Anda di halaman 1dari 7

HIGEIA 1 (2) (2017)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

KEBISINGAN TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA LOGAM


BAGIAN PRODUKSI

Mayola Laziardy 

Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,


Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Lingkungan kerja yang mempunyai kebisingan melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) dapat
Diterima Februari 2017 menimbulkan gangguan kesehatan pekerja seperti auditorial (daya dengar pekerja menurun) serta
Disetujui Maret 2017 dampak non-auditorial berupa kelelahan pekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
Dipublikasikan April pengaruh kebisingan terhadap kelelahan kerja pada pekerja sentra kerajinan logam bagian produksi
2017 Cepogo Boyolali. Jenis penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
________________ penelitian adalah pekerja bagian produksi berjumlah 256 pekerja dengan sampel berjumlah 72
Keywords: pekerja. Instrumen yang digunakan adalah KAUPK2. Analisis data dilakukan secara bivariat (uji
Noise, Fatigue, Metal chi square dengan α=0,05), dan multivariat (analisis regresi logistik dengan α=0,05). Hasil penelitian
Industry ini yaitu adanya pengaruh kebisingan (p=0,001 dengan nilai koefisien 2,481) terhadap kelelahan
____________________ kerja. Pengaruh kebisingan terhadap kelelahan kerja sebesar 14,1%. Sehingga nilai kebisingan exp
(B = 11,447) artinya apabila ada kenaikan kebisingan sebesar 1 dBA maka akan meningkatkan
kelelahan kerja sebesar 11,447 kali lebih tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh antara kebisingan dengan kelelahan kerja pada pekerja logam bagian produksi.

Abstract
___________________________________________________________________
The working environment has noise exceeds of Threshold Limit Value may cause health problems of workers.
It’s auditory effects (the power of worker auditory function decreased) and non-auditory effects such as worker
fatigue. The purpose of this research is to know the influence of noise environment the fatigue of work on metal
handicraft workers part of the production Cepogo Boyolali. This research uses the approach of cross sectional.
The population was part of the production workers totalled 256 workers with sample amounted to 72 workers.
The instrument used was a KAUPK2. The data analysis bivariat (chi square test with α=0.05), and multivariate
(logistic regression analysis with α=0.05). Results of the research there is the influence of noise (p=0.001 with the
value of the coefficient of 2.481) against fatigue. Impact of noise of 14,1%. So the noise value of exp (B) = 11.447)
means that when there is an increase in amount of 1 dBA noise then it will increase the fatigue of work of 11.447
times higher. Because of that, we can concluse that there is influence between noise with fatigue of workers in
metal worker production departement.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
e ISSN 1475-222656
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: mayola_lzy@yahoo.com

