Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan
BAB 1
PENDAHULUAN
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, penyakit
perantara yaitu manusia maupun vertebra lainnya, dan hospes definitif yaitu
nyamuk anopheles betina. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan adalah
terkena malaria, Indonesia merupakan salah satu negara yang masih menjadi
transmisi malaria atau beresiko malaria, hingga tahun 2012 jumlah kasus
1.322.451 kasus suspek malaria di periksa sampel darahnya. Pada tahun 2012
ada 207 juta kasus malaria yang menyebabkan kematian dan pada tahun 2013
dari 932 kasus malaria di papua memiliki angka kasus malaria terbesar yaitu
506 (4,26 %) papua barat 1312 (3,84%) dan NTT 1095 ( 16,3%).
Berdasarkan data yang di peroleh dari RSUD Mgr, Gabriel Manek SVD
Atambua tiga tahun terakhir yaitu jumlah kasus malaria pada tahun 2012
1
2
sebanyak 371 jiwa di antaranya laki-laki 173 jiwa (46,63%), perempuan 198
jiwa (53,36%) dan meninggal 4 jiwa, pada tahun 2013 kasus malaria
sebanyak 350 jiwa di antaranya laki-laki 182 jiwa (52%) dan perempuan 168
jiwa (48%), dan pada tahun 2014 kasus malaria sebanyak 72 jiwa
Dampak yang terjadi akibat malaria yang tidak tertangani secara dini
Skala Koma Glasgow ( GCS, Glasslow Coma Scale). Anemia berat (Hb <5
gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/ mL. Bila
(urin <400 ml/24 jam pada orang dewasa atau <1 ml/kg BB/jam pada anak
Gagal sirkulasi atau syok : Tekanan sistolik <70 mmHg (pada anak tekanan
nadi <20 mmHg) disertai keringat dingin. Perdarahan spontan dari hidung,
akut (bukan karena obat anti malaria pada seseorang dengan defisiensi G6-
dan lingkungan sekitar, tingkatkan daya tahan tubuh dengan istrahat yang
cukup dan nutrisi yang adekuat, lakukan pencegahan sebelum menuju daerah
parasit fase eritrosit yaitu kina, klorokuin dan amodiakuin. Gametozid yang
karya tulis ilmiah dengan judul “ asuhan keperawatan pada An. N.M dan An.
Masalah pada karya tulis ilmiah ini dibatasi pada Asuhan keperawatan pada
Atambua.
1.5 Manfaat
Atambua.
1) Bagi penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus
10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah
darah pada tiap-tiap orang tidak sama, tergantung pada usia, pekerjaan,
7
8
1) Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,
Komponen-kompone berikut :
(Handayani. W. 2008: 1)
2.2.1 Pengertian
plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan
9
dalam darah. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk
2.2.2 Etiologi
besar nyamuk Anopheles akan menggigit pada waktu senja atau malam
hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam
(Harijanto,2009:87).
Tanda dan gejala yang ditemukan pada klien dengan malaria secara umum
1) Demam
secara berurutan :
a) Periode dingin
diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering
b) Periode panas
Muka merah, kulit panas dan kering,nadi cepat dan panas tetap panas
lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti
c) Periode berkeringat
2) Splenomegali
membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa
3) Anemia
sum-sum tulang.
4) Ikterus
laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam. Periode ini
terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi
2.2.4 Patofisiologi
Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni)
dalam badan nyamuk anopheles dan fase aseksual (zkisogoni) dalam badan
1) Fase aseksual
Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase
berbeda untuk tiap fase, pada akhir fase ini skizon pecah dan merozoit
rekurens.
2) Fase eritrosit
klinis demam.
3) Fase seksual
(Mansjoer, 2001:409).
2.2.5 Komplikasi
GCS < 15, sedangkan pada anak berdasarkan Blantyre Coma Scale < 3
atau koma > 30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan
2) Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung
hemoglobinopin lainnya.
