Teori Belajar Kognitif
Teori Belajar Kognitif
MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh
Bapak Dr. Raden Bambang Sumarsono, S.Pd., M.Pd.
Oleh:
Kelompok 6
Dehfi Yuhwaningsih NIM 170131601087
Dewi Rahayu NIM 170131601017
Rizky Fitra Sanjaya NIM 170131601048
Rosa Melani NIM 170131601082
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ―Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya ( Bruner, Ausubel, dan
Bandura)‖ ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kami sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi semua umat di muka bumi
ini dengan cahaya kebenaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut
membantu dalam penyelesaian penyusunan makalah ini. Khususnya kepada dosen
pembimbing yaituDr. Raden Bambang Sumarsono, S.Pd., M.Pd yang telah
membimbing dan membagikan ilmunya kepada kami.
Kami selaku penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
berbagai kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun dari segi
bahasa.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini.Kami berharap agar makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar kognitif?
2. Apa prinsip-prinsip teori belajar kognitif?
3. Apa yang dimaksud teori belajar kognitif menurut Bruner dan bagaimana
penerapannya?
1
2
4. Apa yang dimaksud teori belajar kognitif menurut Ausubel dan bagaimana
penerapannya?
5. Apa yang dimaksud teori belajar kognitif menurut Bandura dan bagaimana
penerapannya?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar kognitif.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori belajar kognitif.
3. Untuk mengetahui teori dan penerapan belajar kognitif menurut Bruner.
4. Untuk mengetahui teori dan penerapan belajar kognitif menurut Ausubel.
5. Untuk mengetahui teori dan penerapan belajar kognitif menurut Bandura.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
memberikan hasil yang paling baik. Dalam hal ini Bruner menyarankan
agar siswa-siswi hendaknya agar belajar dengan melalui partisipasi secara
aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar mereka lebih memperoleh
pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan
mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan
beberapa kebaikan seperti:
1) Pengetahuan itu bertahan lama atau lebih mudah diingat bila
dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara
lain.
2) Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik
daripada hasil lainnya. Dengan kata lain konsep-konsep dan prinsip-
prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan
pada situasi yang baru.
3) Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa
dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan kognitif siswa
untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang
lain. Selanjutnya dikemukakan bahwa belajar penemuan membangkitkan
keinginan siswa, memberikan motivasi untuk bekerja terus sampai
menemukan jawabannya. Lagi pula pendekatan ini dapat mengajarkan
keterampilan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain dan
meminta para siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, tidak
hanya menerima saja.
Bruner menyadari bahawa belajar penemuan yang murni memerlukan
waktu yang sangat lama. Jadi dia menyarankan agar penggunaan belajar
dengan penemuan ini hanya diterapakan sampai batas-batas tertentu yaitu
dngan mengarahkan pada bidang-bidang studi. Struktur bidang studi
terutama diberikan oleh konsep-konsep dasar dan prnsip-prinsip bidang
studi itu. Bila seorang siswa sudah menguasai struktur dasar, tidak akan
sulit baginya untuk mempelajari bahan-bahan pelajaran lain dalam bidang
studi yang sama dan ia akan lebih mudah ingat dengan bahan baru itu. Hal
10
berapa pujian dari guru, sedangkan hadiah intrinsik timbul karena berhasil
memecahkan masalah
3. Menerapkan mengajar penemuan
Menurut Bruner 1966. bahwa salah satu model intrusional kongnitif
yang paling berpengaruh ialah model belajar penemuan. Pada hal ini akan
dibahas bagaimana menerapkan belajar penemuan bagi siswa ditinjau dari
segi metode, tujuan, serta peranan guru.
a. Metode dan tujuan
Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya seiring.
Tujuan belajar tidak hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan
belajar sebenarnya adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu
cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siswa serta
merangsang keingin tahuan mereka dan memotivasi mereka.