58
Mayola Laziardy/Kebisingan Kelelahan Kerja / HIGEIA 1 (2) (2017)

PENDAHULUAN hubungan antara intensitas kebisingan dengan


gangguan pendengaran akibat bising pada
Lingkungan kerja yang tidak memenuhi pekerja yang terpapar bising. Sedangkan
syarat mempunyai pengaruh yang sangat penting menurut Menteri Tenaga dan Transmigrasi
bagi kesehatan tenaga kerja. Lingkungan kerja (2011) tentang NAB di tempat kerja, ditetapkan
yang mempunyai kebisingan melebihi Nilai NAB kebisingan sebesar 85 dBA sebagai
Ambang Batas (NAB) dapat menimbulkan intensitas tertinggi dan merupakan nilai yang
gangguan kesehatan pekerja. Dampak yang masih dapat diterima oleh pekerja tanpa
ditimbulkan yaitu dampak auditorial mengakibatkan penyakit atau gangguan
(berhubungan langsung dengan fungsi pendengaran kesehatan dalam pekerjaan sehari-
pendengaran seperti daya dengar pekerja hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau
menurun) dan dampak non-auditorial berupa 40 jam seminggu.
kelelahan pekerja. Akibat dari kelelahan kerja Rencana pengendalian dapat dilakukan
dapat menghambat proses produksi, sehingga dengan pendekatan melalui perspektif
menurunkan angka produktivitas pada suatu manajemen risiko kebisingan. Manajemen risiko
perusahaan (Suma’mur, 2009). yang dimaksud adalah suatu pendekatan yang
Sentra Industri Kerajinan Logam Cepogo logik dan sistemik untuk mengendalikan risiko
Boyolali merupakan salah satu industri informal yang mungkin timbul. Pada pengendalian
pengrajin logam yang ada di Indonesia. Sentra kebisingan dengan orientasi jangka panjang
Industri kerajinan logam berada di Desa Cepogo secara berurutan adalah eliminasi sumber
Kabupaten Boyolali memproduksi berbagai kebisingan, pengendalian secara teknik
kerajinan seperti hiasan interior rumah maupun pengendalian secara berurutan adalah eliminasi
yang lainnya yang berbahan baku utama logam sumber kebisingan, pengendalian secara teknik,
yakni tembaga, alumunium, kuningan dan besi. pengendalian secara administratif dan terakhir
Jumlah penduduk Desa Cepogo yaitu penggunaan alat pelindung diri. Orientasi jangka
1.264 Jiwa, dengan 56% penduduk bekerja di pendek adalah sebaliknya secara berurutan.
sentra kerajinan logam yaitu berjumlah 652 Jiwa. Eliminasi sumber kebisingan, tahap eliminasi
Pada tahap pembentukan pola lempengan sumber kebisingan dilakukan dengan 2 cara
aluminium dipukul berulang kali supaya didapat antara lain mengurangi sumber bunyi.
tekstuar atau motif yang diinginkan sekaligus Langkah pertama yang harus
merapikan hasil potongan aluminium sehingga dipertimbangkan ketika mengatasi kebisingan di
timbul kebisingan. Berdasarkan hasil tempat kerja, dengan cara memeriksa semua
pengukuran kelelahan subyektif yang diukur proses produksi dan menghilangkan kebisingan
dengan menggunakan kuesioner alat ukur tersebut dengan cara mengubah salah satu atau
perasaan kelelahan kerja (KAUPK2) didapatkan lebih operasi (Safetyline Institute, 2006). Kedua,
responden yang tidak lelah sebanyak 2 pekerja pembagian ruang kerja, dengan tujuan untuk
(8%), responden yang mengalami lelah ringan mengurangi intensitas kebisingan yang
sebanyak 5 pekerja (20%), responden yang ditimbulkan dari proses produksi tiap-tiap
mengalami lelah sedang sebanyak 8 pekerja pekerja. Dengan adanya pembagian ruang kerja,
(32%), responden yang lelah sebanyak 6 pekerja pembatas antara pekerja dan mesin maka
(24%), sedangkan responden yang sangat lelah intensitas kebisingan menurun sehingga
sebanyak 4 pekerja (16%). produktivitas pekerja meningkat (Ramdan et.al,
Menurut International Labour Organization 2007).
(2013) kebisingan adalah semua suara yang tidak Selain itu dapat dilakukan redesain
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses landasan mesin dengan bahan anti getaran.
produksi dan atau alat-alat kerja yang pada Namun demikian teknik ini memerlukan biaya
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan yang sangat besar sehingga dalam prakteknya
pendengaran. Menurut Septiana (2017) ada sulit diimplementasikan. Intensitas kebisingan