3) Gagal ginjal akut (urin <400 ml/24 jam pada orang dewasa atau <1 ml/kg
>3mg%)
6) Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <70 mmHg (pada anak
hipertermi.
2008:119-120).
( Gula darah, SGOT, SGPT, tes fungsi ginjal), serta pemeriksaan foto thorax,
1) Pemeriksaan mikroskopis
tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya parasit
menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada SDr tipis, perhitungan
115).
2.2.7 Penatalaksanaan
(4) Memakai obat nyamuk bakar atau menyemprot dengan obat nya
saluran.
terjadi panas.
2) Penatalaksanaan medik
dalam keadaan koma, dan muntah hebat, pengobatan enteral harus segera
diberikan meskipun pemberian obat per oral jauh lebih aman dari anak-
7) Kina
fisiologis diberikan selam 2-4 jam . Bila perlu diulang setelah 6-12
18
8) Klorokuin
Cara pemberian :
dalam 24 jam.
perbedaan waktu 1-2 jam. tidak diberikan pada bayi dan anak
gula atau madu. Pasien perlu diamati selama 30 menit, dan bila
2.3.1 Pengertian
suhu tubuh di dalam batas batas normal (Potter & Perry, 2005 : 760).
2.3.2 Klasifikasi
1) Hipertermia
2) Hiperpireksia
3) Heatstroke
adalah kulit yang hangat dan kering (Potter & Perry, 2005 : 764).
1) Usia
cepat. Mekanisme kontrol suhu masih imatur. Suhu tubuh bayi dapat
baru lahir pengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya melalui kepala
2) Olahraga
3) Kadar Hormon
kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sapai terjadi ovulasi.
sirkulasi dan meningkatkan suhu tubuh sampai kadar batas atau lebih
tinggi.
4) Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5oC sampai 1oC selama periode
24 jam. Suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 01:00 dan
04:00 dini hari. Sepanjang hari, suhu tubuh naik, sampai sekitar pukul
5) Stres
panas.
6) Lingkungan
akan naik. Jika klien berada di lingkungan luar tanpa baju hangat, suhu
1) Radiasi
2) Konduksi
3) Konveksi
4) Evaporasi
a. Konvulsi
b. Kulit kemerahan
d. Kejang
e. Takikardi
23
f. Takipnea
a. Anastesia
b. Penurunan respirasi
c. Dehidrasi
e. Penyakit
h. Medikasi
i. Trauma
j. Aktivitas berlebihan
2.4.1 Pengkajian
2008:29).
1) Aktivitas/istirahat
2) Sirkulasi
3) Eliminasi
Distensi abdomen.
5) Neurosensori
koma.
6) Pernapasan
7) Penyuluhan / Pembelajaran
tanda dan gejala yang timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini :
(Doengoes, 2000)
2.4.3 Intervensi/Perencanaan
Rencana Tindakan :
sampai ke hipotalamus.
Rencana Tindakan :
infeksi umum.
adekuat.
muntah berkurang.
Rencana Tindakan :
konsumsi makanan.
intervensi nutrisi.
berhubungan.
pada organ.
kebutuhan nutrisi.
Rencana Tindakan :
aktivitas perawatan.
R/: Pada awal nadi cepat kuat karena peningkatan curah jantung,
dispnea berat.
gelisah.
Rencana Tindakan :
yang tenang.
Rencana Tindakan :
masalah.
kalium.
2.3.4 Implementasi
2.3.5 Evaluasi
2.3.6 Dokumentasi
BAB III
METODE PENELITIAN
yang di gunakan adalah studi kasus yaitu studi yang mengeksplorasi suatu
kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang di pelajari berupa
Hipertermi.
dalam sel darah merah manusia dan menyerang eritrosit yang ditandai
35
36
3.3 Partisipan
unit analisis atau kasus yang akan diteliti. Unit analisis atau partisipan
diagnosa medis yang sama. Pada penelitian ini partisipan yang digunakan
SVD Atambua.