Dalam belajar penemuan siswa mendapat kebebasan sampai batas-
batas tertentu untuk menyelidiki secara perorangan atau dalam suatu tanya
jawab dengan guru dan atau siswa siswi lain untuk memecahakan masalah
yang diberikan oleh guru dan siswa bersama-sama. Dengann demikian
peranan guru sangat berbeda bila dibandingkan dengan peranan guru yang
mengajar secara kuno dengan metode ceramah. Dalam belajar penemuan
ini guru tidak begitu mengendalikan proses belajar mengajar.
b. Peranan guru
Dalam belajar penemuan, peranan guru antara lain sebagai berikut,
1) Guru merencanakan pelajaran demikian rupa seingga pelajaran itu
terpulat pada masalah-masalahyang tepat untuk diselidiki oleh siswa.
2) Guru menyajikan materi pelajaran yang diperlukan ssebagai dasar bagi
para siswa untuk memecahkan masalah.
3) Guru harus memperhatikan cara penyajian belajar yaitu cara enaktif,
ikonik, dan simbolis.
4) Bila siswa memecahkan masalah dilaboratorium atau secara teoritis guru
seharusnya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.
12
a. Belajar bermakna
Intiteori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna (Ausubel,
1968).Bagi Ausubel belajar merupakan suatu proses dikaitkannya
informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang.
b. Belajar Hafalan
Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep
relevan atau subsumber-subsumber relevan, informasi baru dipelajari
secara hafalan. Bila tidak ada usaha yang dilakukan untuk
mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsep-konsep relevan yang
sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan.
c. Subsumsi-Subsumsi Obileratif
Selamabelajar bermakana berlangsung, informasi baru terkait pada
konsep-konsep dalam struktur kognitif.untuk menekankan pada fenomena
pengaitan ini, Ausubel mengaitkan istilah subsumber. Subsumber
memegang peran dalam proses pemerolehan informasi baru. Dalam belajar
bermakna subsumber mempunyai peranan interaktif, memperlancar
gerakan informasi yang relevan melalui penghalang-penghalang
perceptual dan menyediakan suatu kaitan antara informasi yang baru
diterima dalam pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.proses
interaktif antara materi yang baru dipelajari dengan subsumber inilah yang
menjadi inti teori belajar asimilasi Ausubel.
Menurut Ausubel dan Novak (1977), ada tiga kebaikan dari belajar
bermakna yaitu:
1) informasi yang dipelajari secara bermakana lebih lama diingat.
2) informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari
subsumber-subsumber, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk
materi pelajaran yang mirip.
3) informasi yang sudah dilupakan oleh subsumsi obliteratif meninggalkan
efek residual pada subsumber sehingga mempermudah belajar hal-hal
yang mirip, walaupun telah terjadi ―lupa‖.
d. Variabel yang mempengaruhi belajar penerimaan bermakna
14
nonarbitrer dan subtantif.Jika salah satu komponen ini tidak ada, materi itu
dipelajari secara hafalan.
2. Menerapakan teori Ausubel dalam mengajar
Dalam hal ini untuk menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, selain
konsep-konsep yang telah dibahas terdahulu, ada beberapa konsep dan
prinsip yang perlu diperhatikan.konsep atau prinsip-prinsip itu ialah
pengaturan awal, deferensiasi progresif, penyesuaian introgratif, dan belajar
superordinat.
a. Pengaturan Awal
David Ausubel (1960, 1963) memperkenalkan konsep pengaturan
awal dalam teorinya.pengaturan awal mengarahkan para siswa ke materi
yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat
kembali kepada informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam
membantu menanamkan pengetahuan baru.