59
Mayola Laziardy/Kebisingan Kelelahan Kerja / HIGEIA 1 (2) (2017)

tinggi mengakibatkan menurunnya produktivitas lama kerja, (3) masa kerja lebih dari 2 tahun.
kerja, pemasangan peredam suara dapat Sementara itu, kriteria eksklusi dalam penelitian
menurunkan intensitas kebisingan sehingga ini yaitu (1) responden menolak untuk
produktivitas kerja meningkat (Widiastuti, berpartisipasi dalam pengukuran kelelahan, (2)
2011). responden bersedia menjadi sampel penelitian,
Pengendalian kebisingan secara tetapi tidak dapat hadir karena harus
administratif, apabila teknik pengendalian secara menyelesaikan pekerjaannya, (3) responden
teknik belum memungkinkan untuk dilakukan, tidak datang saat dilaksanaan penelitian.
maka langkah selanjutnya adalah merencanakan Sumber data dalam penelitian ini terdiri
teknik pengendalian secara administratif atas data primer yang diperoleh berasal dari hasil
(Tarwaka, 2004). pengukuran kebisingan dan pengisian kuesioner
Alat Pelidung Diri yang digunakan untuk sesuai jawaban responden. Instrumen yang
kebisingan yaitu Alat Pelindung Telinga (APT) digunakan adalah kuesioner responden dan
yang terdiri antara lain: Ear Plug. Alat pelindung pengukuran intensitas kebisingan dengan
jenis ini digunakan untuk mengurangi intensitas menggunakan sound level meter pada unit kerja
suara yang masuk ke dalam telinga. Cara untuk responden yang diteliti dan pengukuran
mengukur kecukupan kapasitas peredaman suara kelelahan dengan menggunakan KAUPK2 pada
dari APT adalah dengan mengecek noise reduction responden yang bekerja.
rating (NRR) dari APT yang digunakan. NRR Pengambilan data penelitian dilakukan
merupakan sebuah rating atau penilaian yang dengan beberapa metode yaitu wawancara
dikembangkan oleh US Environmental Protection mendalam, kuesioner dan pengukuran.
Agency (EPA). Wawancara mendalam digunakan untuk
Berdasarkan peraturan EPA, NRR harus pengambilan data mengenai riwayat pekerjaan,
tercantum pada kemasan APT. NRR dapat dan riwayat penyakit. Kuesioner yang digunakan
dikorelasikan dengan intensitas kebisingan yang yaitu Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan
diterima pekerja untuk menilai kecukupan Kerja (KAUPK2) untuk mengambil data
kapasitas peredam APT tersebut (Standard, mengenai identitas, umur, lama kerja, masa
2002). Oleh karena itu, diperlukan penelitian kerja, unit kerja yang berhubungan dengan
mengenai pengaruh kebisingan terhadap intensitas kebisingan. Teknik analisis data yang
kelelahan kerja pada pekerja sentra kerajinan digunakan yaitu analisis bivariat menggunakan
logam bagian produksi Cepogo Boyolali untuk uji pearson product moment.
mengetahui tingginya angka kebisingan dan
persentase kelelahan pekerja di sentra kerajinan HASIL DAN PEMBAHASAN
logam Cepogo.
Berdasarkan hasil penelitian yang
METODE dilakukan pada pekerja bagian produksi industri
logam Cepogo Kabupaten Boyolali, dari 67
Jenis penelitian ini adalah explanatory pekerja (93,06%) memiliki tingkat pendidikan
research dengan menggunakan motode Cross lulus SD, 5 pekerja (6,94%) memiliki tingkat
Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pendidikan lulus SMP. Dari jumlah pekerja 72
seluruh pekerja bagian produksi tahap pekerja yang menggunakan Alat Pelindung
pembentukan pola sentra kerajinan logam di Telinga (APT) atau kapas berjumlah 2 pekerja.
Cepogo Boyolali yaitu 256 pekerja, dihasilkan Mayoritas penduduk Cepeogo adalah
sampel 72 pekerja dengan kriteria inklusi: umur lulusan SD, setelah lulus SD penduduk Cepogo
< 40 tahun, lama kerja 8jam/hari dan masa kerja akan bekerja atau membantu keluarganya di
lebih dari satu tahun. industri logam. Industri logam Cepogo
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu merupakan usaha turun temurun, sehingga
(1) umur sampel yang berusia 20-45 tahun, (2) pemilik maupun pekerjanya juga berasal dari