Studi kasus individu di ruang anak RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD,
atambua. Waktu penelitian pada klien I sejak tanggal 21 mei 2016 sampai
tanggal 23 mei 2016 dan waktu penelitian pada klien II sejak tanggal 24 mei
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang
digunakan:
37
utama yaitu: pasien, perawat dan Keluarga klien yang berkaitan dengan
1) Pengumpulan Data.
2) Mereduksi data
3) penyajian data
4) Kesimpulan
yang disajikan.
3) Confidentiality ( kerahasiaan )
BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1 Hasil
1. Identitas Klien
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat Kesehatan
Klien 1 Klien 2
Sekarang
Keluhan utama saat masuk Nenek mengatakan cucunya Orangtua mengatakan
rumah sakit demam naik turun sudah 1 anaknya demam sudah 1
bulan lebih, berobat ke minggu, nyeri telan dan
puskesmas haliwen tetapi susah makan.
tidak ada perubahan.
Riwayat Perjalanan
Klien 1 Klien 2
Penyakit
Riwayat perjalanan Nenek mengatakan Orangtua mengatakan
penyakit cucunya demam naik turun anaknya demam sudah 1
sudah 1 bulan lebih, minggu, nyeri telan,
keringatan, mual, kembung, susah makan, mual.
nafsu makan berkurang pasien sempat berobat di
sampai berat badan anak RST tetapi hanya rawat
menurun drastis. Pasien jalan. Selama sakit di
sempat berobat ke rumah pasien di beri
puskesmas haliwen, dan minum panadol sirup
RSU namun tidak ada tetapi tidak ada
perubahan sehingga pasien perubahan sehingga
di bawa ke UGD untuk pasien di antar ke RSU
mendapatkan perawatan untuk mendapatkan
medis. perawatan medis.
i. Riwayat Spiritual
MAKAN (saat sakit) Nenek mengatakan cucunya saat Orangtua mengatakan saat sakit ini
Jenis sakit makannya 2-3 sendok, jenis anaknya susah makan, makannya
Jumlah makanannya bubur, sayur, dan lauk hanya 1-2 sendok, jenis makannya
Frekuensi (sesuai dengan yang di sediakan di bubur cair, keluhan: mual, nyeri
Keluhan RS). Keluhan: mual, sendawa terus telan.
saat makan, kembung.
MINUM (saat sakit) Nenek mengatakan cucunya saat Orangtua mengatakan anaknya
Jenis sakit minum air putih 3-4 gelas. minum air putih 1-2 gelas saja.
Jumlah Keluhan: - Keluhan: Nyeri telan.
Frekuensi
Keluhan
2 Eliminasi (BAK dan BAB) Nenek mengatakan BAB 1/ hari, Orangtua mengatakan ananknya
BAK (sebelum sakit) frekuensinya banyak, warna BAB 1x/ hari, frekuensinya
Jumlah kuning. banyak, warna kuning. Keluhan
Frekuensi Keluhan: tidak ada. tidak ada.
Warna
Keluhan
BAB (sebelum sakit)
Jumlah Nenek mengatakan tidk tahu Orangtua mengatakan anaknya
Frekuensi dengan BAK cucunya, karena cucu BAK 3-4 kali/ hari. Keluhan tidak
Warna sering main keluar rumah. ada.
konsistensi Keluhan: tidak ada.
Keluhan
47
Personal hygiene( mandi, Nenek mengatakan 2/3 hari baru Orangtua mengatakan selama sakit
keramas, gosokgigi) saat cucunya di lap badannya dan di anaknya hnya di lap badan setiap
sakit ganti pakaiannya, tidak pagi dan di ganti pakaiannya,tidak
Frekuensi keramas,dan tidak sikat gigi. keramas, dan sikat gigi sehari
Cara pemenuhan sekali.
