 32/2007, sehingga PMK
2007 adalah 19.2% tahun 2007 (SDKI 2007) 2562/2011 tidak mempunyai kekuatan meng-
menjadi 20.3 % pada tahun 2012 (SDKI 2012), hadapi kebijakan bidang kesehatan di kab-kota.
bahkan unmet need meningkat menjadi 12 %, Sosialisasi kebijakan Jampersal sangat kurang,
sedangkan target MDGs tahun 2015 adalah 5 baik kepada Pemda Kab-Kota dan unit-
%. Jadi probabilitas untuk hamil lagi, persali- unit pelaksana, maupun, kepada masyarakat
nan dengana berbagai risiko termasuk kema- pemakai (beneficiaris). Ironis sekali kenyataan
tian ibu juga meningkat, terutama di daerah yang dihadapi, bahwa kebijakan memberikan
pedesaan, (7) Pemeriksaan kehamilan dan per- hasil negatif
tolongan persalinan dengan tenaga kesehatan Bagaimanapun kebijakan Jampersaal
yang berkualitas juga bermasalah, terutama di yang sangat strategis perlu dilanjutkan, walau-
daerah kabupaten pemekaran, rekrutmen tena- pun terlambat, diperlukan adanya perbaikan
ga kesehatan (khususnya bidan) adalah tenaga dan penyempurnaan, disana sini, seperti : (1)
bidan baru tamat pendidikan dari pendidikan Ditingkatkan payung hukumnya menjadi Pera-
D3 kebidan yang tumbuh menjamur di tanah turan Pemerintah (PP) sebagai tindak lanjut
air dalam 10-15 tahun terakhir (Baird J, 2011). dari UU No 36 tahun 2004 tentang kesehatan;
Berdasarkan angka-angka yang diperli- (2) Perlunya peningkatan payung hukum ke-
hatkan pada tabel 1 dan 2 diatas, maka ada be- bijakan Jampersal karena pentingnya untuk
berapa hal pokok yang terjadi pada implemen- menyelamatkan martabat bangsa dimata dunia
tasi Kebijakan Jampersal yaitu pada atau proses internasional dalam bentuk Instruksi Presiden
pelaksanaan di tingkat lapangan, diantaranya: (INPRES), sehingga mengikat para pelaku ke-
(1) Tidak ada monitoring dan evaluasi program
bijakan yang terkait di kab-kota; (3) Melakukan
secara berkala, khususnya menyangkut ante-
monitoring dan evaluasi secara berkala dengan
natal care (ANC) terutama yang berkaiatan
format sederhana dengan melibatkan data ten-
dengan 7 T, (Agus Z, 2011), (2) Hampir semua
tang kinerja pelaksana di lapangan; (4) Melaku-
RSUD di Provinsi Sumatera Barat tidak mel-
kan pembenahan secara bertingkat sampai ke
aksanakan pemasangan MKJP pasca salin, ke-
unit pelaku paling bawah (dokter bidan/per-
cuali di beberapa di RSU Pusat. Contoh kasus
awat pelaksana).
pemasangan IUD di RSUP M.Djamil Padang
keberlangsungannya hanya selama 6 bulan,
Daftar Pustaka
38.2 % telah mencabutnya sebelum 3 bulan, (3)
Tidak tercapainya target kinerja Instansi terkait
Agus Z, Helmizar, Syahrial, Arasy F 2011. Pengeta-
dalam penurunan angka kematian ibu sebesar huan, Sikap dan Perilaku PUS Berhubungan
214 per 100.000 kelahiran hidup dan angka ke- Dengan Keikutsertaan Pada Program KB Di

204
Helmizar / KEMAS 9 (2) (2014) 197-205

Propinsi Sumatera Barat. Padang: Laporan progress to MDG 5: health systems research.
Akhir Penelitian PSKG Unand & BKKBN Reprod Health, 10.1186, 1742-4755-9-27
Perwakilan Sumatera Barat DEPKES, R. 2006. Profil Kesehatan Indonesia Ta-
Asamoah, et.al. 2011. Distribution of Causes of Ma- hun 2004. In: KESEHATAN, K. (ed.)
teral Mortality Among Different Socio De- Elgar, E. 2005. Public Policy An Introduction to The
mographic Groups in Ghana, A Descriptive Theory and Practice of Policy Analysis. . USA:
Study. BMC Public Health, 11: 159 Northampton
Baggot, R. 2010. Public Health: . Policy And Politics. Isti M, M Azam, Dina N. 2011. Faktor Tindakan
London: Palgrave Macmilan Persalinan Operasi Sectio Caesarea. Jurnal
Baird J, M.S., Ruger Jp. 2011. Effects of the World Kemas 7(1): 14-21
Bank’s maternal and child health interven- Lang, J and Rothman KJ. 2011. Field Test Results of
tion on Indonesia’s poor: evaluating the the Motherhood Methodto Measure Mater-
safe motherhood project. Soc Sci Med, doi: nal Mortality. Indian J Med Res, 133: 64-69
10.1016/j.socscimed.2010.04.038, 1948-55 Lia,X, t.al. 2010. Trens in Maternal Mortality Due to
BAPPEDA, S. 2010.RPJMD Propinsi Sumatra Barat Obstetric Hemorrhage in Urban and Rural
Tahun 2011-2015. BAPPEDA Propinsi Suma- China, J. Perinat Med, 39: 35-41
tra Barat Mariati U, Agus Z., Sulin D, Amri Z, Arasy F, Hanum
BAPPENAS 2011. Report on The Achievement of DKK 2011. Studi Kematian Ibu dan Kema-
The Millennium Development Goals Indo- tian Bayi di Provinsi Sumatera Barat: Faktor
nesia, 2011. In: BAPPENAS (ed.). Jakarta Determinan dan Masalahnya. Kesmas, 5 (6)
Byrne A, M. A., Soto Ej, Dettrick Z. 2012. Context- Umnul M, Widya HC, Anik S. 2011. Faktor Ibu dan
specific, evidence-based planning for scale- Bayi yang Berhubungan Dengan Kejadian
up of family planning services to increase Kematian Perinatal. Jurnal Kemas, 7(1): 41-
50

205

Anda mungkin juga menyukai