60
Mayola Laziardy/Kebisingan Kelelahan Kerja / HIGEIA 1 (2) (2017)

Cepogo. logam Cepogo Kabupaten Boyolali, dari 64


Rendahnya tingkat pendidikan pekerja pekerja ( 88,9%) mempunyai masa kerja ≤ 10
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, hal tahun dan 8 pekerja (11,1%) mempunyai masa
itu terbukti dengan pengetahuan pekerja kerja >10 tahun. Bising dengan intensitas tinggi
terhadap pemakaian APT yang hanya berjumlah dalam waktu yang cukup lama yakni 10-15 tahun
2 orang dari 72 pekerja di sentra industri logam akan mengakibatkan robeknya organ corti
Cepogo Boyolali. Sehingga dengan pendidikan sampai dengan destruksi organ corti (Puri, 2013).
yang masih rendah akan memungkinan Masa kerja berdampak positif dimana
mengalami kelelahan kerja. semakin lama seseorang bekerja, akan semakin
Berdasarkan hasil penelitian yang berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya,
dilakukan pada pekerja bagian produksi industri masa kerja juga dapat berdampak negatif karena
logam Cepogo Kabupaten Boyolali, dari 67 dapat menimbulkan kebosanan dan kelelahan
pekerja (93%) berumur ≤ 40 tahun, 5 pekerja kerja. Industri logam Cepogo sudah berdiri sejak
(7%) berumur >40 tahun. Waktu yang dihitung tahun 1990-an, pekerja industri logam tersebut
berdasarkan tahun kelahiran hingga saat sudah mulai bekerja sejak usia 15 tahun hingga
penelitian, pada umur 40 tahun daya manusia sekarang. Jadi mereka sudah bekerja di industri
mengalami penurunan yang signifikan. Pada pengrajin logam selama 20 tahun. Tingginya
usia yang meningkat akan diikuti oleh proses masa kerja pada pekerja industri logam tersebut
degenerasi dari organ, sehingga dalam hal ini maka akan mempengaruhi tingginya kelelahan
akan menyebabkan tenaga kerja akan semakin kerja disana (Budiono 2003).
mudah mengalami kelelahan. Menurut penelitian yang dilakukan
Umur seseorang akan mempengaruhi sebelumnya oleh Damopoli (2011), terdapat
kondisi tubuh. Semakin tua umur seseorang hubungan antara masa kerja dan kelelahan kerja
semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal dengan hasil analisis menggunakan uji korelasi
tubuh yang dapat berubah karena faktor usia pearson didapat hasil p=0,002 (p<0,05).
mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maludi
kerja seseorang. Seseorang yang berumur muda (2012) menunjukkan adanya hubungan yang
sanggup melakukan pekerjaan berat dan signifikan antara masa kerja dengan waktu reaksi
sebaliknya jika seseorang berusia lanjut maka pada pengemudi mobil tangki di PT.X
kemampuan untuk melakukan pekerjaan berat Kalimantan selatan (p<0,05). Sehingga dapat
akan menurun karena merasa cepat lelah dan disimpulkan bahwa masa kerja berpengaruh
tidak bergerak dengan gesit ketika melaksanakan terhadap kelelahan kerja.
tugasnya, sehingga mempengaruhi kinerjanya Sementara itu, pada tabel 1 mengenai
(Suma’mur, 2009). hasil pengukuran kebisingan diketahui bahwa
Menurut Grandjean dalam Setyawati pada pekerja bagian produksi industri logam
(2010) bahwa kekuatan otot pada laki-laki dan Cepogo Kabupaten Boyolali, terdapat 5 tempat
wanita sekitar usia 25-35 tahun. Kebanyakan (CV) industri logam. Intensitas kebisingan >85
kinerja fisik mencapai puncak dalam usia dBA (diatas NAB kebisingan) terjadi pada 4 CV
pertengahan 20-an dan kemudian menurun yaitu CV. Bintang Pamungkas diperoleh Leq
dengan bertambahnya usia. Berdasarkan hasil 91,4 dBA dengan jumlah pekerja 30 orang, CV.
penelitian tersebut diketahui bahwa ada 31 Nuansa diperoleh Leq 98,3 dBA dengan jumlah
pekerja yang jarang mengalami kelelahan dan 41 pekerja 3 orang, CV. Trisna Cooper diperoleh Leq
pekerja sering mengalami kelelahan. Hal itu 106,1 dBA dengan jumlah pekerja 24 orang, dan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu CV. Muda Tama diperoleh Leq 106,9 dBA
tingkat pendidikan, umur, dan masa kerja dengan jumlah pekerja 10 orang. Sedangkan
(Budiono, 2003). yang memiliki intensitas <85 dBA (dibawah
Berdasarkan hasil penelitian yang NAB kebisingan) yaitu CV. Daffi Art diperoleh
dilakukan pada pekerja bagian produksi industri Leq 74,2 dBA dengan jumlah pekerja 5 orang.

61
Mayola Laziardy/Kebisingan Kelelahan Kerja / HIGEIA 1 (2) (2017)

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kebisingan diinginkan, sehingga tingkat kebisingannya