4 Istirahat dan tidur (sebelum Neneknya mengatakan setiap siang Orangtua mengatakan setiap siang
sakit) cucunya jarang istirahat karena anaknya istirahat kurang lebih 1-2
Jumlah jam tidur bermain, tidur malamnya biasa jam jam, dan tidur malam waktunya
Pola tidur 20.00 dan bangun pagi jam 06.00. tidak tentu. Bangun paginya setiap
Keluhan Keluhan tidak ada. jam 06.30. Keluhan tidak ada.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan Umum Klien 1 Klien 2
Pemeriksaan Fisik (Head to I: rambut tampak kotor dan I: rambut tampak bersih,
Toe) berbau keringat, distribusi distribusi rambut merata,
Kepala dan wajah rambut merata, rambut rambut berwarna hitam,
(Inspeksi,palpasi) berwarna hitam, tidak ada rambut lurus, tidak ada
pembesaran kepala pembesaran kepala
(hydrocefalus),luka jahit (-). (hydrocefalus),luka jahit(-).
P: nyeri tekan (-), tidak ada P: nyeri tekan (-), tidak ada
benjolan, rambut rontok (-) benjolan, rambut rontok (-)
Punggung/ tulang belakang I:tidak ada kelaianan pada I: tidak ada kelaianan pada
(Inspeksi dan palpasi) ektremitas, tidak ada patah ektremitas, tidak ada patah
tulang. tulang.
P: tidak ada nyeri tekan. P:tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas (inspeksi dan
palpasi)
Tidak terkaji Tidak terkaji
50
7. Analisa Data
S : 38 ◦c Sedang
Terpasang IVFD
D5 ¼ Ns 10 tpm
Klien 2
Data Subyektif: Orangtua Proses Inflamasi sistemik Peningkatan suhu tubuh
mengatakan anaknya demam, nyeri
telan, susah makan, mual.
B. Diagnosis Keperawatan
C. Perencanaan Keperawatan
Klien 2
Peningkatan suhu tubuh Setelah melakukan 1. BHSP
berhubungan dengan Proses tindakan keperawatan R/ : hubungan saling percaya
Inflamasi sistemik selama 3 X 24 jam antara perawat dan pasien dapat
peningkatan suhu tubuh membantu pasien dalam
kembali normal. (36,5 ◦c melakukan tindakan selanjutnya.
-37,5 ◦c), dengan kriteria 2. Observasi TTV
hasil: R/ : Sebagai barometer untuk
TTV dalam melakukan tindakan selanjutnya.
batas normal, 3. Lakukan kompres hangat.
pasien tampak R/ : Dapat membantu mengurangi
rileks demam dengan terjadi vasodilatasi
pasien tidak pembuluh darah perifer sehingga
pucat terjadi penguapan,
4. Anjurkan untuk banyak minum air
putih.
R/ : banyak minum air putih,
dapat membantu dalam
mempertahankan cairan keluar
agar tidak terjadinya dehidrasi.
5. Anjurkan untuk menggunakan
pakian yang tipis
53
D. Pelaksanaan Keperawatan
Jam 13.00:
Melayani Injeksi
ondancentron 1,5 Mg/ Iv.
E. Evaluasi Keperawatan
sistemik tampak kembung, pasien teraba dingin, pasien makan pasien tampak keringatan,
masih sering sendawa saat menghabiskan setengah akral teraba hangat, pasien
makan, pasien tampak porsi makan, dan setengah makan menghabiskan
keringatan, akral teraba gelas air putih. setengah porsi makan, dan
hangat. TTV setengah gelas air putih.