Banyak penelitian membuktikan bahawa pengatur-pengatur awal
meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai macam materi
pelajaran.Akan tetapi, efek-efek pengaturan awal terhadap belajar ternyata
bergantung pada bagaimana pengaturan awal itu digunakan.
b. Diferensiasi Progresif
Selama belajar bermakna berlangsung perlu terjadi pengembangan dan
elaborasi konsep-konsep yang tersubsumsi.Menurut Ausubel,
pengembangan konsep berlangsung paling baik jika unsur-unsur yang
paling umum, paling inklusif suatu konsep diperkenalkan terlebih dahulu,
kemudian baru diberikan hal-hal yang lebih mendetail dan lebih khusus
dari konsep itu. Dengan perkataan lain, model belajar menurut Ausubel
pada umumnya berlangsung dari umum ke khusus. Dengan menggunakan
strategi ini, guru mengajarkan konsep-konsep yang paling inklusif dahulu,
kemudian konsep-konsep yang kurang inklusif, dan setelah itu baru
mengajarkan hal-hal yang khusus, seperti contoh-contoh setiap konsep.
Menurut Novak (1977), untuk menyusun kurikulum yang baik, mula-
mula diperkenalkan analisis konsep dalam suatu bidang studi, kemudian
dipehatikan hubungan-hubungan tertentu antara konsep-konsep ini
16
sehingga dapat diketahui konsep yang paling umum dan superordinat dan
konsep yang lebih khusus dan subordinat.
c. Belajar Superordinat
Selama informasi diterima dan diasosiasikan dengan konsep dalam
struktur kognitif (subsumsi), konsep itu tumbuh atau mengalami
diferensiasi.Konsep subsumsi ini dapat terus berlangsung sehingga pada
suatu saat ditemukan hal yang baru.Belajar superordinat terjadi bila
konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsure-
unsur suatu konsep yang leboih luas, lebih inklusif. Hal yang sam terjadi
bila anak belajar bahwa tomat, buncis, wortel adalah semua sayuran,
kemudian setelah mereka belajar biologi dan dikenakan konsep-konsep
buah dan akar, mereka belajar bahwa wortel adalah semacam akar
tanaman (plant fruits) mungkin belajar superordinat tidak biasa terjadi di
sekolah sebab sebagian besar guru dan buku teks mulai dengan konsep-
konsep yang lebih inklusif, tetapi kerap kali mereka gagal untuk
memperlihatkan secara eksplesit hubungan-hubungan pada konsep inklusif
ini saat di kemudian hari disajikan konsep-konsep khusus subordinat.
d. Penyesuaian Integratif
Terkadang seorang siswa dihadapkan pada suatu kenyataan yang
disebut pertentangan kognitif. Hal ini terjadi bila dua atau lebih nama
konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama
yang sama diterapkan pada lebih atau suatu konsep. Untuk mengatasi atau
mengurangi sedapat mungkin pertentangan kognitif ini, Ausubel
menyarankan prinsip lain, yaitu yang dikenal dengan prinsip penyesuaian
integratif. Menurut Ausubel, dalam mengajar bukan hanya urutan menurut
diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan juga hanya
diperlihatkan bagaimna konsep-konsep baru dihubungkan pada konsep-
konsep superprdinat. Kita harus memperlihatkan secara eksplisit
bagaimana arti-arti baru dibandingkan dan dipertentangkan dengan arti
sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana konsep-konsep yang
tingkatnya lebih tinggi sekarang mengalami arti baru.
17
untuk meniru sosok orang lain. Dari sudut pandang Bandura, orang tidak
asal meniru perilaku orang lain, namun mereka memutuskan dengan sadar
untuk melakukan perilaku yang dipelajari melalui observasi.Dalam
kaitannya dengan pembelajaran disekolah, dapat dikatakan bahwa seorang
pendidik berperan sebagai motivator dengan memberikan dorongan atau
motivasi kepada peserta didik.Disamping itu, seorang pendidik juga dituntut
menjadi seorang telandan yang baik bagi peserta didik.