No. Tempat Industri Leq Jumlah sangat tinggi. Sistem kerja saraf otak akan me-
Logam Cepogo (dBA) Pekerja negang ketika menghadapi situasi lingkungan
1. CV. Daffi Art 74,2 5 yang bising sehingga tubuh menjadi cepat lelah
2. CV. Bintang 91,4 30 ditempat kerja. Kebisingan dalam bidang ke-
Pamungkas sehatan kerja diartikan sebagai suara yang dapat
3. CV. Nuansa 98,3 3
menurunkan pendengaran, baik secara kualitatif
4. CV. Trisna 106,1 24
Cooper (penyempitan spektrum pendengaran) maupun
5. CV. Muda Tama 106,9 10 secara kuantitatif (peningkatan ambang
Jumlah 72 pendengaran), berkaitan dengan faktor
intensitas, frekuensi, dan pola waktu.
Pada pengukuran tingkat kelelahan dari 72 Penelitian ini didukung oleh penelitian
pekerja diketahui bahwa terdapat 31 (43,1%) terdahulu oleh Purbaningrum (2015) pada
pekerja yang jarang mengalami kelelahan dan industri logam Cepogo, didapatkan nilai
selebihnya 41 (56,9%) pekerja sering mengalami koefisien p = 0,039 dengan nilai p < 0,05 hal ini
kelelahan. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna
menggunakan uji Chi-square diperoleh bahwa antara kebisingan dengan kelelahan kerja.
nilai RP sebesar 10,548 dan p value 0,03 (< 0,05) Faktor penyebab kebisingan ditimbulkan
sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan dari proses produksi pada tahapan kedua yaitu
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pembentukan pola, pada tahap tersebut logam
kebisingan dengan kelelahan pada pekerja sentra dibentuk dengan cara dipukul berulang-ulang
industri logam Cepogo Kabupaten Boyolali dan untuk mendapatkan pola yang diinginkan. Pada
pekerja yang mengalami kebisingan akan proses tersebut apabila semakin banyak pekerja
berisiko mengalami kelelahan kerja 10,485 kali maka intensitas kebisingan di tempat tersebut
lebih besar dibandingkan pekerja yang tidak semakin tinggi. Seseorang yang mengalami
mengalami kebisingan. Hasil uji statistik dapat kebisingan biasanya tidak mampu fokus
dilihat pada tabel 2. terhadap apa yang dilakukannya. Selanjutnya
Hasil penelitian menunjukan tingkat untuk dapat melakukan pengendalian penyebab
kebisingan berpengaruh terhadap kelelahan kebisingan secara baik dan tepat perlu dilakukan
pekerja dimana semakin tinggi intensitas untuk mengurangi intensitas kebisingan yang ada
kebisingan maka akan semakin tinggi pula (Suma’mur, 2009).
tingkat kelelahan pekerja tersebut. Tingkat Selanjutnya, untuk menguji hipotesis
kebisingan tertinggi terdapat pada CV Muda digunakan uji regresi logistik yang dilakukan
Tama (106,9 dBA) dan CV. Trisna Cooper (106,1 pada variabel yang memiliki hubungan antara
dBA) dengan jumlah pekerja paling banyak. kebisingan dengan kelelahan kerja. Pengujian
Industri logam terdapat aktivitas penghalusan regresi dilakukan untuk menguji pengaruh dari
dengan gerinda dan pembentukan pola dengan variabel indepenen tersebut terhadap kelelahan
cara dipukul untuk mendapatkan bentuk yang pekerja bagian produksi industri logam Cepogo

Tabel 2. Hasil Uji Statistik antara Intensitas Kebisingan dengan Tingkat Kelelahan Pekerja Logam
Industri logam Cepogo
Intensitas kebisingan (dBA) Total
Tingkat P
74,2 91,4 98,3 106,1 106,9 RR
Kelelahan value
F % F % F % F % F % ∑ %
Jarang
4 5,6 17 23,6 1 3,2 8 11,1 1 1,4 31 40,9
kelelahan
10,55 0,03
Sering
1 1,4 13 18,1 2 4,9 16 22,2 9 12,5 41 59,1
kelelahan
Total 5 7 30 41,7 3 8,1 24 33,3 10 13,9 72 100