TTV: T: 90/50 mmHg, Sh: T: 90/60 mmHg, Sh: 35,4 oc, TTV:
37,5 oc, N: 110 x/m, T: 90/60 mmHg, Sh: 36 oc,
N: 100 x/m, Rr: 28 x/m. N: 100x/m, Rr: 28 x/m,
Rr: 28 x/m. S/t: drip Qina 100Mg dalam BB: 9,9 Kg
BB: 9,7 Kg, LILA: D5% 100 ml hari ke II S/t: drip Qina 100Mg dalam
12 Cm.S/t: Drip Kina 100 D5% 100 ml hari ke III
mg dalam D5% 100 ml A: Masalah teratasi
(Hari I). sebagian. A: Masalah teratasi
P: Intervensi dilanjutkan.
Klien 2
Tanggal, 24-05-2016 Tanggal, 25-05-2016 Tanggal, 26-05-2016
Jam: 19.30 Jam: 19.30 Jam: 10.00
Dx: S: orangtua mengatakan S: orangtua pasien S:orangtua pasien
Peningkatan anaknya masih nyeri telan, mengatakan tidak demam mengatakan anaknya tidak
suhu tubuh demam nya naik turun. lagi. ada keluhan lagi.
berhubungan
dengan proses O: K/U pasien baik.
inflamasi O: K/U: Lemah, pasien O: K/U lemah, pasien
sistemik tampak keringatan, akral tampak keringatan, akral A:masalah tertasi
teraba hangat. teraba hangat.
TTV: TTV: P:intervensi di hentikan,
T: 90/60 mmHg, T: 90/60 mmHg, Sh: 36 oc, pasien pulang.
Sh: 37 oc, N: 120 x/m,
N: 112 x/m, Rr: 28 x/m.
Rr: 28 x/m. S/T : IVFD S/T : IVFD D5+ ¼ Ns 10
D5+ ¼ Ns 10 t/m. t/m.
4.2 PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan
kenyataan yang dirawat pada klien An. N.M dan An. J.M.K dengan Diagnosa
RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua. Dalam BAB ini peneliti akan
membahas secara khusus mengenai kesenjangan antara fakta, teori dan opini
Malaria Falsifarum dengan kasus nyata yang dapat di uraikan sebagai berikut :
4.2.1 Pengkajian
Pada kasus nyata pada klien I ditemukan keluhan utama saat masuk
rumah sakit : Nenek Klien mengatakan cucunya demam naik turun, perut
kembung, mual, nafsu makan menurun dan setiap kali cucunya makan selalu
mengatakan cucunya demam naik turun sudah 1 bulan, nafsu makan menurun.
Manek,SVD Atambua tetapi hanya rawat jalan dan tidak ada perubahan
sehingga hari kamis 21-05-2016 klien di bawa ke IGD rumah sakit umum
badan: 9,5 kg, Tanda – Tanda Vital :TD: 90/60 mmHg, Nadi : 120x/m,
utama saat masuk rumah sakit : Orang tua Klien Mengatakan anaknya
58
panas, nyeri telan dan susah makan. Riwayat perjalanan penyakit : Orangtua
sempat berobat ke RST tetapi tidak hanya rawat jalan, dirumah klien di beri
obat panadol sirup tetapi tidak ada perubahan sehingga hari sabtu 23-06-2016
orang tua klien mengantar anaknya ke IGD RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD
respirasi: 32x/m, Suhu:38,90C, pucat, akral teraba hangat dan lembab, mukosa
aspek kehidupan yakni bio, psiko, sosial, dan spiritual yang meliputi : identitas
59
kesehatan, pola nutrisi, pola eliminasi, pola aktivitas, pola istirahat dan tidur,
lemah, berkeringat, pucat, akral teraba hangat dan lembab, mukosa bibir
dirumah, tampak lemah, pucat, akral teraba hangat dan lembab, mukosa bibir
di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh, (3) Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang
tidak adekuat, anorexia, mual/ muntah, (4) Resiko tinggi terhadap infeksi
60
respon yang muncul yaitu hipertermi. Pernyataan ini didukung oleh teori
yang dikemukakan oleh Dongoes (2000) yang mengatakan bahwa salah satu
Pada kasus An.N.M dan An.J.M.K intervensi yang dibuat, antara lain
pemberian antipiretik.
hipotalamus.
saling percaya antara perawat dan pasien dapat membantu pasien dalam
banyak minum air putih. R/ : banyak minum air putih, dapat membantu
spinal cord sehingga nyeri tidak sampai ke hipotalamus. Klien II, 1. BHSP
Anjurkan untuk banyak minum air putih. R/ : banyak minum air putih,
hipotalamus.