3. Self-efficacy
Merupakan ekspektasi-keyakinan(harapan) tentang seberapa jauh
seseorang mampu melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertentu. self-
efficacypositifyaitu keyakinan untuk mampu melakukan perilakuyang
dimaksud. Menurut Bandura self-efficacy menentukan apakah kita kan
menunjukkan perilaku tertentu, sekuat apa kita dapat bertahan saat
menghadapi kesulitan atau kegagalan, dan bagaimana kesuksesan atau
kegagalan, dan bagaimana kesuksesan atau kegagalan dalam suatu tugas
tertentu mempengaruhi perilaku kita di masa depan. Konsep self-
efficacyberbeda dengan lokus kontrol karena self-efficacy adalah keyakinan
bahwa kita mampu melakukan suatu perilaku dengan baik sementara lokus
kontrol adalah keyakinan mengenai kemungkinan suatu perilaku tertentu
mempengaruhi hasil akhir.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori pembelajaran sosial-kognitif
dari bandura menarik perhatian orang melalui pembelajaran observasi
(vacarious learning) yang kurang dijelaskan oleh teori behaviorisme klasik.Ia
menunjukkan bahwa pembelajaran melalui observasi tidak memerlukan
reinforcement nyata. Dalam teori Bandura, proses internal individu melalui
tujuan, perencanaan, dan self-reinforcement membentuk regulasi diri
perilaku.
Bandura menambahkan satu elemen kognitif penting kedalam formula
tersebut: karakteristik kepribadian tentang self-efficacy, yaitu keyakinan
(ekspektasi) seberapa kompeten seseorang mampu melakukan perilaku dalam
situasi tertentu. Semua pendekatan kognitif terhadap kepribadian memiliki
pandangan bahwa persepsi manusia dan kognisi manusia adalah inti dari
19
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Teori-teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan fokus pada
perubahan dalam proses mental dan dalam struktur mental yang terjadi
sebagai akibat adanya usaha manusia untuk memahami dunianya. Teori
belajar kognitif telah mengemukakan tiga model instruksional kognitif yang
paling berpengaruh yaitu:
a. Teori kognitif belajar Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa
yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya dan apa yang
dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya dan apa yang
dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskret itu mencapai
pemahaman yang memberikan kemampuan kepadanya.
b. Teori belajar Ausubel memberi penekanan pada belajar bermakna.Ausubel
mempunyai prinsip-prinsip belajar, yaitu: belajar bermakna, belajar
hafalan, peristiwa subsumsi, diferensiasi progresif, penyesuaian
integrative, belajar superordinat, serta pengaturan awal.
c. Teori belajar kognitif Bandura sangat dipengaruhi oleh karya teoritikus
pembelajaran Clark Hull.Dalam teori belajar yang dikemukakan, Bandura
memiliki beberapa konsep yang memiliki peran penting dalam
kepribadian, seperti yang sudah dijelaskan diatas.
B. Saran
Pengetahuan tentang teori belajar kognitif hendaknya perlu dikaji secara
mendalam oleh para guru dan juga calon guru demi menyukseskan proses
pembelajaran di dalam kelas. Tanpa pengetahuan kognitif siswa, guru akan
mengalami kesulitan dalam melakukan proses pembelajaran di dalam kelas.
Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh siswa merupakan salah satu faktor
utama yang memengaruhi proses pembelajaran di kelas.
20
DAFTAR RUJUKAN
Ausubel, D.P. 1963. The Psychology of Meaningful Verbal Learning. New York:
Grune and Straton.
Ausubel, D.P. 1968. Educational Psychology:A Cognitive View. New York: Holt,
Rinehart, and Winston.
Bandura, A. 1977.Social Learning Theory.Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Bandura, A. 1977.Self-efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H.
Freeman.
Eggen, P., and Kauchak, D. 1994. Educational Psychology: Classroom
Connections. New York: Merrill.
Friedman, H. S., and Schustack, Miriam. W. 2006. Kepribadian: Teori klasik dan
Riset Modern. Jakarta: Erlangga.
Bruner, J.S. 1960. The process of Education. Cambridge: Harvard University
Press.
Bruner, J.S. 1966. Toward a Theory of Instruction. New York: Norton.
Novak, J.D. 1977.A Theory of Education. Ithaca: Cornell University Press.
Rosser, R.A. and Nicholson, G.L. 1984. Educational Psychology,Principles in
Practice Baston: Litter Brown.
21