62
Mayola Laziardy/Kebisingan Kelelahan Kerja / HIGEIA 1 (2) (2017)

Tabel 3. Uji Parsial jumlah pekerja maka akan meningkatkan


Tingkat intensitas kebisingan di lokasi kerja tersebut. Dan
Kebisingan dan B (Exp) B Sig. semakin tinggi kebisingan dapat meningkatkan
Kelelahan kejadian kelelahan.
Regression 2,481 11,447 0,001
Residual 15,172 PENUTUP
Total 17,653
Berdasarkan penelitian tersebut dapat
Kabupaten Boyolali. Hasil uji regresi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
dilihat pada tabel 3. kebisingan dan kelelahan kerja pada sentra
Berdasarkan tabel 3 diketahui bawa nilai kerajinan logam Cepogo Boyolali dimana
sig untuk variabel kebisingan 0,001 (< 0,05) jadi pekerja yang mengalami kebisingan dengan
Ho ditolak. Dengan kata lain kebisingan tingkat intensitas tinggi memiliki tingkat
berpengaruh signifikan terhadap kelelahan kerja kelelahan yang tinggi pula.
pada pekerja sentra industri logam bagian Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu
produksi di Cepogo Boyolali, besarnya koefisien melakukan penelitian pengaruh kelelahan
pengaruh sebesar 2,481. Nilai Exp (B) kebisingan dengan variabel yang berbeda sehingga dapat
sebesar 11,447 yang menunjukkan bahwa mengetahui variabel lain yang mengkontribusi
apabila ada kenaikan kebisingan sebesar 1 dBA sebesar 85,9 %, dimana variabel tersebut
maka akan meningkatkan kelelahan kerja sebesar berpengaruh terhadap kelelahan kerja dan tidak
11,447 kali lebih tinggi. diteliti dalam penelitian ini.
Sedangkan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel, maka diketahui bahwa DAFTAR PUSTAKA
nilai determinasi (nagelkerke r2) sebesar 0,141
atau 14,1% yang berarti bahwa kebisingan
Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
mempengaruhi kelelahan pekerja sebesar 14,1%
di Industri. Jakarta: EGC
sehingga sisanya 85,9% dipengaruhi oleh banyak
Budiono S. A.M. 2003.Bunga Rampai Hiperkes dan
variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini. Keselamatan Kerja, Edisi 2. Semarang:
Sehingga dapat dilihat pada CV yang Universitas Diponegoro
mempunyai banyak pekerja akan mempunyai Damapoli, F. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
intensitas kebisingan yang tinggi. Diantaranya Dengan Kelelahan Kerja Pada Sopir Bus
yaitu Intensitas kebisingan pada CV. Bintang Trayek Manado-Amurang di Terminal
Pamungkas 91,4 dBA dengan jumlah pekerja 30 Malalayang Manado. Skripsi.
Manado:Universitas Sam Ratulangi
orang, Intensitas kebisingan pada CV. Trisna
Mauludi, M. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan
Cooper diperoleh Leq 106,1 dBA dengan jumlah
dengan kelelahan pada pekerja di proses produksi
pekerja 24 orang, dan Intensitas kebisingan pada kantong semen PBD (paper bag division) Pt.
CV. Muda Tama diperoleh Leq 106,9 dBA Indocement tunggal prakarsa TBK Citeureup-Bogor
dengan jumlah pekerja 10 orang. Berdasarkan tahun 2010. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam
hasil penelitian yang dilakukan pada pekerja Negeri Jakarta
bagian produksi industri logam Cepogo International Labour Organization. 2013. Keselamatan
Kabupaten Boyolali, dari 72 pekerja terdapat 31 dan Kesehatan Kerja Sarana untuk Produktivitas.
pekerja (43,1%) jarang mengalami kelelahan, hal International Labour Office
Occupational Safety And Health Administration.
tersebut terjadi karena distribusi pada kategori ini
2010. Personal Protective Equipment.OSHA 3151-
di dominasi oleh pekerja yang umurnya kurang
12R.U.S: Department of Labour
dari 40 tahun. Sementara 41 pekerja (56,9%) Purbaningrum, M. 2015. Hubungan Kebisingan dan
sering mengalami kelelahan, ini terjadi pada Kelelahan dan Tekanan Darah pada Pekerja
pekerja dengan tempat kerja yang mempunyai Kerajinan Tembaga Cepogo Boyolali. Skripsi.
karyawan lebih dari 10 orang. Semakin besar Surakarta: Universitas Sebelas Maret

63
Mayola Laziardy/Kebisingan Kelelahan Kerja / HIGEIA 1 (2) (2017)

Ramdan, I. M. 2007. Dampak Giliran Kerja, Suhu dan


Kebisingan terhadap Perasaan Kelelahan Kerja
di PT LJP Provinsi Kalimantan Timur. The
Indonesian Journal of Public Health, 4(1), 8-13
Septiana, N. R. 2017. Gangguan Pendengaran Akibat
Bising. HIGEIA, 1(1):73-82
Setyawati, L. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja.
Yogyakarta: Amara Books
Suma'mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja (HIPERKES). Jakarta: CV Sagung Seto
Tarwaka, Bakri S. H.A., Sudiajeng L. 2004. Ergonomi
untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: UNIB A PRESS

64

Anda mungkin juga menyukai