4.2.5 Implementasi
TTV dan antropometri. TD : 90/50 mmHg, Sh: 38,5 Oc, N: 100 x/m, RR: 28
dengan Drip Kina 100 mg dalam D5% 100 ml (Hari I).Jam 10.45: Melakukan
kompres hangat. Jam 11.00: Menganjurkan untuk banyak minum air. Jam
11.15: Layani makan minum. Jam 13.00: melayani injeksi ondancentron 1,5
63
akral teraba hangat, mual, kembung, keringatan. TTV: TD : 90/50 mmHg, Sh:
38,5 oc, N: 100 x/m,RR: 28 x/m. Hari kedua, Jam 07.30: mengobservasi
keadaan umum pasien : k/u lemah,TD : 90/50 mmHg, Sh: 38,5 oc ,N: 100x/m,
RR: 28 x/m. keluhan: mual, muntah tidak ada , kembung, perut sakit, makan
dan minum sudah membaik, belum BAB sudah 3 hari. Jam 08.00: Layani
makanan untuk pasien (bubur, sayur, lauk). Pasien di suap neneknya dan
menghabiskan setengah porsi makan dan setengah gelas air putih. Jam
Jam 09.30: mengobservasi TTVTD : 90/50 mmHg, N:100 x/m, RR: 28 x/m,
(bubur, sayur, dan lauk). Jam 12.15: Melakukan kompres hangat, anjurkan
banyak minum air dan anjurkan memakai pakaian yang tipis. Jam 12.30:
Melakukan pengukuran TTV T: 90/60 mmHg, Sh: 35,4 oc, N: 110 x/m, Rr:
Injeksi ondancentron 1,5 Mg/ Iv. Hari ketiga, Jam 07.15: mengobservasi
RR: 28 x/m. Keluhan : tidak mual, muntah berkurang, kembung, sakit perut,
makan dan minum sudah membaik, sudah BAB 1x. Jam 07.30: Menyediakan
makanan untuk pasien (bubur, sayur, lauk). Pasien di suap neneknya dan
menghabiskan setengah porsi makan dan setengah gelas air putih. Jam 08.00:
64
melayani minum obat sirup Elkana Cl 1 Cth (PO). Jam 11.30: Melakukan
pemasangan drip Qina 100Mg dalam D5% 100 ml hari ke III. Jam 12.25:
Menyediakan makanan untuk pasien (bubur, sayur, dan lauk). Jam 12.30:
Menganjurkan untuk banyak minum air dan memakai pakaian tipis. Jam
13.00: Melayani Injeksi ondancentron 1,5 Mg/ Iv. Jam 13.15: Melakukan
pengukuran TTV TD : 90/60 mmHg, Sh: 36 oc, N: 100x/m, Rr: 28 x/m, BB:
9,9 Kg. Keluhan: tidak mual, tidak muntah, tidak panas, keringatan, kembung,
makan dan minum membaik. Sedangkan pada klien II, Hari pertama Jam
mmHg, Sh: 36,4 oc, N: 118 x/m, RR: 28 x/m. S/T: IVFD D5 ¼ Ns 10
Tpm.Keluhan: Nyeri telan, tidak panas, susah makan dan minum, mual. Jam
pengukuran TTV: Sh: 38 oc, N: 110 x/m, RR: 26 x/m.Jam 17.30: Melayani
Paracetamol Drip 140 mg/ Iv. Jam 18.00: Menyediakan makan untuk pasien
makan.Pasien di suap ibunya, pasien hanya makan 3 sendok bubur, dan ¼ air
putih. Keluhan: Nyeri telan, mual karena pasien tidak terbiasa makan bubur
37 oc, N: 112 x/m, Rr: 28 x/m. S/T : IVFD D5+ ¼ Ns 10 t/m. Keluhan: nyeri
telan, mual, rasa tidak enak di mulut, susah makan dan minum. Hari kedua
90/60 mmHg, Sh: 36,6oc, N: 100 x/m, RR: 26 x/m. S/T: IVFD D5 ¼ Ns 10
Tpm.Keluhan: Nyeri telan berkurang, tidak panas, makan dan minum sedikit
membaik, mual. Jam 16.00: Melayani injeksi cefotaxime 700 mg/ iv.Jam
16.10: Melakukan kompres hangat, banyak kinum air dan memakai pakaian
yang tipis. Jam 17.20: Melakukan pengukuran TTV: Sh: 38,8oc, N: 110 x/m,
RR: 26 x/m. Jam 17.25: Melayani Drip paracetamol 10 mg/Iv. Jam 18.00:
Obs TTV suhu : 37,3 0c. Jam 18.10 :Melayani makan minum. Jam
dan melakukan pengukuran TTV: T: 90/60 mmHg, Sh: 36 oc, N: 120 x/m, Rr:
28 x/m S/T : IVFD D5+ ¼ Ns 10 t/m. Keluhan: nyeri telan berkurang, tidak
panas, tidak mual, makan dan minum membaik. Hari ketiga Jam 07.05:
makan dan setengah gelas air putih. Keluhan: tidak ada. Jam 09.30:
yaitu Observasi tanda-tanda vital, Pantau suhu tubuh (derajat dan pola),
antipiretik.
66
4.2.5 Evaluasi
Klien mengatakan cucunya tidak panas lagi. O : k/u klien tampak lemah, perut
tampak kembung klien masih sering sendawa saat makan, klien tampak
ditemukan pada hari kedua S : nenek klien mengatakan cucunya tidak panas
lagi. O : k/u klien tampak lemah, pucat,perut tampak kembung, keringat, akral
teraba hangat, mukosa bibir kering. Tanda-tanda vital: S : 35,4, N: 110, RR:
ditemukan pada hari ketiga S: nenek klien mengatakan cucunya sudah tidak
pertama S : orang tua klien mengatakan anaknya panas naik turun, nyeri
telan. O : k/u klien tampak lemah, pucat, keringat, akral teraba hangat. Tanda-
tanda vital:S : 37,0 ,N: 112, RR: 28x/m, A : masalah belum teratasi, P :
tua klien mengatakan anaknya panas naik turun. O : k/u klien tampak lemah,
67
Evaluasi yang ditemukan pada hari ketiga S : orang tua klien mengatakan
anaknya tidak panas lagi. O: k/u klien tampak semangat, mukosa bibir
Evaluasi pada tinjauan teori dilakukan pada saat itu juga, namun dalam
tujuan obyektif, waktu yang diperlukan 2 hari maka evaluasi dibuat dalam
pasien sudah dalam batas normal karena jika suhu tubuh kembali dalam batas
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.1.2 Pada pengkajian klien I : keluhan yang ditemukan adalah Nenek Klien
mengatakan cucunya panas naik turun, perut kembung, mual, nafsu makan
menurun dan setiap kali cucunya makan selalu sendawa terus menerus.
turun sudah 1 bulan, nafsu makan menurun. Tanda-tanda vital : TD: 90/60
lemah, berkeringat, pucat, akral teraba hangat dan lembab, mukosa bibir
69
5.1.2 Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus nyata berdasarkan kondisi
dan respon klien sehingga ada diagnosa keperawatan yang sesuai dengan
inflamasi sistemik.
5.1.4 Implementasi dari diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus nyata
dari pasien.
5.2 SARAN
dengan malaria .
DAFTAR PUSTAKA